Anda di halaman 1dari 6

RENCANA PEMBANGUNAN PUSAT PENGELOLAAN LIMBAH

CERME (PPLC) JAWA TIMUR


Di Desa Kambingan dan Ds. Desa wedani, Kec. Cerme, Kab. Gresik


I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pertumbuhan pembangunan ekonomi di J awa Timur telah mendorong berkembangnya
sektor industri dan kegiatan usaha lainnya. J awa Timur yang memiliki 468.000 unit
industri besar, menengah dan kecil yang memiliki potensi limbah cukup besar, baik
limbah B3 maupun limbah non B3. Limbah yang dibuang langsung ke lingkungan
dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan, kesehatan manusia serta mahluk
hidup lainnya. Misalnya limbah yang dihasilkan oleh industri pulp dan kertas,
petrokimia, plastik, pestisida, pengolahan logam dan kegiatan lainnya.
Berdasarkan PP No. 18 tahun 1999, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusian serta
mahluk hidup lainnya.
Menurut UNEP terdapat lebih dari 60.000 jenis senyawa kimia yang digunakan pada
kegiatan manusia dan ratusan senyawa yang digolongkan sebagai berbahaya dan
beracun. Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri
dapat menghasilkan limbah B3 seminimal mungkin.
Untuk menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah
industri (termasuk limbah B3) maka perlu pengelolaan secara khusus. Pengelolaan
limbah ini merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah
Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait dengan beberapa pihak yang masing-
masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah, yaitu penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun limbah .
Menyadari hal tersebut, Pemerintah Propinsi J awa Timur telah melakukan penelitian
dan membersiapkan lokasi Pusat Pengelolaan Limbah Cerme (PPLC) di Kecamatan
Cerme Kabupaten Gresik dengan lahan seluas sekitar 50 Hektar. Pembangunan PPLC
di Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik ini perlu segera direalisasikan dalam upaya
memberikan kemudahan pengawasan dan pengendalian limbah industri di J awa
Timur
1. 2. Permasalahan
Salah satu permasalahan yang mendesak dalam pengendalian pencemaran adalah
pengelolaan limbah. Khususnya limbah industri (termasuk limbah B3) yang berbeda
dengan limbah lainnya (limbah domestik maupun limbah non B3) terutama karena
sifatnya yang tidak stabil atau karena potensinya yang dapat menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan manusia. Ketidak stabilan tersebut dengan pengaruh luar seperti
temperatur, tekanan, gesekan atau tercampur bahan lain dapat memicu timbulnya
karakter bahaya dari limbah seperti sifat reaktif, eksplosif, flammable atau sifat
toksik.
Karena sifatnya tersebut, dalam pengelolaannya limbah B3 berbeda dengan
pengelolaan limbah non B3. Sejak mulai pengemasan, penyimpanan, pengelolaan dan
penimbunannya, semuanya didasarkan pada upaya untuk mencegah dan mereduksi
sifat bahaya limbah . Dan hanya limbah yang telah distabilkan yang dapat dibuang ke
lokasi khusus untuk pembuangannya.
Dasar pertimbangan perlunya dibangun PPLC Gresik disebabkan beberapa hal antara
lain:
1 Indonesia hanya memiliki satu lokasi pengolahan limbah industri Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) di PPLI Cileungsi Bogor, sehingga pencapaiannya
dari J awa Timur cukup jauh dan memerlukan biaya yang cukup besar.
2 Kepedulian industri penghasil limbah masih rendah dalam upaya mengelola
limbahnya bahkan cenderung menyembunyikan dan membuang langsung ke
lingkungan tanpa memperhitungkan tingkat bahaya yang akan ditimbulkan.
3 Tata cara penyimpanan dan pengamanan limbah yang dihasilkan belum mengikuti
acuan teknis yang benar karena masih kurangnya pemahaman terhadap pedoman
teknis cara penyimpanan dan mengamanan sesuai ketentuan yang berlaku.
4 Adanya gejala kontaminasi limbah ke air dan tanah pada daerah/lokasi yang
berdekatan dengan industri penghasil limbah.
5 Belum terselenggara penanganan industri kecil yang potensi penghasil limbah
(pelapisan emas, kulit, pencelupan dll).
6 Keterbatasan lokasi penimbunan di pabrik.

1.3. Tujuan dan Sasaran
A. Tujuan
1. Membangun Pusat Pengelolaan Limbah Cerme untuk mengelola limbah
industri yang ada.
2. Mengelola limbah industri dengan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan limbah industri.
3. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian industri penghasil limbah dalam
mengelola limbah industri.
4. Menurunnya pencemaran lingkungan di daerah atau lokasi yang berdekatan
dengan industri penghasil limbah.
5. Menanggulangi keterbatasan pengelolaan limbah industri oleh industri.
6. Mendukung keberlanjutan program pengelolaan lingkungan.
7. Meningkatnya pentaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan.
8. Meningkatnya daya tarik investasi di J awa Timur dengan tersedianya fasilitas
pengelolaan limbah industri.
9. Tersedianya tempat pembinaan dan pelatihan bagi industri penghasil limbah.


2
B. Sasaran
1. Memberikan solusi teknologi pengelolaan limbah industri yang ekonomis
sehingga meningkatkan daya saing industri di J awa Timur.
2. Meningkatnya layanan pengelolaan limbah industri, untuk memenuhi
kebutuhan ditingkat lokal, regional maupun nasional.
3. Mendukung kegiatan ekonomi terkait dengan timbulnya kegiatan-kegiatan
ekonomi penunjang dan memicu kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.
4. Mengantisipasi resiko pencemaran lingkungan dengan menerapkan teknologi
ramah lingkungan
C. Manfaat
1. Menarik investor berinvestasi di J awa Timur dan di Indonesia pada umumnya.
2. Sarana alih teknologi dan pengembangan pengelolaan limbah industri.
3. Menjadi pusat penelitian, pendidikan dan pengembangan pengelolaan limbah
industri.
4. Memberikan manfaat ekonomi bagi Pemerintah daerah sekitarnya, investor
dan Pemerintah Propinsi J awa Timur.

II. RENCANA PUSAT PENGELOLAAN LIMBAH CERME (PPLC)
2.1 Lokasi Proyek
Desa : Desa Kambingan dan Desa Wedani
Kabupaten : Gresik
Propinsi : J awa Timur
Peta Lokasi :

3


2.2 Lingkup Pekerjaan
1. Membangun Pusat Pengelolaan Limbah Cerme beserta infrastruktur
pendukungnya dengan total luas lahan sekitar 50 hektar berlokasi di Kecamatan
Cerme Kabupaten Gresik.
2. Mengoperasikan Pusat Pengelolaan Limbah Cerme beserta infrastruktur
pendukungnya selama masa pengguna-usahaan 25 tahun.
3. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta mengendalikan dampak kegiatan
pasca operasi selama 30 tahun.
2.3 Limbah Industri yang diolah
1. Sumber limbah spesifik (fly ash, slag, debu peleburan).
2. Sumber limbah heterogen (sumber-sumber industri elektroplating, tekstil, kulit,
dll).
2.4 Sarana dan Prasarana PPLC
NO. JENIS BANGUNAN DAN PERALATAN JUMLAH
1. Sarana Penunjang dan R&D Laboratorium 1 unit
2. Sarana Pengolah Limbah
a Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 1 paket
b Incinerator 1 paket
c Landfill 1 paket
4
3 Sarana Pemanfaat Limbah
a Sarana Pemanfaatan Fly Ash 1 paket
b Sarana Pemanfaatan Slag 1 paket
2.5 Kebutuhan Biaya
Kebutuhan Biaya investasi pengguna-usahaan barang daerah/asset Pemerintah
Propinsi J awa Timur untuk Pusat Pengelolaan Limbah Cerme (PPLC) di Cerme
Gresik meliputi pematangan lahan, pembangunan bangunan utama dan penunjang
dan pembangunan prasarana pengolahan limbah ditambah dengan kegiatan-kegiatan
persiapan dan manajemen diperkirakan sebesar Rp. 400.000.000.000,00.

III. DASAR OPERASIONAL PPLC
1 Undang-undang RI No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
3 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
4 Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
5 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
6 Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL
7 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 tahun 2004 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Daerah
8 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 68/BAPEDAL/05/1994 tentang Tata Cara
Memproleh Izin Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan,
Pengolahan dan Penimbunan Akhir Limbah .
9 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah
10 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen
Limbah
11 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah
12 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara
Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan,
dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah
13 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan
Label Limbah
14 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah di Daerah

IV. METODE PEMBANGUNAN
4.1 Pengguna-usahaan asset daerah melalui investasi swasta
5
Penguna-usahaan. adalah Pendayagunaan barang daerah oleh pihak ketiga. Beberapa
pola penggunana-usahaan yang ada adalah BOT, BTO, BT, KSO. Dengan
pertimbangan berbagai hal maka dipilih pola yang tepat yaitu berupa Bangun Guna
Serah atau Build-Operate-Transfer yang selanjutnya disingkat BOT. BOT adalah
pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik/dikuasai Pemerintah Daerah oleh Pihak
Ketiga dengan cara Pihak Ketiga membangun bangunan siap pakai dan atau
menyediakan, menambah sarana lain berikut fasilitas diatas tanah dan atau bangunan
tersebut dan mendayagunakannya selama dalam waktu tertentu untuk kemudian
setelah jangka waktu berakhir menyerahkan kembali tanah dan bangunan dan atau
sarana lain berikut fasilitasnya tersebut beserta pendayagunaannya kepada Daerah,
serta membayar kontribusi sejumlah uang atas pemanfaatannya yang besarnya
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan.
4.2 Pembiayaan
Penyediaan biaya melalui Investor meliputi :
a. Study persiapan yang diperlukan
b. Detail design engineering
c. Konstruksi pembangunan PPLC
d. Pengadaan peralatan
e. Pengoperasian PPLC
f. Ttransportasi
g. Penutupan
h. Post Closure

4.3 J adwal pelaksanaan pembangunan PPLC
Pembangunan PPLC diharapkan dapat dinilai pada tahun 2006/2007 dan mulai
beroperasi pada tahun 2007/2008
---- oo0oo ---
6

Anda mungkin juga menyukai