Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH ATLETIK

1. Sejarah Atletik
Atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu "athlon atau athlum" artinya
pertandingan, perlombaan, pergulatan, atau perjuangan. Orang yang melakukannya
dinamakan "athleta" (atlet). Kita dapat menjumpai pada kata "pentahtlon" yang terdiri
dari kata "panta" berarti lima atau panca athlon berarti lomba. Arti selengkapnya
adalah "panca lomba" atau perlombaan yang terdiri dari lima nomor. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan, atletik adalah salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan/diperlombakan yang meliputi nomor jalan, lari, lompat, dan lempar.
Istilah "athletic" dalam bahasa Inggris dan atletik dalam bahasa Jerman mempunyai
pengertian yang luas meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan
atau pertandingan, termasuk renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam dan lain-
lain.
Sejarah atletik dimulai oleh bangsa Yunani yang pertama kali
menyelenggarakan perlombaan atletik. Hal ini dapat dibaca dari karya pujangga
Yunani Purba bernama Homerus. Atletik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani
"Athios", artinya lomba. Pada waktu itu cabang olahraga atletik dikenal dengan
pentahlon atau panca lomba dan decathlon atau dasa lomba. Pada buku Odysus, karya
Hemerun menerangkan bahwa petualangan Odysus mengunjungi kepulauan di
sebelah selatan Yunani, oleh kepala suku diadakan upacara penyambutan. Dalam
upacara tersebut diadakan perlombaan yang terdiri dari: lari, lempar cakram, tinju,
dan gulat. Pada tahun 776 SM, Yunani mengadakan Olimpiade. Juara pentahlon atau
pancalomba dinyatakan sebagai juara Olimpiade.

Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama ditahun 776 sebelum Masehi
dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade. Ada beberapa Games
yang digelar selama era klasik Eropa: Panhellenik Games The Pythian Game (dimulai
6 Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun. The Isthmian Game (dimulai
523 Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tahun. The Roman
Games Berasal dari akar Yunani murni, Roman game memakai perlombaan lari dan
melempar. Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga
Etruscan memakai pertempuran galiatoral, yang juga sama-sama 527 Sebelum
Masehi digelar di Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games (dimulai 51 memakai
panggung). Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt,
Teutonik, dan Goth yang juga digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering
dihubungkan dengan pelatihan tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang
bangsawan akan dilatih dalam berlari, bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda,
memanah dan pelatihan senjata. Kontes antar rival dan sahabat sangat umum di arena
resmi maupun tidak resmi.
Di abad 19 organisasi formal dari event modern dimulai. Ini termasuk dengan
olahraga reguler dan latihan di rezim sekolahan. Royal Millitary College di Sandhurst
mengklaim menggunakan ini pertamakali pada tahun 1812 dan 1825 tetapi tanpa
bukti nyata. Pertemuan yang paling tua diadakan di Shrewsbury, Shropshire di 1840
oleh Royal Shrewsbury School Hunt. Ada detail dari seri pertemuan tersebut yang
ditulis 60 tahun kemudian oleh C.T Robinson dimana dia seorang murid disana pada
tahun 1838 sampai 1841. Eeck Military Academy dimana Woolwich
menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diorganisir pada tahun 1849, tetapi seri
reguler pertama dari pertemuan digelar di Exeter College, Oxford dari 1850.
Atletik modern biasanya diorganisir sekitar lari 400m di trek di hampir semua
even yang ada. Acara lapangan (melompat dan melempar) biasanya memakai tempat
di dalam trek. Atletik termasuk di dalam Olimpiade modern pada tahun 1896 dan
membentuk dasar-dasarnya kemudian. Wanita pertama kali dibolehkan berpartisipasi
di trek dan lapangan dalam event Olimpiade tahun 1928. Sebuah badan pengelola
internasional dibentuk, IAAF dibentuk tahun 1912. IAAF menyelenggarakan
beberapa kejuaraan dunia outdoor pada tahun 1983. Ada beberapa pertandingan
regional seperti kejuaraan Eropa, Pan-American Games dan Commonwealth Games.
Sebagai tambahan ada sirkuit Liga Emas professional, diakumulasi dalam IAAF
World Athletics Final dan kejuaraan dalam ruangan seperti World Indoor
Championship. Olahraga tersebut memiliki profil tinggi selama kejuaraan besar,
khususnya Olimpiade, tetapi yang lain kurang populer.
AAU (Amateur Athletic Union) adalah badan pengelola di Amerika Serikat
sampai runtuh dibawah tekanan profesionalisme pada akhir tahun 1970. Sebuah
badan baru bernama The Athletic Congress (TAC) dibentuk, dan akhirnya dinamai
USA Track and Field (USATF atau USA T&F). Sebuah tambahan, organisasi dengan
struktural yang lebih kecil, Road Runner Club of America (RRCA) juga ada di USA
untuk mempromosikan balap jalanan. Di masa modern, atlet sekarang bisa menerima
uang dari balapan, mengakhiri sebutan amatirisme yang ada sebelumnya.
2. Lintasan dan Lapangan dalam Atletik
a. Lintasan dan Lapangan Dalam Ruangan
Ada dua musim dalam lintasan dan lapangan. Ada musim indoor,selama
musim dingin dan musim outdoor, digelar selama musim semi dan panas.
Kebanyakan lintasan indoor adalah 200m dan terdiri dari empat atau enam
jalur. Seringkali sebuah lintasan indoor memiliki belokan yang lurus untuk
mengkompensasikan belokan yang ketat. Dalam lintasan indoor atlet
berkompetisi sama dengan event lintasan di outdoor dengan pengecualian
untuk lari 100m dan 110/100m haling rintang (diganti dengan sprint 60m dan
60 m hlang rintang di tingkat kebanyakan dan kadang 55m sprint dan 55m
haling rintang di tingkat SMA) dan lari 10.000m, jalan cepat 300m, dan 400m
haling rintang. Indoor juga mendapat tambahan lari 3000m yang normalnya
pada tingkat kampus dan elit dibandingkan memakai 10.000m. marathon
5.000m adalah event lari jauh yang paling umum, walaupun ada situasi
dengan jarak lebih jauh pernah dilombakan. Di medio abad 20, ada seri
perlombaan duel di Madison Square Garden (New York) lintasan indoor,
beberapa menampilkan dua orang berlomba marathon (26,2 mil). Tetapi, ini
sangat jarang terjadi. Dalam keadaan tertentu, ada juga balapan 500m
dibandingkan 400m yang ada normalnya di event outdoor, dan di kejuaraan
kampus indoor dua-duanya dilombakan. Di event lapangan, perlombaan
indoor hanya menampilkan lompat tinggi, lompat galah, lompat jauh, lompat
ganda dan menembak. Lembar lembing, lempar bola besi dan tolak peluru
ditambahkan hanya untu event outdoor, dimana normalnya tidak ada ruang
yang cukup dalam stadion indoor pada perlombaan tersebut. Event unik dari
perlombaan indoor (terutama di Amerika Utara) adakah lempar beban seberat
300, 600, 1000 dan 35 pon. Di Negara lain, terutama Norwegia, lompat jauh
berdiri dan lompat tinggi berdiri juga dilombakan, bahkn di Kejuaraan
Nasional untuk atlet multi-event ada Pentathlon untuk wanita (yaitu 60m
halang rintang, lompat jauh, tolak peluru dan 800m) dan heptathlon untuk pria
(yaitu 60m halang rintang, lompat jauh, tolak peluru, 60m lari, lompat galah
dan 1000m lari) indoor. Untuk outdoor ada heptathlon untuk wanita dan
decathlon
b. Lintasan dan Lapangan Luar Ruangan

Lintasan dan Lapangan luar ruangan biasanya dimulai dan diakhiri selama
musim semi. Kebanyakan lintasan adalah berbentuk oval untuk keadaan
400m. Tetapi, beberapa lintasan tua berukuran 440 yardm dimana ada
beberapa lintasan yang tidak oval dan tidak 400m/440 yard karena keadaan
geografis. Lintasan modern memakai permukaan yang dikaretkan, dan
lintasan yang lebih tua memakai pasir atau kerikil. Lintasan normalnya
memakai 6-10 jalur dan bisa termasuk sebuah jalur langkah dan selokan di
salah satu belokan. Jalur ini isa ada di luar atau di dalam lintasan, membuat
tikungan yang lebih sempit atau lebar. Sangat umum dimana lintasan itu akan
mengelilingi sebuah lapangan bermain yang dipakai untukAmerican Football,
sepak bola, atau lacrosse. Lapangan di dalam ini biasanya dikenal dengan
lapangan dalam dan permukaanya memakai rumput atau karpet buatan, dan
tempat diaman tim menggelar kamping selama turnamen panjang. Tetapi
lempar lembing, bola besi dan cakram biasanya dilombakan di luar lapangan
di lapangan lain karena membutuhkan ruangan yang lebih luas, dan
implementasinya mungkin bisa merusak lapangan yang dipakai atau lintasan.

3. Event dalam Atletik
Event Lintasan event lari di lintasan 400m.
a. Sprint: event yang termasuk 400m. Event yang umum adalah 60m
(hanya di dalam ruangan), 100m, 200m dan 400m.
b. Jarak Menengah: event dari 800m sampai 3000m, 800m, 1500m, satu
mil dan 3000m.
c. Lari berintang lomba (biasanya 300m) dimana pelarinya harus
melewati rintangan seperti penghalang dan rintangan air.
d. jarak Jauh: berlari diatas 5000 m. Biasanya 5000 m dan 10000 m. yang
kurang lazim ialah 1, 6, 12, 24 jam perlombaan.
e. Halang Rintang: 110 m halang rintang tinggi (100 m untuk wanita)
dan 400 m haling rintang menengah (300 m di beberapa SMA).
f. Estafet: 4 x 100m estafet, 4 x 400 m estafet , 4 x 200 m estafet , 4 x
800 m estafet , dll. Beberapa event, seperti estafet medley, jarang
dilangsungkan kecuali estafet karnaval besar.
Lari jalanan: dilangsungkan di jalanan terbuka, tapi biasanya diakhiri di
lintasan. Event biasa adalah 5km, 10km, setengah marathon dan marathon.
3. lomba jalan cepat event biasa adalah 10km, 20 km dan 50 km.
4. Event lapangan
a. Event melempar
i. tolak peluru
ii. lempar peluru
iii. lempar lembing
iv. lempar cakram
b. Event lompat
i. lompat tinggi
ii. lompat galah
iii. lompat jauh
iv. lompat ganda
c. yang sangat tidak biasa
i. lompat tinggi berdiri
ii. lompat jauh berdiri
iii. lompat ganda berdiri
5. Event ganda atau kombinasi
a. Triathlon / Trilomba
b. Pentathlon / Pancalomba
c. Heptathlon
d. Decathlon / Dasalomba
4. Sejarah Atletik di Indonesia
A. Atletik Di Indonesia pada Zaman penjajahan
Di Indonesia atletik dikenal lewat bangsa Belanda yang selama tiga setengah
abad telah menjajah negeri ini. Namun demikian atletik tiada dikenal secara luas.
Yang mendapat kesempatan melakukan latihan-latihan atletik hanyalah sekolah-
sekolah dan kemiliteran saja, itupun sekedar untuk melengkapi kebutuhan pendidikan
jasmani saja. Organisasi atletik pertama kali didirikan di Indonesia pada Zaman
Belanda adalah Nederlands Indisehe Atletiek Unie yang disingkat NIAU yang dalam
bahasa Indonesia berarti : Perserikatan Atletik Hindia Belanda yang didirikan pada
tahun 1917. Propaganda untuk menyebarkan atletik memang ada tetapi usaha untuk
mendirikan perkumpulan-perkumpulan atletik atau cabang dari NIAU hanya dapat
terlaksana dibeberapa kota besar yang mempunyai sekolah-sekolah lanjutan dan yang
ada tangsi-tangsi militernya, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya,
Yogyakarta,Semarang, Solo, Medan.
Pada zaman itu tiap tahun diadakan perlombaan/kejuaraan atletik di Jakarta
yang penyelenggaraannya bertepatan dengan penyelenggaraan Pasar Gambir
(semacam Jakarta fair sekarang) pada akhir bulan Agustus atau awal September. Atlet
yang menonjol prestasinya pada aman penjajahan Belanda itu antara lain:
Mohammad Noerbambang, pelari 100m yang konon pernah mencapai 10,8 detik dan
Harun Alrasyid pelompat tinggi yang pernah melewati mistar mencapai 1,80m dan
lompat jauhnya mendekati 7,00 m. Pada zaman pendudukan Jepang selama tiga
setengah tahun mulai awal tahun 1942 sampai Agustus 1945 , keolahragaan pada
umumnya mengalami perkembangan. Semua pelajar mahasiswa melalui siaran radio
yang dikenal dengan 22nama Radio Taiso menyelenggarakan latihan-latihan dari
berbagai cabang olahraga,termasuk senam dan atletik. Atletik mendapat perhatian
yang cukup baik.
Hampir setiap menjelang tutup tahun ajaran diadakan pertandingan-
pertandingan olehraga dengan atletik sebagai nomor utamanya, baik yang berbentuk
pertandingan antar kelas, antar sekolah atau antar kota. Pada tahun 1943 di Solo
diselenggarkan perlombaan atletik segitiga antar pelajar Sekolah Menengah Bandung,
Yogya, dan Solo. Pelajar-pelajar dari Bandung di bawah panji-panji GASEMBA
(Gabungan Sekolah Menengah Bandung ) dari Yogya GASEMMA ( Gabungan
Sekolah Menengah Mataram ) dan dari Solo GASEMBO (Gabungan Sekolah
Menengah Solo ). Perlombaan atletik untuk umum juga sering diadakan. Lari jarak
jauh dan lari jarak pendek dengan membawa beban adalah yang paling sering
diperlombakan. Dalam bidang organisasi selama masa pendudukan Jepang ini juga
nampak ada kemajuan. Perhimpunan-perhimpunan atletik juga bermunculan
dibeberapa kota besar, antara lain IKADA ( Ikatan Atletik Djakarta ),GABA (
Gabungan Atletik Bandung ), IKASO ( Ikatan Atletik Solo) IPAS ( Ikatan
Perhimpunan Atletik Surabaya ) dan lain-lain. Pada tahun 1949 oleh ISI ( Iakatan
Sport Indonesia ) diselenggarakan Pekan Olahraga di lapangan IKADA yang diikuti
oleh sejumlah atlet dari seluruh Jawa. Atlet-atlet yang menonjol pada pendudukan
Jepang antara lain : Soetantio, pelari 100m yang mencapai 11,00 detik. Soetrisno ,
atlet Pancalomba dan Bram Matulessi, pelempar Lembing.

B. Atletik setelah Indonesia Merdeka
Dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945 oleh Soekarno-Hatta, maka terbukalah bagi bangsa Indonesia untuk memajukan
dan mengembangkan bangsa dan negara dalam segala bidang, termasuk memajukan
keolahragaan pada umumnya dan khususnya cabang olahraga atletik. Meskipun pada
waktu itu bangsa Indonesia sedang berjuang mati-matian untuk mempertahankan
kemerdekaan melawan Belanda dengan sekutunya yang ingin kembali menjajah
Indonesia, namun rakyat Indonesia terutama para pelajar dan mahasiswanya masih
tetap melakukan atletik. Ditempat-tempat yang tidak diduduki tentara Belanda,
disaat-saat tidak melakukan perang gerilya, mereka berlatih dan berlomba atletik
yang merupakan cabang olahraga yang digemari. Pada bulan Januari 1946 dikota
Solo diselenggarakan kongres yang ingin menghidupkan kembali semangat
keolahragaan di Indonesia,maka didirikan PORI (Persatuan Olahraga Republik
Indonesia). Langkah pertama yang dilakukan PORI adalah menyelenggarakan Pekan
Olahraga Nasional (PON). Maksud penyelenggaraan PON pada masa revolusi fisik
melawan kekuatan Belanda dengan sekutunya yang menduduki kota-kota besar
diIndonesia, mengandung tujuan yang lebih mulia ialah memberi kejutan politik
kepada dunia agar terbuka matanya bahwa negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu benar-benar ada. PON diadakan di
Solo dibuka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 12 September 1948, dihadiri oleh
wakil Presiden dengan segenap anggota kabinet,hadir pula wakil-wakil dari negara
lain termasuk pejabat Komisi Tiga Negara PBB diIndonesia. Atlet-atlet yang terkenal
pada waktu itu adalah :
5. - Soedarmodjo , sebagai pelompat tinggi
6. - Arie Mauladi , sebagai pelompat jangkit
7. - Soetopo , menjuarai 5000 m dan 10.000 m
8. - Nasir Rosydi , pelari gawang dan lompat jauh
9. - Fuat Sahil , pelari 400 m
10. - Soetrisno , tolak peluru dan lempar cakram
11. - Darwati , pelari 100 m
12. - Anie Salamun , Pelempar cakram

Pada tanggal 3 September 1950 berkumpullah tokoh-tokoh atletik dari
perhimpunan atletik beberapa daerah Indonesia di kota Semarang untuk membentuk
Induk organisasi atletik bagi seluruh wilayah Indonesia. Lahirlah kemudian
organisasi atletik yang diberi nama Persatuan Atletik Seluruh Indonesia disingkat
PASI. Sebagi langkah pertama di Bandung pada bulan Desember 1950 yang diikuti
tidak hanya atlet-atlet dari pulau Jawa tetapi juga dari Sulawesi. Langkah selanjutnya
adalah menjadikan PASI dapat diterima sebagai anggota IAAF agar atlet-atlet
Indonesia dapat mengikuti Olympiade dan perlombaan-perlombaan Internasional
lainnya. Pemusatan latihan yang pertama kali diadakan di Yogyakarta dalam rangka
persiapan pengiriman atlet untuk mengikuti Asian Games I yang diselenggarakan di
New Delhi, India pada bulan Maret 1951. beberapa atlet yang memperoleh medali
perunggu pada Asian games I adalah :
1. Soedarmodjo , untuk lompat tinggi
2. Hardarsin , untuk lompat jangkit
3. A.F Matulessy , untuk lempar lembing
4. Anie Salamun , untuk lempar cakram
5. Regu estafet 4 x 400 m atas nama : Tri Wulan, Nyi. Soerjowati, Darwati, dan
Lie Jiang Nio.

PON II diselenggarakan di Jakarta bulan Oktober 1951. Atletik merupakan
perlombaan nomor utama. Selanjuntnya PASI memutuskan untuk menyelenggarakan
kejuaraan atletik setiap tahun. Tahun 1952 di langsungka kejuaraan Nasional di
Surabaya. Untuk pertama kali PASI mengirimkan atletnya ke olympiade pelompat
tingginya Soedarmodjo dikirimkan ke olympiade di Helsinki. Tahun 1953
dilangsungkan PON III di Medan. Tahun 1954 dilangsungkan kejuaraan Nasional.
Yang selalu mendominasi perlombaan atletik Nasional adalah Dasuki, untuk lari 100
m, Yopie Timisela, untuk lari 400 m dan 10.000 m, Soetrio untuk lompat tinggi galah
dan Dasalomba. Soedarmodjo, Maridjo dan Okamona untuk lompat tinggi. Hendarsin
dan Bin Suryo untuk lompat jangkit. Soetrisno, Sarbe Hupono dan Bram Matulessi
untuk nomor lempar cakram dan tolak peluru. Tahun 1955 dilangsungkan Kejuaraan
Nasional di Jakarta. Indonesia mendatangkan Bin Miner untuk membentuk Coach-
coach atletik di Indonesia yang pada waktu itu belum dimiliki. Tahun 1957
penyelenggaraan PON IV di Makasar (Ujung Pandang). Tahun 1958 kejuaraan
Nasional di Jakarta. PASI mengirimkan atletnya ke Asian Games ke-3 diTokyo.
Atlet putri Kamah, berhasil memperoleh medali perunggu untuk lempar
lembing. Tahun 1959 kejuaraan Nasional di Jakarta. Tahun 1960 seleksi Nasional di
Bandung dalam rangka persiapan Asian Games ke-4 yang akan diselenggarakan di
Jakarta tahun 1962. Disamping itu PASI mengirimkan peninjau ke Olympiade di
Roma untuk mempelajari seluk beluk penyelenggaraan Olympiade dalam rangka
persiapan menjadi tuan rumah Asian Games yang akan diselenggarakan di jakarta.
Semenajk ditetapkan Jakarta sebagai tempat penyelenggaran Asian Games IV , PASI
berusaha sekuat tenaga agar dapat mencapai sukses bukan hanya sukses dalam
penyelenggaraan tetapi juga sukses dalam prestasi atlet-atletnya. PASI mengirimkan
peninjau ke Olympiade Roma dan mendatangkan tenaga-tenaga penasihat dari Jepang
yang telah berhasil sebagai penyelenggara Asian Games III. Dibidang peningkatan
prestasi PASI mendatangkan pelatih-pelatih dari luar negeri. Pelatih yang
didatangkan adalah Bin Miner, Norman Ford dan Tom Rosandich dari Amerika
Serikat, disamping untuk meningkatkan prestasi para atlet yang dimasukkan dalam
pusat latihan atau TC (Training Center), mereka juga dimafaatkan untuk menatar
kader-kader pelatih. Indonesia. Segala persiapan menjadi tuan rumah Asian Games
IV berjalan lancar, berkat bantuan sepenuhnay dana dan fasilitas dari pemerintah RI.
Tahun 1962 Asian Games IV dilaksanakan di Jakarta. Pemusatan latihan yang
dilakukan dengan persiapan yang cukup ternyata membuahkan hasil yang
membanggakan. Untuk pertama kali atlet-atlet Indonesia dapata memperoleh medali
emas dalam perlombaan Internasional meskipun bari tingkat Asia. Mohammad
Sarengat memperoleh 2 medali emas untuk lari 100 m (10,4) dan Untuk lari gawang
110 m (14,3) serta dua perunggu untuk lari 200 m ( 21,6). Awang Papilaya
memperoleh 2 medali perunggu untuk 800 m (2:40,8) dan Lompat jauh. Regu estafet
4 x 100 m putri memperoleh medali perunggu atas nama Suratmi, Emawati,
W.Tomasoa, Wiewiek Machwijar (50,5). Tahun 1963 penyelenggaraan GANEFO I di
Jakarta.
a)Medali Emas di capai oleh :
Jootje Oroh lari 200 m (21,8)
Regu 4 x 100 m putra (41,8) atas nama Jootje Oroh, Soenjoto,
Mohammad Sarengat dan Bambang Wahyudi.
Regu 4 x 400 m putra ( 3:20,6) atas nama Aminuddin M, Agus
Soegiri, Strive Mainake, dan Stive Thenu.

b)Medali perak di capai oleh :
regu 4 x 100 m putri (50,5) atas nama Emawati, Soeratmi,W.Tomasoa.
dan W.Machwijar.
Mohammad Sarengat lari gawang 110 m (14,6)
I Gusti Ngurah Manik lempar lembing (65,53)
Abdul Rab Khan dasalomba (nilai 5807)
Nicky Pattiasina lari 3.000 m Steeple chase (9:28,9)

c)Medali perunggu dicapai oleh :
Wlily Tomasoa lari 200 m (26,8)
Soeratmi lari 400 m (58,8)
Soeratmi lari 800 m (2:20)
Emawati lari gawang 80 m (12,5)
Ni Luh Armoni Widari lompat jauh (5,45)
Jean Toar lempar lembing (39,31)
Ni Luh Armoni Widari pancalomba (nilai 3407)
Aminuddin Machmud lari 400 m (50,3)
Z. Lesnussa lari 10.000 m (32:51,1)
Ismail Abiddin lari marathon (31.01:40.8)




TUGAS
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
SEJARAH ATLETIK








Oleh :
Faiqotul Khikmah (15)
VII-H



SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 JABON
Jl. Dukuhsari No. 1 Jabon telp. (0343)855478 Sidoarjo
2014-2015

Anda mungkin juga menyukai