Anda di halaman 1dari 4

Limbah besi dihasilkan oleh industri yang menggunakan besi sebagai bahan baku.

Pada umumnya limbah ini


dionggokan begitu saja di lingkungan pabrik. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Fero sulfat dapat
dibuat dengan mereaksikan besi dengan asam sulfat. selanjutnya fero sulfat dapat dioksidasi dalam suasana asam
untuk membentuk feri sulfat. Feri sulfat dapat digunakan sebagai bahan flokulan yang kemampuan pembentukan
gumpalan lebih baik dibanding garam fero maupun garam alumina. Oksidasi fero sulfat dapat ditingkatkan dengan
penambahan katalisator seperti kupri sulfat, asam fosfat ataupun mangaan dioksid. Tujuan dari penelitian ini untuk
mempelajari oksidasi ion fero yang dihasilkan dari limbah besi. Penelitian juga mempelajari pengaruh katalisator
yang digunakan yaitu kupri sulfat, asam fosfat dan mangaan dioksid. Limbah besi dilarutkan dalam asam sulfat pekat
untuk membentuk fero sulfat dalam suasana asam. Oksidasi katalitik dilakukan dengan mengalirkan udara dan
katalisator yang digunakan berturut-turut kupri sulfat, asam fosfat dan mangaan dioksid. kecepatan oksidasi
dipelajari pada kondisi isothermal dan tekanan tetap. Percobaan dijalankan pada labu leher tiga dan dilakukan pada
suhu antara 323 sampai 353K dan tekanan atmosferis. Contoh diambil tiap selang waktu tertentu untuk dianalisis
kadar fero sulfat sisa. Kecepatan oksidasi meningkat dengan kenaikan suhu dan konsentrasi katalisator. Konstante
kecepatan reaksi naik linier dengan kenaikan konsentrasi katalisator. Pengaruh konsentrasi katalisator pada
kecepatan oksidasi untuk kupri sulfat lebih kuat dibanding dengan asam fosfat. hubungan antara konstante
kecepatan reaksi dengan suhu mengikuti persamaan Arrhenius, k = A exp (- E/RT) dengan A dan E ialah faktor
frekuensi dan tenaga pengaktif. Nilai tenaga pengaktif berturut-turut untuk kupri sulfat 5212.30 cal/mol (21.8
kJ/mol) dan 5879.45 cal/mol (24.6 kJ/mol) untuk asam fosfat. Untuk penggunaan mangaan dioksid sebagai
katalisator, kecepatan oksidasi naik dengan kenaikkan suhu dan konsentrasi katalisator. Hasil perhitungan data
percobaan diperoleh nilai koefisien perpindahan massa gas cair dan cair ke padat berturut-turut 85,18 cm/s dan
196,67 cm/s. Persamaan Arrhenius untuk konstante kecepatan reaksi intrinsic berbentuk k = 8,1674 104 exp (-
5623,2/RT). Disamping itu nilai konversi yang diperoleh lebih tinggi dibanding penggunaan katalisator asam fosfat
maupun kupri sulfat. Konversi tertinggi yang dicapai ialah 35,24 %. Penggunaan katalisator homogen untuk reaksi
oksidasi fero sulfat dipelajari dengan katalisator asam fosfat dan kupri sulfat dan ternyata kupri sulfat lebih kuat
pengaruhnya. Berdasarkan pada data percobaan diperoleh nilai tenaga pengaktif 24,6 kJ/mol untuk asam fosfat dan
21,8 kJ/mol untuk kupri sulfat. nilai tersebut sesuai dengan data yang ada di pustaka. Konversi tertinggi yang dicapai
untuk penggunaan katalisator mangaan dioksid 35,24 % dan nilai ini lebih tinggi dibanding konversi yang dicapai
pada penggunan katalisator asam foasfat maupun kupri sulfat. Tahanan reaksi kimia merupakan tahanan yang
terbesar nilainya tetapi untuk menentukan kinetika reaksi perlu dikaji lebih lanjut.

SOLIDIFIKASI DAN STABILISASI STEEL SLAG SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI FINE AGGREGATE

Created by :
Dewi Dwirianti, Bieby Voijant ( )

Subject: Sampah
pembuangan
Keyword: Steel slag
Fine aggregate
Toxicity Characteristics Leaching Procedure (TCLP)

[ Description ]
Peraturan pemerintah nomor 19/1995 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
menyebutkan bahwa semua jenis limbah yang bersifat toksik termasuk dalam golongan limbah B3. Limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi termasuk dalam limbah B3, karena bersifat toksik. Steel slag adalah limbah dari
pembuatan baja. Steel slag dihasilkan selama proses pemisahan cairan baja dari bahan pengotornya pada tungku-
pembuat baja. Perhatian terhadap lingkungan, karena steel slag mengandung logam berat dan ada kemungkinan
logam berat tersebut dapat terlepas ke lingkungan, jika terpapar terus menerus di lingkungan terbuka. Jika terlepas
ke lingkungan logam berat akan mencemari tanah, air dan air tanah. Penelitian ini akan menjadi alternatif pilihan
bagi pihak industri untuk dapat memanfaatkan steel slag sebagai agregat halus, pengganti pasir sekaligus sebagai
pengelolaan limbah B3. Sehingga dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak industri. Tentunya steel
slag yang telah distabilkan dengan metode S/S harus lolos uji toxicity characteristics leaching procedure (TCLP).
Hasilnya Steel slag mempunyai sifat fisik yaitu pH 10.5, densitas 1800 kg/m3, spesific gravity 3.2 dan daya absorpsi
air 0.14%. sedangkan sifat teknisnya adalah zat organik yang sangat kecil, keausan 11%, kekerasan 6.5 dan sifat kekal
2%. Sifat-sifat tersebut lebih baik dari sifat agregat asli atau pasir. Hasil uji kuat tekan pada steel slag yang telah
melalui proses S/S, menunjukkan bahwa semakin lama proses pengawetan mortar maka kekuatan kuat tekannya
semakin meningkat. Kuat tekan pada mortar yang menggunakan steel slag lebih tinggi 41.57% lebih kuat dari mortar
yang menggunakan pasir. Hasil uji TCLP pada steel slag yang telah melalui proses S/S menunjukkan bahwa logam
berat yang keluar dari proses leaching semuanya di bawah standar yang ditetapkan oleh US EPA dan Bapedal.,
Sehingga steel slag dapat digunakan sebagai agregat halus.
Coverage :
ITS community only




FeS + CaO + C = CaS + FeO + CO

Senyawa CAS merupakan bagian dari senyawa-senyawa pembentuk terak atau slag. Terak terbentuk dari senyawa
Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), Magnesia (MgO) atau Calcit (CaO) yang terkandung dalam bijih besi, pelet, sinter atau
coke.

Terak cari memiliki densitas lebih rendah daripada hot metal. Terak cair lalu merebes/menetes melewati lapisan
kokas ke bagian bawah tungku dan mengapung di atas besi cair karena kurang padat.

Produk lain dari proses ironmaking, selain besi cair dan terak, adalah gas panas. Gas-gas keluar dari bagian atas
tungku tiup dan diproses melalui peralatan pembersih gas. Peralatan ini akan mengeluarkan partikel yang terbawa
oleh gas. Kemudian gas yang didinginkan. Gas ini masih memiliki nilai energi yang cukup tinggi. Gas ini digunakan
dan dibakar sebagai bahan bakar dalam hot blast stoves yang digunakan untuk memanaskan udara yang masuk ke
blast furnace untuk menjadi hot blast.

Gas yang tidak dibakar di hot blast stoves dikirim ke boiler house dan digunakan untuk menghasilkan uap yang
memutar turbo blower untuk menghasilkan kompresi udara yang dikenal sebagai cold blast dan kemudian masuk
ke dalam stoves.
lag dalam Proses Pembuatan Baja

Slag adalah kumpulan oksida (CaO, SiO2, FeO, Al2O3, MgO, P2O5, dll) dalam keadaan lebur dan terpisah dari fasa
logam cair selama proses peleburan.

Fungsi slag:
Melindungi logam cair dari kontaminasi atmosfer dapur selama peleburan
Sebagai insulasi logam cair
Sebagai media reaksi pemurnian
Sebagai penampung komponen oksida atau unsur-unsur yang tidak dikehendaki

Sifat slag yang penting:
Titik lebur yang rendah dan fluiditas yang tinggi, sehingga mampu menutupi seluruh permukaan logam cair secara
merata
Berat jenisnya lebih rendah dibandingkan dengan logam cair, sehingga akan selalu berada pada permukaan logam
cair dan mampu menyerap unsur pengotor yang lebih ringan
Komposisinya sesuai kebutuhan sehingga mudah menyerap pengotor logam cair

Parameter slag:
Ditentukan oleh komposisi oksida basa (CaO, MgO) dan oksida asam (SiO2, FeO) dalam larutan slag
Secara praktis, perbandingan oksida basa dengan oksida asam disebut rasio kebasaan (basicity). Rasio yang umum
digunakan adalah (MgO+CaO)/SiO2 = 1,8 - 2,5

Kebasaan slag akan mempengaruhi:

Kekentalan slag

Keausan refraktori

Kelarutan FeO

Kapasitas sulfur dan phosphor

Kemampuan foaming slag

Anda mungkin juga menyukai