Anda di halaman 1dari 6

Model Kaitan Sistem (Zulkarnaini)

51
MODEL KAITAN SISTEM SEBAGAI DASAR PEMROGRAMAN
KOMPUTER KONSERVASI AIR TANAH

SYSTEM INTERRELATIONSHIP MODEL AS BASES FOR
COMPUTER PROGRAMMING ON GROUNDWATER
CONSERVATION



Zulkarnaini
1
dan Priana Sudjono
2
Program Studi Teknik Lingkungan, ITB, Jl. Ganesha 10, Bandung, 40132
1)
email: zulkarnaini_80@yahoo.com;
2)
memteq@bdg.centrin.net.id



Abstrak: Airtanah sebagai sistem dalam lingkungan dapat digambarkan dalam model kaitan sistem.
Kemudian model kaitan sistem dipergunakan sebagai dasar dalam pemrograman konservasi airtanah
Kota Semarang untuk membantu pengambilan keputusan. Pengembangan model kaitan sistem diawali
dengan identifikasi komponen lingkungan yang mempengaruhi air tanah, data-data yang terkandung
dalam komponen, serta pengetahuan tentang interaksi antar komponen tersebut. Berdasarkan atas model
tersebut, kebijakan dan strategi konservasi disusun pada skala kecamatan. Kebijakan dan strategi
konservasi ditransformasi ke dalam program komputer dengan mempergunakan program berorientasi
objek. Sehingga upaya konservasi air tanah berdasarkan model yang telah dikembangkan dapat
diperoleh secara cepat. Program komputer tersebut menghasilkan upaya konservasi pada setiap
komponen sesuai dengan pola kaitan yang terdapat dalam model kaitan sistem.

Kata kunci: model kaitan sistem, representasi pengetahuan, program berorientasi objek, airtanah

Abstract: Groundwater as a system in the environment is described in a system interrelationship model.
Then the model is used as bases for computer programming on ground water conservation located in
Semarang city to assist decision makers. The development of the system is started from identification of
environmental components that give influences to the ground water and identification of the required
data of the components and also knowledge on the interaction among components. Based on the
developed model, policy and strategy of conservation is arranged within Kecamatan level. The policy and
conservation strategy then are transformed into computer programming using object oriented language.
Thus the effort on conservation of ground water based on the developed model can automatically be
drawn. The computer program can clearly produce conservation efforts for each component as it has
been defined in the system interrelation in the model.


keywords: system interrelationship model, knowledge representation, object oriented programming,
groundwater conservation


PENDAHULUAN

Penggunaan airtanah yang terus meningkat untuk pemenuhan kebutuhan
berdampak pada penurunan muka airtanah. Kota Semarang mengalami penurunan
muka airtanah 1 2,2 m/tahun yang berakibat terjadinya amblesan tanah 0,5 1,6
cm/tahun (Marsudi,1995). Pengaturan pengembangan airtanah dalam bentuk peta
pengendalian pengambilan airtanah Daerah Semarang belum mampu secara optimal
mencegah terjadinya dampak ekploitasi airtanah karena banyak persoalan terkait yang
harus diselesaikan bersamaan. Dalam penelitian ini konservasi airtanah dilakukan
dengan melihat semua komponen yang mempengaruhi airtanah berdasarkan kondisi

52
lingkungan. Kota Semarang dijadikan sebagai daerah studi penelitian untuk dijadikan
model. Model komputer digunakan untuk konservasi airtanah dengan menggunakan
program berorientasi objek.
Kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, akan
tetapi PDAM baru mampu mensuplai 50%. Pencemaran terhadap air permukaan dari
limbah industri, domestik dan pertanian menambah kesulitan PDAM dalam mencari
sumber baku air minum. Selama ini pengolahan air permukaan merupakan sumber air
baku paling besar yaitu 28.005.286 m
3
atau 58% dari total produksi (Sihwanto,2000).
Airtanah berinteraksi dengan komponen lainnya sebagai satu sistem dalam
lingkungan yang mempengaruhi upaya dalam konservasi. Akibat perubahan kondisi
lingkungan terutama tata guna lahan dan peningkatan kebutuhan akan airbersih oleh
industri, pemukiman dan pertanian disatu sisi dan penurunan ketersediaan potensi
airtanah di sisi lain, perlu di lakukan upaya yang mengakomodasi persoalan airtanah
yang kompleks tersebut dengan membuat System interrelationship model. System
interrelationship model merupakan kerangka dalam penggambaran sistem airtanah,
komponen dan kondisi lingkungan dan konsep konservasi. Dari pengembangan model,
data-data yang merupakan atribut (property) komponen lingkungan dikumpulkan untuk
melihat sejauhmana pengaruhnya terhadap upaya konservasi airtanah.


PROSES PENGEMBANGAN SISTEM

Pengembangan sistem konservasi airtanah Kota Semarang dilakukan dengan
analisa terhadap konsep konservasi airtanah dan komponen lingkungan terkait,
pengembangan system interrelationship model dan pemahaman deskripsinya,
pengembangan kebijakan konservasi, pengembangan basis data (database) dan aturan
(rule). Tahapan pengembangan sistem digambarkan pada Gambar 1.
Pengembangan sistem dimulai
dengan pembuatan system interrelationship
model dari analisa konsep konservasi dan
komponen lingkungan. Penjelasan terhadap
komponen dan relasi diberikan dalam
bentuk tabel interaksi yang menjelaskan
interaksi antar semua elemen yang ada
dalam model kaitan sistem berupa
hubungan sebab akibat yang disertai dengan
data-data yang diperlukan (properties).
Strategi konservasi dibuat berdasarkan
system interrelationship model dengan
data-data yang menjadi atribut komponen.
Selanjutnya system interrelationship
model dan strategi konservasi
ditransformasi ke dalam program komputer
dengan pembuatan arsitektur program
sesuai dengan system interrelationship
model, pengembangan basis data (database)
dari property masing-masing komponen,
pengembangan aturan (rule) yang sesuai
untuk mengeksekusi data dan penyajian
program komputer. Efektifitas program
Analisa konsep konservasi airtanah
- Analisa airtanah dan komponen
lingkungan terkait
- Deskripsi keterkaitan dan relasi
- Ferifikasi data dan fakta komponen
Pembuatan model konservasi
- Pengembangan system
interrelationship model
- Representasi sistem konservasi
airtanah dalam model
- Pembuatan tabel interaksi
(interaktion table)
Pengembangan kebijakan dan strategi
konservasi
Transformasi dalam program komputer
- Pengembangan desain arsitektur program
- Pengembangan basis data (database)
- Pengembangan aturan (rule)
Gambar 1. Skema pembuatan program
pembantu pengambilan keputusan konservasi
airtanah Kota Semarang.
Jurnal Lingkungan Tropis, vol.1, no.1, Maret 2007: 51-58


Model Kaitan Sistem (Zulkarnaini)

53
dilihat dari kemampuan program dalam menjelaskan kaitan sistem konservasi airtanah
Kota Semarang dan penjelasan dari strategi konservasi. Perbaikan program dapat
dilakukan terus berdasarkan perubahan dari system interrelationship model dengan data-
data terkait dan strategi konservasi yang merupakan dasar dari pembuatan program.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Penjelasan terhadap persoalan konservasi airtanah Kota Semarang dapat
disederhanakan dengan pengembangan system interelationship model. Model ini
dijadikan acuan dalam mengembangkan strategi konservasi airanah Kota Semarang.
Keterkaitan komponen-komponen dalam sistem konservasi airtanah Kota Semarang
telah dikembangkan oleh Sudjono dkk (2003) dan dapat digambarkan kembali dengan
beberapa perubahan seperti pada Gambar 2. Komponen dalam sistem merupakan
objek dimana interkasinya disimpan sebagai basis pengetahuan (knowledge base).
Gambar 2 menggambarkan keterkaitan sistem airtanah dengan semua komponen yang
saling mempengaruhi. Pertumbuhan polulasi penduduk menyebabkan kebutuhan air
bersih meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi PDAM belum mampu memenuhi
kebutuhan tersebut. Sehingga yang tidak mendapatkan suplai menggunaan air tanah
dangkal yang input debitnya dipengaruhi oleh hujan. Akan tetapi kualitasnya semakin
menurun karena pencemaran buangan cair dari pemukiman, pertanian dan industri.
Selain itu perkembangan kota diiringi pertumbuhan industri yang memenuhi kebutuhan
air dari abstraksi airtanah dalam. Abstraksi yang melebihi potensi ketersediaan
airtanah menyebabkan penurunan muka air tanah. Hal ini mengakibatkan intrusi air
laut pada daerah pantai. Sehingga perlu peraturan perundang-undangan yang
mengatur eksploitasi airtanah dan baku mutu limbah cair yang akan dilepas pada air
permukaan. Perubahan daerah tangkapan hujan sebagai media imbuh mesti dijaga
agar tidak terjadi perubahan tata lahan untuk pemenuhan kebutuhan pemukiman
maupun pertanian yang berakibat pada penurunan debit ketersediaan airtanah.
Eksploitasi airtanah harus disesuaikan dengan potensi ketersediaan airtanah pada suatu
area. Bahkan sudah dibuat zona-zona pengambilan airtanah dalam sebagai arahan dalam
pengaturan eksploitasi airtanah berdasarkan ketersediaannya.
Berdasarkan Gambar 2 dapat
diketahui hubungan atau keterkaitan
antara komponen dalam sistem
konservasi airtanah Kota Semarang
dengan penjelasan hubungan antar
komponen dijelaskan dalam tabel
interaksi. Atribut (property) masing-
masing komponen dalam sistem
digunakan untuk menyusun conseptual
database design. Lebih lanjut hasil dari
conseptual database design digunakan
dalam penyusunan program komputer
untuk mempermudah penganalisaan
sistem dalam bentuk basis data


PDAM
Populasi
Air Laut
Pemukiman
Daerah
Tangkapan Hujan
Industri
Air Tanah Dalam
Air Tanah Dangkal
Hujan
Pertanian
Buangan Cair
Air Permukaan
Peraturan
Perundangan
Gambar 2. Sistem interrelationship model
konservasi airtanah Kota Semarang.


54
Konservasi airtanah tidak hanya dapat dilakukan dengan melakukan
pengendalian terhadap eksploitasi airtanah dengan melihat ketersediaan dan kebutuhan
akan airtanah. Sebagai sistem dalam lingkungan dilakukan interfensi terhadap semua
komponen yang terlibat sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan. Setiap komponen
yang terkait dengan dilakukan interfensi yang berbeda-beda seperti relokasi dan
penutupan sumur bor bagi industri yang berada pada zona merah maupun melanggar
RUTRW dan reboisasi untuk daerah resapan yang mengalami kerusakan lahan sebagai
daerah imbuhan untuk airtanah. Pengembangan kebijakan dan strategi konservasi dibuat
berdasarkan sistem interrelationship model dari data-data masing-masing komponen.
Strategi konservasi dilihat dari setiap aspek yaitu pertanian, pemukiman, industri,
airtanah dalam, airtanah dangkal, air permukaan dan peraturan perundang-undangan.
Strategi pengembangan program komputer untuk analisa setiap komponen lingkungan
dan upaya interfensi diperlihatkan pada Gambar 3. Kemudian diagram tersebut
ditransformasi ke dalam program komputer dengan program berorientasi objek.
Elemen dalam Sistem interrelationship model ditunjang oleh atribut berupa data-
data tentang kondisi kecamatan yang bersangkutan. Atribut ini memberikan gambaran
tentang kondisi dari elemen konservasi airtanah Kotamadya Semarang yang ada pada
kecamatan tersebut. Property yang berupa data-data sebagai fakta yang bernilai benar
disimpan dalam basis data. Data-data yang disimpan dalam basis data, secara umum
memuat data semua komponen untuk setiap kecamatan di Kota Semarang. Begitu juga
dengan upaya interfensi dibuat berdasarkan data-data yang dimiliki oleh kecamatan
tersebut. Sehingga untuk setiap kecamatan bisa jadi rekomendasi upaya konservasi
berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan di kecamatan tersebut. Dibawah ini
akan digambarkan tentang struktur pohon yang jadi acuan dalam pembuatan basis data
dan aturan pencarian.

Gambar 3. Alur pengembangan program konservasi airtanah.
Preservasi daerah
tangkapan hujan
Kecamatan
RUTRW
Penggunaan
lahan
Airtanah
dalam
- Qpotensi
- Qabstraksi
- Pelayanan PDAM
- Penutupan sumur bor
Optimasi abstraksi
Qabs>Qptns
Qabs<Qptns
Airtanah
dangkal
Industri
Rasio
- Qpotensi
- Qabstraksi
- Pelayanan PDAM
- Pembuatan sumur resapan
Optimasi abstraksi
Qabs>Qptns
Qabs<Qptns
Rasio
Peraturan
perundangan
- Undang-undang
- Peraturan pemerintah
- Keputusan mentri
- Perda
Pertanian Lahan pertanian
Pemukiman
- Perumahan
- Bangunan sarana &
prasarana
- Intensifikasi pertanian
Ekstensifikasi pertanian
Apertanian>Atersedia
Apertanian<Atersedia
Rasio
- Intensifikasi lahan
- Pembatasan bangunan baru
Pengelolaan bangunan baru
Aterbangun>Atersedia
Aterbangun<Atersedia
Rasio
Pembuatan
sumur resapan
- Jumlah penduduk
- Sulai air bersih
Populasi
PDAM
- Produksi
- Sumber air baku
- Layanan/
distribusi
Pengembangan layanan pada
industri
- Optimasi layanan penduduk
- Sumber air baku alternatif
Qlayanan>Qtarget
Qlayanan>Qtarget
Rasio
Air
permukaan
- Nama sungai
- Debit
- Kualitas
- Jenis industri
- Jumlah industri
- Luas areal industri
- Penggunaan air tanah
- Pengolahan air permukaan
- Suplai PDAM
Optimasi abstraksi
airtanah dalam
Qabs>Qptns
Qabs<Qptns
AIrtanah
Relokasi
Optimasi lahan
Ai>Aipakai
Ai<Aipakai
Lahan
Rasio
Daerah tangkapan
hujan


Model Kaitan Sistem (Zulkarnaini)

55
Gambar 4 menunjukkan pengklasifikasian atribut dari elemen airtanah dalam pada
suatu kecamatan terdiri dari: potensi, kebutuhan. Dari proses perhitungan diberikan
solusi dan rekomendasi berdasarkan atribut berupa: optimasi abstraksi atau pelayanan
PDAM dan penutupan sumur.

Berdasarkan semantic network pada Gambar 4 dibuat basis data dengan contoh:
zona("pedurungan","Zona
II","Sebagian_kawasan_pedurungan_merupakan_Zona_II_yaitu_bagian_selatan_d
an_Zona_I_pada_bagian_utara").
potensi_atdlm("pedurungan",421019).

Airtanah dalam
Potensi Debit
Properti
Kebutuhan
Industri
- Jumlah
industri
- Abstraksi
Potensi/
Abstraksi
Optimasi
abstraksi
Pelayanan PDAM &
Penutupan sumur
Qabs<Qptns Qabs>Qptns
PDAM
- Jumlah Sumur
- Abstraksi


Gambar 4. Klasifikasi atribut (property) elemen airtanah dalam

Basis data diatas berarti:
kecamatan pedurungan berada pada zona II, dengan keterangan lanjutan zona II
pada bagian selatan kecamatan dan zona satu untuk sebagian wilayah utara.
Potensi airtanah dalam di kecamatan pedurungan sebesar 421019 m3/hari.
Supaya data yang diinginkan user dapat ditampilkan berupa jawaban (goal), dibuat
aturan pencarian (rule) yang berfungsi sebagai mesin inferensi yang mengkaitkan antara
satu objek data dengan objek data lainnya sesuai dengan kebutuhan user. Aturan
pencarian upaya dari komponen airtanah pada satu kecamatan dimulai dengan
menampilkan data potensi airtanah dalam, tipe kecamatan berdasarkan zona dan
ketentuan debit pengambilan airtanah pada zona tersebut dalam satuan m3. Kemudian
potensi dan abstraksi airtanah dalam dihitung dengan persamaan aritmatika setelah
dikonversi kedalam L/hari, berupa rasio antara potensi dan abstraksi. Apabila potensi
lebih besar dari pada abstraksi airtanah maka akan ditampilkan saran yaitu "Airtanah
dalam masih bisa diabstraksi pada wilayah ini, dengan pembatasan sebesar selisih
antara potensi dengan abstraksi dalam satuan l/hari". Namun, apabila potensi lebih
kecil dari abstraksi airtanah maka ditampilkan saran "Tidak diperbolehkan melakukan
eksploitasi airtanah di daerah ini dan harus dilakukan penutupan sumur bor untuk
menjaga keseimbangan dan keberlangsungan potensi airtanah dalam". Kemudian dapat
dipilih komponen lain yang mempengaruhi airtanah yaitu PDAM, air laut, industri,
daerah tangkapan hujan, airtanah dangkal dan peraturan perundangan.
Bagian terakhir dalam program adalah pembuatan user interface sebagai sarana
komunikasi antara program dengan komputer, agar proses penelusuran dapat efektif
walaupun digunakan oleh awam komputer. Sehingga user dapat melakukan penelusuran
dalam sistem konservasi airtanah sesuai dengan system interrelationship model.


56
KESIMPULAN

Upaya konservasi harus dilakukan secara menyeluruh dengan melibatkan semua
komponen lingkungan yang mempengaruhi sebagai suatu sistem. Sistem konservasi
airtanah dan komponen lingkungan serta interaksinya digambarkan dalam system
interrelationship model dengan penjelasan kaitan dan relasi antar komponen dalam
bentuk tabel interaksi (interaction table). Data-data kondisi fisik lingkungan yang
merupakan atribut (properti) komponen disimpan dalam basis data yang akan
dieksekusi oleh aturan (rule) yang sesuai untuk mendapatkan tujuan (goal) yang
diinginkan oleh user.
System interrelationship model dengan property komponen digunakan sebagai
rujukan dalam penyusunan kebijakan berupa rekomendasi upaya konservasi untuk
setiap komponen lingkungan berdasarkan kondisi fisik lingkungan dan data-data yang
tersedia. Alur strategi pemrograman dibuat berdasarkan system interrelationship model
baik penggambaran kaitan sistem, besaran airtanah yang boleh diambil dan upaya
upaya yang bisa dilakukan terhadap komponen lainnya dalam melakukan konservasi
airtanah. Diagram pemrograman ditransformasi dalam program komputer menggunakan
bahasa pemrograman berorientasi objek. Sehingga program yang ada bisa menjelaskan
system interrelationship model dan strategi konservasi yang sesuai dengan perubahan
komponen lingkungan.


Daftar Pustaka

Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung. Penelitian Potensi Dan Manajemen Sumberdaya
Mineral, Air Bawah Tanah, Dan Energi Se-Jawa Barat Di Kota Bandung, Dinas Pertambangan
dan Energi, VI-32 - VI-41, (2001).
Marsudi, Notosiswoyo, S. Prediksi Laju Amblesan Tanah Akibat Penurunan Muka Airtanah
Menggunakan Model Konsolidasi Satu Dimensi Studi Kasus Derah Dataran Semarang, Jawa
Tengah, Proceedings of The 25
th
Annual Convention of The Indonesian Association of
Geologists. (1995): 67-83.
Soetrisno, S., Puradimaja, D.J. Kontribusi Hidrogeologi Dalam Penentuan Kawasan Lindung Airtanah
(Studi Kasus: Cekungan Airtanah Bandung), Proceedings of The 22
th
Annual Convention of The
Indonesian Association of Geologists. (1993): 448-455
Sihwanto, dkk. Survei Potensi Airtanah Daerah Semarang Dan Sekitarnya, Direktorat Geologi Tata
Lingkungan. (2000): 38 45
Sudjono, P., Memed, M.W., Rena Computer Programming On Groundwater Conservation Through
Development Of System Interrelation Model. Jurnal Teknologi Mineral, 10 (2003): 119 127.
Takeda, K. Hidrologi Untuk Pengairan, P.T Pradnya Paramita, Sosrodarsono S., Editor, Jakarta. (1983):
93 132.

Anda mungkin juga menyukai