Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (Soetjipto dan Kosasi, 2009)
Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana
proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa. Seorang guru dituntut untuk
teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
mampu menciptakan hasil belajar yang efektif merupakan tugas dan
kewajiban guru (Sagala, 2010).
Masalah yang timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan
kurang hubungan komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa
yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum. Bila siswa
mendengarkan informasi dari guru, keterlibatan dalam proses belajar
mengajar boleh dikatakan tidak ada, kalaupun siswa terlibat maka
keterlibatan kurang sekali. Misalnya, siswa terlibat hanya sebatas menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru (Slameto, 2010).
2



Hal tersebut terjadi pada siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram
yang berdasarkan hasil observasi diperoleh beberapa permasalahan yaitu,
kegiatan belajar mengajar (KBM) masih bersifat konvensional dalam artian
masih terpaku pada satu metode pembelajaran saja, kurangnya motivasi
belajar siswa yang mengakibatkan siswa menjadi kurang serius dan main-
main dalam belajar, selain itu siswa jarang melakukan proses belajar
mengajar dengan metode yang lain yang menyebabkan hasil belajar siswa
rendah, ini terlihat pada rekapitulasi nilai belajar kimia, seperti yang terlihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1: Data ketuntasan belajar kimia siswa kelas X SMK PP Negeri
Mataram tahun pelajaran 2010/2011
Kelas
Nilai Rata-
Rata
KKM Jml. Siswa
X. ATR 56.87
70
19
X. AP 46./42 27
X. PP 51.06 34
X. TPH A 54.27 22
X. TPH B 59.12 25
Jumlah 141

Tabel 1.2: Data ketuntasan belajar kimia siswa kelas X SMK PP Negeri
Mataram tahun pelajaran 2011/20122
Kelas
Nilai Rata-
Rata
KKM Jml. Siswa
X. ATR 52.47
70
17
X. AP 60 24
X. PP 63.20 28
X. TPH 58.63 25
Jumlah 94
Sumber : Daftar nilai dari guru kimia SMK PP Negeri Mataram (diolah).

3



Selain hasil belajar siswa yang masih rendah, ada juga kemampuan
berkomunikasi siswa yang masih rendah, bahkan siswa takut untuk bertanya
kepada guru mata pelajaran terkait dengan materi pelajaran kimia. Untuk
lebih meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan keberhasilan belajar
siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses
pengajaran sehingga dalam perbaikan proses pengajaran ini peranan guru
sangat penting, selaku pengelola kegiatan siswa, guru juga diharapkan
membimbing dan membantu siswa.
Salah satu solusi yang diambil untuk meminimalisir permasalahan
tersebut maka diterapkan suatu model pembelajaran kooperatif. Dimana
model pembelajaran ini adalah suatu jenis khusus dari aktivitas kelompok
yang berusaha untuk memajukan pembelajaran dan keterampilan sosial
dengan kerjasama. Pada pembelajaran kooperatif ditekankan bahwa untuk
dapat menguasai struktur kognitif yang mendasari mata pelajaran tertentu,
maka siswa harus bekerja.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
Think-Pair-Share dengan teknik Take and Give yang merupakan suatu model
mengajar yang diterapkan oleh guru agar pengajaran dapat berlangsung lebih
efektif dan efisien yang di dalamnya terdapat langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam proses pembelajaran yang tersusun secara rapi dan
logis sehingga tujuan pembelajaran yang diterapkan dapat tercapai dan siswa
lebih inspiratif dan kreatif dalam belajar yang kemudian kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan.
4



Melalui model pembelajaran Think-Pair-Share dengan teknik Take
and Give, diharapkan siswa dapat berperan aktif dan menghilangkan
kejenuhan pada saat mengikuti pengajaran serta berpikir secara mendalam
tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami, sehingga siswa diharapkan
tertarik untuk mengulang pengajaran di rumah untuk mempersiapkan diri
mengikuti pelajaran di kelas pada pertemuan berikutnya. Atas dasar itulah
peneliti berminat untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give terhadap
kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa kelas X materi ikatan
kimia di SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran 2011/2012
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan
teknik Take and Give terhadap kemampuan berkomunikasi siswa kelas X
materi ikatan kimia di SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran
2011/2012 ?.
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan
teknik Take and Give terhadap hasil belajar siswa kelas X materi ikatan
kimia di SMK PP Negeri Mataram tahun pelajaran 2011/2012 ?.


5



C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Think Pair
Share dengan teknik Take and Give terhadap kemampuan berkomunikasi
siswa kelas X materi ikatan kimia di SMK PP Negeri Mataram Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Think Pair
Share dengan teknik Take and Give terhadap hasil belajar siswa kelas X
materi ikatan kimia di SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran
2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang
pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and
Give terhadap kemampuan berkomunikasi dan prestasi belajar siswa Kelas
X materi Ikatan Kimia di SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi
pembelajaran dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi masalah
6



pembelajaran terutama pembelajaran kimia kelas X SMK PP Negeri
Mataram.
b. Bagi Guru
Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam menerapkan model
pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give sebagai
salah satu alternatif sehingga dapat membantu siswa dalam memahami
materi. Selain itu juga dijadikan sebagai salah satu metode atau model
pembelajaran yang akan dipakai untuk diberikan kepada siswa terkait
pembelajaran di kelas.
c. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa memahami materi pelajaran yang
diberikan guru di dalam kelas sehingga hasil belajar siswa meningkat
dengan demikian siswa dapat mengenal jenis-jenis metode atau model
pembelajaran lebih banyak lagi.
d. Bagi Peneliti
Sebagai upaya untuk mempelajari model pembelajaran yang
dapat diterapkan pada proses belajar mengajar. Di sisi lain dapat
dijadikan sebagai modal awal untuk bagaimana dapat diaplikasikan
nanti pada saat menjadi guru yang sesungguhnya.
e. Bagi Peneliti Lain
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat merangsang
peneliti lainnya untuk dapat mengangkat masalah yang berkaitan
dengan penelitian ini sekaligus dapat dijadikan bahan kajian untuk
7



mengembangkan metode atau model pembelajaran baru dalam
pembelajaran.
E. Asumsi Penelitian
Asumsi atau disebut pula dengan anggapan dasar, yang pada
dasarnya suatu yang akan membimbing rangkaian pemikiran yang melandasi
pelaksanaan penelitian ini dan oleh Karenanya asumsi atau anggapan dasar
adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik.
Adapun asumsi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give sangat tergantung dari kemampuan masing-
masing guru.
b. Sampel dianggap homogen, sehingga perubahan kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa sebagai akibat dari penerapan
model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give.
c. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take
and Give dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil
belajar siswa.




8



F. Lingkup Penelitian
Untuk memperjelas arah penelitian ini, maka perlu dibatasi lingkup
penelitiannya.
Adapun lingkup penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan berkomunikasi dan prestasi belajar
siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram pada materi ikatan kimia.
b. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share dengan
teknik Take and Give.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK
PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran
Think Pair Share dengan teknik Take and Give terhadap kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa SMK PP Negeri Mataram.
9



4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMK PP Negeri Mataram Jalan
Tuan Guru Lopan No X Labuapi Lombok Barat.
G. Defenisi Operasional Judul
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari
terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang istilah yang
terkandung di dalam judul penelitian ini, maka penulis perlu memberikan
penjelasan dari istilah-istilah tersebut.
Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan dalam judul
penelitian ini adalah:
1. Think Pair Share dengan teknik Take and Give.
a. Think Pair Share
Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran Think Pair
Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya
di Universitas Maryland (Komalasari, 2010).
b. Teknik Take and Give
Teknik ini dikembangkan untuk melatih peserta didik
memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab
pertanyaan. Langkah pertama teknik ini adalah membagi dua
potongan kartu kepada peserta didik. Selanjutnya, mintalah kepada
10



peserta didik menuliskan dikartu itu 1 kartu menjawab dan 1 kartu
bertanya (Suprijono,2009).
Dari pendapat di atas maka, Model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give adalah suatu model pembelajaran yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga
menghendaki siswa bekerja saling membantu di dalam kelompok kecil
serta dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran.
2. Kemampuan berkomunikasi
Kemampuan yaitu sesuatu hal yang bisa sedangkan komunikasi
(dari kata : communis = common yaitu sama) dapat diartikan sebagai
usaha atau proses untuk menyamakan isi (pesan) antara pemberi dan
penerima. Dengan demikian, komunikasi dalam pendidikan harus
berlangsung efektif dan efisien dan persyaratan untuk itu harus
diperhatikan dan bahkan harus dipenuhi secara optimal (Arifin, 2005).
Jadi, kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan siswa dalam
menanggapi, menjawab dan bertanya selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menyampaikan pesan (isi) terkait materi
pembelajaran.
3. Hasil belajar siswa
Menurut Purwanto (2009) hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan perilakunya. Hasil
belajar siswa yang diharapkan di saat ini adalah kognitif (intelektual),
afektif (sikap atau tingkah laku) dan psikomotorik (keterampilan).
11



Jadi, hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar kimia pada materi ikatan kimia kelas X SMK PP Negeri Mataram
Tahun Pelajaran 2011/2012 yang diperoleh melalui model pembelajaran
Think Pair Share dengan teknik Take and Give.
4. Ikatan Kimia
Atom-atom yang terjalin secara terpadu dalam setiap senyawa
dalam suatu bentuk ikatan antar atom disebut ikatan kimia Ikatan kimia
terdiri dari dua sub pokok bahasan yaitu ikatan antar atom dan ikatan antar
molekul (Sitorus,2008).
Jadi, ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom
yang terjalin pada setiap senyawa dan saling tarik-menarik antar atom-
atom tersebut.








12



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Model Pembelajaran Think Pair Share Dengan Teknik Take and Give
a. Pengertian model pembelajaran model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give.
1. Model pembelajaran Think Pair Share
Model pembelajaran Think Pair Share pertama kali
dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas
Maryland. Model pembelajaran ini merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola di kelas.
Dalam model pembelajaran Think Pair Share, semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang
digunakan dalam model pembelajaran ini, dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan dapat
mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil (Komalasari, 2010).



13



Menurut Suprijono (2009), Secara umum langkah model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
a. Thinking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran
untuk dipikirkan oleh siswa dan meminta siswa untuk
memikirkan jawabanya.
b. Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi terkait
pertanyaan atau isu pada tahap awal serta mengharapkan dapat
memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya
melalui intersubjektif dengan pasangannya.
c. Sharing (berbagi)
Hasil diskusi dari tiap-tiap pasangan akan dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas dan tahap ini dikenal dengan sharing.
2. Teknik Take and Give.
Teknik ini dikembangkan untuk melatih peserta didik
memiliki kemampuandan keterampilan bertanya dan menjawab
pertanyaan. Langkah model pembelajaran ini, menurut Suprijono
(2009) adalah sebagai berikut :
a. Langkah awal teknik ini adalah membagi dua potongan kartu
kepada peserta didik.
b. Selanjutnya, mintalah kepada peserta didik menuliskan di kartu
itu 1 kartu menjawab dan 1 kartu bertanya.
14



c. Mulailah pembelajaran dengan pertanyaan atau isu dan
mintalah kepada siswa memberi jawaban.
d. Setiap siswa yang hendak menjawab, diwajibkan menyerahkan
kartu yang bertuliskan kartu jawab kepada guru.
e. Pada tahap akhir, bersama siswa guru menyimpulkan hasil
pembelajaran tersebut.
b. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give.
1. Model pembelajaran Think Pair Share
Menurut Komalasari (2010), adapun kelebihan dari model
pembelajaran ini adalah :
a. Dapat disosialisasikan dan digunakan sebagai alternatif dalam
pembelajaran di sekolah,
b. Optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang
memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan
hasilnya untuk seluruh kelas,
c. Memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak
kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain.
Sementara kelemahannya adalah:
a. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara
maksimal,
15



b. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat
kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan,
c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir
memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan
kesulitan sendiri bagi siswa.
2. Teknik Take and Give
Menurut Silberman (2005), kelebihan dari pembelajaran
dengan teknik take and give adalah sebagai berikut :
a. Adanya interaksi di kelas. Interaksi antar siswa akan menambah
keakraban diantara mereka, melatih dalam kerjasama dan
kekompakan.
b. Menimbulkan inspirasi siswa bagaimana siswa berusaha agar
orang lain bisa memahami topik yang dijelaskannya.
c. Menumbuhkan kreatifitas siswa.
Semantara itu kelemahan dari teknik ini adalah:
a. Menimbulkan kegaduhan di kelas sehingga dapat mengganggu
proses belajar mengajar pada kelas sebelahnya.
b. Sulit diterapkan untuk siswa yang tidak bisa memahami materi
dengan cepat.



16



c. Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik
Take and Give.
TAHAP LANGKAH-LANGKAH
1. Berpikir (Thinking)


a. Guru membagikan kepada siswa kartu yang
berisi sebuah topik yang juga sebagai kartu
kontrol.
b. Siswa menggunakan waktu beberapa menit
untuk memikirkan topik yang telah
diberikan.
2.Berpasangan
(Pairing)
a. Guru menyuruh siswa untuk berpasangan
dengan salah-satu temannya.
b. Siswa saling memberi dan menerima
mengenai topik yang telah dipelajari dengan
pasangannya.
c. Siswa berganti pasangan dengan teman yang
lainnya dan saling memberi dan menerima
mengenai topik yang telah dipelajari.
d. Siswa dapat berpasangan beberapa kali
dengan temannya dan mencatat nama setiap
pasangannya di dalam kartu kontrol.
e. Nama-nama siswa yan terdapat dalam satu
kartu kontrol bergabung dalam satu
kelompok.
3. Berbagi (Sharing) a. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan
kembali kartu yang telah dibagikan.
b. Guru mengambil sebuah kartu dan
menyuruh siswa-siswa yang namanya
terdapat di dalam kartu kontrol untuk
membagikan informasi yang diperoleh
mengenai topik di dalam kartu tersebut di
depan kelas kepada teman-teman yang
lainnya di dalam kelas.
c. Guru mengambil kartu yang lainnya sperti
pada langkah b, sampai semua kartu dan
semua siswa mendapat kesempatan untuk
berbagi.
d. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan
dari materi yang telah dipelajari.

17



2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan perilakunya (Purwanto, 2009). Menurut Sanjaya
(2006) hasil belajar yang diharapkan saat ini meliputi tiga aspek
kehidupan yaitu :
1. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi.
2. Aspek afektif meliputi memberi respon, memberi nilai/menikmati
dan menerapkan atau mempraktekan.
3. Aspek psikomotorik. Pada aspek ini siswa dapat mempersepsikan,
membuat, menyesuaikan pola gerak dan penciptaan gerak-gerik
baru.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Proses pembelajaran dapat berjalan efektif bila seluruh
komponen yang berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran saling
mendukung dalam rangka menciptakan tujuan pembelajaran. Menurut
Ruhimat, dkk (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar adalah:
1. Faktor Internal
a. Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik secara fisik maupun psikologis,
sikap guru yang penuh perhatian dan mampu menciptakan
18



situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari
faktor kesiapan.
b. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga dan psikis pada suatu objek.
Perhatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
c. Intelegensi
Intelegensi kecakapan yang terdiri dari kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan caa cepat, efektif, memanfaatkan konsep-konsep yang
abstrak, mengetahui relasinya dengan cepat.
d. Motivasi
Motivasi adalah hal-hal yang dapat mendorong siswa agar dapat
belajar dengan baik, untuk berfikir dan memusatkan perhatian,
serta merencanakan kegiatan yang menunjang belajar.
e. Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa
kecenderungan utuk merespon dengan cara relative tetap
terhadap obyek orag, barang dan sebagainya.
f. Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
19



2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga adalah tempat pembelajaran individu yang pertama.
Oleh karena itu baik dalam keadaan, suasana, hubungan antar
anggota keluarga serta perhatian orang tua sangat
mempengaruhi kemampuan siswa.
b. Sekolah
Sekolah merupakan tempat individu menerima pelajaran,
sehingga komponen-komponen dan unsur-unsur sekolah harus
meciptakan suasana yang mendukung proses pembelajaran.
c. Masyarakat
Masyarakat merupakan tempat bagi individu untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Kemampuan Berkomunikasi
Kemampuan yaitu sesuatu hal yang bisa sedangkan komunikasi
(dari kata : communis = common yaitu sama) dapat diartikan sebagai
usaha atau proses untuk menyamakan isi (pesan) antara pemberi dan
penerima. Dengan demikian, komunikasi dalam pendidikan harus
berlangsung efektif dan efisien dan persyaratan untuk itu harus
diperhatikan dan bahkan harus dipenuhi secara optimal (Arifin, 2005).
Berkomunikasi adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta
20



menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-
individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan
konsep-konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang
yang membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, dan menetapkan
suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak
masyarakat-masyarakat bahasa.
4. Materi Ikatan Kimia
a. Analisis Materi Ikatan Kimia
Atom-atom yang terjalin secara terpadu dalam setiap senyawa
dalam suatu bentuk ikatan antar atom disebut ikatan kimia Ikatan
kimia terdiri dari dua sub pokok bahasan yaitu ikatan antar atom dan
ikatan antar molekul (Sitorus,2008).
Materi ikatan kimia dinilai cukup sulit bila diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional, dengan demikian timbul keinginan
dari peneliti untuk melakukan pengajaran pada materi ini dengan
model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give.
Karena pada model pembelajaran ini, siswa dilatih untuk bekerja sama
dalam kelompok kecil selain itu siswa juga saling berbagi dengan
siswa lain terkait dengan materi yang sedang dipelajari yaitu materi
ikatan kimia.
Selain itu melalui model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give, diharapkan siswa dapat berperan aktif
21



dan menghilangkan kejenuhan pada saat mengikuti pengajaran serta
berpikir secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau
dialami, sehingga siswa diharapkan tertarik untuk mengulang
pengajaran di rumah untuk mempersiapkan diri mengikuti pelajaran di
kelas pada pertemuan berikutnya. Dengan demikian tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud.
Di sisi lain, model pembelajaran ini mampu mendorong siswa
untuk lebih mengungkapkan hal-hal yang belum dipahami dari materi,
untuk ditanyakan pada guru dan kemudian akan menjadi bahan diskusi
sesama teman di dalam kelas, sehingga diharapkan bahwa model
pembelajaran ini akan mampu meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan hasil belajar siswa.
b. Rangkuman Materi Ikatan Kimia
Sifat-sifat suatu zat sebagian ditentukan oleh ikatan kimia antar
atom-atom pembentuknya. Suatu ikatan kimia adalah gaya tarik-
menarik yang kuat antar atom-atom tertentu didalam suatu zat.
Perubahan kimia atau reaksi kimia terjadi karena penggabungan atau
pemisahan atom-atom dengan cara tertentu sehingga terbentuk zat
yang lebih stabil. Hasil reaksi kimia tidak mempunyai bentuk
molekul tertentu atau dapat pula menghasilkan kristal dengan bentuk
tertentu yang akan menentukan sifat-sifat zat hasil tersebut. Perlu
diketahui bahwa tidak setiap jenis atom dapat bergabung dengan jenis
22



atom yang lain membentuk senyawa, serta jenis ikatan kimia yang
terjadi.
1. Kestabilan konfigurasi elektron dalam atom
Unsur gas mulia merupakan golongan unsur yang paling
stabil. Susunan elektron dalam atom akan stabil apabila kulit
terluar terisi elektron dengan jumlah 2 (aturan duplet) atau 8
(aturan oktet), seperti gas mulia. Susunan elektron yang paling
stabil dalam sistem periodik unsur adalah susunan elektron dari gas
mulia. Gas mulia mempunyai 8 elektron valensi, kecuali He yang
hanya 2 elektron valensi. Unsur gas mulia cenderung sukar
bereaksi dengan unsur lain atau bersifat inert.
Tabel 2.1. konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia
Periode Unsur Nomor atom K L M N O P
1
2
3
4
5
6
He
Ne
Ar
Kr
Xe
Rn
2
10
18
36
54
86
2
2
2
2
2
2

8
8
8
8
8


8
18
18
18



8
18
32




8
18





8

Ikatan kimia merupakan ikatan yang terbentuk antara atom
maupun antar molekul melalui mekanisme berikut:
a. Atom yang memberikan elektronnya, sedangkan atom yang
lain menerima elektron
23



b. Penggunaan pasangan elektron bersama. Pasangan elektron
dapat berasal dari salah satu atau kedua atom yang berikatan.
Ada dua aturan bagi atom-atom dalam berikatan agar
susunan elektronnya menjadi seperti gas mulia sebagai berikut:
a. Aturan oktet, yang berarti jumlah elektron terluarnya 8
b. Aturan duplet, yang berarti jumlah elektron terluarnya 2.
Dalam usaha menstabilkan dirinya inilah maka timbul
ikatan antar atom. Jenis ikatan antar atom ini adalah ikatan ion,
ikatan kovalen, dan ikatan logam (Utami, dkk, 2009).
ii. Ikatan ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena perpindahan
elektron dari satu atom ke atom lain atau akibat adanya atom yang
melepas elektron (logam) dengan atom yang menangkap elektron
(bukan logam). Ikatan ion hanya dapat terjadi jika unsur unsur yang
direaksikan mempunyai perbedaan daya tarik elektron
(keelektronegaifan) yang cukup besar. Perbedaan daya tarik yang
cukup besar memungkinkan terjadinya serah terima elektron (Purba,
2007).
Ikatan ion kemungkinan besar dapat terjadi antara unsur yang
mempunyai potensial ionisasi kecil dengan unsur yang mempunyai
afinitas elektron besar. Unsur-unsur yang mempunyai potensial
ionisasi kecil merupakan unsur-unsur logam, sedangkan unsur-unsur
yang mempunyai afinitas elektron besar merupakan unsur-unsur non
24



logam. Dengan demikian, ikatan ion terjadi antara unsur logam dengan
unsur non logam (Utami, dkk, 2009)
Contoh:
a. Senyawa NaCl
11
Na : 2 8 1
17
Cl : 2 8 7
Untuk mencapai kestabilan, atom Na melepas sebuah elektron.
Na Na
-
+ e
-

(2 8 1) (2 8)
Dalam membentuk ikatan, atom Cl akan mengikat sebuah elektron
yang dilepaskan oleh atom Na tersebut sehingga menjadi,
Cl + e
-
Cl
-
Setiap atom Na
+
menarik sebuah ion Cl
-
membentuk senyawa
netral NaCl.
Na
+
+ Cl NaCl
b. Senyawa CaCl
2


20
Ca : 2 8 8 2
17
Cl : 2 8 7
Untuk mencapai kestabilan, atom Ca akan melepaskan 2
elektronnya menjadi
Ca Ca
2+
+ 2e
-
(2 8 8 2) (2 8 8)

25



Atom Cl Akan menerima 1 elektron
Cl + e
-
Cl
-

Dalam membentuk ikatan, dua atom Cl masing-masing akan
mengikat sebuah elektron yang dilepas atom kalsium tersebut
menjadi CaCl
2
.
iii. Ikatan kovalen
Tidak semua unsur mampu melepas atau menerima elektron
untuk mencapai keadaan stabil. Unsur-unsur yang tidak melakukan
serah terima elektron akan melakukan penggunaan bersama elektron
valensinya dengan atom lain membentuk molekul unsur atau molekul
senyawa, sehingga keduanya akan mencapai konfigurasi oktet. Ikatan
yang terjadi karena pemakaian elektron bersama-sama oleh dua atom
bukan logam disebut ikatan kovalen (Sitorus dkk, 2008).
1. Ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang
terbentuk dengan penggunaan sepasang elektron bersama.
Contoh:
Ikatan kovalen dalam molekul H
2

Elektron valensi H = 1, untuk memperoleh dua elektron (duplet)
pada kulit terluarnya dibutuhkan satu elektron.

Rumus
Elektron
Rumus
Struktur
Rumus
Molekul
H
x

+
H
.

H H
x

.

H - H H2
26



b. Ikatan kovalen rangkap dua dan rangkap tiga
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang
terbentuk dengan menggunakan dua pasang elektron dan ikatan
kovalen rangkap tiga adalah ikatan yang menggunakan tiga pasang
elektron.
Contoh:
1. Ikatan rangkap dua dalam O
2

Atom oksigen dengan nomor atom 8 mempunyai
susunan elektron (2 6) untuk mencapai konfigurasi oktet harus
menerima dua elektron.
Pembentukan ikatan dalam molekul oksigen dapat
digambarkan sebagai berikut.

2. Ikatan kovalen rangkap tiga dalam N
2

Nitrogen dengan nomor atom 7, konfigurasi
elektronnya (2 5) memerlukan tiga elektron untuk mencapai
kestabilan.
Pembentukan ikatannya sebagai berikut:

c. Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalensi antara
atom-atom, namun pasangan elektron yang dipakai bersama berasal
N N
+
:
..
N
. N
2
:
..
N
.
: : N





N
O = O
+
..
O : :

..
O : :

..
O :
:

..
O : :

O
2
27



dari salah satu atom. Ikatan kovalen koordinasi umumnya terjadi
pada molekul yang juga mempunyai ikatan.
Pembentukan ikatan koordinasi pada BF
3
NH
3




d. Ikatan kovalen polar dan nonpolar
Ikatan kovalen polar dan nonpolar dapat dilihat pada
molekul H
2
dan HCl. Molekul H
2
terdiri dari dua atom dengan
keelektronegatifan yang sama, sedangkan molekul HCl terdiri dari
dua atom dengan keelektronegatifan yang berbeda.
Salah satu akibat dari kelektronegatifan ialah terjadinya
polarisasi pada ikatan kovalen.
Contoh ikatan kovalen polar dan non polar, pasangan elektron lebih
Dekat ke atom klorin

H Cl H H
Pada molekul HCl, pasangan elektron ikatan tertarik lebih
dekat keatom Cl, karena Cl mempunyai daya tarik elektron
(keelektronegatifan) yang lebih besar dari pada Hidrogen (H).
Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana atom Cl lebih
.
.
.
.
..
..
..

Di tulis
. x

H
:
N H
x

.

H
x .

+
. x

F
B F
x

.

F
x .

x x

x
x

x
x

x
x

x
x

x
x

x x

x x

x x

.
.
H
. x

H
N
x

.

H
x .

. x

F
B F
x

.

F
x .

x x

x
x

x
x

x
x

x
x

x
x

x x

x x

x x


H
H
N
F
B F
F



Kovalen
Koordinasi
Pasangan
Elektron
28



negatif dari pada atom H. Ikatan seperti ini disebut ikatan kovalen
polar. Sedangkan pada molekul H
2
, kedudukan pasangan elektron
ikatan sudah pasti simetris terhadap kedua atom H. Gaya tarik
elektron sama kuat sehingga ikatan yang terbentuk adalah ikatan
kovalen nonpolar, dalam molekul H
2
tersebut, muatan negatif
(elektron) tersebar secara homogen (Purba, 2007).
5. Ikatan logam
Ikatan logam adalah ikatan antar atom dalam suatu unsur
logam dengan menggunakan intraksi antar elektron valensi. Unsur
logam mempunyai kecenderungan untuk menjadi ion positif karena
energi potensial ionisasi yang rendah dan mempunyai elektron valensi
sedikit. Ketika atom-atom logam yang bermuatan ini saling
berdekatan, kemudian elektron valensinya akan terdelokalisasi
membentuk lautan elektron disekitar ion-ion positif. Lautan elektron
ini akan bertindak sebagai perekat atom-atom logam. Hal ini berakibat
bahwa lautan elektron dalam atom-atom logam, bebas bergerak dari
atom yang satu ke atom yang lainnya untuk membentuk suatu ikatan
yang disebut dengan ikatan logam (Utami, dkk, 2009).
Contoh :




.
+
+
+
+
+
+ + + +
.
.
.
.
.
.
.
.
. .
.
.
.
Gerakan elektron valensi
Ion positif
Lautan elektron
+ + + + +
29



B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Junedin (2010) menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada pembelajaran Fisika kelas VIII di SMPN 6 Kota Kupang
Tahun Pelajaran 2009/2010, hal ini disebabkan karena model pembelajaran
yang dipakai menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam setiap tahapan yang
ada dalam pembelajaran koperatif. Setiap siswa diberi kesempatan untuk
berpikir secara individu dan memperoleh kesempatan yang sama dalam
memberikan ide atau gagasan hasil pemikirannya kepada teman-temannya,
mempelajari dan memahami konsep-konsep materi pelajaran, sehingga
diperoleh jawaban yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama di dalam
kelompok.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Margowati (2009), pada
siswa kelas VII SMP Negeri 13 Surakarta. Hasil penelitian menunjukan
bahwa, pembelajaran menggunakan model Think Pair Share membuat peserta
didik dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan terjadinya
intraksi sehingga para peserta didik bersemangat terhadap tugasnya masing-
masing. Dalam melakukan intraksi peserta didik mampu menyelesaikan
kegiatannya dengan baik, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Rahmawati (2008), hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar
biologi antara siswa yang belajar menggunakan model TPS dan strategi
30



kelompok kerja pada konsep pencernaan, siswa kelas XI SMA
Muhammadiyah 1 Klaten Tahun Pelajaran 2007/2008, dan (2) berdasarkan
nilai rata-rata tes, maka model pembelajaran yang memberikan hasil belajar
lebih tinggi pada pembelajaran biologi kelas XI SMA Muhammadiyah I
Klaten tahun ajaran 2007/2008 adalah model pembelajaran TPS.
C. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran tidak terlepas dari suatu metode yang akan
diterapkan pada proses pembelajaran tersebut. Seorang guru merupakan
komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses
pendidikan sangat bergantung pada seorang guru, sehingga guru dituntut
harus memiliki kemampuan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru adalah bagaimana merancang suatu model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak
semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu model pembelajaran tertentu.
Hasil belajar siswa yang berbeda-beda harus dipahami oleh para
guru, sehingga model pembelajaran yang diterapkan akan sesuai atau cocok
dengan tujuan yang akan dicapai. Guru diharapkan mampu memilih cara
mengajar sehingga dapat mengaktifkan siswa.
Salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam belajar adalah
model pembelajaran, karena di dalam model pembelajaran telah disusun
sedemikian agar siswa biasa belajar secara aktif dengan menggunakan
pemikirannya artinya mereka diajar tidak hanya menerima dari guru saja.
Siswa dapat aktif jika diberikan model pembelajaran yang tepat. Salah satu
31



alternatif model pembelajaran yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa
adalah model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give
yaitu model pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja
sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2007)
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1. Ada pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take
and Give terhadap kemampuan berkomunikasi siswa SMK PP Negeri
Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Ada pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take
and Give terhadap hasil belajar siswa SMK PP Negeri Mataram Tahun
Pelajaran 2011/2012.







32



BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, peneliti sengaja
membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti
bagaimana akibatnya. Dengan kata lain eksperimental adalah suatu cara untuk
mencari hubungan sebab-akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan
oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-
faktor lain yang mengganggu. Eksperimen dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2007).
Salah satu ciri penelitian eksperimen adalah menggunakan
kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok
eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan penerapan model
pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give, sedangkan
untuk kelas kontrol diberi perlakuan berupa proses belajar kimia dengan
pendekatan konvensional saja.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menerapkan sebuah
jenis penelitian yaitu Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian : non
equivalen control group design seperti yang tertera pada gambar 3.1 di bawah
ini: (Sugiyono, 2007).

33

























Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian
Sampel
Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Pembelajaran dengan
model TPS dengan
teknik take and give
Pembelajaran
dengan metode
konvensional
Posttest
Posttest
Analisis Data
Pretest
Pretest
Uji Normalitas Uji
Homogenitas
Populasi terdiri dari
4 kelas (X-ATR, X-
AP, X-TPH, X-PP)
Homogen (cluster random sampling)
Tidak homogen (purposive sampling)
34



B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang
mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2007).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram
Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah
siswa 94 orang.
Tabel 3.1. Populasi siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun
Pelajaran 2011/2012.
No Tingkat Kelas Ukuran Populasi Jumlah
1 Kelas X-ATR 17 17
2 Kelas X-AP 24 24
3 Kelas X-PP 28 28
4 Kelas X-TPH 25 25
TOTAL 94

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, (Sugiyono, 2007). Adapun teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik cluster random
sampling (jika sampel homogen) adalah proses pemilihan sampel untuk
menentukan kelompok-kelompok dalam suatu populasi tersebut dan
35



digunakan teknik purposive sampling (jika sampel tidak homogen) adalah
karena teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Mengingat populasi yang berjumlah empat kelas maka untuk
mendapatkan sampel tersebut dilakukan dengan cara masing-masing kelas
yaitu kelas X-ATR, X-AP, X-PP dan X-TPH ditulis dalam potongan
kertas kecil-kecil kemudian digulung dan gulungan ini dimasukkan ke
dalam sebuah media yaitu gelas yang ditutup dan dilubangi kemudian
gelas tesebut dikocok sehingga ada dua gulungan yang keluar, kemudian
kedua gulungan kertas tersebut kembali dikocok sehingga kelas yang
keluar pertama kali yang ditetapkan sebagai kelas eksprimen dan diberi
simbol E dan kelas yang keluar kedua yang ditetapkan sebagai kelas
kontrol yang diberi simbol K.
C. Instrumen Penelitian
Instument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih muda dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah (Arikunto, 2010).
Instrument yang digunakan dalam penelitaian ini adalah instrument :
1. Tes hasil belajar
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat digunakan instrumen
berupa tes. Adapun tes hasil belajar siswa yang digunakan adalah tes
obyektif berupa pilihan ganda, ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana
36



tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan.
Jumlah soal yang dipakai sebanyak 30 soal.
2. Lembar observasi kemampuan berkomunikasi siswa
Lembar kemampuan berkomunikasi siswa ini terdiri dari beberapa
indikator kemampuan berkomunikasi lisan. Lembar observasi ini akan
diisi oleh observer atau guru bidang studi. Data ini digunakan untuk
menjaring kemampuan berkomunikasi siswa selama proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take
and Give berlangsung.
Adapun indikator yang dinilai adalah sebagai berikut :
Indikator Deskriptor
1. Mengemukakan
pendapat

1. Berbeda pendapat
2. Setuju dengan pendapat orang lain
3. Tidak setuju dengan pendapat orang lain
2. Mengajukan
pertanyaan
1. Bertanya dengan bahasa yang benar dan
sopan
2. Sesuai dengan materi yang diajarkan
3. Bertanya dengan pertanyaan yang jelas
3. Menjawab pertanyaan 1. Bertanya dengan bahasa yang benar dan
sopan
2. Sesuai dengan materi yang diajarkan
3. Bertanya dengan pertanyaan yang jelas
4. Komunikasi yang
terjadi selama diskusi
1. Berbicara dengan guru
2. Berbicara dengan siswa lain.




37



D. Uji Coba Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, uji coba instrument penelitian mempunyai
kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel
yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Suatu
instrumen yang valid atau sahih jika mempunyai validitas tinggi,
sebaliknya instrument yang kurang valid berarti mempunyai validitas
rendah. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi sehingga untuk
mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment
dengan angka kasar sebagai berikut :
r
xy
=




) ) ( ( ) ( (
) )( ( ) (
2 2 2 2
y y N x x N
y x xy N

keterangan :
r
xy
= validitas butir soal
N = jumlah Siswa
X = Skor butir soal
Y = skor total siswa
Dimana instrument dikatakan valid jika r
hitung
> r
tabel
dan
instrumen dikatakan tidak valid jika r
hitung
r
tabel
(Arikunto, 2010).
38



2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Reliable artinya
dapat dipercaya (Arikunto, 2010).
Adapun rumus yang dipakai untuk mencari reliabilitas tes dalam
penelitian ini menggunakan KR-20 dengan persamaan sebagai berikut :
r
11
=
|
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|


Vt
pq Vt
k
k
1

keterangan :
r
11
= reliabilitas soal keseluruhan
p = proporsi subyek yang menjawab benar item soal
q = proporsi subyek yang menjawab salah item soal
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
k = banyaknya item
Vt = deviasi total
p =


q =

()

Kriteria reabilitas:
- Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
- Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi
39



- Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup
- Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
- Antara 0,0 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

3. Taraf Kesukaran (Diffculty Level) soal
Tingkat kesukaran (difficulty index) adalah kemampuan tes
tersebut dalam menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat
mengerjakan dengan betul (Arikunto,2010). Tingkat kesukaran dinyatakan
dengan P dan dicari dengan rumus:
Js
B
P =

Keterangan :
P = Index Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
J = jumlah seluruh siswa peserta
Kriteria Kesukaran:
Harga P
Keterangan
0,00 0,30
Soal sukar
0,30 0,70
Soal sedang
0,70 1,00
Soal mudah

4. Daya Pembeda (Discriminating Power) Suatu Soal
Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan tes tersebut
dalam memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang
pandai (Arikunto,2010). Oleh karena dasar pikiran dari daya pembeda
adalah anyanya kelompok pandai dengan kelompok kurang pandai maka
40



dalam mencari daya beda subjek peserta tes dipisahkan menjadi dua sama
besar berdasarkan atas skor total yang mereka peroleh. Apabila banyaknya
subjek peserta tidak genap sehingga tidak dapat dibagi dua sama banyak
maka sebelum dibagi dua harus disisihkan salah seorang (secara lotre),
kemudian dibagi dua. Rumus yang digunakan ntuk mengetahui daya
pembeda setiap butir tes adalah (Arikunto, 2010).
JB
BB
JA
BA
D =
Keterangan :
D = Daya beda butir soal
JA = Jumlah Siswa kelompok atas
JB = Jumlah siswa kelompok bawah
BA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
PA = Proporsi teste (siswa) kelompok atas yang dapat menjawab dengan
butir soal yang bersangkutan
PB = Proporsi testee (siswa) kelompok bawah yang dapat menjawab
dengan betul butyl soal yang bersangkutan

Untuk mengetahui butir soal yang mempunyai daya beda yang baik,
maka dapat digunakan kriteria sebagai berikut:
Besar Indeks Diskriminasi
item(D)
Kriteria
Kurang dari 0,20
Butir Soal Jelek
0,21 0,40
Butir Soal Cukup
0,41 0,70
Butir soal Baik
0,71 1,00
Butir Soal Baik Sekali
Bertanda Negatif
Butir soal sangat tidak baik


41



E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah berupa tes dan lembar observasi kemampuan
berkomunikasi. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (Arikunto, 2010). Tes dalam penelitian ini adalah mengunakan
tes obyektif yang diberikan kepada dua kelas yang menjadi sampel
penelitian sedangkan lembar observasi untuk menjaring kemampuan
berkomunikasi juga diberikan pada dua kelas sampel.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa populasi
dalam penelitian ini mengikuti model distribusi normal. Persamaan
statistik yang digunakan (Sugiyono, 2007) adalah :


=
fh
fh fo
x
2
2
) (

Di mana :
fo = frekuensi nyata
fh = frekuensi harapan
K = banyaknya kelas interval
x
2
= chi-kuadrat.




42



2. Analisis Varians (Statistik F)
Data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis dengan uji F untuk
mengetahui kehomogenan varians. Pengujian homogenitas varians
digunakan uji F dengan rumus : (Sugiyono, 2007)
F =
terkecil ians
terbesar ians
var
var

Varians masing-masing kelas dicari dengan rumus :
(
2
S ) =
1
) (
2


n
X X

Keterangan :
F = Indeks homogenitas yang dicari
S
2
= Varians
X = Nilai Siswa
X = Nilai Rata-Rata
n = jumlah sampel
kriteria pengujian : jika F
hitung
< F
tabel
= sampel homogen.
jika F
hitung
F
tabel
= sampel tidak homogen.
3. Uji Beda (Statistik t)
Setelah diketahui kedua samel homogen atau tidak kemudian
dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus t-tes. Apabila varians
homogen rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah rumus t-
tes polled varians yaitu : (Sugiyono, 2007)
43



(

+
+
+

=

2 1 2 1
2
2 2
2
1 1
2 1
1 1
2
) 1 ( ) 1 (
n n n n
S n S n
X X
t
Keterangan :
t = Nilai t yang dihitung
1
_
X = Nilai rata-rata dari kelas eksperimen
2

X = Nilai rata-rata dari kelas kontrol


2
1
S = Varian kelas eksperimen
2
2
S = Varian kelas kontrol
1
n = Jumlah siswa kelas eksperimen
2
n = Jumlah siswa kelas kontrol
Untuk mengetahui t-tabel digunakan dk = n
1
+ n
2
2
Apabila varians tidak homogen untuk menguji hipotesis digunakan
rumus t-tes separated varians yaitu :
n
S
n
S
X X
t
tes
2
2
1
2
1
2 1
+

=


Keterangan:
t = Nilai t yang dihitung
1
_
X = Nilai rata-rata dari kelas eksperimen
44



2

X = Nilai rata-rata dari kelas kontrol


2
1
S = Varian kelas eksperimen
2
2
S = Varian kelas kontrol
1
n = Jumlah siswa kelas eksperimen
2
n = Jumlah siswa kelas kontrol
Jika t-hitung t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, sebaliknya jika t-
hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
a. Ha adalah ada pengaruh kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar
siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran 2011/2012
dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dengan
teknik Take and Give dibandingkan siswa yang diajarkan dengan
menggunakan metode ceramah.
b. Ho adalah tidak ada pengaruh kemampuan berkomunikasi dan hasil
belajar siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair
Share dengan teknik Take and Give dibandingkan siswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode ceramah.
4. Lembar observasi untuk menilai kemampuan berkomunikasi
Perhitungan data observasi dilakukan dengan menjumlahkan dan
memberikan skor banyaknya kemunculan pada setiap aspek pada
kemampuan berkomunikasi yang dinilai. Kemampuan yang muncul diberi
skor sesuai yang tertera pada masing-masing kemampuan. Data tersebut
45



dapat dihitung dengan rumus (Subekti dan Firman 1986 dalam Aisiyah
(2010)) :

x 100%
Keterangan :
X = Presentase kemunculan aspek kemampuan komunikasi
siswa selama pembelajaran.
r = Skor total indikator komunikaasi yang muncul.
R = Skor total indikator komunikasi yang diharapkan.
Setelah mengetahui presentase dari suatu data, kemudian hasilnya
ditafsir dalam bentuk kalimat yaitu :
0 % = Tidak pernah
1-30 % = Sangat kurang
31-49 % = Kurang
50 % = Cukup
51-80 % = Sering
81-99 % = Sangat sering
100 % = Selalu.









46



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Instrumen
Data dalam penelitian ini berupa data hasil belajar. Data hasil
belajar ditunjukkan dengan nilai pretest dan post test pada materi ikatan
kimia. Pengambilan data untuk nilai pretest dan post test menggunakan
instrumen pengumpulan data yang berupa test objektif yang sudah
dianalisis validitas, reliabilitas, uji tingkat kesukaran butir soal dan uji
daya beda butir soal.
a. Validitas Instrumen Penelitian
Berdasarkan uji validitas soal dengan menggunakan rumus
product moment dari 30 soal diperoleh 20 soal yang valid dan 10 soal
yang tidak valid. Soal yang dikatakan valid jika r
-hitung
> r
-tabel

sedangkan dikatakan tidak valid jika r
-hitung
r
-tabel.
Dalam tabel harga
r product moment pada taraf signifikan 5% dengan N=30 diperoleh
r
-tabel
sebesar 0.361.
b. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Setelah dilakukan uji validitas selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas. Berdasarkan hasil dari uji reliabilitas dengan menggunakan
rumus KR-20 terhadap 20 soal yang valid pada materi ikatan kimia
dan diperoleh harga r
11
sebesar 0.91. Hal ini menunjukkan bahwa soal
47



tes pada materi ikatan kimia memiliki reliabilitas sangat tinggi karena
terletak pada kriteria reliabilitas instrumen antara 0.80 1.00.
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Berdasarkan perhitungan harga tingkat kesukaran butir soal
sterlihat bahwa dari 20 soal materi ikatan kimia diperoleh 4 soal yang
tergolong mudah karena berada pada rentang 0.71 1.00 dan 16 soal
yang tergolong sedang karena berada pada rentang 0.30 0.70.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa ada 20 soal yang
baik karena soal dikatakan baik jika soal tersebut memiliki tingkat
kesukaran yang berada pada rentang 0.30 0.70 atau soal dengan
kriteria sedang. Akan tetapi soal yang mudah maupun sulit belum tentu
tidak bisa digunakan, karena soal yang mudah memberikan semangat
bagi siswa yang kurang pandai dan sebaliknya soal yang sulit
memberikan semangat bagi siswa yang pandai.
d. Daya Beda Butir Soal
Analisis instrumen selanjutnya adalah mencari daya beda item
soal antara kelompok siswa yang pandai (upper group) atau kelas atas
dan kelompok siswa yang kurang pandai (lower group) atau kelas
bawah.
Dari hasil tes pada materi ikatan kimia yang diberikan pada 30
siswa yang disusun berdasarkan nilai tertinggi hingga nilai terendah,
kemudian diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas dan 50%
skor terbawah sebagai kelompok bawah. Dari 20 soal diperoleh 1 soal
48



yang tergolong jelek karena berada pada rentang kurang dari 0.20, 8
soal yang tergolong cukup karena berada pada rentang 0.21 - 0.40,
dan 11 soal yang tergolong baik karena berada pada rentang 0.41
0.70.
2. Hasil Tes
a. Data ketuntasan belajar siswa
Data hasil penelitian berupa nilai yang diperoleh dari hasil test
soal pada siswa kelas X SMK PP Negeri Mataram Tahun Pelajaran
2011/2012 yang dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen (X-
AP) dan kelas kontrol (X-PP), dimana kelas eksperimen diberi
perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give sedangkan pada kelas kontrol diberikan
metode ceramah yaitu metode yang biasa digunakan oleh guru mata
pelajaran di sekolah tersebut.
Tes dilaksanakan sebelum diberi perlakuan dengan menerapkan
model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give
(Pretest) dan sesudah diberi perlakuan dengan menerapkan model
pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give (Post
Test). Data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada tabel berikut.



49



Tabel 4.1. Ringkasan data hasil belajar siswa.
Aspek yang dinilai
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Post Test Pretest Post Test
Jumlah Siswa (N) 18 18 26 25
KKM 70
Nilai Rata-Rata 72.22 85.83 65.38 76
Persentase Kelulusan 72.22% 88.89% 53.85% 76%
Jml. Siswa Tuntas 13 16 14 19
Jml. Siswa Tidak Tuntas 5 2 12 7

b. Uji Normalitas
Sebelum data diuji homogenitas, terlebih dahulu data diuji
normalitas, tujuannya agar mengetahui data tersebut terdistribusi
normal atau tidak. Dari uji normalitas diperoleh nilai pretest yaitu :
Dari perhitungan diperoleh X
2

hitung
= 10.66 sememtara harga X
2
tabel
=
28.86, pada taraf signifikan 5% dengan N=18. Karena X
2

hitung
< X
2
tabel

maka dapat disimpulkan data untuk kelas eksperimen terdistribusi
secara normal. Sama halnya pada kelas kontrol, dari perhitungan
diperoleh X
2

hitung
= 18.13 sementara harga X
2
tabel
= 38.88, pada taraf
signifikan 5% dengan N=26. Karena X
2

hitung
X
2
tabel
maka dapat
disimpulkan data untuk kelas kotrol terdistribusi secara normal.
Begitu pula pada nilai post test, data terdistribusi secara normal
karena X
2

hitung
< X
2
tabel
maka dapat disimpulkan data untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi secara normal.

50



c. Hasil Uji Homogenitas
Sebelum analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus
Statistik t (uji beda) untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang
telah dibuat sebelumnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji
homogenitas varians.
1. Nilai Pretest
Varians untuk kelas eksperimen sebesar 109.47 sebagai varians
terbesar dan varians kelas kontrol sebesar 99.38 sebagai varians
terkecil, sehingga diperoleh F
-hitung
sebesar 1.10. Harga F
tabel

dengan dk
pembilang
yaitu 18-1 = 17 dan dk
penyebut
yaitu 26-1 = 25
dengan taraf signifikan 5% tidak tercantum pada tabel distribusi
maka harus dicari dengan menggunakan rumus Interpolasi Linier
dan diperoleh nilai sebesar 2.53. Oleh karena F
hitung
lebih kecil dari
F
tabel
(1.10 < 2.53) berarti varians tersebut homogen, maka
digunakan rumus statistik t (uji beda) polled varians.
2. Nilai Post Test
Varians untuk kelas kontrol sebesar 97.45 sebagai varians terbesar
dan varians kelas eksperimen sebesar 83.08 sebagai varians
terkecil, sehingga diperoleh F
-hitung
sebesar 1.17. Harga F
tabel

dengan dk
pembilang
yaitu 18-1 = 17 dan dk
penyebut
yaitu 25-1 = 24
dengan taraf signifikan 5% tidak tercantum pada tabel distribusi
maka harus dicari dengan menggunakan rumus Interpolasi Linier
dan diperoleh nilai sebesar 2.53. Oleh karena F
hitung
lebih kecil dari
51



F
tabel
(1.17 < 2.53) berarti varians tersebut homogen, maka
digunakan rumus statistik t (uji beda) polled varians.
3. Kemampuan berkomunikasi siswa
Dari data yang dianalisis maka dapat disimpulkan kemampuan
berkomunikasi siswa kelas eksperimen lebih baik karena berkisar dari
63%-90%, daripada kelas kontrol yang berkisar dari 54%-90%.
B. Pengujian Hipotesis
Dari hasil perhitungan statistik t (uji beda) polled varians diperoleh
untuk nilai Pretest t
hitung
sebesar 2.20 dan harga t-
tabel
untuk taraf signifikan
5% dengan derajat kebebasan (dk) n
1
+ n
2
2 = 18 + 26 2 = 42, maka
diperoleh nilai sebesar 2.00. Sedangkan untuk nilai Post Test t
hitung
sebesar
3.26 dan harga t-
tabel
untuk taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (dk)
n
1
+ n
2
2 = 18 + 25 2 = 41, karena dalam t
-tabel
tidak tercantum dk 41 dan
di dalam t
-tabel
dk tersebut berada antara dk = 40 dan dk = 60, maka t
-tabel
harus
dicari dengan menggunakan rumus Interpolasi Linier sehingga diperoleh hasil
dari perhitungan tersebut pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 2.00.
Oleh karena t
-hitung
lebih besar dari t
-tabel
(3.60 > 2.00), berarti ada perbedaan
antara kelas kontrol dan eksperimen. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen
yang diterapkan dengan model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik
Take and Give yaitu 85.83 dengan ketuntasan klasikal 88.89% dan nilai rata-
rata kelas kontrol yang diterapkan metode ceramah yaitu 76 dan dengan
ketuntasan klasikal 76%. Dilihat dari ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata
yang diperoleh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dikatakan
bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dengan
52



demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share
dengan teknik Take and Give lebih baik secara signifikan untuk meningkatkan
hasil belajar kimia pada materi ikatan kimia siswa kelas X SMK PP Negeri
Mataran Tahun Pelajaran 2011/2012.
C. Pembahasan
Dalam penelitian ini, terrdapat dua variabel yang akan diukur yaitu
hasil belajar dan kemampuan berkomunikasi siswa dari kedua kelas sampel.
Ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar siswa dapat diketahui melalui hasil
staistik t (uji beda) baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Dari hasil
perhitungan statistik t (uji beda) diperoleh nilai pada kelas eksperimen sebesar
85.83 dengan persentase kelulusan sebesar 88.89%, ini lebih baik daripada
kelas kontrol dengan nilai sebesar 76 dengan persentase kelulusan sebesar
76%.
Ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Junedin (2010)
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini disebabkan karena model
pembelajaran yang dipakai menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam setiap
tahapan yang ada dalam pembelajaran koperatif. Setiap siswa diberi
kesempatan untuk berpikir secara individu dan memperoleh kesempatan yang
sama dalam memberikan ide atau gagasan hasil pemikirannya kepada teman-
temannya, mempelajari dan memahami konsep-konsep materi pelajaran,
sehingga diperoleh jawaban yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama
di dalam kelompok.
53



Perbedaan perolehan hasil belajar ini, karena perbedaan model
pembelajaran yang diterapkan yang mana pada kelas eksperimen dengan
model pembelajaran Think Pair Share dengan teknik Take and Give. Pada
model pembelajaran ini, siswa ditutut utuk lebih aktif dan bekerja sama dalam
proses pembelajaran sehingga terjalin komunikasi dan hubungan sinergi antar
anggota kelompok. Di sisi lain model pembelajaran ini lebih menekankan
pada siswa untuk berkonsentrasi dan berpartisipasi nyata dengan pasangannya
masing-masing sedangkan pada kelas kontrol dengan metode ceramah, yang
lebih didominasi oleh guru, sehingga terindikasi siswa menjadi kurang aktif
dan banyak siswa menjadi malas.
Peningkatan hasil belajar siswa dari dua kelas sampel penelitian ini
disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan pada kedua kelas ini
setiap siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam setiap tahapan yang ada dalam
pembelajaran kooperatif. Setiap siswa diberi kesempatan untuk berpikir secara
individu dan memperoleh kesempatan yang sama dalam memberikan ide atau
gagasan hasil pemikirannya kepada teman-temannya, mempelajari dan
memahami konsep-konsep materi pelajaran, sehingga diperoleh jawaban yang
merupakan hasil dari kesepakatan bersama di dalam kelompok. Hal ini sesuai
dengan pendapat Agus Suprijono (2009) bahwa dalam pembelajaran
kooperatif siswa diberi kesempatan untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Sehingga secara tidak
langsung menuntut siswa untuk mau dan mampu mengkonstruksikan
pengetahuan dan menyatukan pendapat dalam kelompok maupun individu.
54



Selain itu, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.
Dalam pembelajaran Think Pair Share dengan teknik take and give
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak
berkomunikasi secara lisan menyampaikan hasil pemikirannya kepada teman-
temannya dan juga menerima atau mengambil informasi yang sebanyak-
banyaknya yang disampaikan oleh teman-temannya ketika berpasangan dan
berganti peran. Dengan adanya kartu soal, selain memudahkan dan
menghematkan waktu ketika guru mengajukan pertanyaan, juga berfungsi
sebagi kartu kontrol yang mana dapat memudahkan guru ketika melakukan
evaluasi atau pengecekkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
Evaluasi ini penting agar guru bisa mengetahui bahwa siswa telah memahami
materi dengan benar sebelum siswa terlibat di dalam diskusi kelas. Dalam
berpasangan siswa dapat mengulang menjelaskan suatu materi yang sama
untuk beberapa kali sehingga dapat memperkuat materi tersebut di dalam
memori ingatan jangka pendek siswa
Sedangkan untuk kemampuan berkomuikasi siswa, dari hasil analisis
data lembar observasi diperoleh kemampuan berkomunikasi siswa kelas
eksperimen lebih baik yakni berkisar dari 63%-90% sedangkan pada kelas
kontrol berkisar dari 54%-90%.
Perbedaan kemampuan berkomunikasi antara kedua kelas ini juga
dipengaruhi oleh bedanya model pembelajaran yang diterapkan. Model
pembelajaran Think Pair Share dengan teknik take and give dapat
55



memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak berkomunikasi
secara lisan menyampaikan hasil pemikirannya kepada teman-temannya dan
juga menerima atau mengambil informasi yang sebanyak-banyaknya yang
disampaikan oleh teman-temannya ketika berpasangan dan berganti peran.
Maka secara keseluruhan bahwa perbedaan hasil belajar dan
kemampuan berkomunikasi siswa baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol pada penelitian ini adalah karena adanya pengaruh model
pembelajaran yang diterapkan, yaitu model pembelajarn Think Pair Share
dengan teknik Take and Give.











56



BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa, Model Pembelajaran Think Pair Share dengan Teknik Take and
Give memiliki pengaruh terhadap kemampuan berkomunikasi. Ini diketahui
dari hasil analisis data lembar observasi kemampuan berkomunikasi siswa
pada kelas kontrol (54%-90%) dan kelas eksperimen (63%-90%). Selain itu
juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari
hasil statistik t (uji beda), bahwa pada kelas eksperimen sebesar 85.83
dengan persentase kelulusan sebesar 88.89% sedangkan pada kelas kontrol
sebesar 76 dengan persentase kelulusan sebesar 76%.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Think Pair Share dengan Teknik Take and Give
perlu disosialisasikan agar dapat digunakan sebagai alternatif yang
dipakai oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran
kimia pada materi Ikatan Kimia.
2. Model pembelajaran Think Pair Share dengan Teknik Take and Give
perlu terus diterapkan dan dikembangkan pada materi yang lain agar
siswa lebih mudah memahami materi.

Anda mungkin juga menyukai