Anda di halaman 1dari 11

Tugas :

MAKALAH MULTIKULTURAL





.




Penyusun :
ROSTIAWATI





FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,dimana telah
memberikan anugrah dan rahmatnya dalam mengerjakan makalah Multikultural. Makalah
ini disusun untuk di ajukan sebagai presentasi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih teman saya dan pihak-pihak lain
yang turut memberikan dukungan dan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.
semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.saya menyadari bahwa makalah saya ini belum begitu sempurna maka dari itu saya
membutuhkan kritik dan saran dari teman-teman,para dosen dan pihak lain demi
kesempurnaan makalah saya ini.semoga makalah saya ini bermanfaat bagi kita semua.


































DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................. i
Daftar isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ... 1
Latar Belakang.................... 1
Rumusan Masalah............... 2
Tujuan................. 2
Manfaat............... 2
Fungsi.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... . ii
Pengertian pendidikan multikultural.............. . 1
Alasan perlunya pendidikan multikultural................. . 2
Ide dasar multikultural ............................................................................................. . 3

BAB III PENUTUP................................................................................................. ... iii
KESIMPULAN............................................................................................................ 1
SARAN.................................................................................................................... ... 2
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. ... 3






















BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada prinsipnya, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengharagai perbedaan.
Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan proses dimana setiap
kebudayaan bisa melakukan ekspresi .tentu saja untuk mendesain pendidikan
multikulturalsecara praksis, itu tidak mudah. Tetapi,paling tidak kita mencoba melakukan
ijtihad untuk mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan multikulturalisme.
setidaknya ada dua hal bila kita akan mewujudkan pendidikan multikulturalismeyang mampu
memberikan ruang kebebasan bagi semua kebudayaan untuk berekspresi.pertama adalah
dialog.pendidikan multikultural tidak mungkin berlangsung tanpa dialog. Dalam pendidikan
multikultural, setiap peradapan dan kebudayaan yang ada berada dalam posisi yang sejajar
dan sama.tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau dianggap lebih tinggi (superior) dari
kebudayaan yang lain.dialog meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan diantara pihak-
pihak yang terlibat.anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi dari kebudayaan yang
lain akan melahirkan fasisme, nativisme,dan chauvinism.dengan dialog, diharapkan terjadi
sumbang pemikiran yang pada gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang
bersangkutan. Di samping sebagai pengkayaan ,dialog juga sangat penting untuk mencari
titik temu (kalimatun sawa) antar peradaban dan kebudayaan yang ada.pendidikan
multikultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman kultural,
hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka atau
prejudise untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian multikultural?
2. Apakah fungsi multikultural bagi kita?
3. Apakah Ide dasar multikultural ?

Tujuan
Untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama
dan budaya yang berbeda. Lebih jauh lagi, penganut agama dan budaya yang berbeda dapat
belajar untuk melawan atau setidaknya tidak setuju dengan ketidak-toleranan (intorelable)
seperti inkuisisi (pengadilan negara atas sah-tidaknya teologi atau ideologi), perang agama,
diskriminasi, dan hegemoni budaya di tengah kultur monolitik dan uniformitas global.
Manfaat
1. Supaya bisa mengetahui tentang multikultural di Indonesia
2. Memberi konsep diri yang jelas
3. Membantu mamahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau di tinjau dari
sejarahnya.
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making)

Fungsi Multikulturalisme
Dua fungsi pokok multikulturalisme
a. Fungsi pelestarian, diarahkan pada pengenalan dan pendalaman nilai nilai luhur budaya
masyarakat sebagai suatu bangsa yang universal
b. Fungsi pengembangan, diarahkan pada penambahan nilai nilai baru yang tidak
bertentangan dengan nilai nilai universal yang berlaku dalam masyarakat dantidak
menganggu terhadap perpaduan keragaman budayat radisional, dan berguna untuk
memperkaya budaya bangsa dan memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa.




















BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Multikultural
Multikultur adalah berbagai macam status social budaya meliputi latar belakang,
tempat, agama, ras, suku dll. Jadi pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai
macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam
menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Gibson(1984) mendefinisikan bahwa multikultural adalah suatu proses yang membantu
individu mengembangkan cara menerima, mengevaluasi, dan masuk ke dalam sistem budaya
yang berbeda dari yang mereka miliki .

1.2 Alasan perlunya Multikultural
Multikultural sangat penting bagi warga Negara Indonesiakarena pada Uraian
sebelumnya telah mempertebal keyakinan kita. multikulturalisme sangat bermanfaat untuk
membangun kohesifitas, soliditas dan intimitas di antara keragamannya etnik, ras, agama,
budaya dan kebutuhan di antara kita. Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi
lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk
menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Harapannya, dengan implementasi
pendidikan yang berwawasan multikultural, akan membantu siswa mengerti, menerima dan
menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Lewat penanaman
semangat multikulturalisme di sekolah-sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan
penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan
kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai. Agar proses ini berjalan
sesuai harapan, maka seyogyanya kita mau menerima jika pendidikan multikultural
disosialisasikan dan didiseminasikan melalui lembaga pendidikan, serta, jika mungkin,
ditetapkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di berbagai jenjang baik di lembaga
pendidikan pemerintah maupun swasta. Apalagi, paradigma multikultural secara implisit juga
menjadi salah satu concern dari Pasal 4 UU N0. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.
Pada konteks ini dapat dikatakan, Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah
konsep atau pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial,
ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan multikultural
pada awalnya sangat bias Amerika karena punya akar sejarah dengan gerakan hak asasi
manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri tersebut. Banyak lacakan
sejarah atau asal-usul pendidikan multikultural yang merujuk pada gerakan sosial Orang
Amerika keturunan Afrika dan kelompok kulit berwarna lain yang mengalami praktik
diskrinunasi di lembaga-lembaga publik pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an.
Di antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide persamaan ras
pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, suara-suara
yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar konsisten dalam menerima dan
menghargai perbedaan semakin kencang, yang dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh
dan orang tua. Mereka menuntut adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan
pendidikan. Momentum inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi
pendidikan multikultural.
Multikultural mencerminkan keseimbangan antara pemahaman persamaan dan
perbedaan budaya mendorong individu untuk mempertahankan dan memperluas wawasan
budaya dan kebudayaan mereka sendiri. Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam
melaksanakan pendidikan multikultural dalam struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan
yang menghambat toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis
kelamin. Juga, harus menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di antaranya
mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Selain itu, juga memberikan kebebasan
bagi anak dalam merayakan hari-hari besar umat beragama serta memperkokoh sikap anak
agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara demokratis
Berbagai masalah yang timbul di negara kita, Indonesia, banyak dikarenakan adanya
ketidakberagaman budaya yang memang pada dasarnya Indonesia adalah negara yang tediri
dari berbagai latar belakang sosial budaya meliputi ras, suku, agama, status sosial, mata
pencaharian dan lain-lain. Berbagai masalah yang timbul itulah yang akhirnya menjadi
konflik berkepanjangan dan tidak bisa menemui titik terang atau jalan keluar untuk masalah
yang menyangkut sosial budaya.
Masalah-masalah akibat ketidak-seragaman budaya tidak hanya melanda Indonesia saja, di
negara maju seperti Amerika Serikat juga memiliki masalah yang sama
dengan Indonesia yaitu masalah multikultural. Konflik-konflik yang terjadi karena
penindasan ras kulit putih terhadap ras kulit hitam. Kelompok etnis minoritas merasa
direndahkan oleh kaum mayoritas (sebut saja ras golongan eropa) yang memang pada
kenyataannya segala yang berkaitan dengan parlemen atau kedudukan dalam pemerintahan
maupun berbagai bidang lainnya banyak dikuasai oleh ras kulit putih. Tidak hanya masalah
diskriminasi yang dilakukan oleh ras kulit putih terhadap ras kulit hitam, masalah lainnya
seperti ketidak-toleran (Iintorelable) seperti ikuisi (pengadilan negara atas sah-tidaknya
teologi atau ideologi), perang agama, dan hegemoni budaya ditengah kulur monolitik dan uni
formitas global. Berbagai masalah yang menjadi konflik berkepanjangan di Amerika Serikat
memunculkan pentingnya pendidikan multikultural untuk memberikan persamaan
kesempatan pendidikan untuk menangani masalah pertentangan ras dan mengembangkan
toleransi dan sensivitas terhadap sejarah dan budaya dari kelompok atnis yang beraneka
macam di negara Amerika Serikat.
Hal inilah yang sepatutnya dicontoh oleh negara kita, Indonesia, karena posisi Indonesia dan
Amerika adalah sama yaitu sebagai negara yang multi budaya didalamnya. Amerika serikat
telah membuktikan pentingnya pendidikan multikultural, karena dengan pendidikan yang
bersi kurikulum tentang multikultural sedikit demi sedikit dapat menangani masalah-masalah
multikultural. Dengan adanya pendidikan multikultural akan sedikit demi sedikit
menumbuhkan sikap dan rasa saling mengharga masing-masing budaya yang berbea. Dengan
demikian, berbagai masalah yang ditimbulkan oleh berbagai (budaya) lambat laun akan
mengikis, tentu saja tidak hanya dengan pendidikan multikultural saja tapi harus dengan
konsep penanaman ideologi negara. Telah kita ketahui bahwa ideologi negara kita, Indonesia,
adalah ideologi Pancasila lengkap dengan Bhinneka Tunggal Ika harusnya dapat
memadamkan berbagai konflik bahkan seharusnya masalah multikultural tidak dipebolehkan
untuk ada namun tetap saja masalah tersebut tidak pernah habis dan banyak (sebagian) yang
tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai. Pertumpahan darah tidak boleh terjadi,sudah
banyak contoh kejaian yang terjadi di Indonesia akibat dari adanya berbagai macam konflik
berdarah di Sampit antara Suku Dayak dan Madura, konflik berdarah di Maluku antara
pemeluk agama Islam dan Kristen dan berbagai contoh konflik berdarah maupun tidak
lainnya yang telah menorehkan luka di bumi kita yang pertiwi ini. akan memberikan dampak
yang lebih baik bagi bangsa kita ini, Indonesia. Sejak usia dini, peserta didik (siswa) akan
lebih mengenal budaya mereka masing-masing dan mereka akan juga lebih mengenal budaya
dari suku lain di Indonesia sehingga pertikaian antar suku dapat terganti dengan sikap saling
menghormati dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah untuk menghindari terjadinya
klain negara latin yang mengakui salah satu budaya Indonesia sebagai budaya mereka,
contohnya batik dan reog yang telah di klaim oleh Malaysia sebagai budaya mereka,
makanan khas Malang yaitu tempe yang telah diklain Jepang bahkan telah di hak pantenkan
sebagai makanan khas buatan penduduk negara mereka. Maka dari itu, pentingnya
pendidikan multukultural bagi warga negara kita yang memang sarat akan budaya bangsa
yang sesuai dengan peribahasa kita Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya agar
tidak pernah peristiwa yang akan membuat kita kecewa bahkan malu karena sebagian besar
penduduk Indonesia tidak mengenal budaya mereka sendiri (tari, sastra, hasil kerajinan
tangan, dan lain-lain) sehingga mempermudah negara lain mengklain ciri khas budaya kita
karena pada dasarnya mereka iri kepada indonesia yang sarat akan budaya bangsa. Apabila
kita sebagai masyarakat Indonesia mengenal budaya bangsanya sendiri tentu saja akan
mendatangkan devisa yang sangat besar bagi negara ini dari sektor pariwisata karena adanya
pemikiran turis mancanegara yang lebih menghargai budaya bangsa kita, mereka datang ke
Indonesia untuk mempelajari kepribadian budaya bangsa, contohnya saja Bali yang menjadi
daya tarik luar biasa bagi masyarakat dunia, andai saja setiap daerah di Indonesia dapat
mengembangkan budaya bahkan menerapkan budayanya dalam kehidupan sehari-hari dan
tidak terpengaruh oleh globalisasi (masuknya budaya bangsa lain) tentu akan mendatangkan
devisa negara yang luar biasa dari sektor pariwisata, hal ini juga tidak lepas dari campur
tangan pemerintah untuk mengembangkan budaya-budaya bangsa. Di kebanyakan belahan
dunia yang lain, dalam mana sebagian besar dari mereka adalah bangsa-bangsa bekas jajahan
yang terdiri atas kelompok-kelompok etnik dan budaya yang sangat majemuk itu,
multikulturalisme adalah sebuah gagasan yang diperjuangkan. Bahkan, lebih dini dari itu,
kebanyakan negeri-negeri yang relatif muda usia ini, harus berjuang terlebih dahulu dengan
gagasan nasionalisme. Gagasan nasionalisme negeri-negeri yang pada umumnya memperoleh
kemerdekaannya setelah Perang Dunia Kedua ini, dibangun melalui kesadaran para
pemimpinnya akan sebuah kepercayaan bahwa sebuah negeri yang amat majemuk, sering kali
terdiri atas puluhan bahkan ratusan kelompok etnis, hanya mungkin dipersatukan dengan
ikrar yang meneguhkan persatuan.










BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pengertian Multikultural mencakup pengalaman yang membentuk persepsi umum terhadap
usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa, ras dan
berkebutuhan khusus.. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai pulau,
ras, suku dan kebudayaan-kebudayaan lain. Untuk itu sebagai warga Negara yang cinta tanah
air kita harus menjaga keanekaragaman kebudayaan kita. Kita dianjurkan untuk hidup saling
berdampingan satu sama lain sehingga tidak ada pertengkaran dan perpecahan kebudayaan.
multikulturalisme kadang agak membingungkan karena ia merujuk secara sekaligus pada dua
hal yang berbeda: realitas dan etika, atau praktik dan ajaran. Sebagai realitas atau praktik,
multikulturalisme dipahami sebagai representasi yang produktif atas interaksi di antara
elemen-elemen sosial yang beragam dalam sebuah tataran kehidupan kolektif yang
berkelanjutan. Sebagai sebuah etika atau ajaran, multikulturalisme merujuk pada spirit, etos,
dan kepercayaan tentang bagaimana keragaman atas unit-unit sosial yang berciri privat dan
relatif otonom itu, seperti etnisitas dan agama, semestinya dikelola dalam ruang-ruang publik.
Dalam masyarakat-masyarakat yang memiliki kesempatan untuk berevolusi melalui
perubahan sosial yang panjang dan bersifat gradual, multikulturalisme (dengan nama yang
sama atau yang lain) sering merupakan hasil dari sebuah proses sosial yang terjadi. Dengan
kata lain, sejarah yang panjang telah menghasilkan sebuah tatanan kolektif yang
memungkinkan di satu pihak keragaman mendapatkan ruang untuk berkembang dan di pihak
lain memungkinkan integrasi sosial di tingkat yang lebih tinggi dapat terpelihara.
Dalam masyarakat semacam ini, multikulturalisme adalah hasil dari sebuah logika yang
dibangun dari realitas sebuah masyarakat majemuk. Kebanyakan masyarakat Barat jatuh
dalam kategori ini. Amerika dan Australia adalah contoh sebuah masyarakat yang setelah
mengalami sejarah yang amat kelam dalam mengelola keragaman budaya masyarakatnya,
menemukan logika multikulturalisme-nya sebagai jawaban atas kemajemukan dan
sekaligus demokrasi. Logika ini tidak dibangun pertama-tama dari gagasan ideal, tetapi
dibangun dari sebuah keniscayaan sosial. Alhasil, melting-potmultikulturalisme ala
Amerikaadalah sebuah nilai yang melembaga bersama-sama dengan nilai-nilai penting
masyarakat Amerika lainnya. Dalam ekspresi mereka, multikulturalisme adalah jawaban
kepada kebutuhan bagi terjaminnya prinsip the freedom of expression (kebebasan
berekspresi). Di Australia, dengan sejarah yang sedikit berbeda, multikulturalisme
memperoleh tempat yang penting sebagai institusi sosial yang memperkuat demokrasi dan
komitmen warga negara terhadap Australia.


DAFTAR PUSTAKA

Mahfud Choirul,2011, Multikultural ,penerbit pustaka pelajar www.google.
multikultutural

Anda mungkin juga menyukai