Anda di halaman 1dari 22

ADAPTASI DAN BEKERJASAMA DENGAN

MASYARAKAT

(Materi Pembekalan Kuliah Kerja Nyata
Universitas Jember).



ANWAR


Dosen FISIP Universitas Jember
Mei 2013
IDENTITAS NASIONAL
Sebagai sebuah istilah identitas nasional dibentuk oleh dua kata
yaitu identitas dan nasional. Identitas dapat diartikan sebagai ciri,
tanda atau jati diri; sedangkan nasional dalam konteks pembicaraan ini
berarti kebangsaan. Dengan demikian, identitas nasional dapat
diartikan sebagai jati diri nasional. Identitas nasional Indonesia
tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar
1945 dalam pasal 35-36C.

Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia diantaranya
adalah sebagai berikut: (a) Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan
yaitu Bahasa Indonesia, (b) Bendera negara yaitu Sang Merah Putih,
(c) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya, (d) Lambang Negara
yaitu Pancasila, (e) Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika,
(f) Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila, (g) Konstitusi (Hukum
Dasar) negara yaitu UUD 1945, (h) Bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, (i) Konsepsi Wawasan
Nusantara, (j) Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai
Kebudayaan Nasional

PENERAPAN IDENTITAS NASIONAL
Implementasi atau penerapan tentang identitas nasional harus
tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang
senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain,
identitas nasional menjadi pola yang mendasari cara berpikir,
bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai
masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara.

Implementasi identitas nasional senantiasa berorientasi pada
kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan
menyeluruh. Impementasi identitas nasional dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang mencakup kehidupan politik,
ekonomi, sosial budaya,dan pertahanan keamanan harus tercemin
dalam pola pikir, pola sikap, dan pola tindak senantiasa
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan.

TIPOLOGI MASYARAKAT INDONESIA
A
B
A: Koensidensi atribut deskrit dengan kontinyu yang membentuk masyarakat
terfragmentasi
B: Crosscutted atrubut deskrit dengan kontinyu yang membentu masyarakat homogen
KEPENTINGAN NASIONAL
Kepentingan Nasional (National Interest) adalah tujuan-
tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan
bangsa/negara atau sehubungan dengan hal yang dicita-
citakan. Dalam hal ini kepentingan nasional yang relatif
tetap dan sama diantara semua negara/bangsa adalah
keamanan (mencakup kelangsungan hidup rakyatnya dan
kebutuhan wilayah) serta kesejahteraan.

Kedua hal pokok ini yaitu keamanan (Security) dari
kesejahteraan (Prosperity). Kepentingan nasional
diidentikkan dengan dengan tujuan nasional. Contohnya
kepentingan pembangunan ekonomi, kepentingan
pengembangan dan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM).

KEPENTINGAN NASIONAL

Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria
pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-
masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau
tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign
Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan
diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang
dikategorikan atau ditetapkan sebagai Kepentingan Nasional.

Menurut Morgenthau : Kepentingan nasional adalah kemampuan
minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan
identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari
tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik
terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik.



KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN GLOBAL
Selain AS tengah berproses membangun sistem pertahanan rudal di Asia guna
melawan manuver Korea Utara dan Cina tentunya, ia juga menyatakan
memperluas militernya di Asia Tenggara dan Samudera Hindia, termasuk
peningkatan kerja sama dengan Australia dan penempatan kapal-kapal perang
di Singapura, Philipina dll. Dan sungguh mengejutkan ialah pergeseran 60%
armada tempurnya ke Asia Pasifik;
Paman Sam mendukung pembentukan ASEAN Security Community pada 2015,
dan terkait dengan isue Laut China Selatan, dan melalui Menhan Leon Panetta,
menganjurkan agar ASEAN melakukan tindakan seragam sekaligus
menyusun kerangka aksi yang memiliki kekuatan hukum;
Kompleksitas pertikaian wilayah di Laut China Selatan, disinyalir bukan sebatas
klaim kepemilikan pulau-pulau, melainkan ada persoalan lain, artinya selain
diantaranya hak berdaulat atas Landas Kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE), penggunaan teknologi baru terkait exploitasi dan explorasi minyak dan
gas bumi oleh negara tertentu, yang utama sejatinya faktor geostrategy
possition dan potensi SDA pulau-pulau yang disengketakan
Ketegangan antara negara-negara di kawasan tersebut secara politis
cenderung meningkat karena miskinnya win-win solution. Urgensi geografis
Laut China Selatan yang cukup vital dalam pergeseran geopolitik global,
memungkinkan terus terkendalanya upaya penyelesaian sengketa, bahkan
diduga keras bahwa isu konflik teritorial itu akan menjadi trigger dalam benturan
militer secara terbuka, dan lain-lain.
KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN
GLOBAL
Teringat statement Henry Kissinger (1970), Control oil and you
control the nations, control food and you control the people
(Kontrolah minyak kamu akan mengontrol negara, kontrol pangan
maka anda mengendalikan rakyat). Sekali lagi, retorika menggelitik
pun timbul: Apakah bangsa ini tidak sedang dilumpuhkan
kedaulatan pangannya melalui skema jerat impor oleh asing?.
Tetapi yang lebih mengerikan lagi ialah isyarat Vandana Shiva,
bahwa bila kolonialisasi lama hanya merampas tanah, sedangkan
kolonialisasi baru merampas seluruh kehidupan!

Merujuk persoalan dan uraian di atas, mencermati konflik antara TNI
versus Polri di Ogan Komering Ulu (OKU) dari perspektif politik
global, sesungguhnya kasus tersebut hanyalah tema belaka. Lalu
apa kelanjutan skema? Konflik antar aparat di OKU diprakirakan
merupakan skema pelemahan bangsa via pencerai-beraian elemen
dan pecah belah dari sisi internal. Ini yang mutlak diwaspadai
bersama oleh segenap tumpah darah Indonesia dimanapun berada
dan berkiprah.


KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN GLOBAL
Tak dapat dipungkiri, TNI-Polri adalah organ-organ perekat bangsa.
Bahkan di antara berbagai elemen-elemen bangsa lain, keduanya
masih solid hingga kini, sebab keduanya merupakan anak kandung
revolusi (kemerdekaan) dulu. Tak bisa tidak, TNI-Polri itu benteng
terakhir dari sebuah sistem kedaulatan bangsa. Apabila retak kedua
institusi niscaya bakal pecahlah bangsa dan negara. Ini harus
disadari bersama oleh segenap komponen bangsa!
Jujur harus diakui, dinamika politik menjelang 2014 kendati terlihat
glamour namun tidak bermakna apa-apa bagi kesejahteraan rakyat,
apalagi untuk Kepentingan Nasional RI. Segenap elit dan partai
politik dibuat sibuk, asyik dan porak-poranda oleh korupsi;
organisasi massa dibentur-benturkan melalui pragmatisme; para
pemuda dan mahasiswa diracuni narkoba serta disusupi dogma-
dogma impor atas nama kebebasan dan demokrasi di tataran hilir,
dll. Tampaknya media massa terutama media mainstream memiliki
kontribusi luar biasa atas keretakan yang tengah terjadi pada
bangsa ini, karena media massa cuma sekedar memberitakan
secara gegap gempita tentang isu-isu, tema, kemudian ke isu lagi,
lalu ke tema lagi, demikian seterusnya cuma mengejar gegap rating
tanpa solusi jelas.

KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN GLOBAL
Hasil pertemuan G-20 mengkulminasi suntikan dana sebesar 1,1 triliun
dolar AS ke lembaga multilateral dan IMF guna membantu memerangi krisis
global. Kemudian keluarlah paket stimulus (utang) bagi negara berkembang.
Terbaca nuansa bahwa G-20 digunakan sebagai sarana untuk
mempertahankan kepentingan dan hegemoni AS di dunia. Oleh karena arah
penyelesaian krisis tidak berlandas filosofi bagaimana membongkar sistem
kapitalisme sebagai penyebab, tetapi lebih berfokus pada pembiayaan
dampak krisis dalam bentuk bailout (talangan) dan stimulus.
Berkali-kali diselenggarakan KTT, di Washington (15/11/2008), di London
(2/4/2009), dan tanggal 24-25 September 2009 di Pittsburgh, tetapi berkali-
kali pula solusi dan ruh dari pertemuan G-20 bersifat klasik mengarah
pada pelestarian sistem kapitalisme, seperti mempertahankan langkah
stimulus, meningkatkan kuantitas dan kualitas modal bank, pemangkasan
gaji dan bonus para eksekutif di sektor perbankan, penghapusan tempat
bebas pajak (tax heaven), dan kesepakatan menghapus subsidi bahan
bakar fosil yang memperparah pemanasan global.
Dan agaknya, AS menggiring negara-negara di dunia untuk terlibat secara
langsung pendanaan krisis melalui dana segar pengembalian utang dari
negara-negara berkembang. Retorikanya: Bukankah uang yang dihutang
adalah kertas-kertas bodong yang dicetak tanpa jaminan?


KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN
GLOBAL
Memanasnya suhu politik antara Cina melawan AS dan sekutu, selain
menggeser geopolitik global dari Heartland ke Asia, juga meniscayakan
perubahan konstelasi di Asia Pasifik terutama Laut Cina Selatan dan
perairan sekitarnya. Apalagi jika kelak benar-banar meletus konflik terbuka
di perairan;
Inilah perang skema antara adidaya Barat dan Timur, dimana Paman
Sam via Kekaisaran Militer meminjam istilah Connie asyik membangun
pangkalan militer di berbagai belahan dunia, sedangkan Cina mengimbangi
melalui String of Pearls di jalur-jalur utama serta alur alternatif perairan;
Kelak bila terjadi perang terbuka di perairan, bukannya akan langsung
berhadapan antara Cina versus AS, tapi pagelaran cenderung
menampilkan perang proxy (perpanjangan) antara Cina melawan kelompok
negara common wealth di sekitarnya. Akan tetapi para negara satelit
tersebut didukung sepenuhnya oleh armada laut AS;
Dari mapping prakiraan situasi tadi, semakin terlihat urgensi Selat Sunda
dari sisi geopolitik. Artinya ketika Selat Malaka telah menjadi jalur tidak
aman bagi pelayaran internasional akibat perang, maka rute alternatif
tersingkat baik dari dan ke Lautan Hindia serta Lautan Pasifik dipastikan
akan melintas di Selat Sunda dan selat lainnya.

KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN
GLOBAL
Perlu dibidani produk-produk hukum terkait geopolitical leverage (pemanfaatan
geopolitik), misalnya penutupan sementara selat-selat di Indonesia ketika
dinamika pelayaran telah mengancam keamanan nasional dan Kepentingan
Nasional RI. Hal ini mutlak segera dilangkahkan oleh segenap elit
dan pengambil kebijakan di republik ini sebagai respon terhadap situasi yang
berkembang sekaligus penyikapan peralihan geopolitik global;
Bila JSS memang merupakan program yang tidak boleh ditunda, maka rujukan
pokok selain menekankan Kepentingan Nasioanal RI juga aspek geopolitik, baik
dari sisi kedaulatan negara, kesejahteraan maupun kepentingan pendukung lain
bersifat lintas fungsi dan departemen serta melibatkan berbagai tokoh dan
masyarakat sekitar. Syukur-syukur ditunda hingga menunggu waktu yang tepat.
Tapi paling minimal adalah tinjau ulang atas proposal JSS agar tidak semata-
mata mengkedepankan aspek sosial ekonomi belaka;
Salah satu prioritas pembangunan RI kedepan mutlak harus menguatkan sistem
pengawasan dan pengamanan selat-selat Indonesia (ALKI) yang ditopang oleh
lembaga dan departemen terkait dengan TNI-Polri sebagai ujung tombak;
Kelak dengan sistem pengamanan dan pengawasan perairan yang canggih lagi
handal, niscaya akan meningkatkan daya tawar Pemerintah Indonesia di forum
global manapun, dan lebih jauh lagi adalah mengubah skema geopolitical
leverage menjadi geopolitical weapon, atau senjata geopolitik bagi republik
tercinta ini.

KEPENTINGAN NASIONAL DALAM PUSARAN
GLOBAL
cinta ialah sesuatu berbentuk pengungkapan, perasaan, pengorbanan,
pengertian dan program. Pertanyaan hipotesa adalah: (1) bagaimana
dikatakan cinta, sedangkan kamu belum pernah mengungkapkan apa-apa;
(2) bagaimana bisa mengatakan bahwa cintamu sungguh suci, sedangkan
kamu tak punya perasaan apa-apa; (3) bagaimana disebut cinta, sementara
kamu tidak pernah berkorban apa- apa; (4) bagaimana bisa menerima
cintanya, sedangkan kamu tidak punya pengertian apa-apa; (5) bagaimana
mungkin cintamu disebut tulus dan iklas, sedangkan dirimu tidak punya
program apa-apa?

kebenaran adalah sesuatu berbentuk penyelidikan, permasalahan,
pembahasan, penerapan dan petunjuk. Pertanyaan retorikanya: (1)
bagamana mungkin sesuatu dianggap benar, sedangkan hal itu belum
pernah diselidiki; (2) bagamana mungkin sesuatu dianggap benar,
sedangkan hal itu belum pernah ada masalah sebelumnya; (3) bagaimana
mungkin sesuatu dianggap benar, jika sebelumnya tidak pernah dilakukan
pembahasan; (4) bagaimana dikatakan benar, sedangkan kamu belum
pernah menerapkannya; (5) bagaimana tindakanmu dikatakan benar,
sedangkan langkah yang kamu tempuh tidak sesuai petunjuk? M Arief
Pranoto Penulis adalah Research Associate Global Future Institute (GFI)

RENUNGAN PENTING
suatu negara atau pemerintahan hanya bisa
bertahan dan tetap berdiri kokoh manakala para
pemimpinnya memiliki pilar-pilar antara lain:
(1) legitimasi yang kuat dari rakyatnya,
(2) adanya akar dukungan nyata dari rakyat, dan
(3) adanya ketahanan nasional/budaya (local
wisdom) yang kuat sebagai entitas masyarakat
maupun bangsa.
PERAN PENTING PENDIDIKAN TINGGI
Mengembangkan model pembangunan yang benar-benar berbasis pada
keilmuan dan sumberdaya lokal.
Membangun basis-basis pengembangan keilmuan yang benar-benar relevan
bagi kebutuhan masyarakat dalam rangka merespon perubahan global yang
sangat dinamis.
Mengembangkan pusat-pusat pengembangan masyarakat, dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada.
Membantu pengembangan kebijakan strategis terhadap legislatif dan
eksekutif serta mengontrol implementasi kebijakan-kebijakan tersebut.
Menghidupkan atau mendorong lembaga-lembaga independen diberbagai
level daerah untuk mengimbangi inkorporasi negara yang selama ini masuk
kedalam hampir semua sektor kehidupan masyarakat, baik di pusat maupun
daerah.
Menyebarluaskan (dissemination) berbagai informasi yang masih menjadi
masalah yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui
berbagai cara (public education) agar kelompok-kelompok masyarakat
mempunyai kemampuan adaptif menyongsong era otonomi daerah.
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH APPRAISAL
Menurut Lewin ( Dilts,1999), hal-hal praktis jika diikuti dengan refleksi dan
analisis, akan merupakan sumber yang tak bakal kering bagi bahan
pengembangan teori ( yang dikembangkan dari lapangan). Karena dalam
kenyataannya teori yang demikian jika digunakan sebagai alat analisis akan
memberikan contoh praktis yang diterapkan para situasi riil.
Model kaji tindak yang diterapkan dilapangan, meliputi empat langkah, yaitu:
aksi/mengalami, refleksi, integrasi, dan perencanaan. Sebagai proses kegiatan
operasionalnya menekankan pragmatisme yang dimulai dari mengidentifikasi,
memahami, dan memecahkan masalah riil, lalu merefleksikannya lagi.
Dalam perkembangannya, ada varian lain dari riset paradigma baru yaitu riset
partisipatif. Ia memiliki banyak ciri yang sama dengan riset aksi antara lain,
pentingnya refleksi, tujuan untuk adanya perubahan /perbaikan sosial atau
dampak langsung terhadap sistim/struktur sosial, penghargaan yang tinggi
terhadap potensi manusia, dan pemecahan masalah, serta penciptaan
pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam riset partisipatif,
menurut Dilt (1999) lebih komitment terhadap ideologis yaitu perubahan sosial
dan keadilan sosial. Sementara riset aksi lebih menekankan adanya komitmen
terhadap pemberdayaan masyarakat (empowerment), partisipasi dan kontrol
masyarakat dalam proses riset.
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH
APPRAISAL
Kaji tindak partisipatif merupakan kombinasi antara penelitian (research)
dengan tindakan (action) yang dilakukan secara partisipatif guna
meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan itu, integrasi
dan partisipasi antara sesama peneliti, obyek yang diteliti, para pemangku
kepentingan (stakeholders), dan elemen masyarakat lainnya merupakan
unsur yang tidak dapat dipisahkan (Gonsalves et al., 2005).
Dalam kaji tindak partisipatif, kerja sama antara peneliti dengan pemilik
masalah (problem owner) merupakan hal penting untuk diterapkan.
Ketergantungan saling menguntungkan antara peneliti dan pemangku
masalah terletak pada pemahaman bersama terhadap masalah yang harus
dipecahkan, keterampilan, pengalaman, dan kompetensi; agar proses
penelitian dan pengembangannya dapat mencapai dua tujuan utama
berupa pengetahuan metode baru dalam pemecahan masalah secara
praktis (Hult dan Lennung, 1980).
Dalam hal ini, peneliti mendapatkan kerangka intelektual dan pengetahuan
baru dalam pemecahan masalah, sedangkan pemilik masalah
mendapatkan metode yang lebih efisien dalam pemecahan masalah secara
praktis di lapangan (Burns, 1994).
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH
APPRAISAL
Dalam kaji tindak partisipatif, peneliti berperan secara pro-
aktif dan sengaja (purposive) melibatkan diri dalam
pengembangan metode baru dalam pemecahan masalah
secara praktis. Sementara itu, dalam penelitian konvensional,
peneliti boleh dikatakan sebagai pelaku netral (Chalmers,
1982).

Dalam kaji tindak partisipatif, peneliti dipandang sebagai
salah satu pelaku utama yang bekerja secara bersama-sama
dengan pihak yang mempunyai kepentingan, atau sebagai
pihak yang dipengaruhi, untuk menghasilkan perubahan atau
kemajuan dalam pemecahan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Checkldan, 1991; Hult dan Lennung, 1980).
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH
APPRAISAL
Kaji tindak partisipatif memiliki karakteristik lingkaran spiral (spiraling
circle), yang dimulai dari refleksi, pertanyaan, tugas lapang, dan
analisis yang dilakukan secara berulang (iterative). Dalam kaji tindak
partisipatif, kompleksitas sistem saling berinteraksi antara satu
dengan lainnya. Tiga subsistem yang menjadi acuan perhatian
dalam sistem kaji tindak partisipatif adalah (1) Sub ekosistem.
Sumberdaya alam dan lingkungan (natural resources and
environmental capital) bersifat terbatas, dimana eksistensinya
terkait dengan kompleksitas pola bio-fisik dan proses;
(2) Subsistem Sosial Ekonomi. Sumberdaya alam memiliki nilai
guna dalam sistem kehidupan manusia, dan pemanfaatannya
memerlukan hubungan interaktif dengan subsistem kultural sosial
ekonomi (cultural socioeconomic capital);
(3) Subsistem Kebijakan dan Kelembagaan. Pemanfaatan
sumberdaya alam secara publik merupakan refleksi dari sistem
kekuasaan dan manajemen pengambilan keputusan yang di
dalamnya melibatkan hubungan kerjasama, persaingan, dan konflik
(baik di tingkat lokal maupun nasional dan bahkan internasional).
MAPPING
Perlunya upaya mapping Sub ekosistem, Subsistem Sosial
Ekonomi, Subsistem Kebijakan dan Kelembagaan.

Perlunya diketahui sumber data dan informasi kunci bagi
keperluan mapping yang dimaksud.

Pentingnya kesadaran etis mengenai cara, waktu, tempat
dalam mendapatkan informasi data, dan masih diperlukan
adanya crosscheck validitas data

Modal utama adalah komitmen dan membangun kepercayaan.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • JURNAL
    JURNAL
    Dokumen3 halaman
    JURNAL
    Achmad Hariyanto
    100% (2)
  • Konsep Depresi
    Konsep Depresi
    Dokumen14 halaman
    Konsep Depresi
    AmaliaFirdaus
    Belum ada peringkat
  • Unej Journal Template
    Unej Journal Template
    Dokumen5 halaman
    Unej Journal Template
    AmaliaFirdaus
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen45 halaman
    Bab 1
    AmaliaFirdaus
    Belum ada peringkat
  • Triage
    Triage
    Dokumen29 halaman
    Triage
    AmaliaFirdaus
    Belum ada peringkat
  • Tifus
    Tifus
    Dokumen10 halaman
    Tifus
    AmaliaFirdaus
    Belum ada peringkat
  • Triage
    Triage
    Dokumen29 halaman
    Triage
    AmaliaFirdaus
    Belum ada peringkat