Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Manusia merupakan makhluk hidup, berkembang dan beraktivitas. Manusia berbuat dan
bertindak karena ada pengaruh dari dalam dan dari luar dirinya. Karena itu manusia selain
terikat oleh hukum alam, faktor dari dalam dirinya sendiri juga menentukan tindakannya, dan
faktor yang terakhir inilah yang paling dominan mempengaruhi tindakannya.

Manusia berbuat oleh karena didorong oleh suatu kekuatan yang berasal dari dalam dirinya
dan mendorong untuk berbuat. Dorongan yang timbul dari dalam dirinya itulah yang
dinamakan motif atau motivasi. Dorongan ini selalu terarah kepada tujuan tertentu.

Setiap motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan, yang kemudian membangkitkan aktivitas-
aktivitas individu. Aktivitas-aktivitas itu mempunyai tiga fungsi yaitu (1) mendorong
manusia untuk berbuat, (2) memberikan arah terhadap perbuatan itu, dan (3) menyeleksi dan
menentukan perbuatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya.

Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan maksud, tekad, hasrat, kemauan,
kehendak, cita-cita dan sebagainya.



1. Pengertian Motivasi
Umumnya orang menyebut dengan motif untuk menunjukkan mengapa seseorang itu
berbuat sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu
kondisi intern (kesiap siagaan).

Berawal dari kata motif inilah, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. Mc Donald, Frederick
(2005) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya Feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya tujuan.
Pengertian ini mengandung tiga elemen penting sebagai berikut :
a. Bahwa motivasi ini mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa energi di dalam system
Neurophysiological yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut
perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu sendiri muncul dari dalam diri
manusia). Penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/Feeling afeksi seseorang. Motivasi relevan
dengan persoalan-persoalan kejiwaan afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang
mau dan ingin melakukan sesuatu, jadi motivasi ini dapat dirangsang oleh faktor dari
luar, walau motivasi itu sendiri tumbuhnya dari dalam diri seseorang.

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki
dan apa yang ia harapkan; dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, sedangkan tujuan adalah hal yang ingin
dicapai oleh seseorang individu, artinya tujuanlah yang mengarahkan perilaku seseorang
itu.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak didalam diri individu (peserta didik) yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

2. Asal dan Perkembangan Motivasi
Seorang anak sejak lahir telah membawa motif-motif atau dorongan-dorongan tertentu.
Makin dewasa anak itu makin mengalami perkembangan motif melalui proses belajar,
yang disebut motif-motif yang dipelajari (learnerd motive).

Dorongan yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang sifatnya lebih lestari
dibandingkan dengan motivasi karena pengaruh dari luar. Perilaku karena dorongan dari
dalam dirinya akan lebih terarah dan konsisten dalam mencapai tujuannya. Sebaliknya
perilaku yang terjadi karena pengaruh dari luar, perilaku itu akan kurang terarah, tidak
konsisten dan sering mengalami pasang surut. Demikian juga aktivitas belajar setiap
mahasiswa tidak sama, tergantung pada motivasi mereka masing-masing (Pusdiknakes,
2005,5).

3. Kekuatan Motif dan Motivasi
Motif adalah suatu istilah-istilah psikologis yang berasal dari bahasa Latin movere.
Menurut Branca (Mahli Syarkawi, 2008, 15) movere berarti bergerak. Selanjutnya
pengertian motif lebih banyak dihubungkan dengan faktor penyebab timbulnya aktifitas
dalam suatu proses terjadinya aktifitas itu sendiri.

Menurut Gerungan (2005, 16) motif adalah suatu pengertian yang mencakup semua
penyebab, alasan, dorongan di dalam diri manusia yang membuat manusia bergerak.
Segala perilaku manusia dimulai dari adanya kebutuhan dalam diri. Kebutuhan inilah
yang kemudian yang mendorong manusia untuk bergerak, berarti bahwa sumber dari
motif adalah kebutuhan (need) dan dorongan (drive). Motif, disamping sebagai dorongan
dari dalam diri manusia juga mengandung pengertian adanya suatu tujuan yang ingin
dicapai. Hal tersebut sesuai seperti yang dinyatakan oleh Withaker (Mahli Syarkawi,
2008, 17) bahwa motif adalah kondisi internal yang membuat orang aktif dan
mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagian ahli berpendapat bahwa
istilah motif dan motivasi mengandung pengertian yang sama. Namun sebagian lagi
berpendapat berbeda. Mc. Clelland (Sri Mulyani Martaniah, 2007, 18) menganggap
kedua istilah tersebut lebih kurang sama sehingga ia menggunakan istilah itu secara
bergantian. Kemudian Atkinson (Mahli Syarkawi, 2008, 15) mengartikan motivasi
sebagai perwujudan motif yang berbentuk tingkah laku yang nyata. Pendapat yang sedikit
berbeda ialah pendapat Muharli (Mahli Syarkawi, 2008, 15) yang mengatakan motif
adalah alasan atau dorongan yang menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu,
sedangkan motivasi adalah proses pembangkitan gerak agar seseorang bergerak untuk
melakukan sesuatu.

Setelah kita membahas pengertian motif dan motivasi, selanjutnya kita ingin mengetahui
kekuatan dari motivasi itu. Sebagai aspek psikologis, motivasi tidak dapat diukur secara
langsung, melainkan hanya diukur gejala dari motivasi itu yang dinamakan tingkah laku.
Dengan demikian untuk mengetahui kekuatan motivasi seseorang mahasiswa, juga
dengan mengamati perilaku mereka yang berkaitan dengan aktifitas-aktifitas belajar.
Telah banyak para ahli mengadakan penyelidikan untuk menemukan cara mengukur
intensitas atau kekuatan motif dan motivasi, di antaranya Skinner dengan menggunakan
metode penghalang atau obstruction methode.

Dari hasil eksperimen itu Skinner (Mahli Syarkawi, 2008, 16) mengambil kesimpulan
bahwa kekuatan motivasi dapat diukur dengan mengamati atau menilai tingkat
kemampuan organisme dalam mengatasi hambatan dan rintangan yang dihadapi, artinya
semakin besar rintangan yang dapat diatasi berarti memiliki motivasi yang kuat pula.

Demikian pula halnya dengan motivasi belajar seseorang mahasiswa, semakin besar
rintangan yang diatasi, berarti semakin kuat juga motivasi belajar yang ia miliki, atau
dengan kata lain semakin besar dan kuat motivasi belajar yang dimiliki, akan semakin
mampu mengatasi hambatan dan masalah yang dihadapi selama mengikuti pendidikan.

4. Teori Motivasi
Ada cukup banyak teori-teori tentang motivasi yang telah dikemukakan oleh para ahli
antara lain :
a. Teori motivasi kebutuhan Maslow
Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia yang bersifat hirarkis dan
dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1) Kebutuhan Defisiensi
Adalah kebutuhan-kebutuhan fisiologis keamanan, dicintai serta diakui dalam
kelompoknya dan harga diri/prestasi. Kebutuhan ini tergantung pada orang lain.
2) Kebutuhan Pengembangan
Adalah kebutuhan anktualisasi diri, keinginan untuk mengetahui dan memahami
dan yang terakhir kebutuhan estetis. Kebutuhan ini tidak memerlukan orang lain,
ia menjadi lebih tergantung pada diri sendiri.

b. Teori Dorongan (Drive Theories)
Teori ini mengatakan bahwa tingkah laku seseorang didorong kearah suatu tujuan
tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Dorongan tersebut adalah sesuatu yang
dibawa sejak lahir atau bersifat intrinsik. Dorongan dapat dipelajari dan berasal dari
pengalaman-pengalaman dimasa lalu, sehingga berbeda untuk tiap orang (Morgan
at.al, 2006,8).
c. Teori Motivasi Kompetensi (Competence Motivation)
Teori ini berasal dari Robert White, yang menyatakan bahwa setiap manusia
mempunyai keinginan untuk menunjukkan kompetensi dengan menaklukkan
lingkungannya.
d. Teori Fisiologi
Teori ini juga disebut Behaviour Theories, menurut teori ini semua tindakan manusia
itu berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan
untuk kepentingan fisik atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan
tentang makanan, minuman udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan
tubuh seseorang.
e. Teori Psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori Intrinsik, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur
kejiwaan yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya
unsur pribadi manusia yakni Id dan Ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

5. Bentuk-bentuk Motivasi
Berbicara tentang bentuk motivasi, maka dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang
sangat bervariasi yakni :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motivasi bawaan
Adalah motivasi yang dibawa sejak lahir, motivasi itu ada tanpa dipelajari.
Motivasi ini seringkali disebut motivasi yang disyaratkan secara biologis
(Physiological Driver), misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja
dan lain-lain.
2) Motivasi yang dipelajari
Adalah motivasi yang timbul karena dipelajari. Motivasi ini seringkali disebut
motivasi yang disyaratkan secara sosial karena manusia hidup dalam lingkungan
social dengan sesama manusia yang lain (Affialiative Needs), misalnya : dorongan
untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan lain-lain.
b. Motivasi menurut Woodworth dan Marquis
1) Motivasi Kebutuhan Organis
Motivasi ini sama dengan motivasi physiological drives, misalnya : kebutuhan
minum, makan dan lain-lain.
2) Motivasi Darurat
Motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar, misalnya : dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas dan lain-lain.
3) Motivasi Objektif
Motivasi ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi
untuk menaruh minat. Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat
menghadapi dunia luar secara efektif.
c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah
1) Motivasi Jasmaniah, misalnya : refleks, intrinsik otomatis dan nafsu.
2) Motivasi Rohaniah adalah kemauan. Kemauan seseorang timbul melalui empat
momen yaitu sebagai berikut :
a) Momen Timbulnya Alasan
Timbulnya alasan-alasan baru sehingga seseorang itu melakukan sesuatu
kegiatan baru.
b) Momen Pilih
Sesuatu keadaan dimana alternatif-alternatif atau alasan-alasan yang ada
mengakibatkan persaingan, sehingga seseorang akan menimbang-nimbang
dari berbagai alternatif atau alasan itu untuk kemudian menentukan pilihan
alternatif atau alasan yang akan dijalankan.
c) Momen Putusan
Persaingan antara berbagai alternatif atau alasan sudah barang tentu akan
berakhir dengan pilihannya satu alternatif atau alasan. Alternatif atau alasan
yang telah dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.
d) Momen Terbentuknya Kemauan
Kalau seseorang sudah menetapkan suatu putusan untuk dikerjakan maka
timbul dorongan pada diri seseorang itu untuk bertindak melaksanakan
putusan itu.
d. Motivasi berdasarkan sifat
Dalam hubungannya dengan motivasi berdasarkan sifat, ada dua bentuk motivasi,
yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (W.S. Winkel, 2007, 8).
1) Motivasi Intrinsik
Ialah bentuk motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar yang dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berhubungan dengan
aktifitas belajar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan belajar yang timbul dan
berasal dari dalam individu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar. Motivasi ini
memberikan dampak yang baik terhadap aktifitas belajar mahasiswa. Dengan
motivasi intrinsik ini mahasiswa akan selalu melakukan aktifitas belajar yang
terarah dalam mempelajari dan memahami suatu pelajaran, karena motivasi
belajar yang tertanam dalam dirinya memang bertujuan untuk semata-mata
mempalajari dan memahami yang dipelajari dengan sebaik-baiknya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Adalah motivasi yang menimbulkan aktifitas belajar yang dimulai dan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan yang tidak mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
Motivasi ekstrinsik timbul bukan berasal dari dirinya, akan tetapi terjadi karena
adanya pengaruh dari luar. Motivasi ini memberikan dampak yang kurang baik
terhadap aktifitas belajar mahasiswa. Ia belajar bukan semata ingin memahami
suatu pelajaran secara hakiki, akan tetapi ia belajar karena adanya pengaruh dan
rangsangan dari luar dirinya yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan aktifitas
belajar. Rangsangan dari luar itu dapat berupa penghargaan, pujian, imbalan dan
lain sebagainya.
e. Motivasi berdasarkan tingkatan-tingkatan dari bawah sampai ke atas (Hirarkhi)
1) Motivasi Primer, terdiri dari :
a) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus dan lain-lain.
b) Kebutuhan akan keamanan, seperti terlindung, bebas dari ketakutan dan lain-
lain.
2) Motivasi Sekunder, terdiri dari :
a) Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dan dihargai dalam suatu
kelompok.
b) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri misalnya mengembangkan bakat
dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pembentukan
pribadi.

6. Ciri-ciri Motivasi
Menurut Freud motivasi pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas.
b. Ulet menghadapi kesulitan. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
sebaik mungkin.
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
d. Lebih senang bekerja sendiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya.
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini dan kokoh pendiriannya.
h. Senang mencari tahu akan hal-hal yang belum diketahui dan belum dimengerti.

7. Pengertian Belajar
Secara umum proses belajar diartikan sebagai suatu proses tingkah laku secara
keseluruhan, yaitu terjadinya perubahan aspek-aspek tingkah laku kognitif, konatif,
afektif dan motoris secara integrasi. Menurut Usman Effendi (2005, 7) belajar merupakan
salah satu bentuk kegiatan individu. Setiap kegiatan itu akan terjadi apabila ada faktor
yang mendorong, yaitu motif dan faktor tujuan yang ingin dicapai. Belajar terjadi karena
ada kebutuhan dalam diri individu dan tertuju kepada pemenuhan kebutuhan sebagai
tujuan. Jadi peroses belajar akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya apabila ada
dorongan yang besar dan tujuan yang jelas. Hal ini memberikan ketegasan bahwa
peranan motivasi dalam proses belajar sangat besar, karena motivasi inilah yang
menggerakkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas belajar dalam mencapai
tujuannya.

Peranan motivasi dalam belajar selanjutnya dijelaskan oleh Thorndike (Wasty Soemanto,
2007, 7) yang terkenal pandangannya tentang belajar sebagai proses Trial-Error.
Dikatakan proses belajar dengan teori trial and error itu dimulai dengan adanya beberapa
motif yang mendorong aktivitas. Dengan demikian untuk mengaktifkan mahasiswa dalam
belajar diperlukan motivasi, khususnya belajar.



8. Pengertian Motivasi Belajar
Sebagaimana dikemukakan di atas, manusia berbuat dan bertindak karena adanya
dorongan dari dalam dirinya, yang dinamakan motivasi. Demikian juga mahasiswa, ia
melakukan aktivitas belajar karena adanya dorongan dari dalam dirinya ia melakukan
aktivitas belajar. Dalam hubungan ini W. S. Winkel (2007 : 8), menjelaskan : Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri mahasiswa yang menimbulkan
kegiatan belajar sehingga tujuan tercapai. Dikatakan keseluruhan karena biasanya ada
beberapa motivasi yang menggerakkan mahasiswa untuk belajar. Motivasi merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam gairah
belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyaai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.

Dengan demikian titik awal dari aktivitas belajar adalah adanya hasrat dan keinginan
untuk belajar. Keinginan itu timbul karena adanya dorongan dari dalam dirinya. Dengan
kata lain motivasi merupakan kondisi dalam diri mahasiswa yang mendorong dia belajar
untuk mencapai tujuannya.

Senada dengan pendapat di atas, Diffort T. Morgan (dalam Suli, 2009, 8), menjelaskan :
Motivasi bertalian erat dengan tiga hal yang sekaligus merupakan apek-aspek dari
motivasi. Ketiga aspek itu ialah : Keadaan yang mendorong (motivating state), tingkah
laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior) dan tujuan dari tingkah
laku tersebut (goals or end of such behavior). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
motivasi belajar mencakup tiga aspek yang saling menunjang, yaitu dorongan yang
menyebabkan individu belajar, aktivitas belajar akibat adanya dorongan tersebut serta
tujuan dari aktivitas belajar itu. Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti
menggerakkan. Seorang mahasiswa akan berkeinginan untuk mencapai tujuannya
karena dirangsang oleh keuntungan yang akan diperolehnya. Dalam proses belajar
motivasi mahasiswa akan tercermin dari ketekunan yang tidak mudah goyah demi
A
R
C
S
C
tercapainya tujuan yang diinginkan. Motivasi ditunjukkan dari intensitasnya dalam
melakukan suatu tugas. Beberapa ahli mengatakan bahwa motivasi mempunyai andil
sekitar 20 % terhadap proses belajar, selain latar belakang keluarga dan kondisi kampus.

Dalam upaya meningkatkan motivasi, mahasiswa tidak harus berjuang sendiri tetapi
dapat dibantu oleh dosen. Peran dosen digambarkan dalam model ARCS, terdiri dari :

ttension : Perhatian
elevance : Relevansi
onfidense : Kepercayaan Diri
atisfaction : Kepuasan


a. Perhatian
Perhatian timbul dari rasa ingin tahu. Oleh karena itu merupakan tugas dosen untuk
merangsang rasa ingin tahu mahasiswa, dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu
yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Strategi yang dapat digunakan adalah :
1) Menggunakan metode kuliah yang bervariasi,
2) Menggunakan metode pembelajaran yang menarik,
3) Kadang-kadang perlu diselingi humor,
4) Gunakan contoh-contoh nyata dan
5) Gunakan teknik bertanya untuk meningkatkan interaksi.

b. Relevansi
Relevansi menunjukkan hubungan antara materi dengan kebutuhan dan kondisi
mahasiswa. Motivasi mahasiswa akan terpelihara bila apa yang dipelajari dapat
memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat.
Upaya yang dapat dilakukan dosen adalah :
1) Menjelaskan tujuan instruksional pembelajaran,
2) Uraian manfaat dari materi yang akan diajarkan dan
3) Berikan contoh aktual dan nyata sesuai dengan kondisi mahasiswa.



c. Kepercayaan diri
Merasa dirinya kompeten dan mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara
positif dengan lingkungan. Ini merupakan salah satu kunci untuk menuju kesuksesan
seseorang dalam melakukan sesuatu. Selain itu juga mempunyai hubungan positif dalam
menumbuhkan motivasi seseorang. Makin tinggi kepercayaan dirinya makin besar
motivasinya untuk sukses dalam mengerjakan atau mempelajari sesuatu.
Untuk menumbuhkan kepercayaan diri mahasiswa, dosen dapat:
1) Meningkatkan harapan mahasiswa untuk berhasil,
2) Memberitahukan persyaratan untuk dapat berhasil dan
3) Memberikan cara agar mahasiswa dapat mengukur kemampuan diri, sekaligus
mendapatkan umpan balik tentang kekurangannya.



d. Kepuasan
Keberhasilan seorang mahasiswa dalam mencapai tujuannya akan memberi rasa
kepuasan pada dirinya. Rasa puas tersebut selanjutnya dapat lebih merangsang
mahasiswa untuk mencapai tujuan lebih lanjut. Kepuasan dapat datang dari dalam diri
mahasiswa sendiri, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor luar. Misalnya seorang
mahasiswa diminta tampil untuk menguraikan tentang sesuatu dimuka kelas. Tugas
tersebut dilaksanakan dengan lancar dan membuat rasa puas pada dirinya bahwa ternyata
dia mampu membawakan sesuatu dihadapan teman-temannya. Tetapi ternyata dosennya
memberikan kritikan negatif terhadap penampilannya. Hal ini akan menimbulkan rasa
bersalah, malu pada diri mahasiswa. Sebaiknya dosen mengemukakan kata-kata yang
dapat lebih meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa.
Caranya adalah dengan :
1) Memberikan kata-kata pujian secara verbal,
2) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menampilkan
kemampuannya,
3) Meminta mahasiswa yang mempunyai kemampuan pengetahuan lebih, bersedia
membantu temannya yang masih kurang dan
4) Membandingkan prestasinya yang sudah pernah dicapai dengan prestasi saat ini.
Jangan membandingkan dengan prestasi mahasiswa lain.

9. Peranan Motivasi dalam Proses Belajar
Proses belajar ada beberapa unsur yang mempengaruhi keberhasilan (efisiensi) belajar
mahasiswa. Hubungan ini perlu dikaji keberadaan motivasi sebagai salah satu unsur
tersebut. Secara garis besar ada dua unsur yang mempengaruhi efisiensi belajar (Wasty
Soemanto, 2007, 10), yaitu :
a. Unsur-unsur utama
Adalah semua aspek yang harus ada atau terjadi dalam proses belajar, karena apabila
unsur utama itu tidak ada, proses belajar tidak akan berhasil dengan baik. Unsur-
unsur utama itu meliputi :

1) Motivasi Belajar
Telah dikemukakan di atas, bahwa titik awal dari aktifitas belajar adalah adanya
motivasi. Motivasi diartikan sebagai kondisi dalam diri mahasiswa yang
memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi berperan dalam kegairahan dan semangat
belajar. Mahasiswa yang bermotivasi baik akan mempunyai banyak energi dalam
melakukan aktifitas-aktifitas belajar.
2) Tujuan yang Hendak Dicapai
Tujuan belajar erat kaitannya dengan motivasi belajar. Individu mempunyai
motivasi yang baik dan tujuan yang jelas, mempunyai peluang yang lebih besar
untuk meraih kesuksesan dalam belajar.
Setiap individu mempunyai tujuan belajar yang berbeda sesuai dengan tingkat
kebutuhan individu itu sendiri. Ada individu yang mempunyai tujuan belajar
hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, karena memang kebutuhan
yang menjadi masalah utama, sehingga pemenuhan kebutuhan itu pula yang
menjadi tujuan utama mereka belajar. Sebaliknya bagi mahasiswa dimana sudah
tidak mempunyai masalah ekonomi, belajar mereka semata-mata untuk mancari
ilmu pengetahuan yang berarti tujuan belajar mereka untuk
mengaktualisasaikan diri, dan tujuan yang demikian yang merupakan tujuan
belajar yang tinggi. Pendapat terebut sesuai dengan teori kebutuhan dasar manusia
yang dikemukakan oleh Abraham Moslow (dalam Pusdiknakes, 2005, 11)
dijelaskan secara hirarkhis kebutuhan manusia terdiri dari yang terendah sampai
yang tertinggi, yaitu kebutuhan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan
akan rasa memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan perwujudan
diri (aktualisasi diri). Tiap tingkat kebutuhan itu akan menimbulkan dampak yang
berbeda terhadap perilaku seseorang. Dengan kata lain kualitas motivasi dan
tujuan perilaku seseorang tergantung pada tingkat kebutuhan yang bersangkutan.
Demikian pula dalam proses belajar, jika aktifitas belajar mahasiswa hanya
didasari oleh kebutuhan ekonomi (biologis) berarti tujuan belajar mereka baru
pada taraf terendah. Sebaliknya dimana seorang mahasiswa belajar karena
didorong oleh keinginan untuk mencari dan mendalami suatu ilmu atau untuk
menggeluti suatu profesi dengan sungguh-sungguh berarti tujuan belajarnya
tergolong pada taraf yang tinggi.
3) Situasi yang Mempengaruhi
Situasi maksudnya berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Proses belajar yang berlangsung dalam situasi yang mendukung dalam
arti suasana tenang, lingkungan dan pasilitas yang memadai, kegiatan belajar akan
berlangsung dengan baik.

b. Unsur-Unsur Penunjang
1) Kesiapan (readness) Mahasiswa untuk Belajar
Kesiapan dalam proses belajar merupakan suatu hal yang esensial. Kesiapan
merupakan sejumlah pola-pola respon dan kecakapan yang dimiliki individu pada
suatu waktu. Kesiapan tergantung pada tingkat kematangan individu baik fisik
maupun mental. Kehidupan mahasiswa sehari-hari kesiapan itu dapat dilihat dari
kesiapan dalam menyusun program dan jadwal belajar, persiapan bahan
perkuliahan dan lain sebagainya.
2) Minat dan Konsentrasi Mahasiswa dalam Belajar
Minat berarti perhatian khusus seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan
konsentrasi adalah pemusatan fikiran dengan segala kekuatan dan perhatian pada
suatu situasi belajar, dan mengesampingkan segala hal yang tidak ada
hubungannya dengan situasi objek belajar. Minat dan konsentrasi mempunyai
kaitan yang erat. Konsentrasi biasanya timbul jika ada minat terhadap pelajaran
yang dihadapi.
3) Keteraturan Waktu dan Kesiapan dalam Belajar
Keteraturan waktu diartikan sebagai pola aktifitas yang kontinyu dalam waktu
tertentu. Kedisiplinan merupakan kemampuan seseorang dalam memenuhi dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan norma dan aturan yang telah ditetapkan.
Antara keteraturan dan kedisiplinan ada hubungan yang erat. Individu yang
memiliki kedisiplinan yang tinggi biasanya juga mempunyai keteraturan dalam
setiap tindakannya. Jadi keteraturan dan kedisiplinan dalam belajar berarti
kemampuan mahasiswa dalam mematuhi dan melaksanakan semua aktifitas
belajar dengan teratur sesuai dengan aturan yang berlaku di mana ia belajar.
Dilihat dari unsur-unsur yang ada dalam proses belajar, jelas terlihat bahwa
motivasi merupakan unsur yang paling penting dalam menentukan efesiensi
belajar dibandingkan dengan unsur-unsur yang lain. Hal ini dapat dipahami
karena apabila motivasi belajar sudah baik, unsur yang lain akan terbentuk dan
terbina dengan sendirinya. Individu yang memiliki motivasi belajar yang baik
hampir dipastikan ia juga akan mempunyai tujuan belajar yang jelas, selalu siap
dalam menghadapi pelajaran, mempunyai minat dan konsentrasi yang baik serta
memiliki keteraturan dan kedisiplinan dalam setiap kegiatan belajar.
Dengan kata lain motivasi akan membentuk pola-pola aktifitas belajar yang
kontinyu, lestari dan konsisten. Dengan motivasi yang baik diharapkan
mahasiswa tidak banyak menghadapi masalah dalam belajar, misalnya malas dan
tidak semangat belajar ataupun tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas.

10. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Motivasi Belajar
a) Cita-cita atau aspirasi peserta didik.
Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan memperkuat semangat belajar dan
mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan berlangsung
dalam waktu yang sangat lama bahkan berlangsung sepanjang hayat, timbulnya
dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan bahasa dan nilai-nilai kehidupan,
juga perkembangan kepribadian. Cita-cita atau aspirasi peserta didik akan
memperkuat motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu
cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri (A. Haris, 2006, 16).
b) Kemampuan peserta didik.
Keinginan peserta didik perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi peserta didik melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.
c) Kondisi peserta didik.
Kondisi peserta didik yang meliputi kondisi jasmani dan rohani yang mempengaruhi
motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani peserta didik yang terganggu akan
berpengaruh pada peserta didik dalam hal memusatkan perhatian belajar.
d) Kondisi lingkungan peserta didik.
Lingkungan peserta didik dapat berupa keadaan alam tempat tinggal, pergaulan
sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat peserta didik
dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan yang baik akan
memperkuat motivasi belajar.
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan ingatan pengalaman hidup.
Lingkungan peserta didik berupa keadaan alam lingkungan tempat tinggal dan
pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya peserta didik yang berupa
surat kabar, majalah, radio, televisi dan lain-lain semakin menjangkau peserta didik.
Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Pengajar professional
diharapkan mampu memanfaatkan kondisi dinamis tersebut dalam pembelajaran
untuk memotivasi belajar.
f) Upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik.
Pengajar dalam tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat
selain dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang juga dibangun.
Lingkungan sosial pengajar, lingkungan budaya pengajar, dan kehidupan pengajar
perlu diperhatikan oleh pengajar. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik
sudah merupakan upaya pembelajaran peserta didik. Upaya pengajar membelajarkan
peserta didik meliputi pemahaman tentang diri peserta didik dalam rangka kewajiban
tertib belajar, pemanfaatan pengetahuan berupa hadiah, kritik, hukuman secara tepat
guna dan mendidik cinta belajar.


11. Usaha Membangkitakan Motivasi Belajar
Dengan uraian terdahulu telah dibahas, bahwa setiap individu memiliki kekuatan motif
dan motivasi yang berbeda. Individu yang memiliki motivasi kuat, ia akan menunjukkan
perilaku dan usaha yang kuat pula dalam mencapai suatu tujuan. Sebaliknya individu
yang tidak memiliki motivasi yang kuat, dalam segala hal aktifitas dan usahanya tampak
kurang bersemangat, dan kemauan untuk mencapai tujuannya cenderung lemah.

Dalam proses belajar juga menunjukkan bahwa motivasi belajar setiap mahasiswa tidak
sama. Mahasiswa yang miliki motivasi baik akan dapat melakukan aktifitas-aktifitas
belajar dengan penuh gairah dan semangat yang tinggi, sehingga memberikan hasil yang
memuaskan. Akan tetapi bagi mahasiswa yang mengalami kelesuan motivasi akan sulit
untuk mencapai keadaan yang demikian.

Sebenarnya cukup banyak usaha dan cara yang dapat dilakukan terhadap seseorang yang
mengalami kelesuan motivasi. Akan tetapi pada umumnya ada empat prinsip yang dapat
dilakukan, yaitu : Persaingan (competetion), Pendekatan tujuan (pace making), tujuan
yang jelas dan minat, (Bimo Walgito, 2007, 17).

a. Persaingan (competetion)
Adalah suatu upaya untuk membangkitan motivasi dengan jalan memacu seseorang
untuk berprestasi lebih baik, karena prestasi yang dicapai tersaingi oleh prestasi yang
lain.

Persaingan mencakup dua hal, yaitu: Persaingan dengan prestasi sendiri dan
persaingan dengan prestasi orang lain. Persaingan dengan prestasi sendiri
membandingkan prestasi yang diperoleh dengan prestasi yang telah dicapai
sebelumnya. Sedangkan persaingan dengan orang lain, adalah membandingkan
prestasi yang dicapai dengan prestasi orang lain.

Dengan persaingan dalam arti yang sehat, individu akan merasa tersaingi dan akan
lebih memacu dirinya untuk berprestasi yang sebaik-baiknya. Dengan demikian
motivasi dan usaha untuk mencapai tujuannya akan semakin kuat.



b. Pendekatan Tujuan (pace making)
Tujuan dari suatu kegiatan sering kali teramat jauh, dan pada keadaan yang demikian
pada umumnya orang menjadi malas untuk mencapainya. Agar tujuan itu tidak
tampak terlalu jauh, maka untuk membangkitan motivasi perlu dibuat tujuan
sementara yang lebih dekat yang dinamakan pendekatan tujuan (pace maker).
Sebagai contoh, biasanya dalam sistem pendidikan dibagi dalam tahap-tahap seperti
triwulan atau persemester, dan prestasi tiap semester itulah yang menjadi tujuan
belajar mahasiswa pada umumnya. Sehingga mereka memiliki usaha dan motivasi
yang kuat untuk meraih prestasi yang terbaik pada tiap semester.

c. Tujuan yang Jelas dan Diakui
Motif dan motivasi merupakan dorongan individu untuk mencapai suatu tujuan.
Apabila tujuan itu jelas, motivasi dan usaha untuk mencapai tujuan itu semakin kuat
pula. Sebaliknya jika tujuan itu masih kabur, motivasi dan usaha untuk mencapainya
cenderung kurang kuat dan kurang terarah atau semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, semakin kuat pula motivasi dan usaha untuk mencapainya.

Tujuan belajar yang jelas juga perlu ditekankan kepada mahasiswa untuk lebih
meningkatkan aktifitas belajar mereka. Usaha yang dapat dilakukan dengan jelas
memberikan penjelasan dan pengertian kepada mereka tujuan belajar dan tujuan
pendidikan yang sedang mereka geluti. Juga perlu dijelaskan pula akan peranan dan
arti pentingnya ilmu yang mereka pelajari bagi masyarakat luas, dengan kata lain
diberikan pengakuan.


d. Minat
Suatu kegiatan yang akan berjalan lancar jika ada minat atau motif itu, akan timbul
bila ada minat yang besar. Dalam proses belajar juga menunjukan bahwa aktifitas
belajar mahasiswa ditentukan oleh minat mereka terhadap pelajaran yang mereka
hadapi. Semakin besar minat mahasiswa terhadap sesuatu objek belajar semakin baik
aktifitas belajar mereka, dan juga sebaliknya.

Adapun cara untuk membangkitkan minat seseorang dapat dilakukan usaha-usaha
sebagai berikut :
1) Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk mendapatkan
penghargaan, pengakuan dan lain sebagainya,
2) Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman masa lampau,
3) Membangkitkan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik nothing success
like success, atau mengetahui sukses yang diperoleh individu, karena akan
menimbulkan rasa puas dan rasa akan menimbulkan minat yang lebih besar.

12. Evaluasi Hasil Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah istilah yang menunjukkan suatu derajat keberhasilan seseorang
dalam proses belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam penyelenggaraan
pendidikan mahasiswa mempelajari bahan yang telah ditentukan oleh lembaga dan
diberikan oleh pengajar agar perilaku mahasiswa berubah sesuai dengan tujuan yang
ditentukan. Perubahan yang dimaksud adalah dalam hal keterampilan dan kebiasaan,
kompetensi penyesuaian sosial dan berfikir abstrak sesuai dengan bidang ilmu yang
dipelajari. Dalam waktu tertentu diadakan evaluasi untuk mengetahui derajat
keberhasilan dari apa yang telah dipelajari.

b. Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Dari pengertian evaluasi hasil belajar di atas maka tujuan utama evaluasi hasil belajar
adalah mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan
skala nilai berupa huruf, angka atau simbul. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi
hasil belajar ini sudah terealisasi maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan
untuk keperluan:
1) Diagnostik dan Pengembangan
Adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai
pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan mahasiswa beserta sebab-sebabnya.
2) Untuk Seleksi
Dari hasil kegiatan evaluasi hasil belajar sering kali digunakan sebagai dasar
untuk menentukan mahasiswa yang paling cocok untuk jenis pendidikan tertentu.
3) Untuk Kelulusan
Menentukan apakah seorang mahasiswa dapat diluluskan atau tidak, hal ini
memerlukan informasi yang mendukung keputusan yang dibuat oleh dosen.
4) Untuk Penempatan
Agar mahasiswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan
potensi yang mereka miliki, maka perlu difikirkan ketepatan penempatan
mahasiswa pada kelompok yang sesuai.
c. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar
Sasaran Evaluasi Hasil Belajar mencakup kawasan (domain), pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
1) Evaluasi Pengetahuan
Evaluasi Pengetahuan dimaksud untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
telah memahami teori-teori yang sudah diberikan pada setiap Mata Kuliah sesuai
dengan kurikulum :
a) Pengetahuan/ingatan
b) Pemahaman/pengertian
c) Penerapan/aplikasi
d) Analisis
e) Sintesis
f) Evaluasi
2) Evaluasi Keterampilan
Evaluasi Keterampilan adalah suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik telah mampu melakukan kompetensi sesuai dengan standar praktek.
Evaluasi ini lebih menekankan pada keterampilan mengerjakan atau melakukan
suatu perbuatan yang harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah
ditentukan. Evaluasi keterampilan ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik
test maupun non test.
3) Evaluasi Sikap
Penilaian sikap lebih diarahkan kepada sikap yang ditampilkan pada waktu
melaksanakan tugas atau kompetensi yang dipersyaratkan. Penilaian sikap yang
berkaitan dengan kepribadian dilakukan secara kontinyu, baik di kelas maupun di
tempat praktek yang dilakukan dalam rangka membimbing peserta didik ke arah
pembentukan sikap.

d. Standar Evaluasi Hasil Belajar
1) Pendekatan Penilaian
a) Mempergunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Penilaian Acuan Patokan adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik terhadap suatu patokan batas lulus yang telah
ditentukan sebelumnya. Batas lulus tersebut merupakan tingkatan penguasaan
minimal dari kompetensi yang dipersyaratkan . Bagi peserta didik yang
mampu mencapai batas lulus atau melebihi, maka ia dinyatakan lulus dan
dapat mengikuti program lebih lanjut, apabila tidak mencapai batas lulus,
maka ia diwajibkan untuk mengikuti program remidiasi.
b) Pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN)
2) Dapat dilakukan dalam keadaan tertentu pada Mata Kuliah Dasar Umum/mata
kuliah tertentu. Standar/patokan kelulusan sebagai berikut :
a) Pengetahuan/teori : (C)
b) Keterampilan : Harus lulus, dinyatakan dengan mampu
melaksanakan kompetensi kritis denganbenar
berdasarkan prosedur kerja yang
dipersyaratkan sesuai dengan standar.
c) Sikap : Baik
3) Standar pemberian nilai mempergunakan nilai mutu berskala 0 4 dengan
lambing A, AB, B, BC, C, CD, D dan E
4) Konversi nilai dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah sebagai berikut :
Cara Pemberian Nilai
Perolehan Nilai
Nilai Mata Kuliah diperoleh dari nilai :
a. Nilai Ujian Tengah SIPK 4,00 - 4,00 : Sangat baik
b. IPK 3,00 3,95 : Baik
c. IPK 2,00- 2.95: Cukup
d. IPK 1,00 1,99 : Kurang
e. IPK 0,99 : Sangat kurang
Tabel 2.1 Konversi nilai dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Nilai Angka Nilai Huruf Nilai Mutu
4.00-4.00 A 4.0
3.00- 3.95 B 3,50
2.00 2.95 C 3,00
1.00 1.99 K 2,50
0.99 E 2,10
Sumber : Bagian Akademik Stikes Wiyata Husada Samarinda 2013

a) Semester (UTS)
b) Nilai Tugas Individu (TI)
c) Nilai Tugas Kelompok(TK)
d) Nilai Ujian Akhir Semester (UAS)

5) Perhitungan Nilai
Perhitungan Nilai dilakukan dengan pemberian bobot dari perolehan nilai : UTS,
TI, TK, UAS, dengan rumus perhitungan :
Bobot Jumlah
2) x (UAS 1) (TK x 1) (TI 1) x (UTS
: Nilai


6) Menentukan Indek Prestasi (IP) dan Indek Prestasi Kumulatif (IPK)
IP adalah menggambarkan mutu prestasi yang diperoleh peserta didik dari
pelaksanaan program semester.
IPK adalah menggambarkan mutu prestasi kumulatif yang diperoleh peserta didik
pada akhir program pendidikan setelah menyelesaikan seluruh Program
Akademik dengan beban studi 74 SKS sesuai dengan kurikulum Program B.
Perhitungan IP :
B
B) x (M
: IP
Keterangan :
M = adalah nilai mutu yang diperoleh untuk tiap mata kuliah.
B = adalah bobot kredit masing-masing mata kuliah.






B. Kerangka Teori
Dari berbagai uraian di atas maka secara singkat dapat dilihat dan digambarkan dalam
kerangka teori sebagai berikut:


Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian.


Motivasi Belajar Mahasiswa
Faktor-faktor
Motivasi Belajar :
1. Cita-cita atau aspirasi peserta didik
2. Kemampuan peserta didik
3. Kondisi peserta didik
4. Kondisi lingkungan peserta didik
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Faktor-faktor
Tingkat Prestasi :
1. Evaluasi Pengetahuan
2. Evaluasi Keterampilan
3. Evaluasi Sikap
Prestasi Belajar Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai