Anda di halaman 1dari 8

Industri tekstil merupakan industry yang dapat ditemukan di banyak Negara

terutama di Asia dan jumlahnya semakin meningkat. Di Indonesia, industri ini membawa
dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan akan sandang dalam negeri dan
menambah devisa negara. Namun dampak negatif yang timbul sampaisaat ini masih perlu
perhatian khusus. Salah satu dampak negatif yang timbul adalah pencemaran limbah
industri. Seiring dengan meningkatnya industri ini, masalah pencemaran pun semakin
meningkat. Hal ini disebabkan oleh penanganan yang kurang baik terhadap limbah cair dari
proses pembuatan tekstil. Penurunan kualitas lingkungan akan berdampak pada kehidupan
akuatik yang terdapat dalam badan air penerima yang akibatnya akan dirasakan oleh
masyarakat yang berada di sekitar industri tekstil tersebut.
Limbah cair industri tekstil merupakan salah satu jenis air buangan yang sukar
diolah, karena proses yang digunakan dalam industri tekstil sangat bervariasi, sehingga
karakteristik limbah cair yang dihasilkannya pun sangat bervariasi. Umumnya limbah cair
industri tekstil memiliki warna yang pekat, bersifat basa,kandungan padatan tersuspensi
(TSS) yang tinggi, temperatur tinggi, konsentrasi Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biological Oxygen Demand (BOD) yang tinggi.
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode
Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan metode
Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah metode yang
memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang
terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiriselain menguraikan dan
menghilangkan kandungan material, juga menjadikan material yang terurai tadi sebagai
tempat berkembang biaknya.
Dalam pengolahan air limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasidan
mendekomposisi bahan-bahan organik dalam limbah air limbah dengan menggunakan
oksigen yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam mikroorganisme. Pada
waktu yang sama mikroorganisme mendapatkan energi sehingga mikroorganisme baru
dapat bertumbuh. Proses pengolahan secara biologi yang paling sering digunakan
adalah proses pengolahan dengan menggunakan metode lumpur aktif.
.Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organik menjadi CO dan HO, NH dan sel biomassa baru.
Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused)
ataumelalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap ditangki
penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukankeberhasilan
pengolahan limbah secara biologi, karena akan memudahkan pemisahanpartikel dan air
limbah.
Pengolahan limbah dengan sistem lumpur aktif mulai dikembangkan diInggris pada
tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett, dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya
melibatkan massa mikroorganisme yang aktif, dan mampumenstabilkan limbah secara
aerobik. Istilah lumpur aktif diterapkan baik pada prosesmaupun padatan biologis di dalam
unit pengolahan.
Proses lumpur aktif merupakan proses pengolahan secara biologis aerobicdengan
mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu reaktor dan dalamkeadaan tercampur
sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis,yaitu aerator dan
blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen jugadibutuhkan pengadukan
yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massamikroba yang tetap adalah
dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuanganlumpur dalam jumlah tertentu.








A. Pengertian Lumpur Aktif

Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi
yang pertama kali dilakukan di Ingris pada awal abad 19. Sejak itu prosesini diadopsi
seluruh dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara biologi. Proses ini pada
dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi
CO2 dan H2O, NH4 dan sel biomassa baru. Udaradisalurkan melalui pompa blower
(diffused ) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan
mengendap di tangki penjernihan.
Pengolahan air limbah pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode
Biologi. Metode ini merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan metode
Kimia dan Fisika. Proses pengolahan limbah dengan metode Biologi adalah metode yang
memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalis untuk menguraikan material yang
terkandung di dalam air limbah. Mikroorganisme sendiri selain menguraikan dan
menghilangkan kandungan material, juga menjadikan material yang terurai tadi sebagai
tempat berkembang biaknya. Metode pengolahanlumpur aktif (activated sludge) adalah
merupakan proses pengolahan air limbah yang memanfaatkan proses mikroorganisme
tersebut.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung
senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat
dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya. Diharapkan
pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat mengatasi permasalahan persediaan
cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan masyarakat akan
air.
Air tersebut dapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatanindustri
selanjutnya. Air daur ulang yang kami kerjakan dapat dimanfaatkan dengan aman untuk
kebutuhan konsumsi air seperti cooling tower, boiler laundry, toiletflusher, penyiraman
tanaman, general cleaning, fish pond car wash dan kebutuhan air yang lainnya.

B. Proses Pengolahan Air Limbah

Proses pengolahan air limbah terbagi menjadi tiga tahap pemrosesan, yaitu :
1. Proses primer, Proses primer merupakan perlakuan pendahuluan yang
meliputi:
a). Penyaringan kasar
b). Penghilangan warna
c). Ekualisasi
d). Penyaringan halus
e). Pendinginan
2. Proses sekunder ( Proses biologi dan sedimentasi ).
3.Proses tersier ( merupakan tahap lanjutan setelah proses biologi dan
sedimentasi ).

Proses primer
a. Penyaringan kasar
Air limbah dari hasil proses produksi dibuang melalui
saluranpembuangan terbuka menuju pengolahan air limbah. Saluran tersebut
terbagimenjadi dua bagian, yakni saluran air berwarna dan saluran air
tidak berwarna. Untuk mencegah agar sisa-sisa kotoran padat dan sampah dalamair
limbah terbawa pada saat proses, maka air limbah disaring denganmenggunakan
saringan kasar berdiameter 50 mm dan 20 mm.
b. Penghilangan warna
Limbah cair berwarna yang berasal dari proses produksi setelahmelewati
tahap penyaringan ditampung dalam dua bak penampungan, airtersebut kemudian
dipompakan ke dalam tangki koagulasi pertama yangterdiri atas tiga buah tangki,
yaitu : Pada tangki pertama ditambahkankoagulasi FeSO4(Fero Sulfat)
konsentrasinya 600 - 700 ppm untuk pengikatan warna. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam tangki kedua denganditambahkan kapur (lime) konsentrasinya 150 -
300 ppm, gunanya untuk menaikkan pH yang turun setelah penambahan FeSO4.
Dari tangki kedualimbah dimasukkan ke dalam tangki ketiga pada kedua tangki
tersebutditambahkan polimer berkonsentrasi 0,5 - 0,2 ppm, sehingga akan
terbentuk gumpalan-gumpalan besar (flok) dan mempercepat proses pengendapan.
Setelah gumpalan-gumpalan terbentuk, akan terjadi pemisahan antara
padatan hasil pengikatan warna dengan cairan secara gravitasi dalam tangki
sedimentasi. Meskipun air hasil proses penghilangan warna ini sudah
jernih, tetapi pH-nya masih tinggi yaitu 10, sehingga tidak bisa langsung dibuang
keperairan. Untuk menghilangkan unsur-unsur yang masih terkandung
didalamnya, air yang berasal dari koagulasi I diproses dengan sistem lumpur
aktif. Cara tersebut merupakan perkembangan baru yang dinilai lebih
efektif dibandingkan cara lama yaitu air yang berasal dari koagulasi I
digabungdalam bak ekualisasi.

c. Ekualisasi
Bak ekualisasi atau disebut juga bak air umum yang menampung duasumber
pembuangan yaitu limbah cair tidak berwarna dan air yang berasaldari mesin
pengepres lumpur. Kedua sumber pembuangan pengeluarkan airdengan
karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu untuk memperlancar proses
selanjutnya air dari kedua sumber ini diaduk dengan menggunakanblower hingga
mempunyai karakteristik yang sama yaitu pH 7 dan suhunya32C. Sebelum
kontak dengan sistem lumpur aktif, terlebih dahulu air melewati saringan halus
dan cooling tower, karena untuk proses aerasi memerlukan suhu 32C. Untuk
mengalirkan air dari bak ekualisasi ke bak aerasi digunakan dua buah
submerble pump atau pompa celup.




d. Penyaringan halus
Air hasil ekualisasi dipompakan menuju saringan halus
untuk memisahkan padatan dan larutan, sehingga air limbah yang akan diolah
bebasdari padatan kasar berupa sisa-sisa serat benang yang masih terbawa.

e. Pendinginan
Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya mempunyai suhuantara
35-40C, sehingga memerlukan pendinginan untuk menurunkan suhu yang
bertujuan mengoptimalkan kerja bakteri dalam sistem lumpur aktif. Karena suhu
yang diinginkan adalah berkisar 29-30C.

Proses sekunder

a. Proses Biologi
Pada umumnya dalam proses biologi ini membutuhkan tiga bak aerasi,
yang pertama berbentuk oval mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan bentuk persegi panjang. Karena pada bak oval tidak memerlukan blower
sehingga dapat menghemat biaya listrik, selain itu perputaran air lebih sempurna
dan waktu kontak bakteri dengan limbah lebih merata serta tidak terjadi
pengendapan lumpur seperti layaknya terjadi pada bak persegi panjang.. Pada
masing-masing bak aerasi ini terdapat sparatoryang mutlak diperlukan untuk
memasok oksigen ke dalam air bagi kehidupan bakteri. Parameter yang diukur
dalam bak aerasi dengan sistem lumpur aktif adalah DO, MLSS, dan suhu.
Parameter-parameter tersebut harus terus dijaga sehingga penguraian
polutan yang terdapat dalam limbah dapat diuraikansemaksimal mungkin oleh
bakteri. Oksigen terlarut yang diperlukan berkisar0,5 2,5 ppm, MLSS berkisar
4000 6000 mg/l, dan suhu berkisar 29 30C.


b. Proses Sedimentasi
Bak sedimentasi II biasanya mempunyai bentuk bundar pada bagian
atasnya dan bagian bawahnya berbentuk kronis yang dilengkapi dengan pengaduk
(agitator) dengan putaran 2 rph. Desain ini dimaksudkan untuk mempermudah
pengeluaran endapan dari dasar bak. Pada bak sedimentasi ini akan terjadi settling
lumpur yang berasal dari bak aerasi dan endapan lumpurini harus segera
dikembalikan lagi ke bak aerasi (return sludge=RS), karenakondisi pada bak
sedimentasi hampir mendekati anaerob. Besarnya RS ditentukan berdasarkan
perbandingan nilai MLSS dan debit RS itu sendiri. Pada bak sedimentasi ini juga
dilakukan pemantauan kaiment (ketinggian lumpur dari permukaan air) dan
MLSS dengan menggunakan alat MLSS meter.

c. Proses tersier
Pada proses pengolahan ini ditambah bahan kimia, yaitu Alumunium
Sulfat (Al(SO)), Polimer dan Antifoam (Silicon Base); untuk mengurangi
padatan tersuspensi yang masih terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini
diperlukan untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut
dibuang ke perairan.
Air hasil proses biologi dan sedimentasi selanjutnya ditampung dalam
bak interdiet yang dilengkapi dengan alat yang disebut inverter untuk mengukur
level air, kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi dengan
menggunakan pompa sentrifugal. Pada tangki koagulasi ditambahkan
alumunium sulfat (konsentrasi antara150 300 ppm) dan polimer (konsentrasi
antara 0,5 2 ppm), sehingga terbentuk flok yang mudah mengendap. Selain
kedua bahan koagulan tersebut juga ditambahkan tanah yang berasal
pengolahan air baku (water teratment) yang bertujuan menambah partikel padatan
tersuspensi untuk memudahkan terbentuknya flok.
Pada tangki koagulasi ini terdapat mixer (pengaduk) untuk mempercepat
proses persenyawaan kimia antara air dan bahan koagulan, juga terdapat pH kontrol
yang berfungsi untuk memantau pH effluent sebelum dikeluarkan ke perairan.
Setelah penambahan koagulan dan proses flokulasi berjalan dengan sempurna, maka
gumpalan-gumpalan yang berupa lumpur akan diendapkan pada tangki sedimentasi
III. Hasil endapan kemudian dipompakan ke tangki penampungan lumpur yang
selanjutnya akan diolah dengan belt press filter machine.
C. Sistem Lumpur Aktif
Di dalam limbah yang mengandung bahan organik terdapat zat-zat yangmerupakan
makanan dan kebutuhan-kebu-tuhan lain bagi mikroorganisme yang akandigunakan dalam
proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif adalah salah satu prosespengolahan air limbah
secara biologi, dimana air limbah dan lumpur aktif dicampurdalam suatu reaktor atau tangki
aerasi. Padatan biologis aktif akan mengoksidasikandungan zat di dalam air limbah secara
biologis, yang di akhir proses akandipisahkan dengan sistem pengendapan. Proses lumpur
aktif mulai dikembangkan diInggris pada tahun 1914 oleh Ardern dan Lockett dan
dinamakan lumpur aktif karenaprosesnya melibatkan massa mikroorganisme yang aktif,
dan mampu menstabilkanlimbah secara aerobik. Istilah lumpur aktif diterapkan
baik pada proses maupunpadatan biologis di dalam unit pengolahan.

Anda mungkin juga menyukai