Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung dengan gambaran
klinis dyspepsia atau indigesti, pada pemeriksaan endoskopi ditemukan
eritema mukosa, sedangkan hasil foto menunjukkan iiregularitas mukosa,
sedangkan menurut Barbara C. Long (2006). Dalam kehidupan sehari-hari,
sering kita dengar banyak orang mengeluh rasa tidak nyaman pada perut
bagian atas, misalnya rasa perut selalu penuh, mual, perasaan panas, rasa
pedih sebelum dan sesudah makan. Salah satu penelitian yang mempelajari
kemungkinan kelainan dalam jalan makan yang dihubungkan dengan keluhan
seperti tersebut di atas. Broussais, menyelidiki perubahan-perubahan anatomis
dari lambung dan usus halus pada otopsi dan ditemukan gastritis yang lanjut
sebagai dasar kelainan patogenik (Hadi, 2000). Gastritis biasanya diawali oleh
pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitive bila asam
lambung meningkat. Gastritis yang merupakan radang pada jaringan dinding
lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan pola makan, misalnya
makan terlalu banak, terlalu cepat, makan-makan terlalu banyak bumbu atau
makan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, refluk
empedu atau terapi radiasi (Brunner & Suddart, 2000).
Budiana, (2006) mengatakan bahwa penderita gastritis ini terbesar di
seluruh dunia dan bahkan diperkirakan di derita lebih dari 1,7 milyar. Pada
Negara yang sedang berkembang infeksi di peroleh pada usia dini dan pada
Negara yang sedang maju sebagsian besar di jumpai pada usia tua (Anonim,
2009) dan angka sedang maju sebagian besar dijumpai pada usia (Anonim,
2009) dan angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan data yang cukup tinggi menurut (Maulidiyah dan Unun, 2006),
pada bulan Desember 2013 penyakit gastritis di Balai Pengobatan Al-Amin
Tapen merupakan penyakit tertinggi di antara kecamatan lain yang ada di kota
Jombang di Desa Tapen Kec. Tapen sendiri penyakit gastritis menempati
rangking-4 dari 10 penyakit terbantak. Oleh karena frekuensi kekambuhan
grastitis banyak terjadi pada pasien yang pola makan tidak teratur, maka
petugas kesehatan hendaknya menjelaskan tentang bagaimana frekuensi
makan, jumlah makan dna jenis makan yang baik, sehingga dapat merubah
perilaku pola makan yang lebih baik dan frekuensi kekambuhan gastritis
menurun. Di kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%, Denpasar
46%, sednagkan di Medan angka kejadian cukup tinggi sebesar 91,6%. Dari
hasil penelitian para pakar, didapakan jumlah penderita gastritis antara pria
dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat menyerang
sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20% menderita
gastritis pada usia 55 tahun dengan prevelensi 22% inseden total untuk segala
umur pada tahun 2009 adalah 16 kasus / 1000 pada kelompok umur 45-66
tahun Inseden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10% (Harun Riyanto,
2008)
Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitive bila asam lambung meningkat, mislanya makan
terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alcohol, aspirin, refluk
empedu atau terapi
1.2

Anda mungkin juga menyukai