Anda di halaman 1dari 5

Kekerasan terhadap anak

Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan
emosional, atau pengabaian terhadap anak.
[1]
Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau
serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang
dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang
berbahaya kepada anak. Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu
sendiri dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau organisasi
tempat anak berinteraksi. Ada empat kategori utama tindak kekerasan terhadap
anak: pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan emosional/psikologis, dan pelecehan seksual
anak.
Yurisdiksi yang berbeda telah mengembangkan definisi mereka sendiri tentang apa yang
merupakan pelecehan anak untuk tujuan melepaskan anak dari keluarganya dan/atau
penuntutan terhadap suatu tuntutan pidana. Menurut Journal of Child Abuse and Neglect,
penganiayaan terhadap anak adalah "setiap tindakan terbaru atau kegagalan untuk bertindak
pada bagian dari orang tua atau pengasuh yang menyebabkan kematian, kerusakan fisik
serius atau emosional yang membahayakan, pelecehan seksual atau eksploitasi, tindakan atau
kegagalan tindakan yang menyajikan risiko besar akan bahaya yang serius".
[3]
Seseorang
yang merasa perlu untuk melakukan kekerasan terhadap anak atau mengabaikan anak
sekarang mungkin dapat digambarkan sebagai "pedopath".


TAWURAN ANTAR PELAJAR


Tawuran pelajar saat ini sudah menjadi momok bagi masyarakat. Prilaku tawuran pelajar
bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cedera tapi sudah merenggut
ratusan nyawa melayang sia-sia selama sepuluh tahun terakhir.
Beberapa tahun lalu beberapa siswa dari sebuah sekolah swasta ditangkap polisi karena
membacok siswa SMK 5 Semarang. Mereka terancam dikeluarkan dari sekolah dan dihukum
penjara. Wali Kota Sukawi Sutarip mendukung bila sekolah mengeluarkan siswa yang
terlibat tawuran. Bahkan ia mengatakan, semua sekolah di Semarang tidak boleh menerima
siswa itu lagi. Akankah tindakan represif semacam itu akan menyelesaikan masalah?
Maraknya tawuran pelajar dipicu oleh banyak faktor. Pada tingkat mikro, rendahnya kualitas
pribadi dan sosial siswa mendorong mereka berprilaku yang tidak pronorma. Pada tingkat
messo, buruknya kualitas dan manajemen pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang
dilampiaskan pada tindakan negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan
pengangguran, kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan tinggi bagi
terbentuknya masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk hidup
layak. Pembahasan pada artikel ini dibatasi pada bidang pendidikan.



PENYALAHGUNAAN NARKOBA



Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat
berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa
mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang
dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus
akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.
Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental-emosional para
pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan
merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba
pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan
kepribadianya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang
wajar bagi seseorang dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup sehari-
hari.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan
harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang
menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi
narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat
penyalahgunaan narkoba.

Pelecehan seksual

Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang
tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang
secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja baik tempat umum
seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah.
Dalam kejadian pelecehan seksual biasanya terdiri dari 10 persen kata-kata pelecehan, 10
persen intonasi yang menunjukkan pelecehan, dan 80 persen non verbal.
Pelaku dan korban
Walaupun secara umum wanita sering mendapat sorotan sebagai korban pelecehan seksual,
namun pelecehan seksual dapat menimpa siapa saja. Korban pelecehan seksual bisa jadi
adalah laki-laki ataupun perempuan. Korban bisa jadi adalah lawan jenis dari pelaku
pelecehan ataupun berjenis kelamin yang sama.
Pelaku pelecehan seksual bisa siapa saja terlepas dari jenis kelamin, umur, pendidikan,
nilai-nilai budaya, nilai-nilai agama, warga negara, latar belakang, maupun status sosial.
Korban dari perilaku pelecehan sosial dianjurkan untuk mencatat setiap insiden termasuk
identitas pelaku, lokasi, waktu, tempat, saksi dan perilaku yang dilakukan yang dianggap
tidak menyenangkan. Serta melaporkannya ke pihak yang berwenang.
Saksi bisa jadi seseorang yang mendengar atau melihat kejadian ataupun seseorang yang
diinformasikan akan kejadian saat hal tersebut terjadi. Korban juga dianjurkan untuk
menunjukkan sikap ketidak-senangan akan perilaku pelecehan.



Korupsi

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara
tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Korupsi merupakan kasus tindak pidana yang sering kali terjadi dikalangan masyarakat.
Kasus korupsi merupakan perbuatan yang merugikan banyak orang. Kasus tindak pidana
korupsi terdiri dari bentuk ringan dan berat. Bentuk ringan berupa penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan. Sedangkan korupsi berat merupakan
perbuatan yang diresmikan untuk mengambil kekayaan pribadi dengan mengambil harta
negara.
Unsur-unsur kasus korupsi adalah

Terdapat beberapa indikasi yang mendorong tindak korupsi yaitu:
- Kurangnya pengawasan
- kelemahan pengajaran agama dan etika
- kurangnya pendidikan
- adanya banyak kemiskinan
- tidak adanya tindakan hukum yang tegas
- kelangkaan lingkungan kerja yang kondusif untuk anti korupsi
Faktor-faktor korupsi
- pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi
- penyalahgunaan kesempatan untuk memperkaya diri

Anda mungkin juga menyukai