Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG

Pendidikan mempunyai peranan yang strategis dalam mengembangkan
sumber daya manusia , dan merupakan hak bagi semua warga negara dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasarnya serta meningkatkan kualitas hidupnya.
Batang tubuh UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga
Negara berhak mendapat pendidikan, dan Pasal 28 B Ayat (1) mengamanatkan
bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasar.

Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan tentang penyelenggaraan
pendidikan dalam bentuk formal (persekolahan) dan nonformal yang berlangsung
diluar sistem sekolah, dan bahkan ada yang berlangsung didalam rumah tangga,
sehingga dijadikan sebagai suatu landasan hukum penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia. Pada umumnya pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan di luar sistem persekolahan dan
diarahkan agar dapat berperan sebagai pengganti, penambah, dan / atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Kegiatan pendidikan nonformal diharapkan dapat berfungsi untuk
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional (UU No. 20 tahun 2003).

Salah satu program pendidikan nonformal yang sementara digalakkan saat
ini dalam rangka untuk memberi layanan pendidikan secara adil kepada seluruh


Page 1

warga masyarakat, utamanya bagi warga masyarakat penyandang buta aksara
adalah penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan. Namun realitas
dilapangan, khususnya didesa Lueng Bimba Kecamatan Meurah Dua Kabupaten
Pidie Jaya, bahwa masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar masih sulit
keluar dari jerat kebodohan dan kemiskinan. Hal ini disebabkan karena warga
belajar masih belum mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan
keaksaraannya mereka untuk meningkatkan kualitas diri dalam kehidupannya.
Untuk itu warga belajar yang telah selesai mengikuti pendidikan keaksaraan dasar
perlu dikembangkan lagi kompetensi keaksarannya supaya dapat mengembangkan
dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh warga belajar
tersebut, sehingga diharapkan mereka dapat memenuhi / meningkatkan kebutuhan
kehidupannya secara mandiri.

Melihat kondisi desa Lueng Bimba yang merupakan daerah pesisir di
Kecamatan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya yang letak geografinya rata-rata
datar serta lokasinya jauh dari aktifitas perdagangan dan jauh dari pusat keramaian
ditambah sebagian masyarakatnya masih buta aksara, kebanyakan penduduknya
bekerja sebagai petani dan nelayan dengan penghasilan yang cukup rendah jauh
dari rata-rata pendapatan yang layak. Oleh karena itu, permasalahan didesa Lueng
Bimba perlu ditangani pengelolaannya secara ekstra khususnya dibidang sumber
daya manusianya.

Berdasarkan uraian diatas, maka Keaksaraan Fungsional yang tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan pemberdayaan penduduk buta aksara
melalui peningkatan pengetahuan sikap, keterampilan untuk berusaha secara
mandiri, diharapkan dapat meningkatkan mutu dan taraf hidup warga belajarnya
yang diperoleh melalui kemampuan membaca, menulis, berhitung serta
pengembangan pendidikan keterampilan yang ditandai dengan adanya peningkatan
pendapatan dan kemampuan warga belajar untuk dapat memanfaatkan
kemampuan baca-tulis dan hitung tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi
sosialnya dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari dalam
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu warga belajar yang telah mencapai
kompetensi keaksaraan tingkat dasar selayaknya perlu dilanjutkan dengan program
tersebut dengan harapan agar warga belajar dapat mengembangkan kemampuan
mereka untuk berusaha secara mandiri, sehingga pemberdayaan mereka untuk
memiliki kecakapan hidup (life skill) supaya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
minimal dapat teratasi.
Salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Lueng Bimba yaitu
kerajinan menghias payung pengantin. Bisa dibilang sebuah kata yang pantas di
ucapkan yaitu di lindungi agar tidak mengalami masa kepunahan, mungkin ada
berbagai macam alasan kenapa produk kerajinan ini perlu mendapat perhatian kita
bersama. Dengan adanya pemberdayaan kerajinan ini, diharapkan bisa
meningkatan kemampuan keberaksaraan bagi warga belajar yang telah mengikuti
dan atau mencapai kompetensi keaksaraan dasar, melalui pembelajaran
keterampilan usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas
warga belajar, baik secara perorangan maupun kelompok sehinggga diharapkan
dapat memiliki mata pencaharian dan penghasilan dalam rangka peningkatan taraf
hidupnya.

















Page 3
B. MASALAH DAN TUJUAN

1. PERMASALAHAN

Dari latar belakang diatas dapat ditarik sebuah permasalahan didesa Lueng
Bimba. Adapun permasalahan yang cukup menonjol ada 3 aspek yang rata-rata
dialami oleh sebagian wilayah desa Lueng Bimba, yaitu :

a) Bagaimana meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung
(calistung) didesa Lueng Bimba yang berhubungan dengan kerajinan menghias
payung pengantin?

b) Bagaimana teknik pemasaran hasil pengelolaan kerajinan menghias payung
pengantin tersebut yang dapat mendatangkan rejeki?

c) Apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari kerajinan menghias payung
pengantin yang ada di desa Lueng Bimba?



2. TUJUAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk menyampaikan jawaban terhadap

masalah yang dirumuskan dalam perumusan masalah diatas yaitu :

a) Untuk meningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung
(calistung) didesa Lueng Bimba yang berhubungan dengan kerajinan menghias
payung pengantin.

b) Untuk mengetahui teknik pemasaran hasil pengelolaan kerajinan menghias
payung pengantin tersebut yang dapat mendatangkan rejeki.

c) Untuk mengetahui apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari pengelolaan
karpet yang ada didesa Lueng Bimba.








Page 4
C. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

1. ALASAN PEMILIHAN STRATEGI METODE PBL

Model adalah pola, contoh, acuan, ragam. Sedangkan yang dimaksud
model pembelajaran ini adalah penyederhanaan program Keaksaraan Usaha
Mandiri sebagai proses yang aktual yang memungkinkan warga belajar bertindak
berdasarkan model PBL ( Problem Based Learning ) atau pembelajaran berbasis
masalah.

Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU no. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas. Arti
pendidikan mengacu pada pendidikan dalam arti sempit adalah pembelajaran
pendidikan yang diartikan sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang belajar,
makna pembelajaran disini adalah proses interaksi edukasi warga belajar dengan
tutor dalam program pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri dengan model PBL (

Problem Based Learning ) .

Standar kompetensi Keaksaraan Usaha Mandiri adalah ukuran kompetensi
minimal yang harus dicapai warga belajar setelah mengikuti suatu proses
pembelajaran dan ketrampilan uasaha mandiri pada satuan pendidikan keaksaraan,
minimal meliputi kemampuan memilih jenis usaha, merancang usaha,
melaksanakan usaha dan memelihara kelangsungan usaha.

Menurut Arends (Trianto, 2007:68) karakteristik pembelajaran berbasis
masalah adalah :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang
keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi warga
belajar.




BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 5

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah
dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya warga belajar meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik. Warga belajar dituntut untuk menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan,
model fisik, video maupun program komputer.

5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh warga belajar
yang bekerjasama satu dengan yang lainnya.

Sedangkang PBL disini adalah metode yang menghubungkan dunia
pembelajaran dengan dunia nyata yang mengelilingi warga belajar keaksaraan.
Lingkungan warga belajar yang nyata menuntut pemenuhan kebutuhan
pengetahuan dan keterampilan warga belajar setelah mengikuti pembelajaran
Keaksaraan Usaha Mandiri, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan baru
setelah mengalami proses pembelajaran.


2. DESKRIPSI STRATEGI PENGGUNAAN METODE PBL

Dengan melihat kondisi warga belajar didesa Lueng Bimba yang telah
diuraikan diatas ketika pelaksanaan Keaksaraan Fungsional secara garis besar
temuan yang muncul adalah :

1. Warga belajar kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat miskin,
disamping itu juga masih buta aksara dikarenakan pada beberapa lulusan yang
pada program Keaksaraan Fungsional pernah mendapatkan Surat Keterangan

BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 6

Melek Aksara (SUKMA), masih mengalami penurunan kemampuan menjadi
buta aksara kembali, disamping itu belum memiliki ketrampilan berkerja,
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

2. Walapun pembelajaran Keaksaraan Fungsional tidak memunggut biaya namun
kebanyakan warga tidak mengikuti pembelajaran, karena mereka berusaha
mencari nafkah yang saling gonta ganti pekerjaan / tidak tetap, sehingga
efektifitas waktu belajarnya sangat kurang.

3. Warga belajar kurang memahami secara jelas tujuan belajar / manfaat belajar
setelah mengikuti pembelajaran Keaksaraan Fungsional untuk kehidupan
mereka dimasa datang.

4. Program pembelajaran pendidikan Keaksaraan Fungsional selama ini hanya
menitikberatkan pada baca, tulis dan hitung (calistung) saja.

5. Usia penduduk desa Lueng Bimba kebanyakan sudah dewasa dan tua sehingga
tidak mudah dibelajarkan. Oleh karena itu Strategi dan pendekatan
pembelajaran yang kami lakukan dengan mengikuti kaidah-kaidah pendidikan
orang dewasa (Andragogi), adapun yang dimaksud adalah:

Pembelajaran harus berorientasi pada masalah (problem oriented).

Pembelajaran harus berorientasi pada pengalaman pribadi warga belajar

(experiences oriented).

Pembelajaran harus memberi pengalaman yang bermakna (meaningfull)
bagi warga belajar.

Pembelajaran harus memberi kebebasan bagi warga belajar sesuai dengan
minat, kebutuhan dan pengalamannya.







BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 7

Maka dari gambaran diatas, kiranya diperlukannya model pembelajaran
keaksaraan yang sesuai dengan kondisi warga belajar didesa Lueng Bimba yaitu
dengan model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning ) atau pembelajaran
berbasis masalah



























































BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 8
BAB II

PEMBAHASAN




A. PROSEDUR PELAKSANAAN

Kegiatan pembelajaran keaksaraan usaha mandiri di desa Lueng Bimba
dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2012 yang sumber anggaranya berasal
dari bantuan Program KUM dana APBN. Dimana pelaksanaan program ini cukup
sederhana dalam merealisasikannya, cukup memberitahukan kepada warga belajar
KF melalui bantuan pihak desa yang kemudian disosialisasikan oleh PKK Desa
dan diteruskan ke PKK RW sampai Dasa Wisma.

Di desa Lueng Bimba terdapat 3 lokasi yang dipakai untuk
menyelenggarakan kegiatan keaksaraan usaha mandiri bagi warga desa setempat,
dimana secara umum tempat yang dipakai adalah rumah salah satu warga setempat
yang jarak keterjangkauannya dari warga belajar relatif lebih dekat. Ini merupakan
bukti partisipasi masyarakat dalam menyukseskan program berantas buta aksara.
Umunya disetiap tempat hanya ada satu tutor yang menangani satu kelompok,
adapun data tutor dan warga belajar yang dapat penulis sajikan adalah warga
belajar yang penulis tangani. Berikut adalah data yang ada di desa Lueng Bimba

No Nama Tutor Tempat/Tanggal Lahir Pekerjan Alamat



1 Endang Sawitri Klaten, 01 Maret 1969
Guru Gedangan 01/06
PAUD Lueng Bimba






2 Ubaidah Kendal, 04 April 1976
Guru Gedangan 01/06
PAUD Lueng Bimba






3 Ani Riyansih Kendal, 27 Mei 1988
Guru Klangsen 01/08
PAUD Lueng Bimba










BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 9


No Nama Warga Belajar Jenis Kelamin Pekerjaan

1 Rupiatun P Buruh

2 Fatonah P Petani

3 Satun P Petani

4 Jurotun P Petani

5 Fusilat P Buruh

6 Mariyatun P Petani

7 Jumini P Petani

8 Rumini P Buruh

9 Mariyati P Petani

10 Jumik P Ibu Rumah Tangga






B. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan yang penulis tangani dapat

diklarifikasikan dalam 5 tahap, yaitu :

1. Tahap I Orientasi warga belajar pada masalah

Sebelum melangkah pada pembelajaran, tutor keaksaraan di desa Lueng
Bimba telah melakukan sebuah penelitian dengan beberapa sampel dan data
dari PKK RT maupun RW, hasil yang muncul dapat disimpulkan bahwa
permasalahan yang muncul pada warga rata-rata berupa permasalahan
ekonomi dan pengangguran. Hal ini yang kemudian dijadikan pijakan bagi
tutor untuk melakukan langkah-langkah pembelajaran yang tepat terhadap
warga belajar.



BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 10
2. Tahap II Mengorganisasikan warga belajar untuk belajar

Tutor KUM desa Lueng Bimba membantu warga belajar mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Hal ini
dilakukan dengan cara pendekatan antar individu , kemudian dibahas bersama-
sama dalam sebuah kelompok belajar. Ide-ide bermunculan ketika tutor
menstimulasi dengan keadaan kondisi lingkungan sekitar yang ada. Berawal
dengan pembahasan munculnya ide kreatif terhadap sebuah usaha, namun
harus terbengkelai ketika berbicara masalah cara pembuatannya. Disinilah
peran tutor untuk mengarahkan warga belajar untuk senantiasa melek aksara
dikarenakan dengan melek aksara mereka bisa membaca buku maupun artikel
apapun untuk membuat suatu produk.


3. Tahap III Membimbing penyelidikan kelompok

Tutor membantu warga belajar untuk mengumpulkan informasi untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, mencari potensi yang belum
tergarap dengan biaya murah serta kebutuhan waktu yang mencukupi. Disini
warga belajar menginformasikan beberapa hal berdasarkan pengalaman yang
dimilikinya, ternyata terdapat sebuah prioritas terhadap ide kreatif yang
muncul dari warga belajar sendiri dengan memanfaatkan kerajinan menghias
payung pengantin yang ada di perusahaan sekitar lingkungan mereka. Ide
tersebut berawal dengan pembuatan keset, namun akhirnya berkembang
dengan pembuatan lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam
bros kerudung, dompet dan sarung handphone.







BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 11
4. Tahap IV Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Tutor membantu warga belajar dalam merencanakan dan menyiapkan karya.
Dengan mencari buku ketrampilan, tutor mulai mencoba mengadopsikan pola-
pola dalam buku ketrampilan tersebut menjadi sebuah produk yang sesuai
dengan ide awal yaitu pembuatan keset, lamping, tatakan gelas, tatakan
mangkok, aneka macam bros kerudung, dompet dan sarung handphone dari
sisa kerajinan menghias payung pengantin. Kemudian tutor menyajikan tata
cara pembuatan produk tersebut dalam bentuk teks yang harus dipelajari oleh
warga belajar. Dari sinilah kemudian proses belajar mengajar dimulai dengan
beberapa keilmuan untuk menciptakan sebuah produk. Adapun beberapa
keilmuan yang harus dipelajari oleh warga belajar adalah sebagai berikut :

Belajar anyaman dasar

Anyaman adalah hasil dari menganyam yaitu mengatur bilah bambu atau
bahan lain secara tindih menindih atau silang menyilang (Joko Santoso,
2010:6)

Belajar tehnik menjahit

Menjahit merupakan proses dalam menyatukan bagian-bagian kain yang
telah digunting berdasarkan pola dengan benang (Tuti Siswanti, 2004:5)

Belajar aneka kerajinan kain perca

Berkreasi dengan kain perca adalah menyatukan lapisan-lapisan kain perca
menjadi satu paduan yang unik dan indah. Keberagaman kain perca baik
dari segi warna, corak, maupun bahan justru membuat satu kesatuan
tekstur yang mempesona (E Kristin Siregar, 2009:6)







BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 12
Belajar berkreasi dengan barang bekas

Dalam pemanfaatan barang bekas, kreativitas merupakan salah satu faktor
penting yang sangat menentukan nilai akhir dari suatu barang. Dengan
daya kreativitas yang berbeda dari setiap orang sering kali menghasilkan
benda baru dan bernilai lebih. Hal ini karena kreativitas merupakan sebuah
kelebihan yang dimiliki oleh semua orang. Setiap orang mempunyai daya
kreasi yang tidak terbatas yang membuat dia dapat bertahan di lingkungan
yang terbatas (Sisdiati, 2010:9)

Belajar ketrampilan wadah-wadah kreatif

Disekitar kita masih banyak barang yang dapat didaur ulang. Dengan
sedikit kreatifitas barang-barang tersebut dapat diwujudkan menjadi

kerajinan dan hasta karya (Bagas Shinugi, 2009:6)

setelah memahami pembelajaran teori yang cukup banyak memakan waktu dan
ketlatenan barulah menginjak pada pembelajaran praktek.



5. Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran

Tutor membantu warga belajar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
belajar dengan cara memberikan test berupa soal cara membuat produk yang
telah mereka buat beserta ukuran-ukuranya dari sinilah dapat dilihat
keberhasilan proses belajar mengajar yang telah tutor laksanakan. Bentuk
evaluasi ini sesuai dengan peningkatan pengetahuan membaca, menulis dan
berhitung (calistung) Kemudian setelah dirasa cukup tutor menyampaikan
sebuah apresiasi terhadap hasil belajar dan ditindaklanjuti dengan
penyampaian pengetahuan tentang :




BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 13
Kualitas produk

kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan
yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat.

(http://dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-produk.html)

Warga belajar desa Lueng Bimba mulai menerapkan konsep mutu /
kualitas pada produknya walaupun belum memiliki acuan standar yang
dipergunakan.

Tehnik pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan
karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana
secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan
pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung
dalam kaitannya dengan pasar
(http://fauzijonhar4.blogspot.com/2012/12/pengertian-pemasaran.html)
Pengetahuan warga belajar tentang teknik pemasaran hasil pengelolaan
kerajinan menghias payung pengantin didesa Lueng Bimba dibuktikan
dengan kemajuan pengetahuan tentang metode pemasaran yang diawali
dari metode sederhana berupa menjual hasil produknya dengan cara
ditawarkan kepada tetangga dan lingkungan sekitar mereka.

Peran koperasi untuk usaha kecil menengah

Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa
fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:

BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 14

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko
gurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

e. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi

para pelajar bangsa.

Dalam hal ini warga belajar belum muncul keinginan menjadi anggota
koperasi, dikarenakan dengan pertimbangan penghasilan yang masih
belum menentu. Sehingga keterlibatan koperasi untuk untuk berperan
menuntaskan warga belajar didesa Lueng Bimba masih dalam wacana.


C. KENDALA YANG DIHADAPI

Hakikat pembelajaran keaksaraan berpusat pada masalah, minat dan
kebutuhan warga belajar itu sendiri. Substansi materi belajarnya didasarkan pada
kegiatan untuk membantu mereka dalam mengimplementasikan keterampilan dan
pengetahuan yang dimilikinya. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan




BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 15
belajar apa yang mereka ingin pelajari, sehingga usaha untuk membebaskan

mereka dari buta aksarapun harus menemui kendala, antara lain :

1. Proses pelaksanaanya membutuhkan cukup banyak waktu untuk memulai
persiapan pembelajaran.

2. Keterbatasan pengetahuan mereka terhadap kompetisi usaha menjadikan cara
berinovasi produknya lebih banyak menjiplak / mengcopi daripada
menciptakan kreasi baru.

3. Keterbatasan alat kerja yang dimiliki warga belajar untuk membuat produk,
sehingga harus membuat produk secara konvensional.

4. Persaingan harga produk diluar yang sangat ketat menjadikan keuntungan
penjualan produk sangat minim.



D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

Dalam pelaksanaan Keaksaraan Usaha Mandiri didesa Lueng Bimba
banyak juga hal yang menjadikan faktor pendukung terlaksananya program
pemberantasan buta aksara. Hal ini menjadi salah satu penunjang keberhasilan
program tersebut didesa Lueng Bimba. Ada 3 faktor pendukung yang dimiliki,
yaitu :

1. Potensi Lokal

Di desa Lueng Bimba, yang merupakan desa perbatasan antara kabupaten
Kendal dengan kabupaten kota Semarang dimana rata-rata penduduknya
berprofesi sebagai petani, buruh pabrik dan buruh borongan. Keadaan
geologinya yang datar dan jauh dari aktifitas perdagangan menjadikan desa ini
banyak dilirik pengusaha besar untuk mendirikan pabrik-pabrik. Salah satu hal
yang penulis sorot adalah keberadaan pabrik karpet yang hasil limbahnya
belum terkelola




BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 16
secara intensif, padahal memiliki potensi ekonomi yang bagus karena dapat

dibuat sebagai produk yang layak jual.

2. Disain lokal

Lueng Bimba merupakan wilayah desa dengan taraf pendidikan rata-rata relatif
rendah yang kebanyakan masyarakatnya lebih banyak waktu dirumah
menjadikan salah satu alasan penulis untuk memunculkan ide-ide kreatif
disela-sela waktu mereka sehingga nantinya dapat menstimulasi warga belajar
untuk lebih bisa berkreasi mendesain produk-produk lain yang nantinya dapat
menjadi sebuah ciri desain lokal. Dari praktek keaksaraan usaha mandiri yang
telah di laksanakan di desa Lueng Bimba, Warga belajar dapat menciptakan
produk keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros
kerudung, dompet dan sarung handphone yang merupakan hasil bentuk
kreatifitas dari warga belajar.

3. Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Desa

Seperti halnya program-program pemerintah yang lainnya, tentunya
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan tanpa adanya
partisipasi dari masyarakat, baik warga belajar maupun pihak-pihak lain yang
terkait. Terbukti pada saat sosialisasinya program keaksaraan usaha mandiri di
desa Lueng Bimba, respon dari pemerintah desa, Tim Penggerak PKK desa
sampai Dasa Wisma serta masyarakat cukup mendukung terlaksananya
program tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa kepedulian dan kebersamaan
merupakan salah satu factor pendukung yang dimiki desa Lueng Bimba.










BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 17
E. RENCANA TINDAK LANJUT

Untuk mengantisipasi perubahan eksternal dan dinamika hidup yang
semakin hari tantanganya semakin besar, setiap warga belajar dituntut untuk selalu
belajar secara mandiri agar mampu mengantisipasi jauh sebelumnya sehingga apa
yang menjadi tujuan bersama dalam mencapai masa depan yang lebih baik
minimal dapat diwujudkan. Hal tersebut diharapkan akan mampu mengasah
kemampuan warga belajar itu sendiri yang ditandai dengan terus meningkatnya
keinginan untuk selalu berinovasi dan memperbaiki kwalitas produknya, karena
individu yang selalu mau balajar merupakan prasyarat bagi terciptanya masa
depan yang lebih baik.

Dengan melihat kondisi warga belajar yang mayoritas warga miskin
tentunya untuk membuka usaha secara instan tidak akan mampu untuk
dilaksanakan. Rencana penulis akan menggandeng BKM Desa untuk mengadakan
program pembinaan terhadap warga belajar yang berkeinginan membuka usaha
melalui program-program yang digelontorkan PNPM Mandiri. Kedepanya setelah
kemandirian warga belajar sudah menunjukkan peningkatan yang positif bukan
tidak mungkin sebuah kelompok usaha dapat dibentuk.























BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 18
BAB III

SIMPULAN DAN REKOMENDASI




A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :

1. Adanya peningkatkan pengetahuan membaca, menulis dan berhitung
(calistung) didesa Lueng Bimba yang berhubungan dengan kerajinan menghias
payung pengantin. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan warga belajar
ketika mengerjakan test evaluasi yang didalam test tersebut terdapat
kompetensi membaca, menulis dan berhitung (calistung).

2. Adanya pengetahuan teknik pemasaran hasil pengelolaan kerajinan menghias
payung pengantin tersebut yang dapat mendatangkan rejeki. Hal ini dibuktikan
dengan kemajuan pengetahuan tentang metode pemasaran yang diawali dari
metode sederhana berupa menjual hasil produknya dengan cara ditawarkan
kepada tetangga dan lingkungan sekitar mereka.

3. Adanya pengetahuan apa saja macam-macam bentuk dan hasil dari
pengelolaan karpet yang ada didesa Lueng Bimba. Hal ini ditunjukkan dengan
varian produk yang tidak hanya satu macam saja, melainkan berbagai macam
seperti keset, lamping, tatakan gelas, tatakan mangkok, aneka macam bros
kerudung, dompet dan sarung handphone.












BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 19
B. REKOMENDASI

Beberapa hasil yang dipandang penting untuk dicermati dan menjadi

rekomendasi berdasarkan hasil karya ini, adalah hal-hal sebagai berikut :

1. Rekomendasi Bagi Pemerintah (Pengambil Kebijakan)

Pemerintah memberikan rambu-rambu agar tujuan pembelajaran, bahan
ajar, media dan strategi pembelajaran harus dikemas secara kreatif oleh
tutor, pendamping dan penyelenggara program.

Perlu dukungan dari pemerintah untuk memotivasi warga belajar secara
langsung secara periodik melalui kegiatan monitoring ke lokasi
pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis masalah yang telah dilaksanakan di desa
Lueng Bimba dapat dijadikan khasanah kekayaan dalam pendidikan
keaksaraan.

Model pembelajaran berbasis masalah cukup efektif mampu meningkatkan
ketercapaian kompetensi keaksaraan usaha mandiri.

2. Rekomendasi Bagi Praktisi Pendidikan Keaksaraan

Penyelenggaraan Keaksaraan Usaha Mandiri memerlukan komitmen
manajerial dari semua pihak terutama pengelola program, dan ditindak
lanjuti dengan pengelolaan yang tepat dengan cara keterlibatan secara utuh
baik pengelola maupun tutor.

Peran praktisi pendidikan sebagai kunci, memerankan kedudukannya
sebagai agen pembaharu dalam program pemberdayaan masyarakat
khususnya pendidikan keaksaraan, sehingga diperlukan pemahaman
teoritis dan praktis tentang pemberdayaan masyarakat.




BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 20
3. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut.

Hasil karya ini baru dilaksanakan pada kelompok belajar Keaksaraan
Usaha Mandiri didesa Lueng Bimba. Untuk menguji efektifitasnya, maka
perlu dilakukan penelitian pada kelompok belajar yang dilaksanakan
didaerah/wilayah lain.

























































BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 21





DAFTAR PUSTAKA







UU No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas
http://duniaparapelajar.wordpress.com/tag/pengertian-pencemaran-lingkungan/

Trianto . 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis. Jakarta :

Prestasi Pustaka

Santoso, Joko. 2010. Terampil Membuat Kerajinan Tangan. Solo : PT. Inti Prima Aksara
Siswanti, Tuti. 2004. Tehnik Menjahit Pakaian Wanita Dan Anak. Semarang : Aneka
Ilmu Siregar, Kristin, E, 2009. Aneka Kerajinan Dari Kain Perca. Bandung : PT. Karya
Kita Sisdiati. 2010. Berkreasi Dengan Barang Bekas. Jakarta : CV. Pamularsih

Shinugi, Bagas. 2009. Wadah-Wadah Kreatif. Jakarta : PT. Mediantara
Semesta http://dedylondong.blogspot.com/2011/11/kualitas-produk.html
http://fauzijonhar4.blogspot.com/2012/12/pengertian-pemasaran.html

UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian

























BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 22






































































BUTA AKSARA SIRNA, LIMBAH HILANG, REJEKI DATANG Page 23

Anda mungkin juga menyukai