Anda di halaman 1dari 29

Herpes Zoster: Penyakit Kelanjutan Cacar Air

11 Sep 2010Kategori: Infeksi Blm ada komentar http://majalahkesehatan.com/herpes-zoster-


penyakit-kelanjutan-cacar-air/
Herpes zoster adalah lepuhan kulit yang disebabkan oleh kebangkitan kembali virus varisela-
zoster yang menetap laten di akar saraf. Virus varisela-zoster adalah virus yang juga
menyebabkan cacar air. Siapa pun yang pernah menderita cacar air di masa lalu dapat terkena
herpes zoster. Penyakit ini sangat berbeda dengan herpes genital, yang merupakan salah satu
jenis penyakit menular seksual.
Hampir setiap orang pernah terkena cacar air dalam hidupnya (biasanya saat masih anak-anak).
Virus ini tidak sepenuhnya pergi setelah cacar air Anda menghilang. Sejumlah virus tetap
bertahan di akar-akar saraf. Mereka tidak menimbulkan kerusakan dan gejala. Karena suatu hal,
virus ini kembali berkembang biak dan merangsek menuju kulit sehingga menyebabkan herpes
zoster.
Gejala
Pada permulaannya, herpes zoster akan menyebabkan sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah,
lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
dirasakan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Nyeri akan terasa di bagian tubuh Anda yang
sarafnya terpengaruh. Nyeri ini berkisar dari ringan sampai berat berupa rasa pegal, terbakar atau
menusuk-nusuk. Kulit di bagian tubuh yang terkena biasanya terasa lunak.
Beberapa hari kemudian timbullah bintik kecil kemerahan pada kulit. Bintik-bintik ini lalu
berubah menjadi gelembung-gelembung transparan berisi cairan, persis seperti pada cacar air
namun hanya bergerombol di sepanjang kulit yang dilalui oleh saraf yang terkena. Bintik-bintik
baru dapat terus bermunculan dan membesar sampai seminggu kemudian. Jaringan lunak di
bawah dan di sekitar lepuhan dapat membengkak untuk sementara karena peradangan yang
disebabkan oleh virus.
Gelembung kulit ini mungkin terasa agak gatal sehingga dapat tergaruk tanpa sengaja. Jika
dibiarkan, gelembung akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
kelamaan akan pudar tanpa meninggalkan bekas. Namun, jika gelembung tersebut pecah
oleh garukan, keropeng akan terbentuk lebih dalam sehingga mengering lebih lama. Kondisi ini
juga memudahkan infeksi bakteri. Setelah mengering, keropeng akan meninggalkan bekas yang
dalam dan dapat membuat parut permanen.
Virus varisela-zoster umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada satu sisi tubuh.
Sesekali, dua atau tiga syaraf bersebelahan dapat terpengaruh. Saraf di kulit dada atau perut dan
wajah bagian atas (termasuk mata) adalah yang paling sering terkena. Herpes zoster di wajah
seringkali menimbulkan sakit kepala yang parah. Otot-otot wajah juga untuk sementara tidak
dapat digerakkan.
Siapa yang dapat terkena?
Herpes zoster dapat terjadi pada siapa pun di usia berapapun. Sekitar 1 dari 5 orang pernah
terkena herpes zoster pada suatu saat dalam hidupnya. Meskipun jarang terjadi, seseorang bisa
terkena herpes zoster lebih dari sekali. Dalam kebanyakan kasus, serangan herpes zoster terjadi
tanpa alasan yang jelas. Kadang-kadang stres atau sakit dapat menjadi pemicunya. Herpes
zoster lebih umum pada orang yang berusia di atas 50 tahun dan yang memiliki sistem kekebalan
lemah, misalnya penderita HIV/AIDS atau mereka yang sistem kekebalannya ditekan untuk
pengobatan kanker.
Bila Anda belum pernah menderita cacar air, Anda akan terkena cacar air bila tertular varisela
zoster dari penderita herpes zoster. (Anda tidak bisa terkena herpes zoster dari penderita herpes
zoster). Virus ini menular melalui kontak langsung dengan kulit yang terkena. Namun,
kebanyakan orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua pernah menderita cacar air sehingga
kebal terhadapnya.
Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul komplikasi,
hal-hal berikut dapat terjadi:
1. Neuralgia pasca herpes
Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf (neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap
bertahan setelah lepuhan kulit menghilang. Masalah ini jarang terjadi pada orang yang berusia di
bawah 50. Rasa nyeri biasanya secara bertahap menghilang dalam satu bulan tetapi pada
beberapa orang dapat berlangsung berbulan-bulan bila tanpa pengobatan.
2. Infeksi kulit
Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit sekitarnya menjadi merah
meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin perlu antibiotik.
3. Masalah mata
Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan sebagian atau seluruh bagian mata
yang mengancam penglihatan.
4. Kelemahan/layuh otot
Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf motorik dan saraf sensorik yang
sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
5. Komplikasi lain
Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini
adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi. Penderita herpes zoster dengan sistem
kekebalan tubuh lemah lebih berisiko mengembangkan komplikasi langka ini.
Pengobatan
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya pengobatan hanya
diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan inflamasi.
1. Pereda nyeri
Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri. Nyeri ini kadang-kadang sangat
keras. Parasetamol dapat digunakan untuk meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan
tanyakan kepada dokter Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.
2. Antivirus
Dalam beberapa kasus, obat antivirus seperti asiklovir, famsiklovir, dan valaciclovir mungkin
diberikan. Obat-obat tersebut tidak membunuh virus tapi menghambat perkembangbiakan virus.
Dengan demikian, tingkat keparahan serangan herpes zoster dapat diminimalkan. Obat antivirus
paling berguna pada tahap awal ruam (dalam 3 hari setelah ruam muncul). Namun, dalam
beberapa kasus dokter mungkin tetap memberikan obat antivirus bahkan setelah 3 hari
perkembangan ruam, terutama pada orang tua dengan herpes zoster parah, atau jika
mempengaruhi mata.
Obat antivirus tidak disarankan untuk semua pasien. Misalnya, remaja dan anak-anak yang
terkena herpes zoster di perut seringkali hanya memiliki gejala ringan dan berisiko rendah
terkena neuralgia pasca herpes. Dalam situasi ini obat antivirus tidak diperlukan.
3. Steroid
Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat penyembuhan lepuhan. Namun,
penggunaan steroid untuk herpes zoster masih kontroversial. Steroid juga tidak mencegah
neuralgia pasca herpes.
Dapatkah herpes zoster dapat dicegah?
Herpes zoster hanya dapat dicegah jika Anda tidak pernah memiliki cacar air, atau jika Anda
memiliki kekebalan sangat baik terhadap virus cacar air. Pencegahan yang lebih aktif adalah
dengan imunisasi cacar air.
Tips perawatan
Nyeri awal dapat berkurang dengan mengompres bagian badan yang terkena dengan es
batu (yang dibungkus dalam kain atau plastik).
Tetaplah mandi seperti biasa, karena bakteri di kulit dapat menginfeksi kulit yang sedang
terkena cacar air.
Hindari pecahnya gelembung cacar air agar tidak meninggalkan parut permanen dengan:
o Tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras setelah mandi.
o Memberikan bedak talk yang mengandung menthol atau salisil pada lepuhan
untuk mengurangi gatal.
o Menutup lepuhan dengan kain kasa yang lembut.
o Memakai pakaian katun yang longgar untuk mengurangi gesekan dengan kulit
yang terkena.
Cuci tangan Anda dengan sabun dan air jika Anda telah menyentuh lepuhan kulit.
Hindari bersentuhan dengan bayi dan anak-anak yang belum menderita cacar air, wanita
hamil, orang yang sakit serius, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji, sirsak, pepaya
dan tomat merah meningkatkan kekebalan tubuh dan kelembaban kulit yang
mempercepat penyembuhan.

Shingles (Herpes Zoster)
http://www.totalkesehatananda.com/index.html
Definisi Dan Penyebab Shingles
Shingles adalah suatu ruam kulit (kudis) yang disebabkan oleh virus yang sama yang
menyebabkan cacar air (chickenpox). Virus yang bertanggung jawab untuk kondisi-kondisi ini
disebut Varicella zoster virus (VZV). Setelah seorang individu memdapat cacar air, virus ini
hidup dalam sistim syaraf dan tidak pernah dibersihkan secara penuh dari tubuh. Dibawah
keadaan-keadaan tertentu, seperti stres emosional, kekurangan imun (dari AIDS atau
kemoterapi), atau dengan kanker, virus aktif kembali menyebabkan shingles. Pada banyak kasus-
kasus, bagaimanapun, suatu penyebab pengaktifan kembali dari virus tidak pernah ditemukan.
Siapa saja yang telah mendapatkan cacar air berisiko mengembangkan shingles, meskipun itu
terjadi paling umum pada orang-orang yang berumur diatas 60 tahun. Telah diperkirakan bahwa
sampai dengan 500,000 kasus-kasus shingles terjadi setiap tahun di Amerika.
Virus herpes yang menyebabkan shingles dan cacar air adalah tidak sama dengan virus herpes
yang menyebabkan herpes alat kelamin (yang dapat ditularkan secara seksual) dan herpes sakit-
sakit mulut. Shingles secara medis diistilahkan Herpes zoster.
Gejala-Gejala Shingles dan Lamanya Shingles
Sebelum suatu ruam terlihat, pasien mungkin mencatat beberapa hari sampai satu minggu sakit
terbakar dan kulit yang sensitif. Sebelum ruam terlihat, mungkin sulit untuk menentukan
penyebab dari nyeri parah yang seringkali. Shingles mulai sebagai lepuh-lepuh kecil diatas dasar
yang merah, dengan lepuh-lepuh baru yang terus menerus terbentuk untuk tiga sampai lima hari.
Lepuh-lepuh mengikuti jalan dari syaraf-syaraf individu yang keluar dari sumsum tulang
belakang (spinal cord) disebut suatu pola dermatomal. Seluruh jalan dari syaraf mungkin terlibat
atau mungkin ada area-area dengan lepuh-lepuh (blisters) dan area-area tanpa blisters. Biasanya,
hanya satu tingkat syaraf yang terlibat. Pada suatu kasus yang jarang, lebih dari satu syaraf akan
terlibat. Akhirnya, blister-blister meletus, dan areanya mulai mengeluarkan/mengalir. Area-area
yang terpengaruh akan kemudian berkerak dan sembuh. Seluruh proses mungkin memakan
waktu tiga sampai empat minggu dari mulai sampai selesai. Adakalanya, sakitnya akan hadir
namun lepuh-lepuh (blisters) mungkin tidak pernah nampak. Ini dapat menjadi suatu penyebab
sakit lokal yang sangat membingungkan.
Apakah Shingles Menular ?
Ya, shingles menular. Shingles dapat disebarkan dari seseorang yang dipengaruhi kepada anak-
anak atau dewasa-dewasa yang belum pernah mendapat cacar air. Namun sebagai pengganti
mengembangkan shingles, orang-orang ini mengembangkan cacar air. Sekali mereka telah
mendapat cacar air, orang-orang tidak dapat memperoleh shingles (atau memperoleh virus) dari
orang lain. Sekali terinfeksi, bagaimanapun, orang-orang mempunyai potensi mengembangkan
shingles kemudian hari di kehidupannya.
Shingles menular pada orang-orang yang telah tidak mempunyai cacar air sebelumnya,
sepanjang ada lepuh-lepuh (blister-blister) baru yang terbentuk dan blister-blister yang lama
sembuh. Sekali seluruh blister-blister telah mengerak, virus tidak dapat lagi disebar.
Merawat Shingles Dan Keharusan Mencari Dokter
Ada beberapa perawatan-perawatan yang efektif untuk shingles. Obat-obat yang melawan virus-
virus (antivirus), seperti acyclovir (Zovirax), valacyclovir (Valtrex), atau famciclovir
(Famvir), dapat mengurangi keparahan dan durasi ruam (kudis) jika dimulai dini (dalam 72 jam
dari penampakkan ruam). Tambahan dari obat-obat steroid mungkin mempunyai manfaat yang
terbatas pada beberapa kasus-kasus, namun studi-studi telah dengan tidak meyakinkan
mengkonfirmasi manfaat dari steroids dalam kombinasi dengan semua obat-obat antivirus.
Sebagai tambahan pada obat antivirus, obatobat nyeri mungkin diperlukan untuk mengontrol
gejala.
Area yang terpengaruhi harus dipertahankan bersih. Mandi diizinkan, dan areanya dapat
dibersihkan dengan sabun dan air. Kompres-kompres dingin dan larutan (lotion) anti gatal,
seperti calamine lotion, mungkin juga menyediakan keringanan/pembebasan. Suatu larutan
aluminum acetate (larutan Burow atau Domeboro, tersedia di apotek anda) dapat digunakan
untuk membantu mengeringkan blister-blister dan keluarannya (oozing).
Komplikasi-Komplikasi Shingles
Umumnya, shingles sembuh dengan baik dan persoalan-persoalan adalah sedikit. Bagaimanapun,
adakalanya, blister-blister dapat menjadi terinfeksi dengan bakteri-bakteri, menyebabkan
cellulitis, suatu infeksi bakteri dari kulit. Jika ini terjadi, areanya akan menjadi kemerahan,
hangat, keras, dan sensitif. Anda mungkin mencatat alur-alur merah terbentuk disekeliling luka.
Jika anda mencatat apa saja dari gejala-gejala ini, hubungi dokter anda. Antibiotik-antibiotik
dapat digunakan untuk merawat komplikasi-komplikasi ini.
Suatu komplikasi yang lebih mengkhwatirkan terjadi ketika shingles mempengaruhi muka,
terutama dahi dan hidung. Pada kasus-kasus ini, adalah mungkin, namun kemungkinannya tidak,
bahwa shingles dapat mempengaruhi mata, menjurus pada kehilangan penglihatan. Jika anda
mempunyai shingles pada dahi atau hidung anda, mata-mata anda harus dievaluasi oleh seorang
dokter.
Mencegah Shingles Dengan Suatu Vaksin
Pada Mei 2006, the U.S. Food and Drug Administration (FDA) menyetujui vaksin pertama untuk
shingles dewasa. Vaksin, dikenal sebagai Zostavax, disetujui untuk penggunaan pada dewasa-
dewasa yang berumur 60 tahun atau lebih yang telah mempunyai cacar air. Vaksin mengandung
suatu dosis pendorong (booster dose) dari vaksin cacar air yang biasanya diberikan pada anak-
anak. Tes-tes melalui suatu periode empat tahun awal menunjukan bahwa vaksin secara
signifikan mengurangi kejadian shingles pada dewasa-dewasa yang lebih tua ini. Dosis tunggal
vaksin ditunjukkan lebih dari 60 persen efektif dalam mengurangi gejala-gejala shingles dan ia
mengurangi kejadian postherpetic neuralgia (PHN, lihat bawah) dengan paling sedikit dua
pertiganya. Studi-studi sedang berlanjut untuk mengevaluasi keefektifan dari vaksin melalui
suatu masa yang lebih panjang.
Orang-orang dengan sistim imun yang melemah yang disebabkan oleh obat-obat penekan imun,
perawatan kanker, penyakit HIV, atau transplantasi (pencangkokan) organ harus tidak menerima
vaksin karena ia mengandung partikel-partikel virus yang diperlemah yang hidup.
Karena vaksinasi terhadap VZV sekarang direkomendasikan untuk anak-anak, kejadian cacar air
telah berkurang, yang diharapkan mengurangi kejadian shingles pada dewasa-dewasa ketika
anak-anak ini menjadi dewasa.
Definisi Postherpetic Neuralgia Dan Yang Dapat Dibuat Untuknya
Postherpetic neuralgia adalah sakit yang terlokalisir pada area yang melibatkan shingles yang
bertahan/menetap melebihi satu bulan.
Komplikasi yang paling umum dari shingles adalah postherpetic neuralgia. Ini terjadi ketika
sakit/nyeri yang berkaitan dengan shingles bertahan melebihi satu bulan, bahkan setelah ruamnya
(kudisnya) telah hilang. Ini adalah akibat dari iritasi syaraf-syaraf sensasi oleh virus. Nyeri dapat
menjadi berat/parah dan melemahkan dan terjadi terutama pada orang-orang berumur diatas 50
tahun. Ada beberapa bukti bahwa merawat shingles dengan steroids dan agen-agen antivirus
dapat mengurangi durasi (lamanya) dan kejadian postherpetic neuralgia. Bagaimanapun,
pengurangannya adalah minimal.
Nyeri dari postherpetic neuralgia dapat dikurangi dengan sejumlah obat-obatan. Obat-obat
antidepresi Tricyclic (amitriptyline [Elavil] dan lain-lain), begitu juga obat-obat anti-epilepsi
(gabapentin [Neurontin], carbamazepine [Tegretol], pregabalin [Lyrica]), telah digunakan
untuk menghilagkan nyeri yang berkaitan dengan herpetic neuralgia. Capsaicin cream
(Zostrix), suatu derivatif (turunan) dari cabe rawit, dapat digunakan secara topik pada area
setelah semua blister-blister telah sembuh, untuk mengurangi nyeri. Lidocaine pain patches
(Lidoderm) yang dipakai diatas kulit dapat juga bermanfaat dalam menghilangkan nyeri-nyeri
syaraf dengan membius syaraf-syaraf dengan local lidocaine anesthetic. Pilihan-pilihan ini harus
didiskusikan dengan dokter anda.

Diagnosis
Herpes Zooster
Terapi
Terapi yang diberikan adalah Cefadroxil 2x500mg, Cetirizin 2x4mg, salep kulit Natrium Fusidat
5gr + Gentamicin 10gr, Metampiron 3x1 dan Betadine 1%. Pemilihan antibiotik cefalosporin
golongan 3 karena bersifat broad spectrum dan kemungkinan resistensi terhadap antibiotik yang
lain tinggi, selain itu pada pasien juga diberikan antibiotik topikal karena tidak diketahui apakah
antibiotik oral akan sampai ke lesi, pemberian metampiron sebagai anagetik dan antiinflamasi
karena lesi luas dan mengenai saraf, sedangkan pemberian betadine sebagai toilet lesi. Pemberian
antihistamin untuk mengurangi rasa gatal agar tidak digaruk.
Diskusi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas
ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari
nervus kranialis yang disebabkan oleh varicella zoster virus.
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang
terkena. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau sebagai serangan
yang hilang timbul. Keluhan nyeri bervariasi dari perasaan gatal, kesemutan, panas, pedih,
sampai rasa seperti ditusuk-tusuk. Dapat timbul gejala prodromal lain seperti rangsng menogeal
dan kadang-kadang terjadi limfadenopati regional. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala,
malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari
sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan unilateral.
Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam kemudian
terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu sampai
sepuluh hari kemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3
minggu.
Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%),
kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%). Terapi pada pasien dengan herpes zoster adalah
memberikan antivirus, analgetik, dan obat antibiotik topikal. Pada pasien tidak diberikan
antivirus karena sudah berlangsung lebih dari 1 minggu, pemberian antibiotik sistemik dan
topikal karena sudah ada infeksi sekunder yang ditandai dengan adanya pus pada lesi, pemberian
topikal agar antibiotik tepat sasaran, sedangkan yang sistemik belum tentu tepat sasaran tetapi
dapat membunuh bakteri yang ada diluar lesi. Pemberian analgetik bertujuan untuk mengurangi
neuralgia yang timbul akibat infeksi VZV. Kortikosteroid diberikan jika sudah ada sindrom
ramsay hunt.
Kesimpulan
Herpes Zoster ditegakkan berdasarkan gejala dan lesi yang timbul sesuai dermatom, pada pasien
ini mengenai dermatom C2-C6 dan T1-T4. UKK yang dapat ditemui mulai dari patch eritema,
vesikel, bula, pustula maupun yang sudah erupsi sampai krusta. Terapi yang diberikan berupa
antivirus sistemik, analgetik, dan antibiotik topikal. Pada pasien diberikan antibiotik sistemik dan
topikal karena sudah ada infeksi sekunder yang ditandai dengan adanya pustula pada lesi pasien.
Selain itu pasien juga diberikan antihistamin untuk mengurangi rasa gatalnya.
Referensi
Adi, Sudigdo, et al. 2004. Standar Pelayanan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta:
PERDOSKI
Siregar, R.S. 2005. Saripati Penyakit Kulit Ed. 2. Jakarta: EGC


Herpes Simpleks http://medicastore.com/penyakit/186/Herpes_Simpleks.html
DEFINISI
Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit
atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri.

Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir.
Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam
ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.

Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya.
Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam
keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain.

Timbulnya erupsi bisa dipicu oleh:
- pemaparan cahaya matahari
- demam
- stres fisik atau emosional
- penekanan sistem kekebalan
- obat-obatan atau makanan tertentu.

PENYEBAB
Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata
(keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar
mulut.
HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak langsung
dengan luka selama melakukan hubungan seksual.

GEJALA
Herpes simpleks yang kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak nyaman atau rasa
gatal, yang dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan.
Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan dapat muncul di mana saja pada kulit atau
selaput lendir, tetapi paling sering ditemukan di dalam dan di sekitar mulut, bibir dan alat
kelamin.
Lepuhan (yang bisa saja terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang begabung satu
sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar.



Beberapa hari kemudian lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng tipis yang
berwarna kekuningan serta ulkus yang dangkal.
Penyembuhan biasanya dimulai dalam waktu 1-2 minggu kemudian dan biasanya sembuh total
dalam waktu 21 hari. Tetapi penyembuhan di bagian tubuh yang lembab berjalan lebih lambat.
Jika erupsi tetap berkembang pada tempat yang sama atau jika terjadi infeksi bakteri sekunder,
maka bisa timbul beberapa jaringan parut.




Infeksi herpes yang pertama pada bayi atau anak kecil bisa menyebabkan luka yang terasa nyeri
dan perdangan pada mulut dan gusi (ginggivostomatitis) atau peradangan vulva dan vagina yang
terasa nyeri (vulvovaginitis).
Keadaan ini menyebabkan anak menjadi rewel, nafsu makannya menurun dan demam.
Pada bayi dan anak yang lebih besar, infeksi bisa menyebar melalui darah ke organ dalam
(termasuk otak).

Seorang ibu hamil yang menderita infeksi HSV-2 bisa menularkan infeksi kepada janinnya,
terutama jika infeksi terjadi pada usia 6-9 bulan kehamilan.
Virus herpes simpleks pada janin bisa menyebabkan peradangan ringan selaput otak (meningitis)
atau kadang menyebabkan peradangan otak yang berat (ensefalitis).

Jika bayi atau dewasa yang menderita eksim atopik terinfeksi oleh virus herpes simpleks, maka
bisa terjadi eksim herpetikum, yang bisa berakibat fatal. Karena itu penderita eksim atopik
sebaiknya tidak berhubungan dengan penderita infeksi herpes yang aktif.
Pada penderita AIDS, infeksi herpes di kulit bisa bersifat menetap dan berat. Peradangan
kerongkongan dan usus, ulkus di sekitar anus, pneumonia atau kelainan saraf juga lebih sering
terjadi pada penderita AIDS.

Abses herpetik (herpetic whitlow) adalah suatu pembengkakan di ujung jari tangan yang terasa
sakit dan berwarna kemerahan, yang disebabkan oleh virus herpes simpleks yang masuk melalui
luka di kulit.
Abses herpetik paling sering terjadi pada pegawai rumah sakit yang belum pernah menderita
herpes simpleks dan bersentuhan dengan cairan tubuh yang mengandung virus herpes simpleks.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang timbul di bagian tubuh tertentu dan
khas untuk herpes simpleks.

Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan virus, pemeriksaan darah untuk
mengetahui adanya peningkatan kadar antibodi serta biopsi.
Pada stadium yang sangat dini, diagnosis ditegakkan dengan menggunakan teknik terbaru yaitu
reaksi rantai polimerase, yang bisa digunakan untuk mengenali DNA dari virus herpes simpleks
di dalam jaringan atau cairan tubuh.

PENGOBATAN
Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga
kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air.
Lalu daerah tersebut dikeringkan; jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan,
memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri.
Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya
neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa
diberikan antibiotik per-oral atau suntikan .

Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada
lepuhan.
Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas.
Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit,
terutama jika mengenai daerah kelamin.

Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.
Obat Rujukan ACIFAR CAPLET 200 MG
AZOVIR TABLET 200 MG
CLINOVIR CREAM
CLINOVIR TABLET 200 MG
CLOPES KAPLET
CLOPES TABLET 200 MG
CLOVIKA TABLET 400 MG
DANOVIR TABLET 200 MG
DUMOPHAR TABLET 200 MG
EDUVIR TABLET 200 MG
HERPICLOF CREAM
HERPICLOF TABLET
HERVIREX TABLET 200 MG
MATROVIR CREAM
NEVIRZ TABLET 200 MG
SCANOVIR TABLET 200 MG
VALTREX TABLET 500 MG
VIRCOVIR TABLET 200 MG
VIRDAM TABLET 200 MG
VIRETH TABLET 200 MG
VIRPES CAPLET 200 MG
VIRTAZ TABLET 200 MG
VIRULES TABLET 200 MG
ZOTER TABLET 400 MG
ZOVIRAX TABLET 200 MG

Cacar Air

DEFINISI
Cacar Air (Varisela, Chickenpox) adalah suatu infeksi virus menular yang menyebabkan ruam
kulit berupa sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol, lepuhan berisi cairan
serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus varicella-zoster.
Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang
terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit.
Penderita bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang
terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita diisolasi
(diasingkan).

Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan
menderita cacar air lagi. Tetapi virusnya bisa tetap tertidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang
menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes zoster.

GEJALA
Gejalanya mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam sedang
dan rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih
muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat.

24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula). Kemudian
bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal,
yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan
terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru.
Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan
mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.

Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya banyak ditemukan pada batang
tubuh bagian atas (dada, punggung, bahu). Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang seringkali menyebabkan
gangguan menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di kelopak mata, saluran pernafasan bagian atas,
rektum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernafasan atas kadang menyebabkan gangguan pernafasan.

Bisa terjadi pembengkaan kelenjar getah bening di leher bagian samping.

Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan
kecil di sekitar mata.
Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh stafilokokus.


KOMPLIKASI

Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun
penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal.

Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
- Pneumonia karena virus
- Peradangan jantung
- Peradangan sendi
- Peradangan hati
- Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
- Ensefalitis (infeksi otak).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ruam kulit yang khas (makula, papula, vesikel dan keropeng).
PENGOBATAN
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin.
Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol
atau fenol

Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya:
- kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun
- menjaga kebersihan tangan
- kuku dipotong pendek
- pakaian tetap kering dan bersih.

Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin).
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir.

Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan Aspirin.
Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya
diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asiklovir bisa mengurangi
beratnya penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama.
Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin.
Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster.

Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Obat Rujukan
ACIFAR CREAM
AZOVIR TABLET 200 MG
CLINOVIR CREAM
CLINOVIR TABLET 200 MG
CLOPES KAPLET
CLOPES TABLET 200 MG
CLOVIKA TABLET 200 MG
DANOVIR TABLET 200 MG
EDUVIR TABLET 200 MG
HERPICLOF CREAM
HERPICLOF TABLET
HERVIREX TABLET 200 MG
KENROVIR TABLET 400 MG
NEVIRZ TABLET 200 MG
SCANOVIR TABLET 400 MG
VALTREX TABLET 500 MG
VALVIR CAPLET 500 MG
VIRCOVIR CREAM
VIRCOVIR TABLET 200 MG
VIRETH TABLET 200 MG
VIRPES CAPLET 200 MG
VIRTAZ TABLET 200 MG
VIRULES TABLET 200 MG
ZOTER TABLET 200 MG
ZOVIRAX TABLET 200 MG


Pemfigus http://sites.google.com/site/tokohomart/paket-resep-alami/pemphigusvulgaris

DEFINISI
Pemfigus adalah penyakit kulit yang jarang terjadi, yang ditandai dengan adanya lepuhan-
lepuhan (bula) dengan berbagai ukuran pada permukaan kulit dan selaput lendir (selaput mulut,
vagina, penis dan selaput lendir lainnya).

Pemfigus paling sering ditemukan pada usia pertengahan atau usia lanjut.
Jarang menyerang anak-anak.
PENYEBAB
Pemfigus merupakan suatu penyakit autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh menghasilkan
antibodi yang menyerang protein tertentu di permukaan kulit dan selaput lendir.
Antibodi ini menimbulkan suatu reaksi yang menyebabkan pemisahan sel-sel epidermis kulit
(akantolisis).

Penyebab yang pasti dari pembentukan antibodi yang melawan jaringan tubuhnya sendiri, tidak
diketahui.
Beberapa kasus terjadi karena adanya reaksi terhadap obat (penisilamin, kaptopril).
GEJALA
Ciri utama dari pemfigus adalah lepuhan lembut berisi cairan dengan berbagai ukuran; pada
beberapa bentuk pemfigus disertai dengan terbentuknya bercak-bercak bersisik.
Cubitan ringan atau gesekan bisa dengan mudah menyebabkan terlepasnya permukaan kulit dari
lapisan di bawahnya.

Lepuhan sering muncul pertama kali di mulut lalu pecah dan membentuk luka terbuka yang
menimbulkan nyeri.
Kemudian akan muncul lepuhan dan luka lainnya sampai seluruh selaput mulut terkena.

Hal yang sama juga terjadi pada kulit. Lepuhan pertama kali muncul pada kulit yang normal, lalu
pecah dan meninggalkan luka keropeng yang kasar.
Lepuhan bisa menyebar luas dan lepuhan yang pecah bisa mengalami infeksi.



DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Hasil biopsi dan tes Tzanck menunjukkan adanya proses akantolisis.
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan yang pertama adalah menghentikan pembentukan bula yang baru.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan penekanan parsial terhadap sistem kekebalan dengan
obat corticosteroid per-oral (melalui mulut), tetapi akibatnya tubuh menjadi lebih peka terhadap
infeksi.
Biasanya pada 7-10hari pertama, diberikan corticosteroid dosis tinggi lalu dosisnya diturunkan
secara bertahap.

Obat lainnya yang bisa menekan sistem kekebalan adalah:
- methotrexat
- cyclophosphamide
- azathioprin
- garam emas.

Obat-obat immunosupresan (penekan sistem kekebalan) bisa diberikan bersamaan dengan
plasmaferesis (penyaringan antibodi dari dalam darah).

Untuk mengatasi infeksi, diberikan antibiotik.

Jika penyakitnya berat, penderita harus dirawat di rumah sakit.
Cairan, elektrolit dan protein diberikan melalui infus.

Untuk mengurangi nyeri akibat luka di mulut, bisa diberikan permen hisap yang mengandung
obat bius.

Dermatitis Herpetiformis
http://medicastore.com/penyakit/349/Dermatitis_Herpetiformis.htmlDEFINISI
Dermatitis Herpetiformis adalah suatu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya sekumpulan
lepuhan kecil yang sangat gatal dan pembengkakan kulit yang menyerupai kaligata, yang
sifatnya menetap.

Penyakit ini terutama menyerang usia 15-60 tahun; jarang menyerang orang kulit hitam dan
orang Asia.


PENYEBAB
Dermatitis herpetiformis adalah suatu penyakit autoimun.
Gluten (protein) di dalam terigu, gandum dan gandum hitam mengaktifkan sistem kekebalan,
yang menyerang bagian kulit dan menyebabkan timbulnya ruam dan gatal-gatal.

Hampir semua penderita dermatitis herpetiformis juga menderita penyakit usus (penyakit seliak).
Penderita juga memiliki kecenderungan untuk menderita penyakit tiroid.
GEJALA
Lepuhan-lepuhan kecil biasanya muncul secara bertahap; paling banyak ditemukan di sikut,
lutut, bokong, punggung bagian bawah dan kepala bagian belakang. Kadang ditemukan di wajah
dan leher.
Penderita merasakan gatal-gatal dan rasa panas yang sangat hebat.



DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan gluten-sensitive enteropathy dan
immunofluoresensi langsung terhadap contoh jaringan kulit yang terkena.
PENGOBATAN
Penyakit ini diobati dengan dapson dan pemulihan dicapai dalam waktu 1-2 hari.
dapson memiliki berbagai efek samping, terutama pada sel darah dan biasanya menyebabkan
anemia. Karena itu kepada penderita yang mengkonsumsi dapson dilakukan pemantauan
terhadap sel darah.
Kebanyakan penyakit ini menetap lama sehingga penderita harus mengkonsumsi dapson selama
bertahun-tahun.

Penderita sebaiknya menjalani diet bebas gluten.
Pemberian NSAID akan menyebabkan kekambuhan


Anamnesis

Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan
seringmerupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter
mengumpulkan banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien
sebagai manusiadan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta mulai
membinasuatu hubungan saling percaya.Ada beberapa cara untuk mencapai sasaran ini. Cobalah
untuk memberikan lingkunganyang bersifat pribadi, tenang, dan bebas dari gangguan. Dokter
berada pada tempatyangdapat diterima oleh pasien, dan pastikan bahwa pasien dalam keadaan
nyaman.Dengan anamnesis yang baik dokter dapat memperkirakan penyakit yang diderita
pasien.Anamnesis yang baik harus lengkap, rinci (detail), dan akurat sehingga dokter bukan
sajadapat mengenali organ atau sistem apa yang terserang penyakit , tetapi juga kelainan
yangterjadi dan penyebabnya .Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup
semua hal yangdiperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.Ada beberapa point
penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain :

1.Identitas pasienIdentitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
namaorang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat pendidikan, pekerjaan,suku
bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yangdihadapi
adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk data penelitian,
asuransi dan sebagainya
2.Keluhan Utama ( Presenting Symptom)Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien,
yang membawa pasien tersebut pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan
keluhan utama, harusdisertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut.
3.R iwayat penyakit sekarang
R iwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
keadaankesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang berobat
.4.R iwayat penyakit dahuluBertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang.
5.R iwayat kesehatanBerupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat
badan tinggi badan), riwayat makanan dan imunisasi
6.R iwayat keluarga,
7.R iwayat PribadiMeliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan. Pada anak-anak
perlu jugadilakukan anamnesis gizi yang seksama, meliputi jenis makanan, kuantitas
dankualitasnya. Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok,minum alkohol,
termasuk penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba).Dalam deteksi kasus ini anamnesis ini,
yang dipertanyakan adalah
:1.Bagaimana keluhannya (sejak kapan,bagaimana,sudah berapa lama,ada gejala
tambahanseperti pusing,panas,flu dan lainnya)
2.R iwayat imunisasi dari anak tersebut (lengkap atau tidak)
3.R iwayat keluarga yang adakah menderita penyakit yang sama
4.Ada tidak penyakit lain yang menyertai,ataukah pernah menderita sebelumnya.
5Ada konsumsi obat sejak timbul penyakit

IV.2 PemeriksaanIV.2.1 Pemeriksaan Umum
Secara umum pemeriksaan yang dapat di lakukan:


Inspeksi : Pemeriksaan dengan cara melihat secara keseluruhan tubuh pasien,bagaimana kelainan
yang terdapat pada kulitnya,bagaimana bentuknya dan penyebaranya dan keadaan umum lainnya.

Palpasi (nadi,RR ,dll)
Perkusi (dapat menentukan adanya kelainan paru pada komplikasi varisela)
Auskultasi (TD)

IV.2.2 Pemeriksaan Lokal

LokaliksasiTerutama terdapat pada badan, sedikit pada wajah dan daerah ektremitas. Mungkin
jugatimbul pada mulut, pallatum mole dan faring.
Efloresensi (ruam)Vesikel berukuran miliar sampai lentikular, disekitarnya terdapat daerah
eritomatosa.Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesikel mulai dari eritema,
vesikula , pustula, skuama, hingga skiatriks (polimorf)

.A.Efloresensi Primer
Makula : Perubahan warna semata-mata yang berbatas tegas (sirkumskripta)
Papula : Benjolan berbatas tegas yang menonjol di permukaan kulit denganukuran
miler (seujung jarum pentul), lentikuler (sebesar biji jagung)atau kurang dari 1 cm. Bila
ukurannya lebih dari 1 cm (numuler )disebutTuber. bila ukurannya lebih dari 1 cm dan permukaannyadatar
disebut plakat( Plaque).
Nodus : Benjolan padat berbatas tegas pada permukaan kulit yang letaknyalebih dalam dari
papul, sehingga tidak menonjol. Bila ukurannyalebih kecil disebut
nodulus.
Urtika : Edema setempatyang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan
Vesik el: Gelembung berisi cairan serosa yang mempunyai atap dan dasar,dengan ukuran kurang
dari 1 cm. Bila berisi pus disebut pustuladan bila berisi darah disebutvesikel hemoragik.
Bula : Gelembung berisi cairan serosa, yang mempunyai atap dan dasar,dengan ukuran lebih dari 1
cm. Bila berisi pus disebut pus purulen,dan bila berisi darah disebut bula hemoragik.
Kista :R ongga berkapsul berisi cairan atau massa lunak.B. Efloresensi Sekunder
Skuama : Penglupasan lapisan korneum. Bila penglupasannya lebar sepertidaun disebut
eksfoliasi. Skuama yang berbentuk lingkaran (circiner)disebutcolorette.
Krusta : Cairan tubuh yang mengering di atas kulit. Bila berasal dari serum,maka warnanya kuning muda;
bila berasal dari darah, warnanyamerah tua atau hitam; bila berasal dari pus berwarna kuning tua
ataucoklat; dan bila berasal dari jaringan nekrotik berwarna hijau.
Erosi : Hilangnya jaringan kulit yang tidak melampaui lapisan basal; pada permukaannya
biasanya akan tampak serum
Ekskoriasi : Kehilangan jaringan kulit yang telah melewati lapisan basal; pada permukaannya
tampak darah
Ulkus : Kehilangan jaringan kulit yang dalam sehingga tampak tepi, dinding,dasar, isi.
Fisura : Belahan kulit tanpa kehilangan jaringan kulitnya.
Sikatriks : Jaringan parut dengn relief tidak normal, permukaan licin mengkilat,adneksa kulit
tidak ada. Bila tampak cekung disebut sikatriks atrofik , sedangkan bila menonjol disebut sikatriks
hipertrofik
Keloid : Sikatriks hipertropik yang petumbuhannya melalui batas luka.

IV.2.3 PenunjangPemeriksaanlaboratorium
tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varisela dapatterlihat dari gejala klinis. Kebanyakan
pada anak-anak dengan varisela terjadi leukopeni pada 3 hari pertama, kemudian diikuti dengan
leukositosis. Leukositosis mengindikasikanadanya infeksi bakteri sekunder, tetapi tidak selalu.
Kebanyakan pada anak-anak denganinfeksi bakteri sekunder tidak terjadi leukositosis.

Percobaan Tzanck
, dengan cara membuat sediaaan hapus yang diwarnai dengan Giemsa.Bahan diambil dari
kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.Untuk hasil terbaik lesi harus
berumur 1-3 hari.

Pemeriksaan serologi
digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan pasien.
Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos dengan
varisela. Identifikasi virus varisela zoster secara cepat diindikasikan pada kasus yang parah atau
penyakit belum jelas yangmembutuhkan pengobatan antiviral dengan cepat. Metode yang paling
spesifik yangdigunakan adalah IndirectFluorescent Antibody (IFA),Fluorescent Antibody
toMembrane Antigen (FAMA), Neutralization Test (NT), danR adioimmunoassay (R IA).Tes
serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama memberikan imunitasyang pasti
pada anak.Aglutinasi lateks yang tersedia secara komersial (LA) danimmunosorbent assay enzim-
linked (ELISA) tes sensitif dan cepat. Meskipun uji fiksasikomplemen sering digunakan, kepekaannya
rendah.

R eaksi rantai polimerase(PCR)
pemeriksaan mengorek kulit cepat dan sensitif. Tes inimenggantikan metode lain seperti
peralatan tersebut menjadi lebih banyak tersedia.


Foto toraks
: Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnyadilakukan foto toraks
untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
Hasilfoto toraks mungkin normal atau mungkin menunjukkan infiltrat nodular difus bilateral
di pneumonia varicella primer. Selain itu, radiografi toraks juga dapat mendeteksi fokusinfiltrat
sugestif dari pneumonia bakteri sekunder.


Tes Lainnya:

1.Punksi Lumbal
Anak dengan tanda-tanda neurologis harus memiliki cairan serebrospinal yang(CSF) diperiksa.
CSFpasien dengan ensefalitis varicella mungkin memiliki sedikit atau sebanyak 100 sel yang
polymorphonuclear atau mononuklear, tergantung pada waktutusukan lumbalis.2.
Tes kadar glukosa3.Tes kadar protein








HERPES ZOSTER
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang
samadengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri
hebat unilateralserta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi
serabut saraf spinalmaupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.Insiden herpes
zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara priadan
wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-
5per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10%
kasusberusia di bawah 20 tahun.Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama
terjadi varisela, virus varisela zosterberpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke
ujung saraf sensorik dan ditransportasikansecara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke
ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,virus tersebut tidak lagi menular dan tidak
bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untukberubah menjadi infeksius. Herpes
zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasiruam varisela yang terpadat.
Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yangberhubungan dengan
imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahananpejamu terhadap
infeksi endogen.Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang
terbanyak adalah neuralgiapaska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta
terlepas. Komplikasi jarang terjadipada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi
pada usia di atas 60 tahun. Penyebarandari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat
aliran darah sehingga terjadi herpes zostergeneralisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek
imunologi karena keganasan atau pengobatanimunosupresi.Secara umum pengobatan herpes
zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut,mengatasi nyeri akut ynag
ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgiapaska herpetik.
Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang
khasditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatomyang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari
nervus kranialis.Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang
telah menetap dalambentuk laten setelah infeksi primer oleh virus.

Sinonim Shingles, dampa, cacar ular.-
Epidemiologi
Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan
tersebarmerata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan
perempuan, angkakesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti
Amerika, penyakit ini dilaporkansekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di
Indonesia lebih kurang 1% setahun.Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita
varisela sebelumnya karena varisela danherpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu
virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela,virus yang ada di ganglion sensoris tetap
hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika dayatahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3
usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun.Kurnia Djaya pernah
melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.-

Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti
DNA, virusini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan
sifat biologisnyaseperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten
diklasifikasikan kedalam 3subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa
mempunyai sifat khas menyebabkaninfeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi
vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksioleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yanglaten ini pada saatnya akan
menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfamempunyai jajaran
penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek sertamempunyai enzim yang
penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifikdeoxypiridine
(thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.

Patogenesis
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama dengan
virus iniakan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut primer,
sedangkan bilapenderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian terjadi
serangan kembali maka yangakan muncul adalah Herpes Zoster.Infeksi primer dari VZV ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasidan dilepas ke darah
sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik.Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudianmengadakan
replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran viruske
kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau
lebihganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalamdarah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat
tertentudimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus
sehingga terjadiherpes zoster.Varisela :: virus
mukosa sal.nafas atas
multiplikasi
pemb. Darah dan limfe
kulit
lesi primer
saraf perifer
ganglion dorsal root
infeksi laten.Herpes :: virus teraktifasi
saraf perifer
kulit
lesi.

Gambaran Klinis
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang
terkena.Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti
sakit kepala,malaise, dan demam, terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan
timbul 1-2 hari sebelumterjadi erupsi.Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah
erupsi yang lokalisata dan unilateral. Jarangerupsi tersebut melewati garis tengah tubuh.
Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafioleh salah satu ganglion saraf
sensorik.Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh empat jam
kemudianterbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula pada hari ketiga. Seminggu
sampai sepuluh harikemudian, lesi mengering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi
2-3 minggu.Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya
timbul keluhanringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada penderita lanjut
usia dapat menetap,walaupun krustanya sudah menghilang.Frekuensi herpes zoster menurut
dermatom yang terbanyak pada dermatom torakal (55%), kranial(20%), lumbal (15%), dan
sakral (5%).Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:1. Herpes zoster
oftalmikusHerpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseriyang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V),
ditandai erupsi herpetikunilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi
kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu,demam ringan. Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia,banyak kelar air mata,
kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.-
Gambar 1
. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yangmenerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

3. Herpes zoster brakialisHerpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yangditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
.4. Herpes zoster torakalisHerpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yangditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
5. Herpes zoster lumbalisHerpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus lumbalis yangditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
6. Herpes zoster sakralisHerpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus sakralis yangditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.



Diagnosis
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa neuralgia beberapa hari
sebelumatau bersama-sama dengan timbulnya kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul
kelainan kulitdidahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan malaise. Kelainan kulit
tersebut mula-mulaberupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang
dengan cepat membesar danmenyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih,
setelah beberapa hari menjadi keruh dandapat pula bercampur darah. Jika absorbsi terjadi,
vesikel dan bula dapat menjadi krusta.Dalam stadium pra erupsi, penyakit ini sering dirancukan
dengan penyebab rasa nyeri lainnya, misalnyapleuritis, infark miokard, kolesistitis, apendisitis,
kolik renal, dan sebagainya. Namun bila erupsi sudahterlihat, diagnosis mudah ditegakkan.
Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atasvesikel-vesikel berkelompok, dengan
dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu dermatom.Secara laboratorium, pemeriksaan
sediaan apustes Tzanck membantu menegakkan diagnosis denganmenemukan sel datia berinti
banyak. Demikian pula pemeriksaan cairan vesikula atau material biopsidengan mikroskop
elektron, serta tes serologik. Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan sebukan sellimfosit yang
mencolok, nekrosis sel dan serabut saraf, proliferasi endotel pembuluh darah kecil,hemoragi
fokal dan inflamasi bungkus ganglion. Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektrondan
antigen virus herpes zoster dapat dilihat secara imunofluoresensi.Apabila gejala klinis sangat
jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi pada keadaanyang meragukan
diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:
1. Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop electron
2. Pemeriksaan antigen dengan imunofluoresen
3. Tes serologi dengan mengukur imunoglobulin spesifik.-

Diagnosis Banding
Herpes simpleks
Herpes simpleks ditandai dengan erupsi berupa vesikel yang bergerombol, di atas dasar kulit
yangkemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal atau seperti terbakar
yangterlokalisasi, dan kemerahan pada daerah kulit. Herpes simpleks terdiri atas 2, yaitu tipe 1
dan 2. Lesiyang disebabkan herpes simpleks tipe 1 biasanya ditemukan pada bibir, rongga mulut,
tenggorokan, dan jari tangan. Lokalisasi penyakit yang disebabkan oleh herpes simpleks tipe 2
umumnya adalah di bawahpusat, terutama di sekitar alat genitalia eksterna.

Varisela
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel.Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi
pustul dankemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan
ekstremitas.

Impetigo vesiko-bulosa
Terdapat lesi berupa vesikel dan bula yang mudah pecah dan menjadi krusta. Tempat predileksi
diketiak, dada, punggung dan sering bersamaan dengan miliaria. Penyakit ini lebih sering
dijumpai padaanak-anak.

KomplikasiNeuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.
Neuralgia inidapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini
cenderung timbul padaumur diatas 40 tahun, persentasenya 10 15 % dengan gradasi nyeri
yang bervariasi. Semakin tua umurpenderita maka semakin tinggi persentasenya.

Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya pada
yangdisertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai
komplikasi.Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.

Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik, keratitis,
skleritis,uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.

Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga
memberikangejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat
persarafan, tinitus,vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan
pengecapan.

Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
secarakontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini
biasanya munculdalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti:
di wajah, diafragma,batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh
spontan.-

Penatalaksanaan
Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:
1.Mengatasi infeksi virus akut
2.Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
3.Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada orang
lainyang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.Usahakan agar
vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untukmencegah
infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

Pengobatan Khusus

I. Sistemik
1. Obat AntivirusObat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya
valasiklovir dan famsiklovir.Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus.
Asiklovir dapat diberikan peroral ataupunintravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama
sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yangdianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7 hari,
sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakanpada pasien yang imunokompromise atau
penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapatdigunakan sebagai terapi herpes
zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 31000 mg/hari selama7 hari, karena
konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir
jugabekerja sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7
hari.2. AnalgetikAnalgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus
herpes zoster. Obat yangbiasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah
1500 mg/hari diberikansebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri
muncul.3. KortikosteroidIndikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.
Pemberian harus sedini mungkinuntuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa diberikan ialah
prednison dengan dosis 320 mg/hari,setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap.
Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akantertekan sehingga lebih baik digabung dengan
obat antivirus.

II Pengobatan topikal
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengantujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salap antibiotik.

Prognosis
Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua risiko
terjadinyakomplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula
hiperpigmentasi atausikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan
memberikan prognosis yang baik& jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.

Kesimpulan
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang
menyerang kulitdan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi
primer.Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,
brakialis, torakalis,lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat berupa
kelompok-kelompok vesikel sampaibula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat
unilateral pada dermatom yang sesuaidengan letak syaraf yang terinfeksi virus.Diagnosa herpes
zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jikadiperlukan
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukansel
datia berinti banyak.Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting
disease), tetapi padabeberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi
frekuensi timbulnyakomplikasi.-

-
DAFTAR PUSTAKA
1.

Melton CD. Herpes Zoster. eMedicine World Medical
Library:http://www.emedicine.com/EMERG/topic823.htm [diakses pada tanggal 24 September
2000].2.

Stawiski MA. Infeksi Kulit. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC,
1995;1291.3.

Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta: ECG,
2005 ;84-7.4.

Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.5.

Achdannasich. Herpes Zoster Bilateral Asimetris-Pada Anak. Perkembangan Penyakit Kulit
danKelamin Indonesia Menjelang Abad 21. Perdoski. Surabaya: Airlangga University Press,
1999 ;212-4.6.

Indrarini, Soepardiman L. Penatalaksaan Infeksi Virus Varisela-Zoster pada Bayi dan Anak.
MediaDermato-Venereologica Indonesiana. Volume 27. Jakarta: Perdoski, 2000; 65s-71s.7.

Niode NJ, Suling PL. Insiden Herpes Zoster Pada Anak di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUPManado. Perkembangan Penyakit Kulit dan Kelamin di Indonesia Menjelang Abad 21.
Perdoski.Surabaya: Airlangga University Press, 1999 ; 215.8.

Stankus SJ, Dlugopolski M, Packer D. Management of Herpes Zoster and Post Herpetic
Neuralgia.eMedicine World Medical Library:
http://www.emedicine.com/info_herpes_zoster.htm [diaksespada tanggal 24 September 2000].9.

Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta:
FakultasKedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.10.

Naros WE. Tinjauan Retrospektif Penyakit Herpes Zoster Pada Penderita Yang Dirawat Di
BagianKulit Dan Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang Periode 1993-1997. Skripsi. Padang:
1999; 5-9.11.

Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit
danKelamin. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.12.

Andrews. Viral Diseases. Diseases of the Skin. Clinical Dermatology. 9th Edition.
Philadelphia:WB Saunders Company, 2000; 486-491.13.

Wilmana PF. Antivirus dan Interferon. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Jakarta:
BagianFarmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995; 617.14.

Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta:
MedicalMultimedia, 2005; 68-9.15.

Moon JE. Herpes Zoster. eMedicine World Medical
Library:http://www.emedicine.com/med/topic1007.htm [diakses pada tanggal 24 September
2000].16.

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Penyakit Virus. Kapita Selekta
Kedokteran.Edisi Ke-3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. 2000, 128-9

Anda mungkin juga menyukai