Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN





BAB II
PEMBAHASAN
Asal Usul Kehidupan
Ada dua teori utama tentang asal-usul makhluk hidup di bumi, yaitu teori evolusi kimia
dan teori evolusi biologi.
'
1. Teori Evolusi Kimia
Ahli biokimia berkebangsaan Rusia (1894) A.l. Oparin adalah orang pertama yang
mengemukakan bahwa evolusi zat-zat kimia telah terjadi jauh sebelum kehidupan ini ada. Dia
mengemukakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya
bumi serta atmosfirnya.
Atmosfir bumi mula-mula memiliki air, CO2, metan, dan amonia namun tidak memiliki
oksigen. Dengan adanya panas dari berbagai sumber energi maka zat-zat tersebut mengalami
serangkaian perubahan menjadi berbagai molekul organik sederhana. Senyawa senyawa ini
membentuk semacam campuran yang kaya akan materi-materi, dalam lautan yang masih panas;
yang disebut primordial soup. Bahan campuran ini belum merupakan makhluk hidup tetapi
bertingkah laku mirip seperti sistem biologi. PrimodiaL soup ini melakukan sintesis dan
berakumulasi membentuk molekul. organik kecil atau monomer. misalnva asam amino dan
nukleotida.
Monomer - monomer lalu bergabung membentuk polimer, misalnya protein dan asam
nukleat. Kemudian agregasi ini membentuk molekul dalam bentuk tetesan yang disebut
protobion. Protobion ini memiliki ciri kimia yang berbeda dengan lingkungannya.
Kondisi atmosfer masa kini tidak lagi memungkinkan untuk terbentuknya sintesis molekul
organik secara spontan karena oksigen di atmosfer akan memecair ikatan kimia dan
mengekstraksi elektron.
Polimerisasi atau penggabungan monomer ini dapat dibuktikan oleh sydney Fox.Sydney
Fox melakukan percobaan dengan memanaskan larutan kental monomer organik yang
mengandung asam amino, asam amino pada suhu titik leburnya. Saat air menguap, terbentuklah
lapisan monomer - monomer yang berpolimerisasi. Polimer ini oleh Sydney Fox disebut
proteinoid.
Dalam penelitian di laboratorium bila proteinoid dicampur dengan air dingin akan membentuk
gabungan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer diselubungi
oleh membran selektif permeabel.
Tahun lirna puluhan hipotesis tentang evolusi kimia rnendapat dukungan dari Stanley Miller dan
gurunya Harold Urey (1953). Teori Urey didasari atas pemikiran bahwa bahan orqanik
merupakan bahan dasar organism yang pada mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di
alam denqan bantuan energi.

Menurut Teori Urey, konsep tersebut dapat di jabarkan atas 4 fase:


Fase 1. Tersedianya molekul metan, ammonia, hidrogen . dan uap air yag sangat banyak didalam
atmosfer.
Fase 2. Energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar sinar kosmis
merupakan energy pengikat dalam reaksi reaksi molekul molekul metan, ammonia, hydrogen
dan uap air.
Fase 3. Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana
Fase 4. Zat hidup yang terbentuk berkembang denqan waktu berjuta - juta tahun menjadi sejenis
organism yang lebih kompleks.

Miller berhasil membuktikan teori Urey dalam laboratorium. dengan alat, seperti pada
Gambar 8.2. Alat ini disimpan pada suatu kondisi yang diperkirakan sama dengan kondisi pada
waktu sebelum ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dimasukkan bermacam-macarn gas seperti
uap air yang dihasilkan dari air yang dipanaskan, hidrogen, metan, dan amonia.
Selanjutnya pada alat tersebut diberikan aliran listrik 75.000 volt (sebagai pengganti kilatan
halilintar yang selalu terjadi di alam pada waktu tersebut). Setelal seminggu ternyata Miller
mendapatkan zat organik yang berupa asam amino. Asam amino merupakan komponen
kehidupan. Selain asam amino diperoleh tiga asam hidroksi. HCN, dan urea.
Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana terbentuknva protein dari asam amino ini.
Melvin Calvin dari Universitas California menunjukkan bahwa radiasi sinar dapat
mengubah metana, amonia, hidrogen dan air menjadi molekul-rnolekul gula, dan asam amino.
Dan juga pernbentukan purin dan pirimidin, yang merupakan zat dasar pembentukan DNA,
RNA, ATP dan ADP.
Kehidupan yang bersarna-sama dengan partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat
lain, di bawah pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya
temperatur yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar - sinar yang mematikan yang
terdapat di angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra violet dan sinar infra merah.

2. Teori Kosmozoa
Arrhenius ( 191 I ) menyatakan bahwa kehidupan pertama dimulai dari spora-spora
kehidupan yang bersarna-sama dengan partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat
lain, di bawah pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan adanya
temperatur yang
begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar - sinar yang mematikan yang terdapat di angkasa
luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra violet dan sinar infra merah.

3. Teori Generatio Spontanea atau Abiogenesis
Pada zaman Aristoteles lebih dari 2000 tahun yang lalu, muncul konsep, kehidupan berasal
dari benda mati. Teori ini kita kenal denqan nama Generatio Spontanea atau teori Abiogenesis.
Contoh orang yang percaya abiogenesis adalah Nedham, ilmuwan Inggris pada tahun (1700).
Nedham, melakukan penelitian dengan merebus kaldu dalam wadah selama beberapa menit lalu
menutup dengan tutup botol dari gabus. Setelah beberapa hari ternyata tumbuh bakteri dalam
kaldu tersebut. Oleh karena itu Nedham menyatakan bahwa bakteri berasal dari kaldu. Namun,
teori Nedham ini lalu dipatahkan oleh L. Spallanzani.
a.) Percobaan Francesco Redi
Fancesco Redi (1668), seorang fisikawan Italia merupakan orang pertama yang melakukan
penelitian untuk membantah teori generatio spontanea. Dia melakukan serangkaian penelitian
menggunakan daging segar. Redi memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat selalu
terdapat tidak jauh dari sisa-sisa daging. pada penelitiannya Redi menggunakan 2 kerat daging
segar yang diletakkan dalam 2 wadah.
Wadah yang satu ditutupi kain yang tembus udara dan yang satu tidak ditutupi. Setelah
beberapa hari, pada daging yang tidak tertutup mulailah keluar belatung-belatung, sementara itu
pada daging yang tertutup tidak
tumbuh belatung. Tujuan penelitian Redi adalah untuk menjelaskan bahwa setiap makhluk hidup
perlu asal-usul dari mana
dia berasal. Teori Abiogenesis juga ditentang pula oleh L. Spallazani dan L. pasteur dengan
percobaan mereka masing-masing.
[[gambar:

b.) Percobaan Spatlanzani
Pada tahun 7765, seorang biologiwan Italia yang bernama Lazzaro Spallaizani, melakukan
percobaan yang berlawanan dengan teori Nedham. Spallanzani menyatakan bahwa Nedham
tidak merebus tabung cukup lama sampai semua organism terbunuh dan Nedham juga tidak
menutup leher tabung dengan rapat sekali sehingga masih ada organisme yang masuk dan
tumbuh.
Perhatikan percobaan Spallanzani

c.) Percobaan Louis pasteur
Akhirnya seorang biologiwan bernama Louis Pasteur pada tahun 1864 melakukan percobaan
menggunakan tabung berleher angsa. Pasteur sendiri meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal
dari sel lainnya.
Dalam percobaannya menggunakan tabung berleher angsa, pasteur merebus kaldu hingga
mendidih kemudian mendiamkannya. Pada prinsipnya udara mampu masuk ke dalam tabung,
namun partikel
debu akan menempel pada lengkungan leher tabung. Setelah sekian lama, ternyata tidak ada
bakteri yang tumbuh. Namun setelah
Pasteur mematahkan tabung leher angsa tersebut air kaldu di dalam tabung itu kemudian
ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan.juga berasal dari kehidupan.

Berdasarkan hasil-hasil percobaan ilmuwan di atas maka muncullah teori biogenesis atau
mahkluk hidup berasal dari mahkluk hidup. Selain itu, ada pula istilah omne vivum ex ovo atau
mahluk hidup berasal dari telur.
Teori Cosmoza menyatakan bahwa makhluk hidup datang di bumi dari bagian lain alam semesta
ini.
Teori Pfluger menyatakan bahwa bumi berasal dari materi yang sangat panas sekali, kemudian
bahan yang mengandung karbon(C), nitrogen(N) dan senyawa cyanogen(CN) membentuk
protein pembentuk protoplasma yang akan menjadi makhluk hidup.
Teori Moore menyatakan bahwa hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok dari bahan
anorganik pada saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses dalam larutannya yang
labil. Bila fase keadaan kompleks itu muncul, terbentuklah makhluk hidup.
Teori Allen menyatakan bahwa Energi matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan
menimbulkan pengaturan atom dari materi-materi. Interaksi N,C,H,O, dan S dalam air
membentuk protoplasma benda hidup.
Teori Transedental menyatakan bahwa benda hidup diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
diluar jangkauan sains.
Generatio Spontania (Aristoteles) menyatakan bahwa berdasarkan pengamatan, benda-benda
hidup dapat timbul dari benda tak hidup. Selanjutnya oleh Harold Urey(1893), AJ. Oparin(1924),
Stanley Miller(1936).
Jasad hidup sebagian besar tersusun atas ptotein. Protein tersusun atas asam amino, asam
amino jika dipecah: CH4, H2O,H2, NH3 yang semuanya terdiriatom dasar: C,H,O,N
Teori asal usul kehidupan pada kategori pertama adalah Teori Abiogenesis atau Generatio
Spontanea. Teori Generatio Spontanea ini mengatakan bahwa makhluk hidup terbentuk dengan
sendirinya.Teori ini disebut juga Teori Abiogenesis yang berarti makhluk hidup dapat terbentuk
dari makhluk mati. Pendukung teori ini adalah Aristoteles, Thales, dan Anaximines.Thales
menganggap kehidupan berasal dari air dan anaximines menganggap kehidupan berasal dari
udara.
Teori asal usul kehidupan pada kategori kedua adalah Teori Biogenesis. Pendukung teori ini
adalah Fransisco Redi, Lazzari Spalazano, dan Louis Pasteur. Fransisco Redi mengemukakan
percobaan ulat pada bangkai tikus berasal dari telur lalat ( Omne Vivum ex Ovo). Lazzaro
Spalazani mengemukakan percobaan kaldu yang dididihkan dan ditutup rapat hanya akan
membusuk bila dalam keadaan terbuka,harus ada jasad renik terlebih dahulu(Onme Ovum ex
Vivo). Louis Pasteur mengemukakan percobaan yang sama dengan L. Spalazani namun
menggunakan pipa leher angsa, yang kemudian berkesimpulan, untuk mendapatkan kehidupan
harus ada kehidupan terlebih dahulu (Omne Vivum ex Vivo)
Teori asal usul kehidupan pada kategori ketiga adalah Teori Urey. Teori ini menjelaskan bahwa
gas Metana(CH
4
), Amonia(NH
3
), Hidrogen(H
2
) dan Uap air (H
2
0) yang diberi energi listrik dan
radiasi sinar kosmik akan menghasilkankan terbentuknya senyawa organik misalnya asam amino
yang merupakan komponen dasar protein. Protein adalah pembentuk protoplasma yang
merupakan substansi dasar makhluk hidup.
Januari 2, 2009
Asal usul kehidupan,Teori Generatio Spontanea,Teori Evolusi Biokimia,
Diarsipkan di bawah: Umum gurungeblog @ 8:04 am
Tags: Aristoteles, asal usul kehidupan, Franscesco Redi, Spallanzani dan Louis Pasteur., Stanley
Miller, Teori Evolusi Biokimia, Teori Generatio Spontanea

pak-miller
Kapan dimana dan dengan cara bagaimana kehidupan di bumi ini berawal? adalah pertanyaan
yang terus menggoda para ilmuwan.
Berbagai teori asal-usul kehidupan telah disusun oleh para pakar tetapi belum ada satupun teori
yang diterima secara memuaskan oleh semua pihak.
Teori tentang asal-usul kehidupan yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:
1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)
Kita akan membahas teori no. 2 (teori generatio spontanea) dan teori no. 5 (evolusi biokimia).

Teori Generatio Spontanea
Disebut juga teori Abiogenesis pelopornya seorang ahli filsafat zaman Yunani Kuno Aristoteles
(384-322 SM) yang berpendapat bahwa makhluk hidup terjadi begitu saja pendapat ini masih
terus bertahan sampai abad kc 17 -18 Anthony van Leenwenhoek (abad ke 18) berhasil membuat
mikroskop dan melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami penemuan Leeuwenhoek
(salah seorang penganut teori abiogenesis) memperkuat teori generatio spontanea teori terbukti
makhluk hidup berasal dari benda mati (jasad renik berasal dari air bekas rendaman jerarni).
Beberapa ahli berusaha mengadakan penelitian untuk menyangkal teori generatio spontanea
antara lain Franscesco Redi, Spallanzani dan Louis Pasteur.
Percobaan Redi dan Spallanzani masih belum dapat menumbangkan teori generatio spontanea
karena menurut pendapat para pendukung teori tersebut bahwa untuk dapat timbul kehidupan
secara spontan dari benda mati diperlukan gaya hidup dan gaya hidup pada percobaan
Spallanzani dan Redi tidak dapat melakukan fungsinya karena stoples dan labu percobaan
tersumbat rapat-rapat.
Pasteur mencoba memperbaiki percobaan Spallanzani dengan menggunakan tabung kaca
berbentuk leher angsa atau huruf S untuk menutup labu walaupun labu tersumbat udara sebagai
sumber gaya hidup dapat masuk ke dalam labu. Dengan percobaan ini Pasteur berhasil
menumbangkan teori generatio spontanea
Evolusi Kimia
Menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap dimulai dari
bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer primitif dengan energi
halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.
Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala laboratorium. Ia
merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.

tabung miller
Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan air ke dalam alat. Air dipanasi
sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi. Sebagai sumber energi yang bertindak sebagai
halilintar agar gas-gas dan uap air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi.
Ternyata timbul reaksi, terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino, adenin dan gula
sederhana seperti ribosa.
Hasil percobaan di atas memberi petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam sistem
kehidupam seperti lipid, gula, asam amino, nukleotida dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik.
Yang menjadi masalah utama adalah belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme peralihan
dari senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling sederhana.
Evolusi Biologi
Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi
yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra violet.
Senyawa organik tersebut merupakan soppurba tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa
organik akhirnya akan membentuk timbunan gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan
(koaservat) yang kaya akan bahan-bahan organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid
sepanjang perbatasan koaservat dengan media luar yang dianggap sebagai selaput sel primitif
yang memberi stabilitas pada koaservat.
Meskipun begitu Oparin tetap berpendapat amatlah sulit untuk nantinya koaservat yang sudah
terbungkus dengan selaput sel primitif tadi akan dapat menghasilkan organisme heterotrofik
yang dapat mereplikasikan dirinya dan mengambil nutrisi dari sop purba yang kaya akan
bahan-bahan organik dan menjelaskan mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein
sebagai benda tak hidup ke benda hidup.
Teori evolusi kimia telah teruji melalui eksperimen di laboratoriurn, sedang teori evolusi biologi
belum ada yang menguji secara eksperimental. Walaupun yang dikemukakan dalam teori itu
benar, tetap saja belum dapat menjelaskan tentang dari mana dan dengan cara bagaimana
kehidupan itu muncul, karena kehidupan tidak sekadar menyangkut kemampuan replikasi diri
sel. Kehidupan lebih dari itu tidak hanya kehidupan biologis, tetapi juga kehidupan rohani yang
meliputi moral, etika, estetika dan inteligensia.
Komentar (5)
Kapan dimana dan dengan cara bagaimana kehidupan di bumi ini berawal? adalah
pertanyaan yang terus menggoda para ilmuwan.
Berbagai teori asal-usul kehidupan telah disusun oleh para pakar tetapi belum ada satupun
teori yang diterima secara memuaskan oleh semua pihak.

Teori tentang asal-usul kehidupan yang pernah disusun oleh para ahli di antaranya:

1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (ghalib) pada saat istimewa (teori kreasi
khas)
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan (teori generatio
spontanea)
3. Kehidupan tidak berasal-usul (keadaan mantap)
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja (teori kosmozoan)
5. Kehidupan muncul berdasar hukum fisika-kimia (evolusi biokimia)

Kita akan membahas teori no. 2 (teori generatio spontanea) dan teori no. 5 (evolusi
biokimia).
ASAL USUL KEHIDUPAN
( THE BEGINNING OF LIFE )

>> Perbincangan semalam sama guru Biologi SMA, tentang asal-uaul makhluk hidup dari kacamata
ilmu pengetahuan

EPILOG

Sampai saat ini belum ada seorang ilmuwan pun yang berhasih memecahkan masalah
bagaimana asal-usul kehidupan di bumi ini. Banyak teori atau paham-paham yang
dikemukakan oleh ilmuwan mengenai masalah tersebut, tetapi semuanya belum dapat
memberikan jawaban yang memuaskan.
Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban
terhadap masalah asal usul kehidupan tersebut. Namun, jawaban itu umumnya hanya
berupa dongeng atau mitos saja. Berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang
asal usul makhluk hidup.

TEORI ABIOGENESIS

Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang
filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan
bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.

Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan
menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan
hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.

Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut pengzanut paham
abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh
sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation
spontaneae.

Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak
pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut
dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :

a. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.

Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno
(Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop
sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat
kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham
abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat
pendapat mereka

TEORI BIOGENESIS

Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan
paham abiogenesis. Orang orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis
tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul
kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara
lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-
1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari
tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar
karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

a) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)

Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi
mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat
daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :

Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
Stoples II :diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap
terbuka.
Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati.
Danhasilnya sebagai berikut:

Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak
ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan
banyak larva atau belatung lalat.

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa
larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III
bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang
ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih
jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada
kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya
yang membusuk belatung relative sedikit.

B) percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)

Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham
abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya
sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani
lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air
rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan
Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut :

Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15
o
C selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi
paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin
keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan
hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.

Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :

Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi
bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti
ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya
tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak
mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka
lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya
berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).

Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa
mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda
mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena
telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.

Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen
Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk terbentuknya mikroba
(makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara
tersebut terjadilah generation spontanea.



c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)

Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur
melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani.
Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu.
Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut :

Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat
dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi
dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang
pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat
yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati.
Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan
sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga
bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali
pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan
air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi
busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.

Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme
yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari
pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa.
Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan
mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air
kaldu pada labu tadi.

Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan
ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada
saat pemanasan air kaldu.

Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu
itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi
mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan
beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan
oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran
paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka
tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal
usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :

a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.

Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan
paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham
Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup
yang pertama kali terjawab.

Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori
tentang asal usul kehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan,
diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural
(Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini
berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul
berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
TEORI EVOLUSI KIMIA

Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori
Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus
mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut
antara lain :
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa
organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu.
Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk
hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.

Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini
terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal
terbentuknya sangat berbeda denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu
planet bumi diperkirakan 4.000-8.000
o
C. pada saat mulai mendingin, senyawa
karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun membentuk inti bumi,
sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya
kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan
berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan
pecah.

Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-
gas ringan seperti Hidrogen (H
2
), Nitrogen (N
2
), Oksigen (O
2
), Helium (He), dan
Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu
manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang
mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H
2
O), Amonia (NH
3
), Metan
(CH
4
), dan Karbondioksida (CO
2
). Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk
uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun sekitar
100
o
C terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan
tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan.
Namun, kondisi semacam itu memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena
teredianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.

Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ?
Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan
pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain
Harold Urey dan Stanley Miller.

A) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)

Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan
bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana
(CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya
berbentuk uap. Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran
listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-
zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori
Urey.

Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan
menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun
mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey,
terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer tersebut
didukung kondisi sebagai berikut :

a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan
hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi
membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan
kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang
terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang
lebih kompleks).

B) Eksperimen Stanley Miller

Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul
kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal
terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer
waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat
digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.

Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana,
Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas
tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai pengganti energi aliran listrik
halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik
bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut
menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru.
Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat
mengembun.

Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam
perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung
senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana
seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata
hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukkan senyawa
fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa
yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian
lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.

Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose
Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang
mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.

Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks
didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino, Protein,
Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori yang
terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini
masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang
belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya
senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas
diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa
tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung
dilautan. Akhirnay membentuk senyawa yang merupakan komponen sel.

TEOI EVOLUSI BIOLOGI

Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The
Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika
atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO
2
, CH
4
, NH
3
, dan Hidrogen. Karena
adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar
Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk
senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi
tersebut berlangsung dilautan.

Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti
Alkohol (H
2
H
5
OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama
berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa
yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa
kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.

Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di
permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet,
dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan
senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial.

Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut
selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut
:
A. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks
yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
B. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-
molekul dari dan ke sekelilingnya;
C. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap
sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
D. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-
ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai
kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang
pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari
sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu
mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau
reproduksi.

Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah
sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin
mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari
molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana
senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti
tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut :

Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks
koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh
molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia
berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn struktur emulsi ini akan menghasilkan
koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.

Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan
terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara
selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain
kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung
kepada komposisi mediumnay. Denagndemikian, perbedaan komposisi medium akan
menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi komposisi sop
purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia
Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.

Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling
perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-
molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya
selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan
demikian, kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat
mereplikasi diri kedalam koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang
terbungkus lipida amat mungkin akan mnghasilkan sel primitif.

Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan
bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan
terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan
mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.

Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh paar Ilmuwan. Namun, tidak sedikit
Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi
awal terbentuknya organisme hidup.

Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori
evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi
biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.

Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum mampu
menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini pertama kali
muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut
masalah replikas; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi
juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori asal usul kehidupan yang
menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut
biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk
dilaut.

Beberapa Teori Ilmiah Tentang Asal Usul
Kehidupan di Bumi
Bumi | Senin, 27 Desember 2010 | Comments (0)
Asal usul adanya kehidupan di bumi masih terus diteliti sampai sekarang.
Penelitian itu bisa diibaratkan meneliti duluan mana telur atau ayam. Ayam berasal dari telur
dan telur juga berasal dari ayam. Terlepas dari paham yang dianut oleh suatu agama tertentu,
maka para ilmuwan mencoba memecahkan misteri tersebut. Beberapa teori pun diungkapkan
oleh beberapa tokoh filsafat dan ilmuwan. Berikut ini adalah beberapa teori yang diungkapkan
oleh beberapa tokoh tersebut.
Teori Abiogenesis
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh
ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang
pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan
yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkimpoian dari
induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari
Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut penganut paham abiogenesis,
makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori
abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, maka pendapat
paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak
hidup yang terjadinya secara spontan, misalnya :
1. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan Tahun
Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana
yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada
setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie
Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
Teori Biogenesis
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan paham
abiogenesis. Orang orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus
mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang
tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799),
dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895).
Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation
spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
a) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan
percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples.
Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
Stoples II :diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari,
keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut diamati.
Dan hasilnya sebagai berikut:
Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung
lalat.
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung
lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung
yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang
membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut
hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang
tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada
dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
B) percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis.
Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan
Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan
dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai
berikut :
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa menit dan
dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan
antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya diletakkan pada
tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu,
diadakan pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya
menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung
mikroba.
Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula,
baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka
lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh
serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang
ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari
kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba
darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro
Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air
kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan
untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur
menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara
gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang
pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak
mengandung mikroorganisme.
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu
didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu
diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung
mikroorganisme.
Melalui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat
dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap
air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk
leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara
untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu.
Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu
dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga,
setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya
pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham
Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham
Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal
dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
1. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan paham
Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum
berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul
kehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural
(Ghaib) pada saat yang istimewa.
2. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari
mana saja.
3. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan
hukum Fisika Kimia.
4. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
Teori Urey/Evolusi Kimia
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis
maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang
asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain :Harold Urey, Stanley Miller, dan
A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa
makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis
makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk kira-kira
antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda denagn
keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-8.000oC. pada saat
mulai mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun membentuk inti
bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya kegiatan
vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus menerus.
Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti
Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan
bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk
senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H2O),
Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap
berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun sekitar 100oC
terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan
semacam ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu
memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan energi yang
berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ? Pwertanyaan inilah
yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta melakukan
experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.
A) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada
suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O),
Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya
pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-
zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal
dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus saat
ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai
jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di
atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan hydrogen yang sangat
banyak di atmosfer bumi
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar
kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan kimianay dapat
disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang terbentuk tadi
berkembang menjadi sejenis organisme (makhluk hidup yang lebih kompleks).
B) Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul kehidupan.
Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang
keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat
laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air.
Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur
didalamnya. Sebagai pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat
tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi
tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam
perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkap embun
dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic sederhana,
seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba
beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut
dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu
senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga penelitian lain,
dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN
(Asam Ribose Nukleat), yaitu senyawa khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan
pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks didalam sistem
kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat
terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan
secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan
rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui
terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas
diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi
membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk
senyawa yang merupakan komponen sel.
Teori Biologi/Teori Naturalistik
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of
Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika atmosfer bumi kaya
akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-
benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa
sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks.
Proses reaksi tersebut berlangsung di lautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti Alkohol
(H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun,
senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam
organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan
daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang
amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop
purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya
berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut :
A. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk
dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
B. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke
sekelilingnya;
C. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai denagn
pola-pola ikatan didalamnya;
D. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.
Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak
yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali
terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah
memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan
mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi.
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah sehingga
dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami kesulitan
untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai
abenda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat
memiliki kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut :
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks koloid hidrofil
(menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan
senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi.
Penggabunagn struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan
membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan terjadinya
pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara selektif gumpalan Koaservat
tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi
gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnya. Dengan demikian,
perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba.
Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi
kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling perbatasan
antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein
sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan
memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-molekul
yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam koaservat dan pengaturan
kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin akan menghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah besarnya
ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan terbentuknya organisme
Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial
yang kaya akan zat-zat organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh para Ilmuwan. Namun, tidak sedikit Ilmuwan
yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya
organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori evolusi
kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada
yang menguji secara eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum mampu menjelaskan
bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat
adalah bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut masalah replikas; (penggandaan diri)
atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani.
Tentang teori asal usul kehidupan yang menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan
bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu
tertumpuk di laut.
Teori Kosmozoa
Teori kosmozoa menerangkan bahwa kehidupan berasal dari tempat lain di alam semesta,
misalnya dari meteor yang jatuh. Beberapa meteor memang mengandung molekul-molekul
organik, namun datangnya molekul di meteor tsb dari luar angkasa tidak sama dengan datangnya
kehidupan. Meskipun molekul organik dapat menahan ganasnya ruang antar-planet dan
perjalanan melalui atmosfer bumi. Contoh lain adalah kehidupan di Bumi berasal dari kehidupan
di luar angkasa. hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari peninggalan peradaban inca.
pada peninggalan itu terdapat piramid yg diatasnya terdapat hiasan tembikar dewa dan pesawat
serta penanggalan model tata surya matahari yg sangat teliti.Namun teori kosmozoa sebenarnya
tidak menjawab pertanyaan mengenai asal-usul kehidupan.
Teori Penciptaan Khusus
Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Tuhan. segala spesies makhluk hidup
yg sekarang sudah ada sejak dahulu dan diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat
ini.kelemahan teori ini adalah minimnya data dan bukti adanya penciptaan manusia dan tidak
dapat dibuat eksperimentnya.tentunya teori ini dianut oleh para orang-orang yg beriman kepada
Tuhan dan sepertinya kurang sejalan dengan teori-teori yg lain.



BAB III
PENUTUP


Simpulan
Berdsarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masing-msing para ahli ilmu
pengetahuan alam memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai asal usul kehidupan sesuai
dengan eksperimen-eksperimen yang telah dilekaukannya.

masing-masing pendapat tersebut didasrkan oleh percobaan yang telah dibuktikan sendiri oleh
para ahli tersebut. Dan berdasarkan percobaan yang telah dilekukan tersebut masing-masing
memiliki kelemahan-kelemahan sehingga masing-masing teori yang dipaparkannya saling
melengkapi satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai