Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TERSTRUKTUR

AGROFORESTRI



Disusun Oleh :
Nama : Bagus Andrianto
NIM : 115040207111014
Kelas : D



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014



Jenis analisa ekonomi yang dilakukan adalah Ex-ante dan Ex-past dimana Ex-ante
adalah Analisa ekonomi yang dilakukan sebelum proyek dilakukan jadi segala informasi
diperoleh dari data literatur. Sedangkan Ex-past adalah analisa ekonomi yang dilakukan
setelah survey dilakukan. Analisa ekonomi berikut ini merupakan hasil survei kelompok D2.1
(Agroforestri sederhana) dan D2.2 (Agroforestri kompleks), kedua lokasi pengamatan
tersebut terletak di Desa Sidodadi, Kecamatan Ngantang, Kab. Malang namun di plot yang
berbeda.
1. Tabulasi data
Tabulasi data kelompok D2.1 (Agroforestri tutupan kanopi terbuka)


No Jenis
tanaman
Manfaat
ekonomi
Hasil
produksi
Harga/kg/
tundun/pohon
(Rp)
Pendapatanbruto
/panen
(Rp)
Biaya (Rp) Tenaga
kerja+pupuk+pajak
lahan
1 Mahoni Kayu
(milik
perhutani)
1
pohonDiamet
er 30cm
13.000.000,00 1/5x13.000.000
= 2.600.000,00
-
2 Singkong Umbi 10 kg 1000,00 10.000,00 - Bibit 1 ikat =
1500,00
3 Kopi Biji Belum pernah
panen
Belum pernah
panen
Belum pernah
panen
-
4 Jagung Biji 12 sak
(6 kwintal)
3.000,00 1.800.000,00 urea & ZA( 50 kg,
harga
90.000)danpupukka
ndangayam (10 sak,
harga 14.000/sak =
140.000)
tenaga kerja laki-
laki untuk
pengolahan tanah
Rp.20.000/hari
dan perempuan
untuk penanaman
Rp.20.000/hari (
total biaya tenaga
kerja 280.000,00)
5 Pisang Buah - 1tundun 10
cengkeh
30.000,00 30.000,00 -
6. Rumput
gajah
Daun 10 sak 10.000/ sak 100.000 -
Tabel 1. Data Total Penerimaan Agroforestri Tutupan Kanopi Terbuka
No Jenis tanaman Manfaat ekologi Manfaat
ekonomi
Pendapatan
yang
diperoleh/400m
2

1 Ubi kayu
(Manihot
esculenta)
Perlindungan
permukaan tanah
melalui tahuk
Dijual ubinya Rp 480.000
2 Mahoni
Swietenia
macrophylla
Stabilitas iklim
mikro
Dijual
batangnya
Belum dijual
3 Pisang (Musa
acuminata)
Stabilitas iklim
mikro
Dijual
buahnya
Rp 200.000
4 Jagung (Zea
mays)
Stabilitas iklim
mikro
Dijual
bijinya
Rp 1.800.000
5 Rumput Gajah
(Pennisetum
purpureum)
Stabilitas iklim
mikro
Dijual
sebagai
pakan ternak
Rp. 250.000

Tabel 2. Biaya yang Dikeluarkan Petani Agroforestri Tutupan Kanopi Terbuka
Input Jumlah Harga
Sewa lahan 400 m
2
Rp 100.000
Bibit
pisang
5 x Rp
1500
Rp 7500
Pupuk Organic
&
anorganik
Rp 90.000
Tenaga
kerja
1 x 1
@Rp
20.000
Rp 20.000
Total Rp .217.500


Tabulasi data kelompok D2.2 (Agroforestri tutupan kanopi tertutup)
Tabel 3. Data Total Penerimaan Agroforestri Tutupan Kanopi Tertutup
No
Nama Tanaman
(lokal)
Scietific
Name
Manfaat
Ekonomi
Harga
(Rp)
Volume
Total
perpohon
(satuan
sesuai
volume)
Jumlah
Pohon
Harga
total
1 Kelapa
Cocos
nucifera
buah
kelapa 3.000 1 buah 50 2 300.000
2 Cengkeh
Syzygium
aromaticum
cengkeh
kering 100.000
kg
(cengkeh
kering) 4 2 800.000
3 Kopi
Coffea
arabica
kopi
kering 700.000
pohon
(kopi
kering) 1 26 18.200.000
4 Kakao
Theobroma
cacao coklat 22.000 kg 50 14 15.400.000
5 Durian
Durio
Zibethinus buah 24.000 kg 100 3 7200000
6 Mahoni
Swietenia
mahagoni kayu 75.000 pohon 1 1 75000
7 Alpukat
Persea
americana buah 24.000 kg 40 1 960000
8 Mindi
Melia
azedarach kayu 15.000.000
pohon
(diameter
30 cm) 1 1 15000000
9 Pisang
Musa
paradisiaca buah 20.000 1 tunduh 1 4 80000
11 Waru
Hibiscus
tiaceus kayu 13.000.000
pohon
(diameter
30 cm) 1 1 13000000
12 Coko - kayu 20.000
pohon
(diameter
30 cm) 1 1 20.000
13 Dadap - kayu 20.000
pohon
(diameter
30 cm) 1 1 20.000
12 Petai
Parkia
speciosa buah 500.000 pohon 1 1 500.000
13 Labu Siam
Sechium
edule buah 1.000 kg 125 3 375.000
14 Srigading/Andong
Nyctantes
arbor-
tristis
tanaman
hias 4.000
per
tanaman 100 - 400.000
15 Lempuyang
Zingiber
americana daun
konsumsi
sendiri - - -
16 Talas/Mbote
Colocasia
esculenta umbi
konsumsi
sendiri - - -
17 Cabai
Capsicum
annum cabai
konsumsi
sendiri - - -
Total Penerimaan (TR)


Tabel 4. Biaya yang Dikeluarkan Petani Agroforestri Tutupan Kanopi Tertutup
No Uraian Biaya
Jumlah
Unit
Nilai
(Rp)
Total
(Rp)
1 Tenaga kerja laki-laki 2x3 35.000 210.000
2 Tenaga kerja perempuan 2x3 30.000 180.000
3 Pupuk Urea 1 96.000 96.000
4 Pupuk ZA 1 72.000 72.000
5
Pupuk ayam
horn/kompos 1 20.000 20.000
6 Tetes tebu 12,8 1.200 15.360
7 Bibit Gondes 3 pak 4.000 12.000
8 Pajak Lahan 1 tahun 100.000 100.000
Total Biaya (TC)
705.360

2. Interpretasi dan alasan data yang lebih menguntungkan
AF D2.1 AF D2.2
Jumlah komoditas pada sistem AF D2.1
tidak beragam terdapat 6 spesies, yakni 1
diantaranya tanaman tahunan dan
selebihnya adalah tanaman semusim.
Tanaman tahunan yang dimaksud adalah
mahoni, dan selebihnya merupakan
tanaman semusim.Tingkat strata tajuk
tidak terlalu rapat jika dilihat dari
komposisi komoditasnya.
Jumlah komoditas pada sistem AF D2.2
beragam yakni terdapat 17 spesies, 12
diantaranya merupaka tanaman tahunan
(antara lain: kelapa, cengkeh, kopi, kakao,
durian, mahoni, alpukat, mindi, pisang,
waru, coko, dadap, petai), dan 5
diantaranya merupakan tanaman semusim
(antara lain:labu siam, srigading/andong,
lempuyang, talas/mbote, dan cabai).
Manfaat yang diperoleh pada plot ini
memiliki tingkat strata tajuk yang rapat
sehingga cukup untuk memberikan
perlindungan lingkungan meliputi
perlindungan iklim mikro, perlindungan
lapisan permukaan tanah dari enerki kinetik
air hujan, seta ketersediaan hara yang
cukup, sehingga petani hanya melakukan
pemupukan dalam satu tahun hanya sekali.
Biaya yang dikeluarkan:
Berdasarkan Tabel 2, total biaya
produksi atau TC (Total Cost) yang
didapatkan sebesar Rp 217.500,-.
Sedangkan untuk total penerimaan akan
dihitung masing-masing komoditas
tanaman semusim, yakni pisang, jagung,
dan rumput gajah, dan singkong.
Pisang
R/C Ratio = TR/TC
= Rp 200.000/ Rp 217.500
= 0,919

Biaya yang dikeluarkan:
Pada Tabel 4 dapat diketahui total
biaya produksi (TC) yang dibutuhkan
adalah sebesar Rp 705.360,-.
Sedangkan dari hasil total penerimaan
pada Tabel 3, total penghasilan untuk
perhitungan R/C ratio juga hanya dilkaukan
pada tanaman semusim. Dari tebel tersebut
total penerimaan dari tanaman semusim
(labu siam, srigading/andong, lempuyang,
talas/mbote, dan cabai), maka didapatkan
total penerimaan (TR) Rp775.000,- yang
hanya didapatkan dari penjualan tanaman
Jagung
Untuk TC jagung memiliki perhitunan
sendiri.
input jumlah harga
Sewa lahan 400 m
2
Rp 100.000
Bibit
jagung
5 pak x
Rp
12.000
Rp 60.000
Pupuk Organic
&
anorganik
Rp 230.000
Tenaga
kerja
14 x 1
@Rp
20.000
Rp 280.000
Total Rp .670.000

R/C Ratio = TR/TC
= Rp 1.800.000/ Rp 670.000
= 2,68
Singkong
R/C Ratio = TR/TC
= Rp 480.000/ Rp 217.500
= 2,21
Rumput Gajah
R/C Ratio = TR/TC
= Rp 250.000/ Rp 217.500
= 1,14
Berdasarkan perhitungan R/C ratio
dapat diketahui bahwa usahatani kurang
layak untuk dijalankan atau dilanjutkan
karena nilai R/C rationya < 1 yaitu 0,919.
Sedangkan untuk yang lainnya
menghasilkan nilai R/C ratio > 1, jadi
tergolong layak untuk diusahakan. Namun
data ini kurang rasional menurut saya,
karena yang memiliki nilai R/C ratio lebih
dari 2 biasanya dimiliki oleh perkebunan.
Maka dari itu perlu pengkajian lagi untuk
biaya yang dibutuhkan, baik biaya tetap
maupun biaya tidak tetap.
srigading dan labu siam sedangkan yang
lainnya hanya dikonsumsi sendiri. Sehingga
didapatkan nilai R/C ratio sebesar:
R/C rastio = TR/TC
= 775.000/705.360
= 1,09
Berdasarkan perhitungan R/C ratio
dapat diketahui bahwa usahatani
lempuyang dan srigading dapat dikatakan
layak untuk dijalankan atau dilanjutkan
karena nilai R/C rationya > 1 yaitu 1,09.
Jadi R/C ratio sebesar 1,09 menunjukkan
bahwa setiap biaya yang dikeluarkan Rp 1
maka akan memberikan penerimaan
sebesar 1,09 kali.
Seharusnya pada perhitungan total
biaya untuk tanaman semusim dibedakan
dari total biaya produksi seluruh tanaman
yang ada di dalam lahan tersebut, yakni
diambil sekitar dari total biaya, karena
jumlah tanaman semusim hanya sekitar -
nya saja. Namun tanpa mengambil nilai TC
dari total biaya keseluruhan, yang jika
menggunakannya akan menghasilkan nilai
R/C ratio lebih besar, dengan menggunakan
total keseluruhan biaya produksi mampu
menghasilkan R/C ratio lebih dari 1. Maka
dapat dikatakan usahatani tersebut sangat
layak.
Sedangkan untuk tanaman tahunan
tidak dapat dilakukan analisis kelayakan
usahatani dengan R/C ratio, namun dengan
perhitungan rumus NPV (Net Present
Value) yang akan dihitung pada nomor
selanjutnya.

Dari hasil analisis kedua sistem agroforstri tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa semakin kompleks atau semakin banyak macam tanaman pada suatu lahan
mampu menhasilkan keuntungan yang jauh lebih besar daipada yang hanya tersusun dari
2 tanaman saja. Namun total keuntungan tersebut tidak secara langsung didapatkan
petani pada waktu yang bersamaan melainkan secara kontinyu. Hal ini dikarenakan umur
panen dari setiap komoditas berbeda-beda.

3. Strategi untuk menghitung NPV Agroforestri tutupan kanopi terbuka dan
Agroforestri tutupan kanopi tertutup
Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis
untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. Keuntungan dari suatu
proyek adalah besarnya penerimaan dikurangi pembiayaan yang dikeluarkan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa NPV adalah selisih antara Present Value dari arus
Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya:

n
0 t
1
NPV
t
i
Ct Bt

Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan kotor pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya kotor pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku
Dalam perhitungan NPV sistem agroforestri dimana terdapat beberapa jenis
pohon, memiliki tingkat kerumitan jika dihitung satu persatu jenis pohon, sedangkan
jumlah pohon dari masing-masing jenisnya hanya terdapat 1 hingga 4 pohon. Maka yang
perlu dilakukan perhitungan NPV hanyalah yang menjadi tanaman utama saja. Dalam hal
ini, sistem agroforestri pada AF D2.2 memiliki tanaman utama kopi dan kakao yang
memiliki umur rata-rata 4 tahun, maka yang akan dianalisis nilai NPV-nya adalah kedua
tanaman tersebut.



4. Perhitungan NPV Agroforestri tutupan kanopi terbuka dan Agroforestri tutupan
kanopi tertutup
Agroforestri D2.1
Untuk data NPV D2.1 tidak dapat dihitung, hal ini dikarenakan tanaman tersebut
belum dijual, jadi tidak ada penerimaan yang diterima oleh petani tersebut.
Agroforestri D2.2


( )





( )


Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai NPV positif yakni sebesar
Rp 10.357.986,97 untuk NPV tanaman kopi dan Rp 8.700.201,3 untuk NPV
tanaman kakao yang artinya penanaman investasi pada AF D2.2 baik kopi maupun
kakao akan memberikan keuntungan sebesar Rp 10.357.986,97 untuk tanaman kopi
dan Rp 8.700.201,3 untuk tanaman kakao, dan bermakna bahwa investasi tersebut
akan lebih menguntungkan daripada berinvestasi di Bank.

5. Interpretasi kelayakan usahatani
AF D2.1
Pada penjelasan nomor 4 bahwasanya NPV tidak dapat dihitung karena belum ada
penerimaan petani terhadap tanaman tahunannya yakni mahoni, maka interpretasi
nilai NPV juga tidak dapat dilakukan. Perlu diingat bahwasanya perhitungan NPV dan
B/C ratio adalah perhitungan analaisis kelayakan usahatani yang dilakukan terhadap
tanaman tahunan.
AF D2.2
Untuk mengetahui nilai kelayakan usahatani kopi dan kakao, dapat dihitung
dengan rumus berikut:

( )

( )

( )

( )


Dari hasil perhitungan B/C ratio tersebut, keduanya menghasilkan nilai lebih dari
1, maka dapat dikatakan usahatani kedua tanaman tersebut layak untuk diusahakan.
Sedangkan untuk kelayakan tanaman semusim, seperti yang dijelaskan pada soal
Nomor 2. maka didaptkan hasil sebagai berikut:
R/C rastio = TR/TC
= 775.000/705.360
= 1,09
Sehingga berdasarkan perhitungan R/C ratio dapat diketahui bahwa usahatani
lempuyang dan srigading dapat dikatakan layak untuk dijalankan atau dilanjutkan karena
nilai R/C rationya > 1 yaitu 1,09. Jadi R/C ratio sebesar 1,09 menunjukkan bahwa setiap
biaya yang dikeluarkan Rp 1 maka akan memberikan penerimaan sebesar 1,09 kali.

Anda mungkin juga menyukai