Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis/ jasmani,
pemeriksaan bakteriologi. Dengan ditemukannya basil tuberkulosis, dapat dipastikan bahwa
proses masih aktif dan perlu diberikan pengobatan yang sesuai.
1. Pemeriksaan Jasmani
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru pada
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior,
serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
2. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang
sangat penting dalam menegakkan diagnosa. Bahannya dapat berasal dari dahak, cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar,
urin, feses dan jaringan biopsi. Pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan mikroskopis dan biakan.
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan hapusan dahak mikroskopis langsung yang
merupakan metode diagnosis standar. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi BTA
yang memegang peranan utama dalam diagnosis TB Paru. Selain tidak memerlukan
biaya mahal, cepat, mudah dilakukan, akurat, pemeriksaan mikroskopis merupakan
teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan derajat penularan,
risiko kematian serta prioritas pengobatan.
b. Pemeriksaan biakan kuman
Melakukan pemeriksaan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti dan
dapat mendeteksi mikobakterium tuberkulosis dan juga Mycobacterium Other Than
Tuberculosis (MOTT).
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top
lordotik, oblik, CT Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
4. Pemeriksaan BACTEC
Merupakan pemeriksaan teknik yang lebih terbaru yang dapat mengidentifikasi kuman
tuberkulosis secara lebih cepat. Metode yang digunakan adalah metode radiometrik. M.
Tuberkulosis metabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan
dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan.
5. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.
Tuberkulosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan
kontaminasi. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara benar dan sesuai dengan standar
internasional. Pada tuberkulosis pasca primer, penyebaran kuman terjadi secara bronkogen,
sehingga penggunaan sampel darah untuk uji PCR tidak disarankan. Sebaliknya bila sampel
yang diperiksa merupakan dahak dari penderita yang dicurigai menderita tuberkulosis paru,
masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum menggunakan PCR sebagai
sarana diagnosis tuberkulosis paru.
6. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan beberapa metode seperti:
a. Enzym Linked Immunsorbent Assay (ELISA) Teknik ini merupakan salah satu uji
serologi yang dapat mendeteksi respons humoral berupa proses antigen antibodi yang
terjadi.3 Kelemahan utama dari teknik ELISA ini adalah pengenceran serum yang
tinggi dan perlu dilakukan untuk mencegah ikatan nonspesifik dari imunoglobulin
manusia pada plastik.
b. ICT (Immun Chromatografic Tuberculosis) Uji ICT adalah uji serologi untuk
mendeteksi antibodi M. Tuberkulosis dalam serum. Uji ini merupakan uji diagnostik
tuberkulosis yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M. Tuberculosis.
c. Mycodot Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomanan yang ditempel dengan alat yang berbentuk
sisir plastik.
d. Uji peroksidase anti peroksidase Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi
reaksi serologi yang terjadi.
e. Uji serologi yang baru/ IgG TB Uji ini adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan
cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik untuk mikobakterium
tuberkulosis. Di luar negeri metode ini lebih sering digunakan untuk mendiagnosa TB
ekstraparu, tetapi kurang baik untuk diagnosa TB pada anak.
7. Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien efusi pleura untuk menegakkan diagnosis.
8. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis. Bahan
jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi
9. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju Endap Darah (LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi LED yang
normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfosit juga kurang spesifik.
10. Uji tuberculin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan
prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan berfungsi bila didapatkan konversi, hasil uji
positif yang didapat besar. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan
hasil negatif.

Anda mungkin juga menyukai