Anda di halaman 1dari 5

Tanatologi

Definisi
Tanatologi berasal dari thanatology, thanatos berarti kematian dan logy berarti ilmu. Jadi
tanatologi adalah ilmu tentang kematian. Ini meliputi pembahasan mengenai pengertian mati,
cara menetapkan telah terjadi kematian dan perubahan post-mortem. Penetapan seseorang telah
mati dan memberi penilaian terhadap perubahan post-mortem ini penting karena berkaitan
dengan pemeriksaan jenazah untuk kepentingan medikolegal. Walau nilai terpenting adalah
untuk menilai penentuan saat kematian korban (post-mortem interval), namun aspek medikolegal
yang lain tidak kalah penting.

Medikolegal
Ada beberapa perubahan post-mortem yang perlu diperiksa dan diperhatikan. Pemeriksaan yang
teliti terhadap perubahan post-mortem dapat membantu menentukan apakah korban telah pasti
meninggal, telah berapa lama korban meninggal, posisi korban waktu meninggal, apakah posisi
korban telah berubah dari posisi semula dan kadang-kadang bisa menentukan sebab dan cara
kematian.

Bagi penegak hukum penjelasan dan keterangan ahli yang dapat mengungkapkan telah berapa
lama korban mati, penting untuk mengetahui siapa-siapa yang terlibat dalam peristiwa kematian
seseorang dan itu berkaitan dengan alibi tersangka. Demikian juga dengan posisi korban waktu
meninggal, perubahan posisi, sebab dan cara kematian yang dapat terungkap dari perubahan-
perubahan yang didapati pada mayat. Oleh karena itu, pemeriksaan ini merupakan bagian
penting dari pemeriksaan mayat.

Dalam laporan pemeriksaan mayat (VeR mayat), dokter hanya mencantumkan perubahan-
perubahan tersebut, tanpa memberikan kesimpulan lama kematian, posisi waktu meninggal dan
lain-lain. Diharapkan para pemakai visum melalui pengetahuan yang baik tentang ini dapat
memberikan penilaian sendiri terhadap perubahan-perubahan pada mayat tersebut. Bila
diperlukan dokter akan menjelaskan nilai perubahan pada mayat tersebut jika diminta penyidik
atau pengadilan.

Kematian
Kematian dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu kematian somatik dan kematian molekuler.

Kematian somatik
Kematian somatik atau sistemik adalah kematian yang dinilai dari terhentinya sistem sirkulasi,
respirasi dan inervasi. Ketiga sistem ini disebut sebagai 3 pilar atau tonggak kehidupan. Bila
salah satu sistem tersebut berhenti maka sistem yang lain ikut berhenti. Tetapi sekarang karena
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dapat membuat sirkulasi dan respirasi terus
berfungsi walaupun otak sebagai pusat pengendali persyarafan telah berhenti berfungsi (mati
otak atau mati batang otak).

Pada kematian somatik, sel-sel tubuh masih hidup. Otot-otot masih dapat dirangsang dan masih
memberikan reaksi terhadap rangsangan listrik, peristaltik usus kadang-kadang masih terdengar,
pupil mata masih bereaksi terhadap penetesan midriatikum atau myotikum seperti atropine dan
fisostigmin. Sel-sel sperma masih hidup dalam testikel. Pada masa ini bila diperlukan organ atau
sel tubuh korban seperti kornea, ginjal, sperma, jantung dan lain-lain masih bisa dipindahkan
atau ditransplantasikan kepada orang yang memerlukannya.

Tanda tanda kematian somatik
1. Berhenti sirkulasi
Untuk menyatakan bahwa sirkulasi darah absolut berhenti, harus diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, dan auskultasi yang teliti terus menerus selama 5 menit. Hati-hati pada
ornga gemuk karena bisa suara-suara jantung yang lemah atau ritme jantung yang rendah
sehingga tidak terdengar dan teraba. Pada masa kini bila terjadi di rumah sakit bisa
dilakukan pemeriksaan ECG.
2. Berhenti respirasi
Pada pemeriksaan dengan stetoskop selama 5 menit dapat memastikan respirasi telah
berhenti, tidak terlihat gerakan pernapasan.
3. Berhentinya inervasi
Fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihat dari hilangnya semua refleks, tidak
ada rasa sakit, tidak ada tonus otot dan tidak ada refleks cahaya pada pupil mata dan
pupil mata melebar kecuali pada keracunan morfin menjadi sangat kecil (pint point).

Kematian molekuler
Terjadi sesudah kematian somatik. Jarak antara mati somatik dan mati molekuler tidak serentak
pada semua sel dan jaringan tubuh tapi tergantung pada jenis sel. Sel-sel otak paling cepat mati
oleh karena kekurangan O
2
. Dalam waktu 4-5 menit jaringan otak tidak mendapat O
2
, ia akan
mati dan tidak dapat diperbaiki lagi (irreversible), otot masih dapat dirangsang dengan listrik di
bawah 3 jam sementara kornea mata masih dapat ditransplantasikan di bawah 6 jam kematian
dan sperma dapat bertahan sampai 24 jam.

Tanda-tanda kematian molekuler
Ada 6 tanda kematian molekuler yaitu:
1. Penurunan suhu
Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti temperatur sekitarnya. Suhu
tubuh ternyata turun tidak sama rata setiap jam. Ini disebabkan karena suhu yang diambil
untuk pengukuran adalah suhu bagian dalam tubuh yang diambil secara rektal sedalam 10
cm dengan mempergunakan termometer panjang berskala 0-50
o
C. Penurunan suhu
bagian luar tubuh yang dipengaruhi suhu udara luar tidak berlangsung sama dengan
bagian dalam tubuh. Ternyata suhu bagian dalam tubuh tetap bertahan sama untuk 2-3
jam, sesudah tahap ini suhu turun secara bertahap sampai mendekati suhu sekitarnya.
Penentuan lama kematian dapat ditentukan melalui rumus sederhana yaitu:
Lama kematian (jam) = suhu tubuh (37
o
C) suhu rektal (saat diperiksa) + 3

Untuk korban yang berada dalam media air atau media tanah, perlu diperhitungkan
bahwa penurunan suhu akan berbeda dengan penurunan di udara terbuka. Penurunan
paling cepat dalam media air (tenggelam) dan terlama dalam media tanah (dikubur).
Sebagai pedoman perbedaan penurunan rata-rata adalah media air : udara : tanah = 4:2:1

2. Lebam mayat (Livor Mortis)
Sesudah sirkulasi berhenti, maka cairan tubuh terutama cairan darah akan dipengaruhi
oleh gaya gravitasi bumi. Darah akan bergerak ke bagian tubuh yang terendah. Pada
awalnya darah masih berkumpul dalam sistem pembuluh darah, kemudian zat warna
darah yang timbul karena hemolisis dapat menembus dinding pembuluh darah masuk ke
jaringan. Pada periode darah masih dalam pembuluh darah, penekanan di daerah lebam
mayat membuat warnanya akan kembali seperti semula, tetapi pada periode zat warna
darah telah masuk ke jaringan maka pada penekanan tidak terjadi perubahan warna lagi
yang disebut lebam mayat menetap.

Karena darah umumnya berwarna lebih gelap dari kulit akan terlihat perubahan warna di
bagian tubuh tersebut akibat zat warna darah biasanya berwarna merah gelap (livid),
Perubahan warna akibat berkumpulnya darah ke bagian terendah dari tubuh disebut
lebam mayat (liver mortis)

3. Kaku mayat (Rigor Mortis, Cadaveric Rigidity)
Pada awal kematian seluruh otot-otot tubuh dalam keadaan lemas. Ini disebut masa
relaksasi primer, pelan-pelan secara bertahap otot-otot tubuh baik volunter maupun otot
involunter akan menajadi kaku., kedaan ini bertahan untuk beberapa jam. Setelah periode
ini kekakuan menghilang kembali memasuki periode relaksasi sekunder. Bersamaan
dengan periode relaksasi sekunder tubuh akan mengalami periode pembusukan.

Rigor mortis biasanya mulai setelah 2-3 jam sesudah kematian dan proses terjadinya
rigor mortis berlanjut sampai 8-12 jam setelah kematian. Kaku mayat ini akan
berlangsung beberapa jam dan kemudian pelan-pelan akan menghilang kembali dalam
24-36 jam.

4. Pembusukan (Decomposition)
Pembusukan adalah perubahan terakhir yang terakhir (late post-mortem periode) pada
tubuh setelah kematian, dimana terjadi pemecahan protein kompleks menjadi protein
yang lebih sederhana disertai timbulnya gas-gas pembusukan yang bau dan terjadinya
perubahan warna. Hal ini disebabkan kerja bakteri komensalis yang biasanya hidup
dalam usus dan bakteri yang berasal dari luar seperti bakteri Cl. Welchii, B. Colli,
Streptokokus, Stafilokokus, Diphteroid, Proteus dan lain-lain. Akibat pembusukan ini
terjadi gas-gas pembusukan diantaranya gas belerang hidrogen (H
2
S) yang menimbulkan
bau seperti telur busuk, phosphorated hydrogen, CO
2
, CO dan lain-lain. Dalam 2-3 hari
pembusukan yang menghasilkan gas pembusukan menyebabkan perut kembung.

5. Adiposere
Adiposere terbentuk bila tubuh terdapat dalam keadaan lembab di air ataupun di tanah
yang basah. Perubahan ini terjadi disebabkan oleh karena hydrogenasi dari lemak bebas
seperti asam oleat yang dirubah menjadi asam lemak jenuh. Pada akhirnya seluruh lemak
dirubah menjadi asam palmitat, stearat, asam hydroksi stearat dan campuran dari semua
bahan-bahan ini menjadi substansi asam lemak yang lunak, putih kecoklatan, berminyak
dan bau yang spesifik yang disebut dengan Adiposere.

6. Mummifikasi
Mayat bila diletakkan pada suhu panas dan udara kering atau terpapar cahaya matahari
dalam waktu lama akan mengalami pengeringan akibat kehilangan cairan tubuh. Panas
yang tinggi dan udara yang kering menghalangi proses pembusukan oleh mikroorganisme
sehingga mayat mengalami mummifikasi. Mummifikasi biasanya terjadi di daerah gurun
pasir.

Jangka waktu yang diperlukan sehingga terjadi mummifikasi biasanya lama, bisa dalam
waktu 3 bulan atau lebih, mayat relatif masih utuh, maka identifikasi lebih mudah
dilakukan. Begitu pula luka-luka pada tubuh korban kadang masih dapat dikenal.

Kepentingan medikolegal dari adiposere dan mummifikasi adalah dapat menunjukkan
tempat kematian (kering, panas atau di tempat basah).

Anda mungkin juga menyukai