DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2014-2015 Fenomena Masyarakat Dan Pelanggaran Lalu Lintas Manusia adalah makhluk sosial. Manusia diciptakan tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dimanapun manusia berada, manusia selalu membutuhkan bantuan sesamanya. Maka terciptalah sebuah tatanan hidup manusia yaitu masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang tinggal bersama dalam waktu yang lama dan menghasilkan kebudayaan. Setiap manusia di dalam masyarakat tentu mempunyai beberapa kepentingan yang berbeda-beda. Untuk menghindari terjadinya perpecahan dan perselisihan, maka dibentuklah norma atau peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dan kehidupannya. Norma itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, biasanya dikatakan peraturan sosial atau norma sosial. Disebut norma sosial karena merupakan seperangkat prinsip dan aturan tentang bagaimana seharusnya manusia bertingkah laku sehingga menjadi kebiasaan dan kemudian menjadi hal yang turun temurun dipertahankan. Masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam terbentuknya norma dan implementasi norma. Salah satunya adalah peraturan lalu lintas. Masyarakat dewasa ini gemar melanggar atau bahkan tidak menghiraukan rambu-rambu lalu lintas beserta peraturannya. Di Surabaya tercatat sebanyak 7.204 pelanggaran lalu lintas terjadi selama musim kampanye tahun 2014 (http://surabayatribunnews.com/2014/04/07/selama-kampanye- terjadi-7204-pelanggaran-lalu-lintas// Diakses pada tanggal 15 April 2014). Jika ditelusuri lebih lanjut, kebiasaan masyarakat yang patuh terhadap lalu lintas, akan terlihat apabila ada aparat terkait yaitu polisi yang sedang berjaga. Hal ini sungguh sangat disesalkan, karena peraturan dibuat untuk menciptakan ketertiban di dalam masyarakat. Namun sayangnya saat ini hal tersebut sangat jarang sekali ditemui di Indonesia. Fenomena masyarakat yang seakan mengacuhkan peraturan lalu lintas menjadi hal yang sangat serius ketika pelanggaran lalu lintas itu menciptakan bencana yang merugikan masyarakat bahkan Negara. Tentunya hal ini harus ditangani mulai dari hal yang kecil yaitu masyarakatnya sendiri. HASIL WAWANCARA Data Narasumber Nama : Disamarkan (Bunda) Status : Mahasiswa Penulis melakukan wawancara terhadap seorang temannya yang berdomisili di Surabaya. Dirinya mengaku pernah melakukan pelanggaran secara sadar terhadap peraturan lalu lintas yaitu, melanggar lampu lalu lintas. Dia melanggar lampu lalu lintas di pertigaan Jalan Dharmawangsa. Pada saat itu dia mengendarai kendaraan bermotor dan sedang dalam keadaan tergesa-gesa. Kemudian saat lampu lalu lintas menandakan untuk berhenti, dia melewati batas zebra cross dan ketika lampu masih kuning menjelang hijau, dia sudah bisa berjalan. Alasan dia melakukan hal seperti itu adalah dikarenakan semua orang yang melewati pertigaan itu sudah terbiasa melakukan hal itu. Dia juga mengatakan bahwa di pertigaan itu tidak terdapat rambu-rambu yang jelas. Dia mengakui sudah berulang kali melanggar hal tersebut dan tidak pernah ditindak lanjuti oleh aparat yang terkait. Hal ini menjadi masalah yang serius. Ketika ditelusuri lebih lanjut, di pertigaan itu memang banyak kekurangan. Pertama, keadaan jalan yang sempit dengan volume kendaraan yang banyak. Apalagi di pertigaan itu adalah tempat strategis atau tempat keramaian. Disana terletak rumah sakit besar yaitu Graha Amerta yang tidak pernah sepi dan juga Kampus B Universitas Airlangga yang selalu dipenuhi kendaraan bermotor milik mahasiswa. Sehingga apabila pengendara motor tidak maju hingga melewati batas zebra cross, maka akan terjadi kemacetan yang sangat panjang yang nantinya dikhawatirkan akan mengganggu perempatan sebelumnya. Kedua, tidak ada aparat yang mengatur, bahkan seringkali warga sekitar yang turun tangan dan tentunya tidak gratis. Lalu apakah fungsi aparat terkait apabila warga setempat saja sudah mampu untuk meng-handle pekerjaan tersebut. Itulah yang menjadi pertanyaan serius yang harus diperhatikan oleh aparat yang terkait dan pemerintah. Beberapa hal diatas yang menyebabkan pengendara terbiasa untuk melanggar. Selain karena alasan dari eksternal atau dari lingkungan, pengendara juga mengaku memiliki alasan internal akan hal tersebut. Rata-rata beberapa pengendara melanggar lampu lalu lintas karena dalam keadaan tergesa-gesa. Namun kita juga tidak bisa memastikan apakah hal tersebut aman atau tidak. Tentu saja melanggar lampu lalu lintas sama halnya dengan mempertaruhkan nyawa. Kesimpulan Dari permasalahan tersebut dapat dianalisis bahwa hal tersebut termasuk dalam penyimpangan terhadap norma hukum. Peraturan lalu lintas itu adalah peraturan tertulis yang termasuk di dalam norma hukum. Norma hukum mempunyai ciri-ciri yaitu (http://softilmu.blogspot.com/2013/12/norma-sosial.html Diakses pada tanggal 15 April 2014): a. Aturannya pasti b. Mengikat semua orang c. Memiliki alat penegak aturan d. Dibuat oleh penguasa e. Bersifat memaksa f. Sangsinya berat Dalam hal ini, peraturan yang dilanggar adalah UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan khususnya pada pasal 106 ayat 4, yang mengatur tentang tata cara berlalu lintas dan pasal 133 yang mengatur tentang manajemen kebutuhan lalu lintas. Dapat ditarik kesimpulan melalui permasalahan diatas bahwa kebiasaan masyarakat Indonesia adalah patuh kepada peraturan karena takut akan dikenakan sangsi apabila sedang ada pihak terkait yang melihat. Masyarakat Indonesia dapat berbuat semaunya apabila dirasa aman dan tidak ada pihak terkait yang melihat. Seringkali aparat kepolisian khususnya untuk polisi lalu lintas, tidak memperdulikan titik- titik keramaian yang dirasa menimbulkan kemacetan dan menyebabkan terjadinya pelanggaran lalu lintas. Karena polisi menganggap ada warga sekitar yang bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik seperti, membantu untuk menyeberangkan jalan, dan mengatur kendaraan apabila terjadi kemacetan. Saran 1. Kepada pemerintah dan pihak yang terkait Sebaiknya pemerintah lebih peka dan selalu melihat situasi terbaru di masyarakat. Pemerintah atau pihak yang terkait memasang lampu lalu lintas di tempat yang keadaan jalannya tidak sebanding dengan volume kendaraan yang melewatinya. Maka hal inilah yang memungkinkan terjadinya pelanggaran lalu lintas. Tentunya apabila tidak ada penanganan yang serius dari aparat yang terkait, hal ini akan menyebabkan kebiasaan yang tumbuh pada masyarakat, lalu kebiasaan akan menjadi watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Maka nantinya akan lebih rumit lagi untuk menghilangkan kebiasaan buruk yang turun temurun. 2. Kepada masyarakat umum Jika dilihat lagi, masyarakat mempunyai peranan yang besar dan kuat dalam pembentukan norma dan pelaksanaannya. Pelanggaran lalu lintas dapat diminimalisir apabila di dalam diri masyarakat sudah terbentuk kesadaran diri untuk menerima dan mematuhi segala peraturan dan norma yang berlaku. Secara sadar atau tidak sadar, dalam kehidupan sehari-hari tentunya akan menemui hal-hal yang diluar kehendak manusia. Sebisa mungkin masyarakat untuk tidak melanggar peraturan dan norma yang ada untuk terciptanya Negara yang tertib dengan SDM yang berkualitas di kemudian hari. Lebih baik mencegah untuk melanggar peraturan daripada celaka di kemudian hari. REFERENSI Rahardjo, Budi, dkk. 2011. Buku Ajar Sosiologi Kelas X Semester Ganjil. Solo: CV. Trijaya Utama. Sudarmi, Sri. 2009. Sosiologi 1 Kelas X SMA/ MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan http://surabayatribunnews.com/2014/04/07/selama-kampanye-terjadi-7204-pelanggaran-lalu- lintas// http://softilmu.blogspot.com/2013/12/norma-sosial.html