Anda di halaman 1dari 21

RINOSINUSITIS MAKSILARIS AKUT

CELINE MARTINO 102011005 / B5 / CELINE_CCEY@YAHOO.COM


Skenario 13 - Seorang perempuan usia 28 tahun
datang ke poliklinik THT, dengan keluhan pilek tidak
sembuh-sembuh sejak 2 minggu yang lalu. Pasien
juga mengeluh sering sakit kepala, serta terdapat
nyeri di sekitar pipi bila ditekan.
Hipotesis - Pasien menderita Rinosinusitis
Maksilaris Akut.
ANAMNESIS
Identitas
Keluhan utama:
sumbatan hidung, sekret di hidung dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di
daerah muka dan kepala, perdarahan dari hidung, dan gangguan
penghidu
Riwayat Penyakit Sekarang :
waktu, sifat, lokasi, penyebarannya, keluhan penyerta, perkembangan
penyakit, upaya yang telah dilakukan (obat, tindakan medik)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Pribadi dan Sosial
Ekonomi, kebiasaan, diet, vaksinasi, kehamilan, alergi, tempat tinggal,
kebersihan, riwayat berpergian
Riwayat Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Derajat kesadaran
Keadaan umum pasien
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Inspeksi hidung:
Bentuk luar hidung, deviasi, atau depresi tulang hidung,
pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal.
Rongga hidung (rinoskopi dengan spekulum hidung).
Palpasi hidung:
Krepitasi tulang hidung pada fraktur os nasal atau rasa nyeri
tekan pada peradangan hidung dan sinus paranasal.


PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi sinus paranasal
Palpasi sinus paranasal
Perkusi sinus paranasal
Pemeriksaan transiluminasi sinus maksila:
Masukkan sumber cahaya ke rongga mulut dan bibir
dikatupkan, sehingga sumber cahaya tidak tampak lagi.
Setelah beberapa menit tampak daerah infra orbita terang
seperti bulan sabit.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologik:
posisi waters (perselubungan atau penebalan
mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level)
pada sinus yang sakit)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikrobiologik:
Mengambil sekret dari meatus medius (bakteri
flora normal atau kuman patogen, seperti
Pneumokokus, Streptokokus, Stafilokokus dan
Haemofilus influenza, virus, atau jamur.
Untuk menilai kompleks osteometal
dilakukan pemeriksaan dengan CT scan.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Sinus Gejala Klinis Sifat
Ethmoidalis Nyeri di pangkal hidung dan kantus
medius, nyeri bola mata bila mata
digerakkan. Nyeri alih di pelipis, post
nasal drip, dan sumbatan hidung.
Anak: selulitis orbita.
Dewasa: bersama- sinusitis
maksilaris, sebagai
penyerta sinusitis frontalis
yang tidak dapat dielakkan.
Frontalis Nyeri kepala di atas alis mata, pada
pagi hari, memburuk menjelang
tengah hari, kemudian mereda
menjelang malam. Dahi nyeri bila
disentuh dan terdapat
pembengkakan supra orbita.
Hampir selalu bersama-
sama dengan infeksi sinus
ethmoidalis anterior.
Sfenoidalis Nyeri di vertex, oksipital, di belakang
bola mata, dan di daerah mastoid.
Bagian dari pansinusitis,
gejalanya sering menjadi
satu dengan gejala infeksi
sinus lainnya.
WORKING DIAGNOSIS
Suatu peradangan pada sinus yang terjadi
karena alergi atau infeksi virus, bakteri
maupun jamur.
Dikategorikan sebagai rinosinusitis akut bila
gejalanya berlangsung dari beberapa hari
sampai 4 minggu.
Rinosinusitis bisa terjadi pada salah satu dari
keempat sinus yang ada, yaitu maksilaris,
etmoidalis, frontalis, atau sfenoidalis.
ETIOLOGI
SINUSITIS RINITIS
rinitis akut
infeksi faring (faringitis,
adenoiditis, tonsilitis akut)
infeksi gigi rahang atas M1,
M2, M3 serta P1 dan P2
(dentogen)
berenang dan menyelam
trauma
Virus
Bakteri
iritan (debu, asap, atau gas
yang bersifat iritatif)
EPIDEMIOLOGI
Sinusitis baik yang akut maupun kronis, mempunyai
prevalensi cukup tinggi di masyarakat. Data terbaru
tahun 1999 dari bagian THT dan bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo,
menunjukkan prevalensi sinusitis maksila akut yang
cukup tinggi pada penderita ISNA anak-anak, yaitu
25%. Angka ini adalah 2-3 kali lipat dari angka-angka
di literatur luar negeri. Data lain dari sub bagian
Rhinologi THT FKUI/RSUPN Dr.Cipto
Mangunkusumo, juga menunjukkan angka sinusitis
yang tinggi yaitu, 247 pasien (50%) dari 496 pasien
rawat jalan yang datang pada tahun 1996.
PATOFISIOLOGI
Fungsi sinus paranasal: pengatur kondisi
udara, sebagai penahan suhu, membantu
keseimbangan kepala, membantu resonansi
suara, peredam perubahan tekanan udara
dan membantu produksi mukus untuk
membersihkan rongga hidung.
Faktor sinus paranasal: pertahanan
mukosilier, ostium sinus yang tetap terbuka
dan pertahanan tubuh baik lokal maupun
sistemik.
PATOFISIOLOGI
Fungsi
Faktor
PATOFISIOLOGI
Edema di kompleks osteomeatal
Mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu
Silia tidak dapat bergerak
Lendir tidak dapat dialirkan
Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus
Silia menjadi kurang aktif
Lendir yang di produksi mukosa sinus menjadi lebih kental
(merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen)
Sumbatan berlangsung terus
Hipoksia dan retensi lendir
Timbul infeksi oleh bakteri anaerob
Perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau
pembentukan polip dan kista
GEJALA KLINIS SUBYEKTIF
SISTEMIK LOKAL
Demam
Lesu
Ingus kental, berbau dan
dirasakan mengalir ke nasofaring
Hidung tersumbat
Nyeri di infraorbita dan menyebar
ke alveolus, sehingga terasa nyeri
di gigi
Nyeri alih di dahi dan di depan
telinga
Penciuman terganggu
Perasaan penuh dipipi waktu
membungkuk ke depan
Perasaan sakit kepala waktu
bangun tidur dan dapat
menghilang hanya bila
peningkatan sumbatan hidung
sewaktu berbaring sudah
ditiadakan
GEJALA KLINIS OBYEKTIF
Pembengkakan di pipi dan kelopak mata
bawah.
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa
konka hiperemis dan edema.
Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan
sinusitis etmoid anterior tampak mukopus
atau nanah di meatus medius.
Pada rinoskopi posterior tampak mukopus
di nasofaring (post nasal drip).
GEJALA KLINIS OBYEKTIF

PENATALAKSANAAN
UMUM LOKAL
Istirahat
Higine
Medikamentosa: antibiotik,
dekongestan, analgetik

Inhalasi
Pungsi percobaan dan
pencucian


Pembedahan

KOMPLIKASI
Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau
kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi
orbita atau intrakranial.
Kelainan orbita (sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan
maksila). Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan
perkontinuitatum. Kelainan yang timbul ialah edema
palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses
orbita, dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
kavernosus.
Kelainan intrakranial: meningitis, abses ekstradural,
atau subdural, abses otak, dan thrombosis sinus
kavernosus.
Komplikasi pada sinusitis kronis, berupa osteomielitis,
dan abses subperiostal, serta kelainan paru.
PROGNOSIS
Sinusitis secara primer tidak
menyumbang angka kematian
kecuali terkomplikasi. Sekitar 40%
kasus sembuh sendiri tanpa bantuan
antibiotik. Angka kesembuhan
spontan dari sinusitis viral mencapai
98%. Beberapa studi menunjukkan
perbaikan sampai 25% kasus sinusitis
frontalis dengan pengobatan yang
tepat dan operasi.
HIPOTESIS DITERIMA

Anda mungkin juga menyukai