Anda di halaman 1dari 46

Yudi Apriyanto (I11105006)

Yuliana Yuli Exlasia (I11105030)


Standar 7
Setiap petugas yang mengobati pasien TB
dengan menjalankan fungsi kesehatan
masyarakat yang tidak saja memberikan paduan
obat yang sesuai tetapi juga dapat memantau
kepatuhan berobat sekaligus menemukan
kasus2 yang tidak patuh terhadap rejimen
pengobatan. Dengan melakukan hal tersebut
akan dapat menjamin kepatuhan hingga
pengobatan selesai.
Standar 8
Semua pasien (termasuk pasien HIV) yang belum pernah
diobati harus diberikan paduan obat lini pertama yang
disepakati secara internasional menggunakan obat yang
bioavailibilitasnya sudah diketahui. Fase awal terdiri dari
INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol diberikan
selama 2 bulan. Fase lanjutan yang dianjurkan adalah INH
dan rifampisin diberikan selama 4 bulan. Pemberian INH
dan etambutol selama 6 bulan merupakan paduan
alternatif untuk fase lanjutan pada kasus yang
keteraturannya tidak dapat dinilai tetapi terdapat angka
kegagalan dan kekambuhan yang tinggi dihubungkan
dengan pemberian alternatif tersebut di atas khususnya
pada pasien HIV.
Standar 8 (lanjutan)
Dosis OAT ini harus mengikuti rekomendasi
internasional. Kombinasi Dosis Tetap (KDT)
yang terdiri dari 2 obat yaitu INH dan
rifampisin; yang terdiri dari 3 obat yaitu INH,
rifampisin, pirazinamid; yang terdiri dari 4
obat yaitu INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol sangat dianjurkan khususnya bila
tidak dilakukan pengawasan langsung saat
menelan obat.


Standar 9
Untuk menjaga dan menilai kepatuhan terhadap
pengobatan perlu dikembangkan suatu
pendekatan yang terpusat kepada pasien
berdasarkan kebutuhan pasien dan hubungan
yang saling menghargai antara pasien dan
pemberi pelayanan. Supervisi dan dukungan
harus memperhatikan kesensitifan gender dan
kelompok usia tertentu dan sesuai dengan
intervensi yang dianjurkan dan pelayanan
dukungan yang tersedia termasuk edukasi dan
konseling pasien.
Standar 9 (lanjutan)
Elemen utama pada strategi yang terpusat kepada
pasien adalah penggunaan pengukuran untuk menilai
dan meningkatkan kepatuhan berobat dan dapat
menemukan bila terjadi ketidakpatuhan terhadap
pengobatan. Pengukuran ini dibuat khusus untuk
keadaan masing-masing individu dan dapat diterima
baik oleh pasien maupun pemberi pelayanan.
Pengukuran tersebut salah satunya termasuk
pengawasan langsung minum obat oleh PMO yang
dapat diterima oleh pasien dan sistem kesehatan
serta bertanggungjawab kepada pasien dan sistem
kesehatan.

Standar 10
Respons terapi semua pasien harus dimonitor. Pada
pasien TB paru penilaian terbaik adalah dengan
pemeriksaan sputum ulang (2x) paling kurang pada
saat menyelesaikan fase awal (2 bulan), bulan ke-5,
dan pada akhir pengobatan. Pasien dengan BTA +
pada bulan ke-5 pengobatan dianggap sebagai gagal
terapi dan diberikan obat dengan modifikasi yang
tepat (sesuai standar 14 dan 15). Penilaian respons
terapi pada pasien TB ekstraparu dan anak-anak,
paling baik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto
toraks untuk evaluasi tidak diperlukan dan dapat
menyesatkan (misleading).
Standar 11
Pencatatan tertulis mengenai semua
pengobatan yang diberikan, respons
bakteriologis dan efek samping harus ada
untuk semua pasien.
Standar 12
Pada daerah dengan angka prevalensi HIV yang
tinggi di populasi dengan kemungkinan ko-
infeksi TB-HIV, maka konseling dan pemeriksaan
HIV diindikasikan untuk seluruh pasien TB
sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada
daerah dengan prevalensi HIV yang rendah,
konseling dan pemeriksaan HIV hanya diindikasi
pada pasien TB dengan keluhan dan tanda2
yang diduga berhubungan dengan HIV dan pada
pasien TB dengan riwayat risiko tinggi terpajan
HIV.

Standar 13
Semua pasien TB-HIV harus dievaluasi untuk menentukan
apakah mempunyai indikasi untuk diberi terapi
antiretroviral (ARV) dalam masa pemberian OAT.
Perencanaan yang sesuai untuk memperoleh obat ARV
harus dibuat bagi pasien yang memenuhi indikasi.
Mengingat terdapat kompleksitas pada pemberian secara
bersamaan antara OAT dan obat ARV maka dianjurkan
untuk berkonsultasi kepada pakar di bidang tersebut
sebelum pengobatan dimulai, tanpa perlu
mempertimbangkan penyakit apa yang muncul lebih
dahulu. Meskipun demikian pemberian OAT jangan
sampai ditunda. Semua pasien TB-HIV harus mendapat
kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi lainnya.
Standar 14
Penilaian terhadap kemungkinan resistensi obat
harus dilakukan pada semua pasien yang
berisiko tinggi berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya, pajanan dengan sumber yang
mungkin sudah resisten dan prevalensi resistensi
obat pada komunitas. Pada pasien dengan
kemungkinan MDR harus dilakukan
pemeriksaan kultur dan uji sensitifitas terhadap
INH, rifampisin, dan etambutol.
Standar 15
Pasien TB dengan MDR harus diterapi dengan
paduan khusus terdiri atas obat2 lini kedua.
Paling kurang diberikan 4 macam obat yang
diketahui atau dianggap sensitif dan
diberikan selama paling kurang selama 18
bulan. Untuk memastikan kepatuhan
diperlukan pengukuran yang berorientasi
kepada pasien. Konsultasi dengan pakar di
bidang MDR harus dilakukan.
Pengobatan TB bertujuan untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-
KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan
obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan
paduan obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (default)
Pemeriksaan menggunakan sistem skoring
Skor < 5 Isoniazid 5-10 mg/kg BB/hari
selama 6 bulan
Belum imunisasi BCG imunsasi setelah
pengobatan pencegahan selesai
Hamil
Penggunaan streptomisin dihindari
Streptomisin permanent ototoxic, menembus barier
plasenta
Menyusui
Semua jenis OAT aman
Bayi yang disusui diberi profilaksis
Pengguna kontrasepsi
Rifampisin + kontrasepsi hormonal efektivitas
kontrasepsi tersebut
Pasien TB kontrsepsi non hormonal atau estrogen dosis
tinggi (50 mcg)
Penderita TB + HIV/AIDS
Dahulukan pengobatan TB
ARV berdasarkan stadium klinis AIDS
Injeksi streptomisin UNIVERSAL PRECAUTION
Hepatitis akut
OAT ditunda sampai hepatitis sembuh
OAT diperlukan streptomisin + etambutol
maks. selama 3 bulan sampai hapatitis sembuh
dilanjutkan dengan rimfampisin + isoniazid
selama 6 bulan
Kelaianan hati kronik
Periksaa faal hati sebelum terapi OAT
SGOT & SGPT > 3x OAT tidak diberikan atau harus dihentikan
SGOT & SGPT < 3x OAT diawasi dgn ketat
Hindari penggunaan pirazinamid
2RHES/6RH atau 2HES/10HE
Gagal Ginjal
HRZ aman, SE dihindari penggunaannya
Aman 2HRZ/4HR
DM
Rimfampisin + sulfonilurea efektivitas sulfonilurea dosis perlu
sulfonilurea ditingkatkan
Paling aman dgn penggunaan insulin
Retinopati diabetika hati hati etambutol

Pasien TB yang perlu mendapat tambahan
kortikosteroid
Meningitis TB
TB milier dengan atau tanpa meningitis
TB dengan Pleuritis eksudativa
TB dengan Perikarditis konstriktiva.

Indikasi operasi
Untuk TB paru:
Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi
dengan cara konservatif.
Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang
tidak dapat diatasi secara konservatif.
Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
Untuk TB ekstra paru:
Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya
pasien TB tulang yang disertai kelainan neurologik.
Menjamin keteraturan pengobatan
Seseorang yg dikenal, dipercayai & disetujui
pasien & petugas kesehatan, bersedia
membantu dgn sukarela dan bersedia dilatih
& mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan pasien
Memahami informasi penting tentang TB
Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara
teratur sampai selesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada pasien agar mau
berobat teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak
pada waktu yang telah ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga
pasien TB yang mempunyai gejala-gejala
mencurigakan TB untuk segera memeriksakan
diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.
OAT gatal
Singkirkan penyebab lain beri antihistamin
terusakan OAT dengan pengawasan ketat
Gatal berlanjut, kemerahan kulit hentikan
semua OAT sampai kemerahan kulit hilang
Makin parah rujuk

Anda mungkin juga menyukai