Anda di halaman 1dari 4

Pendugaan Tingkat Erosi dengan Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) Di Dusun Mantung Desa Pujon Lor

Kabupaten Malang

PENDAHULUAN Lahan pertanian yang diusahakan secara intensif dan berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama sering

negatif pada daerah unit lahan tersebut, akan dilanjutkan dengan salah satu teknik untuk menggambarkan unsur-unsur unit lahan ke dalam satu kesatuan pemetaan tanah adalah dengan metode tumpang tindih (overlay) secara digital. Metode tersebut informasi akan menghasilkan dan berupa

mengalami kemunduran sifat fisik, kimia dan biologi tanah seperti mengakibatkan berkurangnya kemantapan agregat tanah, kemampuan menahan air, kehilangan

pendugaan

persebaran

unsur hara dan bahan organik pada lapisan atas yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya produktivitas tanah. Erosi merupakan suatu proses yang kompleks dari pelepasan partikel-partikel tanah akibat pukulan butir hujan yang selanjutnya diangkut ke tempat yang lebih rendah. Erosi yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti faktor iklim, topografi, sifat tanah, vegetasi, dan

tingkat erosi di dusun mantung, desa pujon lor kabupaten malang. Tujuan 1. Untuk mengetahui besarnya laju erosi pada lahan agroforestri 2. Untuk mengetahui sebaran bahaya erosi Manfaat Diharapkan dapat memberikan

gambaran keadaan laju erosi dan dapat memberikan menentukan pertimbangan kebijaksanaan dalam tindakan

manusia. Keadaan kelima faktor tersebut dapat menyebabkan suatu kondisi lahan yang peka terhadap erosi. Metode USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi ratarata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem pertanaman dan

konservasi yang dilakukan serta berguna sebagai masukan memerlukan. BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Pengamatan project ini akan informasi bagi atau bahan-bahan yang

pihak-pihak

pengelolaan tertentu Smith, 1978).

(Wischmeier dan

dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2014. Melalui satu tahap kegiatan yaitu kegiatan lapang. Tahap untuk kegiatan lapang

Setelah mengetahui bahaya erosi yang dapat menimbulkan dampak dampak

Kelompok C 1.5

bertempat di Desa Mantung Kecamatan Pujon Lor Kabupaten Malang. Alat Dan Bahan Alat yang dibutuhkan dalam

panjang

dan

kemiringan

lereng,

menentukan vegetasi dan pengelolaan tanaman di daerah tersebut, sedangkan data sekunder merupakan data yang

diperlukan dalam pendugaan besarnya erosi dengan menggunakan metode USLE ini adalah data curah hujan dari stasiun pengamtan hujan dalam 10 tahun terakhir, Data curah hujan ini digunakan untuk mengetahui faktor erosivitas hujan (R). Kegiatan lapang Pengamatan lapangan diawali dengan menentukan unit lahan yang akan diamati. Unit lahan tersebut dilakukan pengamatan terhadap faktorfaktor erosi sebagai berikut : 1. Faktor Erodibilitas tanah ( K ) Faktor erodibilitas tanah yang

penelitian ini antara lain : Perangkat keras (Hardware) yaitu berupa Kamera digital, Survey set yang berisi, kompas,

klinometer, botol semprot, pisau lapang, buku Munsell Soil Charts, pedoman pengamatan saat deskripsi tanah, meteran dan sabuk profil, GPS Navigasi GARMIN, Perangkat komputer, Perangkat ATK, Cangkul, Sekop. Sedangkan untuk

Perangkat lunak (Software) terdiri dari Sistem Operasi Windows XP, Microsoft Office 2003, Program arcGIS. Dan bahan yang digunakan selama kegiatan project meliputi lahan agroforestri dengan data yang dikumpulkan adalah data sekunder sebagai berikut lahan sistem agroforestri, Peta RBI Digital Kecamatan Pujon tahun 2005,Peta Kelas Lereng Kecamatan Pujon, Peta Jenis Tanah Kecamatan Pujon, Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Pujon. Serta Data curah hujan Kecamatan Pujon tahun 1995-2005. Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode USLE dengan mengelolah data yaitu data primer dan sekunder. Data primer

merupakan indeks kuantitatif kerentanan tanah terhadap erosi air, diamati melalui pengambilan sampel tanah pada satu unit lahan serta pengukuran kedalaman tanah dengan pembuatan minipit. Besar nilai K diperoleh dari rumus (Wischmeier and Smith, 1978)
K=
* ( )( ) ( ) ( )+

Di mana : K = erodibilitas tanah OM =persentase bahan organik (Corganikx1.724) s = kode struktur tanah p=kode kelas permeabilitas

diperoleh saat survei lapang, dengan cara menentukan tekstur tanah, menentukan

penampang tanah

Kelompok C 1.5

M = Nilai M dapat juga diestimasi apabila yang diketahui hanya kelas teksur tanah.

3.

Faktor Penggunaan Lahan ( C ) Nilai faktor C diperoleh dengan

pengamatan langsung di lapangan terhadap kerapatan, baik kerapatan pohon maupun

2. Faktor Panjang lereng ( L ) dan kecuraman lereng ( S )

tajuk melalui pembuatan plot. 4. Faktor Konservasi Tanah (P) Faktor konservasi tanah diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan terhadap diterapkan teknik dalam konservasi rangka yang

Nilai berdasarkan pengamatan

faktor peta

LS

didapatkan serta

kelerengan di

langsung

lapangan.

ditentukan menggunakan nomograph LS. Cara penggunaan nomograf LS adalah sebagai berikut : Panjang lereng (L) ditetapkan pada titik yang sesuai pada sumber horisontal nomograf. Ditarik garis vertikal hingga memotong garis yang menunjukan kemiringan lereng (S).

mengatasi

kondisi topografi, Nilai faktor konservasi tanah diperoleh dari pengamatan di

lapangan kemudian dicocokkan dengan nilai yang terdapat pada tabel faktor P yang sudah ada. Metode Skoring Setelah melakukan survey dan

Kemudian dari titik perpotongan ini tarik garis horisontal hingga memotong sumbu vertikal dimana nilai LS dapat dibaca. L adalah faktor panjang lereng. Panjang (X) diukur mulai dari igir (punggung)/bagian atas sampai bagian bawah dari batas satuan lahan berdasarkan arah kemiringan lereng (Istanto,

pengolahan akan didapatkan data dan hasil dari metode USLE ( Universal Soil LossEquation ) akan diperoleh nilai yang dimana akan digunakan untuk menentukan kelas bahaya erosi dan tingkat bahaya erosi. Tabel 1. Kelas bahaya erosi Kelas I II III IV V Bahaya erosi (ton/ha/tahun) < 15 15-60 60-180 180-480 > 480

2007).Rumus penentuan panjang lereng : LS = *( Di mana : LS = Faktor panjang dan kemiringan lereng s = Kemiringan lereng dalam % dibagi seratus ) ( )+

Sumber : Anonim, 1994

Kelompok C 1.5

Tabel 2. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Kedala man tanah (cm) > 90 60-90 30-60 < 30 Kelas Bahaya Erosi I SR R S B II R S B S B III S B SB SB I V B S B S B S B V SB SB SB SB
Anonim.

DAFTAR PUSTAKA
1994. Pedoman Teknik Penyusunan Lapangan Rencana

Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Sub Daerah Aliran Sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Departemen

Kehutanan. Jakarta. Anonim. 1998. Pedoman Teknik Penyusunan Lapangan

Rencana

Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Sub Daerah Aliran Sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Departemen

Keterangan SR : Sangat Ringan R : Ringan S : Sedang B : Berat SB : Sangat Berat Sumber : Anonim, 1994 Pembuatan Peta Setelah mengetahui bahaya erosi yang dapat menimbulkan dampak dampak negatif pada daerah unit lahan tersebut merupakan bentukan lahan terkecil dan mempunyai berdasarkan sifat yang homogen tertentu

Kehutanan. Jakarta. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi

Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press. Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah Mada University Press, Bulaksumur, Yogyakarta Dairiah, A. 2007. Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan. Balai Penelitian

kriteria-kriteria

(curah hujan, lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, dan lain-lain). Salah satu teknik untuk menggambarkan unsur-unsur unit lahan ke dalam satu kesatuan

Tanah, bogor Hardjoamidjojo dan Sukandi, 2008. Teknik pengawetan tanah dan air. Graha Ilmu, yogyakarta. Istanto, D. Kajian Pengelolaan Tanah

pemetaan tanah adalah dengan metode tumpang tindih (overlay) secara digital, Dengan metode ini skala peta yang ditumpang tindihkan harus sama atau seragam.

Terhadap Tingkat Bahaya Erosi Di Kecamatan Tlogowungu Dengan

Menggunakan Metode USLE dan GIS. Skripsi S1 Fakultas UNS. Surakarta. Pertanian

Kelompok C 1.5

Anda mungkin juga menyukai