Anda di halaman 1dari 8

INSPEKSI TEKNIS BANGUNAN KONSTRUKSI BETON

114

INSPEKSI TEKNIS BANGUNAN KONSTRUKSI BETON
DENGAN METODA UJI RUSAK & TAK RUSAK

DADAN BADRUZAMAN

Jurusan Teknik Sipil
Universitas Komputer Indonesia
Sejalan dengan masa pelayanan yang terus bertambah serta adanya pengaruh
dari beban, iklim, cuaca dan lingkungan, terhadap suatu bangunan konstruksi
beton perlu kiranya dilakukan pemeriksaan rutin dan berkala terhadap kekuatan
dari beton itu sendiri. Dengan bertambahnya umur serta adanya pengaruh-
pengaruh di atas karakteristik beton lambat laun akan mengalami perubahan,
sampai suatu saat di mana konstruksi beton tersebut tidak dapat lagi memikul be-
ban-beban yang bekerja pada dirinya. Hal ini sangat berbahaya jika diabaikan
dan akan mengancam keselamatan jiwa manusia sebagai pengguna dari bangunan
tersebut.

Inspeksi teknis, uji rusak dan tak rusak.
Pengaruh kekuatan beton pada suatu ba-
ngunan konstruksi beton adalah suatu hal
yang vital terhadap kestabilan dan kekuatan
dari bangunan tersebut.

Pemeriksaan terhadap bangunan perlu dila-
kukan terutama sekali pada bangunan-
bangunan yang dalam penggunaannya meli-
batkan orang banyak, seperti bangunan
pasar, rumah sakit, sekolah, ataupun hotel.

Sejalan dengan bertambahnya umur maka
kekuatan dari bangunan tersebut mengalami
penurunan, hal itu dikarenakan adanya keru-
sakan pada bagian dari bangunan atau sudah
terjadinya penurunan kualitas beton pada
bangunan. Jika hal itu dibiarkan maka keru-
sakan ataupun penurunan kualitas beton
akan semakin parah, sebagai akibatnya per-
baikan yang akan dilakukan terhadap ba-
ngunan semakin luas, sukar dalam pelak-
sanaan, biaya yang cukup besar dan umur
bangunan akan menjadi berkurang.

Sebagai gambaran tentang bangunan yang
diperlakukan perbaikan secara periodik dan
bangunan yang tidak diperbaiki setelah
Alamat korespondensi pada Dadan Badruzaman, Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati
Ukur 114, Bandung 40132. Tel. +62812 2352884, email: dbz-1@plasa.com
Bidang Teknik Sipil
Majalah Ilmiah Unikom, Vol.4, hlm. 114121
K
u
a
l
i
t
a
s

K
o
n
s
t
r
u
k
s
i

B
e
t
o
n
Masa Pelayanan (Tahun)
Garis desain (rancangan)
Perbaikan-perbaikan
yang dilaksanakan
secara periodik
Batas kualitas
beton terendah
1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002
Perioda
perbaikan
(2,5 thn)
Garis kenyataan
dilapangan tanpa
adanya perbaikan
Gambar 1
Umur bangunan tanpa dan dengan perbaikan.
DADAN BADRUZAMAN
115

adanya kerusakan atau penurunan kualitas
beton, dapat dilihat pada gambar 1.

Pada gambar tersebut jelas sekali adanya
perbedaan, bangunan yang diperlakukan
perbaikan padanya memiliki umur lebih
lama (sesuai dengan yang direncanakan)
dibandingkan dengan bangunan yang tidak
diperlakukan perbaikan. Dilihat dari segi
biaya, perbaikan periodik memerlukan biaya
yang tidak terlalu besar dibandingkan de-
ngan perbaikan yang dilakukan pada ba-
ngunan yang sudah rusak berat, dalam pelak-
sanaan perbaikannyapun akan mendapatkan
kesulitan untuk mengembalikan keadaan
bangunan pada keadaan semula.

Dalam kegiatan pemeriksaan ini dilakukan
beberapa tahap kegiatan, dengan maksud
pemeriksaan yang akan dilakukan nanti se-
suai dengan kebutuhan dan permasalahan
yang ada pada bangunan tersebut.

Tahapan-tahapan yang sering dilakukan oleh
lembaga inspeksi teknis diantaranya adalah :
1. Melakukan pemeriksaan secara visual,
artinya melakukan suatu pengamatan
terhadap bagian-bagian dari bangunan
yang mengalami gejala kerusakan atau
kerusakan yang telah terjadi dan men-
catat jenis kerusakan, tingkat kerusakan
dan pola kerusakan.
2. Mengelompokkan bagian - bagian dari
bangunan tersebut atas bagian yang rusak
dan tidak rusak, kemudian menandai
bagian yang rusak untuk dilakukan pe-
meriksaan nantinya.
3. Membuat sketsa bagian-bagian dari ba-
ngunan yang rusak, melakukan pemo-
tretan dan mendeskripsikan jenis keru-
sakannya.
4. Menetapkan metoda pemeriksaan yang
perlu untuk dilakukan nantinya dengan
melihat kondisi dan situasi dari daerah
yang mengalami kerusakan (metoda pe-
meriksaan disesuaikan dengan medan
dan kondisi dari bangunan baik untuk
metoda merusak ataupun tak merusak).
5. Melakukan analisa kerusakan dan analisa
terhadap konstruksi bangunan secara
keseluruhan (Re-Design) jika diperlukan.
6. Memberikan rekomendasi terhadap
pemilik bangunan untuk melakukan per-
baikan pada bagian- bagian yang diang-
gap perlu dan menunjukkan metoda per-
baikan yang sesuai dengan jenis keru-
sakannya serta menjelaskan jenis mate-
rial yang harus digunakan dengan berba-
gai produk yang ada di Indonesia (tidak
menunjukkan salah satu produk yang
ada).
Gambar 2
Tahapan pekerjaan yang dilakukan
dalam inspeksi teknis.
Metoda pemeriksaan yang sering digunakan
secara garis besar terdiri dari 2 macam,
yaitu:
INSPEKSI TEKNIS BANGUNAN KONSTRUKSI BETON
116

1. Metoda pemeriksaan tanpa merusak (Non
Destructive Test/NDT)
2. Metoda pemeriksaan dengan merusak
(Destructive Test)

Metoda pemeriksaan dengan cara tidak me-
rusak adalah suatu metoda pengujian terha-
dap konstruksi beton (atau konstruksi baja)
dengan tidak melakukan perusakan baik
secara struktural ataupun nonstruktural (segi
artistik) untuk pengambilan sampel uji atau
pengujian langsung di lapangan.

Sedangkan untuk pemeriksaan dengan cara
merusak adalah suatu pengujian terhadap
konstruksi beton (konstruksi baja) dengan
melakukan perusakan baik secara struktural
ataupun nonstruktural.

Untuk metoda pemeriksaan yang kedua ini
pihak peneliti atau pihak pemilik bangunan
kurang begitu menyukai untuk dilakukan.
Selain biaya yang lebih mahal juga pelak-
saan pengujian yang sukar dan lama karena
harus diuji juga di laboratorium.

Dalam melakukan pemeriksaan pada ba-
ngunan konstruksi beton dilakukan beberapa
pemeriksaan/pengujian secara tak merusak
dan merusak seperti :
1. Pengujian untuk mengukur laju korosi
pada tulangan beton dengan alat Poten-
tial Meter
2. Pengujian untuk mengukur tingkat kar-
bonasi dengan alat uji karbonasi
3. Pengujian untuk mengukur tegangan
karakteristik beton dengan alat Schmidt
Hammer Tests (NDT)/BS 1881-202;
ASTM C805
4. Pengujian untuk mengukur kepadatan
beton, kedalaman retakan dengan alat
Ultrasonic Tests/UVP (NDT)/BS 1881-
203; ASTM C597
5. Pengujian untuk mengukur tegangan
karakteristik beton dengan alat Windsor
Probe Tests (NDT)
6. Pengujian untuk mengambil sampel de-
ngan alat Core Drilled Test (DT) yang
akan diukur tegangan karakteristik beton
di laboratorium dan sekaligus untuk
mengukur tingkat karbonasi yang terjadi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gam-
bar 3, dimana pada flowchart tersebut terda-
pat urutan pekerjaan berikut alat-alat yang
digunakannya.

Pada pembahasan kali ini penulis mencoba
untuk memberikan penjelasan tentang alat-
alat yang digunakan untuk pengujian tegan-
gan karakteristik beton (kuat tekan) baik cara
tak merusak ataupun dengan cara merusak

SCHMIDT HAMMER TESTS
(BS 1881-202, ASTM C805)

Schmidt Hammer Tests atau yang lebih dike-
nal dengan alat Hammer Tests adalah suatu
alat uji untuk mengetahui tegangan karakter-
istik beton dengan mengukur kekuatan per-
mukaannya

Cara kerja dari alat ini sangat mudah, yaitu
dengan cara menekan plunger head dari alat
tersebut ke permukaan beton dan akan
menghasilkan suatu pantulan di dalam alat
tersebut. Nilai yang dibaca dari hasil pan-
tulan tersebut adalah nilai kuat tekan beton
(perlu dikalibrasi dahulu untuk memperoleh
kuat tekan beton) dari beton yang kita uji.

Biasanya kuat tekan beton yang dihasilkan
dari pengujian hammer tes terhadap beton
tua dan beton muda menghasilkan angka
kuat tekan yang berbeda. Kuat tekan beton
pada beton tua nilai yang dihasilkan oleh
pengujian hammer test akan lebih besar dan
tidak sesuai dengan kuat tekan beton se-
benarnya, sedangkan pada beton muda
nilainya akan sesuai dengan kuat tekan beton
sebenarnya. Misal kuat tekan beton yang
dihasilkan dari pengujian hammer test pada
beton tua akan menghasilkan nilai yang lebih
besar daripada nilai yang sebenarnya (s
bk

pada usia 30 tahun 44,5 N/mm
2
> (s
bk
ren-
cana 22,5 N/nn
2
), sedangkan untuk beton
segar nilai yang dihasilkan sesuai dengan
kuat tekan yang sebenarnya.
DADAN BADRUZAMAN
117


Perubahan tegangan karakteristik tersebut
diatas disebabkan telah terjadinya karbonasi
pada permukaan beton sebagai akibat penga-
ruh dari iklim atau dari lingkungan, sehingga
beton pada bagian permukaan tersebut akan
mengkristal.

Tingginya kuat tekan beton yang terjadi pada
beton tua dari hasil pengujian hammer test,
bukan berarti beton tersebut memiliki keku-
atan semakin baik. Malah sebaliknya beton
tersebut berada di ambang kehancuran
(sudah tidak adanya ikatan yang kuat di
dalam beton dikarenakan terjadinya
pengkristalan pada partikel-partikelnya) se-
hingga perlu dilakukannya perbaikan sebe-
lum karbonasi yang terjadi merambah pada
bagian dalam beton.

Jumlah pengujian yang disyaratkan oleh
British Standard (BS) 4480 dan ASTM C
597 mensyaratkan pengambilan antara 9
25 kali pengukuran untuk setiap daerah se-
luas maksimum 300 mm
2
.

Selain itu teknik yang digunakan pada
pengujian hammer test ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara :
Gambar 3
Flowchart investigasi struktur.
INSPEKSI TEKNIS BANGUNAN KONSTRUKSI BETON
118

UPV (ULTRASONI C PULSE VELOCI TY)
TEST/( BS 1881-203; ASTM C597)

Prinsip kerja pengujian ultrasonic adalah
mengubah energi gelombang listrik yang
dibangkitkan oleh pembangkit pulsa trans-
ducer pengirim/transmitter (T) menjadi e-
nergi gelombang mekanik yang selanjutnya
merambat pada beton.

Setelah sampai pada transducer pene-
rima/receiver (R) energi gelombang tadi
diubah kembali menjadi energi gelombang
listrik yang selanjutnya melewati penguat
dan akhirnya dihitung/ditampilkan dalam
satuan waktu tempuh.

Pengukuran kecepatan rambat gelombang
ultrasonic pada beton dinyatakan dengan
persamaan:



dimana :

V = Kec. Rambat gelombang ultra-
sonic (km/sec)
L = Jarak tempuh (mm)
T = Waktu tempuh gelombang ul-
trasonic (sec)
! # $%&
HT
HT
! # &
HT
! # '%&
HT
! # ()
Gambar 4
Teknik pengujian hammer test.
Gambar 5
Hammer (atas), pelaksanaan Hammer test di
dermaga Petrolkimia Gresik (bawah).
T
L
V #
Gambar 6
Alat Ultrasonic Pulse Velocity (UPV).
DADAN BADRUZAMAN
119

PENETRATION TEST
(ASTM C803M-96)

Metoda penetrasi (Penetrability Method)
adalah suatu metoda pengujian kerapatan
dan kuat tekan beton (Tegangan karakter-
istik) dengan cara menembakkan pin/probe
baja masuk kedalam beton dengan kecepatan
tenaga pendorong eksplosif.

Prinsip dasar pengukuran kuat tekan beton
adalah jika pin/probe yang ditembakkan
masuknya lebih dangkal maka berdasarkan
hasil pembacaan beton tersebut memiliki
kuat tekan yang lebih besar dibandingkan
dengan pin/probe baja yang masuk lebih
dalam.

Metoda penetrasi digolongkan menjadi dua
bagian yaitu :
1. Alat dengan menggunakan logam penem-
bus beton berupa pin (untuk energi yang
rendah).
2. Alat dengan menggunakan logam penem-
bus beton berupa probe (untuk energi
yang tinggi).
Jadi didalam melakukan pengujian dengan
metoda penetrasi digunakan suatu alat yang
bernama Windsor Probe. Probe yang se-
ring digunakan di lapangan terdiri dari Probe
emas (Gold Probe) dan Probe perak (Silver
Probe). Probe emas digunakan pada beton
ringan yang menggunakan agregat buatan
dan probe perak digunakan untuk semua
jenis beton yang menggunakan agregat
alami.
Tranducer
Metoda langsung
Tembok/dinding beton
I
II
Metoda semi langsung
Metoda tidak langsung
Rambatan
gelombang terputus
Rambatan gelombang
tersambung
Celah
retakan
Gambar 6
Metoda-metoda pengujian UPV.
Gambar 7
Tim inspeksi sedang melakukan pengujian
penetrasi dengan alat Windsor Probe di
Dermaga Petrokimia Gresik.
CORE DRI LL TEST

Metoda core drill adalah suatu metoda
pengambilan sampel beton pada suatu struk-
tur bangunan. Sampel yang diambil (bentuk
silinder) selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pengujian seperti Kuat te-
kan, Karbonasi dan Pullout test.

Pengujian kuat tekan (ASTM C-39) dari
sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal
dengan pengujian Beton Inti.

Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan
dengan kapasitas dari 2000 kN sampai de-
ngan 3000 kN
INSPEKSI TEKNIS BANGUNAN KONSTRUKSI BETON
120

DAFTAR PUSTAKA

(1977). Annual book of ASTM standards,
part 14, concrete and mineral aggre-
gates. Philadelphia: The American Soci-
ety for Testing Materials.
Murdock, L.J. & Brook, K.M. (1999). Bahan
dan praktek beton. Jakarta: Erlangga.
Neville, A.M. (1981). Properties of con-
crete. New York: Pitman Books.
(1975). Specifications for structural con-
crete for buildings, ACI 301-72. New
York: ACI Comitee 318.
(1990). Standar konsep standar nasional
(SKSNI T159003). Jakarta: Depar-
temen Pekerjaan Umum.


Gambar 8
Alat pengujian kuat tekan beton
(compression machine).
DADAN BADRUZAMAN
121

Anda mungkin juga menyukai