Anda di halaman 1dari 2

TEMPO.

CO , Yogyakarta - Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY


Ristanto menilai sekolah-sekolah di wilayah kota Yogyakarta masih enggan untuk
mengajarkan materi kesehatan reproduksi kepada siswa-siswanya. Pendidikan
kesehatan reproduksi diharapkan dapat memberi pemahaman kepada pelajar
mengenai dampak hubungan seks bebas terhadap penularan virus HIV.
"Kabupaten lain di DIY membuka diri untuk mengajarkan pendidikan kesehatan
reproduksi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tetapi kota belum," kata Riswanto saat
dijumpai di Kepatihan, Rabu (30/1).
Kesulitan yang sama juga dirasakan Riswanto saat mensosialisasikan fungsi dan
pemakaian kondom kepada siswa. "Itu sangat susah. Soal alat reproduksi ini harus
disampaikan hati-hati karena berkaitan dengan budaya dan moral yang hidup dalam
masyarakat Yogyakarta," kata Riswanto. Dia menjelaskan, bahwa saat ini penularan
virus HIV terbanyak melalui hubungan heteroseksual. Kecenderungan tersebut
berubah sejak 2007 yang masih didominasi penggunaan jarum suntik secara
bergantian sebagai penyebabnya.
Akibat penularan melalui hubungan heteroseksual, jumlah ibu rumah tangga yang
tertular meningkat dari 185 pada 2011 menjadi 198 pada 2012. Sedangkan usia
pelajar yang tertular adalah 14-25 tahun. "Sampai saat ini belum ada terobosan.
Harapan kami, pendidikan kesehatan reproduksi bisa masuk kurikulum pendidikan,"
kata Riswanto.
Sebelumnya, materi mengenai HIV AIDS menurut Riswanto telah diajarkan kepada
siswa melalui kurikulum pendidikan. Mereka mendapatkan materi tersebut melalui
mata pelajaran kesehatan jasmani.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga DIY R. Kadarmanto Baskara Aji
menjelaskan, bahwa materi mengenai HIV AIDS maupun kesehatan reproduksi telah
disiapkan KPA. Harapannya, materi tersebut bisa disampaikan kepada pelajar
melalui kurikulum tahun ajaran baru 2013 ini. "Bisa melalui kurikulum muatan lokal.
Bisa juga ekstrakurikuler. Tapi kalau masuk kurikulum syaratnya berat," kata
Baskara.
Syarat yang dimaksud adalah tersedianya tenaga pengajar yang mempunyai
standar kompetensi sesuai dengan materi yang diajarkan. Langkah alternatif yang
dilakukan adalah mengintegrasikan kedua materi tersebut di dalam mata pelajaran
pendidikan kesehatan jasmani. "Makanya pengintegrasian sebelumnya belum efektif
dilakukan. Karena belum ada pelatihan bagi guru mengenai materi itu," kata
Baskara.
Dia berharap dengan pembekalan terhadap guru-guru mengenai materi pendidikan
HIV AIDS dan kesehatan reproduksi bisa diimplementasikan kepada semua pelajar
di kabupaten dan kota.
Sementara itu, Global Fund kembali memperpanjang surat kontrak kerja sama
penanggulangan HIV AIDS dengan KPA DIY pada 2013 ini. Kontrak itu berlaku dari
Juni 2012 hingga 2015. Anggaran yang dikucurkan sebesar Rp 3,5 miliar. Dana
tersebut akan dipergunakan untuk upaya penanggulangan HIV AIDS di kota
Yogyakarta, Sleman, dan Bantul. Lantaran jumlah penderitanya lebih tinggi
ketimbang Gunungkidul dan Kulonprogo. "Kalau dua kabupaten itu kami biayai
melalui APBD," kata Riswanto.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Pertanyaan
1. apa yang kalian ketahui tentang ilmu reproduksi? Informasi apa saja yang diterima oleh
siswa baik jenjang SMP maupun SMA tentang reproduksi?
2. jelaskan perbedaan dasar alat reproduksi wanita dan pria!
3. sebutkan dan jelaskan fungsi-fungsi dari alat-alat reproduksi pria dan wanita!
4. apa yang dimaksud dengan Gonorrhoe, Sipilis, Herpes Simpleks, AIDS, keputihan, kanker
serviks, dan kutil kelamin? Mengapa mereka begitu berbahaya dibandingkan penyakit
umum yang biasa diderita (penyakit yang biasa diderita orang banyak)?
4. jelaskan proses rinci dari Oogenesis, Spermatogenesis, dan ovulasi!
5. jelaskan proses terjadinya menstruasi pada wanita! Bagaimana interaksi hormon LH dan
FSH dalam proses ini?
6. jelaskan proses melahirkan dan organogenesis dari tiga lapisan dasar!

Anda mungkin juga menyukai