Anda di halaman 1dari 5

TEORI DRAMATURGY

All the worlds a stage, And all the men and women are merely players.
William Shakespeare, As You Like It.
Pendahuluan
Kecenderungan perkembangan komunikasi manusia dewasa ini tidak lepas dari pesatnya kemajuan di
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Dalam kehidupan umat manusia pada era globalisasi
dewasa ini, jika tidak pandai-pandai menyikapinya maka akan terlindas oleh derasnya arus informasi
yang sering menyesatkan. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, di mana
masih terdapat masyarakat yang tingkat pendidikan dan sosial ekonominya rendah, sering terseret
keberbagai arah kehidupan, yang pada awalnya diduga bias memperbaiki kualitas kehidupannya.
Salah satu yang mengakselerasi dinamika kehidupanmasyarakat Indonesia adalah
media televisi. Paling tidak sejak 1989, ketika pemerintah Indonesia membuka kesempatan kepadapihak
swasta untuk berkiprah dalam dunia penyiaran televisi.Kebijakan tersebut dirasakan sangat signifikan
untuk mendampingi TVRI dalam menyebarluaskan informasipembangunan, edukasi masyarakat,
meningkatkan hiburan sehat,dan memperluas kontrol sosial secara nasional. Maraknyakehidupan
pertelevisian di Indonesia membawa berbagaiimplikasi terhadap kehidupan masyarakat terutama bagi
merekayang berpenghasilan rendah dan wawasan terbatas. Tampaknyadunia pertelevisian
menerjemahkan kondisi obyektif itu sebagaisuatu peluang. Maka bermunculanlah berbagai jenis
programsiaran televisi terutama bernuansa hiburan. Relatif banyak televisimerancang tayangan-
tayangan hiburan seperti Dangdut Mania di TPI. Acara ini terbukti menyedot perhatian kalangan
masyarakatmenengah ke bawah.
Dangdut Mania di TPI adalah sebuah kehidupan nyata,
namun setelah acara itu berjalan lama dan setelah membacapemikiran Erving Goffman tentang
Dramaturgi, maka acara Dangdut Mania di TPI diduga seperti sebuah drama kehidupan.Ada para
penyanyi dangdut yang mencoba kemampuan denganharapan kalau berhasil akan menjadi selebritis
yang bisamengubah hidup ke arah yang baik. Penyanyi-penyanyi itu setiapminggu berada di panggung,
lalu di hadapannya banyak penonton(yang bersusah payah) datang memberikan dukungan langsung.Di
belakang panggung ada para produser acara, yang bekerja beratuntuk membuat suatu tayangan
yang mempunyai pasar luas,sehingga pemasang iklan mengalir.
Inilah kehidupan yang dibangun oleh kekuatan mediatelevisi, bisa mengubah hidup ke arah yang baik,
tetapi bisa jugaterperosok pada kehidupan yang tidak menguntungkan jika tidak paham bahwa berbagai
program televisi itu hanyalah merupakanpanggung sandiwara. Apakah dalam perkembangan acara
tersebut ada pihak-pihak yang menyutradarai dengan maksud mengeruk keuntungan dengan
memanfaatkan kondisi-kondisi tertentu darimasyarakat? Adakah yang salah? Tulisan ini akan melihat
kasus di TPI itu dengan landasan-landasan teoritik Erving Goffmantentang Dramaturgi. Sasaran akhir
tulisan ini antara lain adalahagar berbagai potensi bangsa ini, terutama para pengelola televisilebih
bertanggung jawab pada implikasi programnya untuk periode jangka panjang.
. Latar Belakang Pemikiran Erving Goffman
Karya terpenting tentang diri dalam interaksionisme simbolik adalah Presentation of Self in Everyday Life
(1959) oleh Erving Goffman (J. Dowd, 1996; Schwable,1993; Travers,1992;Tseelon, 1992). Konsep diri
Goffman sangat dipengaruhi oleh pemikiran Mead, khususnya dalam diskusinya mengenai ketegangan
antara diri spontan, I dan me, diri yang dibatasi oleh kehidupan sosial. Ketegangan ini tercermin
dalam pemikiran Goffman tentang apa yang disebut ketaksesuaian antara diri manusiawi kita dan diri
kita sebagai hasil proses sosialisasi(1959:56). Ketegangan ini disebabkan perbedaan antara apa yang
ingin kita lakukan secara spontan dan apa yang diharapkan orang lain untuk kita lakukan.
Kita berhadapan dengan tuntutan untuk melakukantindakan yang diharapkan dari kita; selain itu, kita
diharapkan tak ragu-ragu. Seperti dinyatakan Goffman, kita tak boleh tunduk pada ketidakstabilan
(1959:56). Untuk mempertahankankestabilan citra diri, orang melakukan audiensi sosial dengandirinya
sendiri. Goffman memusatkan perhatian pada pelaksanaanaudiensi sosial dengan diri sendiri ini. Dalam
hal ini Goffmanmembangun konsep dramaturgi , atau pandangan tentangkehidupan sosial sebagai
serentetan pertunjukan drama, seperti yang ditampilkan di atas pentas.
Pandangan Goffman tentang diri dibentuk olehpendekatan dramaturginya
ini. Menurut Goffman (sebagaimanamenurut Mead dan interaksionis simbolik lainnya) diri adalah :
Bukan sesuatu yang bersifat organik yangmempunyai tempat khusus ... Dalam menganalisisdiri (self ),
kita mengambilnya dari pemiliknya ... dariorang yang akan sangat diuntungkan atau dirugikanolehnya,
karena ia dan tubuhnya semata hanyamenyediakan patokan bagi sesuatu yangmenghasilkan kerjasama
yang akan tergantung untuk sementara ... Cara menghasilkan danmempertahankan diri tak terletak
pada patokan itu(Goffman, 1959:252 253).
Menurut Goffman, diri bukan milik aktor tetapi lebihsebagai hasil interaksi dramatis antara aktor dan
audien. Diriadalah pengaruh dramatis yang muncul ... dari suasana yangditampilkan (1959:253).
Karena diri adalah hasil interaksidramatis, maka mudah terganggu selama penampilannya
(Misztal,2001). Dramaturgi Goffman memerhatikan proses yang dapatmencegah gangguan atas
penampilan diri. Meski bagian terbesarbahasannya ditekankan pada kemungkinan interaksi
dramaturgisini, Goffman menunjukkan bahwa kebanyakan pelaksanaannyaadalah sukses.
Hasilnya adalah bahwa dalam keadaan biasa diri,yang kokoh serasi dengan pelakunya dan
penampilannya berasaldari pelaku.
Goffman berasumsi bahwa saat berinteraksi, aktor inginmenampilkan perasaan diri yang diterima oleh
orang lain. Tetapi,ketika menampilkan diri, aktor menyadari bahwa anggota audiendapat mengganggu
penampilannya. Karena itu aktormenyesuaikan diri dengan pengendalian audien, terutama unsur-
unsurnya yang dapat mengganggu. Aktor berharap perasaan diriyang mereka tampilkan kepada audien
akan cukup kuatmemengaruhi audien dalam menetapkan aktor sebagai aktor yangdibutuhkan. Aktor
pun berharap ini akan menyebabkan audienbertindak secara sengaja seperti yang diinginkan aktor
darimereka. Goffman menggolongkan perhatian sentral ini sebagai manajemen pengaruh.
Manajemen ini meliputi teknik yangdigunakan aktor untuk mempertahankan kesan tertentu
dalammenghadapi masalah yang mungkin mereka hadapi dan metodeyang mereka gunakan untuk
mengatasi masalah itu.
Dengan mengikuti analog teatrikal ini, Goffman berbicaramengenai panggung depan (front stage). Front
adalah bagianpertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan umumuntuk mendefinisikan situasi
bagi orang yang menyaksikanpertunjukan. Dalam front stage, Goffman membedakan antara Setting dan
front personal. Setting mengacu pada pemandanganfisik yang biasanya harus ada di situ jika aktor
memainkanperannya. Tanpa itu biasanya aktor tak dapat memainkanperannya. Sebagai contoh, seorang
dokter bedah umumnyamemerlukan kamar operasi, sopir taksi memerlukan mobil, danseorang pemain
ski memerlukan es. Front terdiri dari berbagaimacam barang perlengkapan yang bersifat menyatakan
perasaanyang memperkenalkan penonton dengan aktor dan perlengkapanitu diharapkan penonton
dipunyai oleh aktor. Dokter bedah misalnya, diharapkan memakai jubah putih, mempunyai peralatan
tertentu, dan seterusnya.
Goffman kemudian membagi front personal ini menjadipenampilan dan gaya. Penampilan meliputi
berbagai jenis barangyang mengenalkan kepada kita status sosial actor (misalnya, jubahputih dokter
bedah). Gaya mengenalkan pada penonton, peranmacam apa yang diharapkan aktor untuk dimainkan
dalam situasitertentu (contoh, menggunakan gaya fisik, sikap). Tingkah lakukasar dan yang lembut
menunjukkan jenis pertunjukan yangsangat berbeda. Umumnya kita mengharapkan penampilan
dangaya saling bersesuaian.
Meski Goffman mendekati aspek-aspek tersebut sebagaiseorang interaksionis simbolik namun ia juga
membahas ciri-ciristruktural dari aktor. Misalnya, ia menyatakan front personal cenderung melembaga,
karena itu muncul representasi kolektifmengenai apa yang terjadi di front tertentu. Sering terjadi
bilaaktor mengambil peran yang sudah ditentukan, merekamenemukan bidang tertentu yang telah
ditentukan untuk pertunjukkan seperti itu. Akibatnya adalah bahwa bidang itu cenderung dipilih, bukan
diciptakan. Gagasan ini membawa lebihbanyak citra struktural ketimbang yang dapat kita terima
darikebanyakan teoritis interaksionisme simbolik lainnya.
Meski berpandangan struktural seperti itu, perhatianutama Goffman terletak di bidang interaksi. Ia
menyatakan,karena orang umumnya mencoba mempertunjukkan gambaranidealis mengenai diri
mereka sendiri di depan umum, maka tanpaterelakan mereka merasa bahwa mereka harus
menyembunyikansesuatu dalam perbuatan mereka. Pertama, aktor mungkin inginmenyembunyikan
kesenangan rahasia (misalnya, meminumalkohol) yang menjadi kegemaran di masa lalu (misalnya,
sebagaipemabuk) yang bertentangan dengan prestasi mereka. Kedua,aktor mungkin ingin
menyembunyikan kesalahan yang telahdilakukan dalam menyiapkan langkah yang telah diambil untuk
memperbaiki kesalahan itu. Contoh, seorang sopir taksi mungkinmencoba menyembunyikan fakta
bahwa ia berangkat menuju arahyang keliru.
Ketiga, aktor mungkin merasa perlu untuk menunjukkanhasil akhir dan menyembunyikan proses yang
terlibat dalammenghasilkannya. Contoh, seorang profesor mungkinmenghabiskan waktu beberapa jam
untuk menyiapkan bahankuliah, tetapi ia mungkin ingin berbuat seolah-olah ia selalumengetahui materi
kuliah. Keempat , aktor mungkin merasa perlumenyembunyikan dari audien bahwa dalam membuat
suatuproduk akhir telah melibatkan pekerjaan kotor. Pekerjaan kotortermasuk tugas-tugas yang tak
bersih secara fisik, semilegal, kejamdan cara-cara buruk lainnya (Goffman, 1959:44). Kelima,
dalammelakukan perbuatan tertentu, aktor mungkin menyelipkanstandar lain. Keenam, aktor mungkin
merasa perlumenyembunyikan penghinaan tertentu atau setuju dihina asalkanperbuatannya dapat
berlangsung terus. Umumnya aktormempunyai kepentingan tetap dalam menyembunyikan
seluruhfaktor seperti itu dari audien mereka.
Aspek dramaturgi lain di front stage adalah aktor seringmencoba menyampaikan kesan bahwa mereka
lebih akrab denganaudien ketimbang dalam keadaan yang sebenarnya. Contoh, aktormungkin mencoba
menimbulkan kesan bahwa pertunjukan dimana mereka terlibat di saat itu adalah satu-satunya
pertunjukanmereka, atau sekurang-kurangnya merupakan pertunjukanmereka yang penting. Untuk
melakukan ini, aktor harus yakinbahwa audien mereka dipisahkan sedemikian rupa
sehinggakepalsuan pertunjukan tidak ditemukan. Meskipun ditemukan,Goffman menyatakan audien
sendiri mungkin mencoba mengatasikepalsuan itu agar citra ideal mereka tentang aktor tidak hancur.Ini
mengungkap ciri interaksional pertunjukan. Keberhasilanpertunjukan tergantung pada ketertiban semua
kelompok. Contohlain pengelolaan kesan ini adalah upaya seorang aktor untuk menyampaikan gagasan
bahwa ada keunikan dalam pertunjukanini dan keunikan hubungan aktor dengan audien. Audien
puningin merasakan menerima sebuah pertunjukan yang unik.
Aktor mencoba meyakinkan bahwa seluruh bagianpertunjukan tertentu saling bercampur menjadi satu.
Dalam kasustertentu, satu aspek yang tidak harmonis dapat mengacaukanpertunjukan. Tetapi,
pertunjukan bervariasi dalam jumlahkonsisten yang diperlukan. Terlewatkannya suatu upacara sucioleh
seorang pendeta akan sangat mengacaukan, tetapi jikaseorang sopir taksi melakukan sekali kesalahan
berbelok, hal itutak akan terlalu merusak keseluruhan pertunjukan.
Teknik lain yang digunakan oleh aktor adalah mistifikasi . Aktor sering cenderung memistifikasi
pertunjukan mereka denganmembatasi hubungan antara diri mereka sendiri
dan audien.Dengan membangun jarak sosial antara diri mereka denganaudien, mereka mencoba
menciptakan perasaan kagum di pihak audien. Ini selanjutnya mencegah audien
mempertanyakanpertunjukan. Goffman sekali lagi menunjukkan bahwa audiendilibatkan dalam proses
ini dan sering dengan sendirinya mencobamempertahankan keadaan kredibilitas pertunjukan
denganmenjaga jaraknya dari pelaku.





Ini menuntun kita ke perhatian Goffman terhadap tim.Menurut Goffman sebagai seorang teoritis
interaksionismesimbolik, memusatkan perhatian pada aktor tunggal akanmengaburkan fakta penting
tentang interaksi. Unit analisis dasarGoffman bukanlah individu, tetapi tim. Tim adalah
sekumpulanindividu yang bekerjasama dalam mementaskan rutin masing-masing. Jadi, bahasan
terdahulu mengenai hubungan antara aktordan audien sesungguhnya adalah kerjasama tim. Masing-
masinganggota tim mengandalkan pihak lain karena semuanya dapatmengacaukan pertunjukan dan
semuanya menyadari bahwamereka mengadakan pertunjukan. Goffman menyimpulkan bahwatim
adalah semacam masyarakat rahasia.
Goffman juga membahas panggung belakang (back stage)di mana fakta disembunyikan di depan atau
berbagai jenistindakan informal mungkin timbul. Back stage biasanyaberdekatan dengan front stage,
tetapi juga ada jalan memintasantara keduanya. Pelaku tak bisa mengharapkan anggotapenonton di
depan mereka muncul di belakang. Mereka terlibatdalam berbagai jenis pengelolaan kesan
untuk memastikannya.Pertunjukan mungkin menjadi sulit ketika aktor tak mampumencegah penonton
memasuki pentas belakang. Juga ada bidangketiga, bidang residual, yang tak termasuk panggung
depan ataubelakang.
Tak ada bidang yang selalu merupakan salah satu diantara ketiga bidang ini. Juga, bidang tertentu dapat
menempatiketiga bidang itu di saat yang berbeda. Kantor profesor adalahpanggung depan ketika
seorang mahasiswa mendatanginya,panggung belakang ketika mahasiswa
itu meninggalkannya danpanggung luar ketika profesor berada di arena pertandingan bolabasket
unversitas.
Kesimpulan
1. Pemikiran Erving Goffman telah mempersiapkan manusiauntuk menjalani kehidupan sosial sebagai
sebuah drama;
2. Kehidupan sebagai sebuah drama, akan bisa berjalan baik dan menghasilkan sesuatu yang bermakna
manakalaorang-orang di belakang panggung, di panggung dan didepan panggung memiliki kompetensi
dalam perannyamasing-masing;
3. Televisi sebagai media komunikasi, boleh saja berkreasisecara bebas, tetapi tanggung jawab sosialnya
kepadakhalayak harus merupakan bagian penting dalamkehidupan industri pertelevisian;
4.Pemerintah harus tetap memahami setiap kreativitasdunia pertelevisian secara
proporsional dan profesional,karena pada akhirnya pemerintahlah yang bertanggung-jawab terhadap
kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai