Chapter II 17
Chapter II 17
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Akne Vulgaris
2.2.1. Defenisi Akne Vulgaris
Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea
yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri
(Wasitaatmadja, 2007). Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common
acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling
sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat
membentuk papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi
komedo sehingga tampak hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul
atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor,
termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya
Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur, berperan
dalam etiologi (Dorland, 2002).
2.1.2. Klasifikasi Akne
Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan
atas tiga bagian yaitu:
(1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,
pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.
(2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne
kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.
(3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones
dan akne radiasi.
2.1.3. Epidemiologi Akne Vulgaris
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering
dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa
remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi
Universitas Sumatera Utara
pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang
pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui
pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne
vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering
terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro (Wasiaatmadja, 2007).
2.1.4. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris
Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut
Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:
1. Faktor genetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang
menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat
pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne,
dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.
2. Faktor ras.
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan
dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan
dengan orang Jepang.
3. Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau
keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor
fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-
70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum
menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.
4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori
dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah
parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan
makanan berlemak.
Universitas Sumatera Utara
5. Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum
koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar
matahari yang berlebihan dapat memperburuk akne.
6. Lingkungan.
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
7. Stres.
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional.
Mekanisme yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun
diketahui dicirikan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif
dan peradangan. Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja
dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008).
Perubahan patogenik pertama dalam akne adalah
1) Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada
sel berkeratin di dalam lumen.
2) Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne
vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya
keparahan akne sebanding dengan produksi sebum (Pindha dalam Tumbuh
Kembang Remaja dan Permasalahanya 2004).
3) Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel.
4) Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).
Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan multilobus
yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel. Lesi permukaan akne
adalah komedo, yang merupakan kantong folikel yang berdilatasi berisi materi
keratinosa berlapis, lipid dan bakteri. Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:
1) Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki orifisium
pilosebasea patulosa yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka
lebih jarang mengalami radang.
Universitas Sumatera Utara
c) Bedah kulit.
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk
memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang
sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).
2.1.7. Pencegahan Akne Vulgaris
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai
berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet
rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk
membersihkan permukaan kulit dari kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat,
cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika
secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,
pedas, rokok, dan sebagainya.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab
penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta
prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang
dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).
2.1.8. Prognosis Akne Vulgaris
Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh
sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap
sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga perlu di rawat inap di
rumah sakit (Wasitaatmadja, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Remaja
2.3.1. Definisi Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon dalam Monks (1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Ottorank (dalam Hurlock, 1990)
mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari
keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock,
1990) mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih
jelas dan daya fikir yang matang.Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia)
adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah
menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya,
jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak
mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Ditinjau dari sisi bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi fisik dan
psikisnya secara optimal, remaja termasuk golongan anak. Untuk hal ini, remaja
dikelompokkan menurut rentang usia sesuai dengan sasaran pelayanan kesehatan
anak. Disesuaikan dengan konvensi tentang hak-hak anak dan UU RI no. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, remaja berusia antara 10-18 tahun (IDAI 2009).
Sedangkan menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan
anak, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka
yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Menurut undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap
sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk
Universitas Sumatera Utara
anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Sementara itu, menurut
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Menurut Soetjiningsih (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya
2004) dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan dewasa,
berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati
tahapan berikut:
1. Masa remaja awal atau dini (Early adolescene): umur 11-13 tahun.
2. Masa remaja pertengahan (Middle adolescene): umur 14-16 tahun.
3. Masa remaja lanjut (Late adolescene): umur 17-20 tahun.
Tahapan ini mengikuti pola yang kosisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri walau tidak memiliki batas yang
jelas, karena proses tumbuh kembang berlangsung secara berkesinambungan.
2.3.2. Jerawat Pada Remaja
Menurut Litt (dalam Nelson 1999) respon kulit sebagai suatu ciri kelamin
sekunder selama masa pubertas, menggambarkan peningkatan kadar androgen
dengan bertambahnya ukuran dan sekresi folikel sebasea dan sekresi kelenjar
apokrin, manifestasi yang paling sering di jumpai adalah timbulnya jerawat.
Adanya akne dapat membuat hidup menjadi tidak menyenangkan, dan
akne sering sekali terjadi pada orang-orang yang berusia belasan dan dua puluhan
tahun, yang merupakan kelompok umur yang paling tidak siap menghadapi
dampak psikologis akne. Bagian wajahlah yang paling sering terkena akne, dan
bagi remaja wajah bernilai penting, yang berkaitan dengan pengembangan citra
dirinya. Pada masa-masa ketika akne menyerang, hubungan utama selain dengan
keluarganya dan lingkungan teman-teman sesama jenis yang erat menjadi
semakin penting. Hendaknya disadari pula jika dampak psikologis dari akne tidak
selalu berhubungan dengan derajat keparahan sebagaimana yang dianggap orang-
orang. Seorang anak muda bisa menghabiskan waktunya merenungi nasibnya
dengan berlama-lama di depan cermin, tidak peduli apakah yang tampak di sana
hanya beberapa bintik atau ratusan. (Graham dkk, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya serta
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Lepas jawaban
dan pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide
tersebut.
3. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan terhadap suatu masalah.
4. Bertangguang jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya merupakan tingkat sikap yang paling
tinggi (Notoatmodjo,2007).
Universitas Sumatera Utara