Skenario 13 - Seorang perempuan usia 28 tahun datang ke poliklinik THT, dengan keluhan pilek tidak sembuh-sembuh sejak 2 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluh sering sakit kepala, serta terdapat nyeri di sekitar pipi bila ditekan. Hipotesis - Pasien menderita Rinosinusitis Maksilaris Akut. ANAMNESIS Identitas Keluhan utama: sumbatan hidung, sekret di hidung dan tenggorok, bersin, rasa nyeri di daerah muka dan kepala, perdarahan dari hidung, dan gangguan penghidu Riwayat Penyakit Sekarang : waktu, sifat, lokasi, penyebarannya, keluhan penyerta, perkembangan penyakit, upaya yang telah dilakukan (obat, tindakan medik) Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi, kebiasaan, diet, vaksinasi, kehamilan, alergi, tempat tinggal, kebersihan, riwayat berpergian Riwayat Keluarga PEMERIKSAAN FISIK Derajat kesadaran Keadaan umum pasien Pemeriksaan tanda-tanda vital Inspeksi hidung: Bentuk luar hidung, deviasi, atau depresi tulang hidung, pembengkakan di daerah hidung dan sinus paranasal. Rongga hidung (rinoskopi dengan spekulum hidung). Palpasi hidung: Krepitasi tulang hidung pada fraktur os nasal atau rasa nyeri tekan pada peradangan hidung dan sinus paranasal.
PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi sinus paranasal Palpasi sinus paranasal Perkusi sinus paranasal Pemeriksaan transiluminasi sinus maksila: Masukkan sumber cahaya ke rongga mulut dan bibir dikatupkan, sehingga sumber cahaya tidak tampak lagi. Setelah beberapa menit tampak daerah infra orbita terang seperti bulan sabit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan radiologik: posisi waters (perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level) pada sinus yang sakit) PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan mikrobiologik: Mengambil sekret dari meatus medius (bakteri flora normal atau kuman patogen, seperti Pneumokokus, Streptokokus, Stafilokokus dan Haemofilus influenza, virus, atau jamur. Untuk menilai kompleks osteometal dilakukan pemeriksaan dengan CT scan. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS Sinus Gejala Klinis Sifat Ethmoidalis Nyeri di pangkal hidung dan kantus medius, nyeri bola mata bila mata digerakkan. Nyeri alih di pelipis, post nasal drip, dan sumbatan hidung. Anak: selulitis orbita. Dewasa: bersama- sinusitis maksilaris, sebagai penyerta sinusitis frontalis yang tidak dapat dielakkan. Frontalis Nyeri kepala di atas alis mata, pada pagi hari, memburuk menjelang tengah hari, kemudian mereda menjelang malam. Dahi nyeri bila disentuh dan terdapat pembengkakan supra orbita. Hampir selalu bersama- sama dengan infeksi sinus ethmoidalis anterior. Sfenoidalis Nyeri di vertex, oksipital, di belakang bola mata, dan di daerah mastoid. Bagian dari pansinusitis, gejalanya sering menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya. WORKING DIAGNOSIS Suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Dikategorikan sebagai rinosinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu. Rinosinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada, yaitu maksilaris, etmoidalis, frontalis, atau sfenoidalis. ETIOLOGI SINUSITIS RINITIS rinitis akut infeksi faring (faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P2 (dentogen) berenang dan menyelam trauma Virus Bakteri iritan (debu, asap, atau gas yang bersifat iritatif) EPIDEMIOLOGI Sinusitis baik yang akut maupun kronis, mempunyai prevalensi cukup tinggi di masyarakat. Data terbaru tahun 1999 dari bagian THT dan bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, menunjukkan prevalensi sinusitis maksila akut yang cukup tinggi pada penderita ISNA anak-anak, yaitu 25%. Angka ini adalah 2-3 kali lipat dari angka-angka di literatur luar negeri. Data lain dari sub bagian Rhinologi THT FKUI/RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo, juga menunjukkan angka sinusitis yang tinggi yaitu, 247 pasien (50%) dari 496 pasien rawat jalan yang datang pada tahun 1996. PATOFISIOLOGI Fungsi sinus paranasal: pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara dan membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung. Faktor sinus paranasal: pertahanan mukosilier, ostium sinus yang tetap terbuka dan pertahanan tubuh baik lokal maupun sistemik. PATOFISIOLOGI Fungsi Faktor PATOFISIOLOGI Edema di kompleks osteomeatal Mukosa yang letaknya berhadapan akan saling bertemu Silia tidak dapat bergerak Lendir tidak dapat dialirkan Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus Silia menjadi kurang aktif Lendir yang di produksi mukosa sinus menjadi lebih kental (merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen) Sumbatan berlangsung terus Hipoksia dan retensi lendir Timbul infeksi oleh bakteri anaerob Perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista GEJALA KLINIS SUBYEKTIF SISTEMIK LOKAL Demam Lesu Ingus kental, berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring Hidung tersumbat Nyeri di infraorbita dan menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi Nyeri alih di dahi dan di depan telinga Penciuman terganggu Perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan Perasaan sakit kepala waktu bangun tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung sewaktu berbaring sudah ditiadakan GEJALA KLINIS OBYEKTIF Pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). GEJALA KLINIS OBYEKTIF
PENATALAKSANAAN UMUM LOKAL Istirahat Higine Medikamentosa: antibiotik, dekongestan, analgetik
Inhalasi Pungsi percobaan dan pencucian
Pembedahan
KOMPLIKASI Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau kronis dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial. Kelainan orbita (sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan maksila). Penyebaran infeksi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita, dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan intrakranial: meningitis, abses ekstradural, atau subdural, abses otak, dan thrombosis sinus kavernosus. Komplikasi pada sinusitis kronis, berupa osteomielitis, dan abses subperiostal, serta kelainan paru. PROGNOSIS Sinusitis secara primer tidak menyumbang angka kematian kecuali terkomplikasi. Sekitar 40% kasus sembuh sendiri tanpa bantuan antibiotik. Angka kesembuhan spontan dari sinusitis viral mencapai 98%. Beberapa studi menunjukkan perbaikan sampai 25% kasus sinusitis frontalis dengan pengobatan yang tepat dan operasi. HIPOTESIS DITERIMA