Oleh
Dewi Pramuwardani
ABSTRAK
Remaja yang mengalami obesitas akan mengalami masalah dengan interaksi sosial dimana hal
tersebut mengakibatkan keterbatasan informasi yang diperoleh yang diperparah dengan
menurunnya prestasi belajar. Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial,
hubungan yang positif dengan konsep diri (harga diri, ideal diri dan gambaran diri). Remaja putri
obesitas yang mempunyai gambaran diri yang baik mengalami interaksi sosial negatif. Konsep diri
(harga diri, ideal diri dan gambaran diri) yang positif dari remaja putri mampu meningkatkan
pemahaman yang positif ketika melakukan interaksi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan gambaran diri dengan interaksi sosial pada remaja putri obesitas di SMA 1
Pecangaan Kabupaten Jepara.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Populasi
penelitian adalah remaja putri obesitas di SMA N 1 Pecangaan Kabupaten Jepara sebanyak 30
orang dengan jumlah sampel 30 orang sehinga teknik pengambilan sampelnya total sampling. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisa data menggunakan analisis korelasi
kendalls tau
Hasil penelitian menunjukkan gambaran diri remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan
Kabupaten Jepara sebagian besar dalam kategori positif yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) dan
interaksi sosial sebagian besar kategori positif sebanyak 21 responden (70,0%). Ada hubungan
gambaran diri dengan interaksi sosial pada remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan Kabupaten
Jepara, dengan nilai korelasi kendall tau () sebesar 0,408 dan p-value sebesar 0,028 ( = 0,05).
Hendaknya para remaja lebih aktif menggali informasi tentang obesitas, gambaran diri dan
interaksi sosial melalui penyuluhan atau media informasi yang lain sehinga dapat meningkatkan
gambaran diri dan interaksi sosialnya.
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial
SMA 1 Pecangaan Kabupaten Jepara juga mereka, lebih bersikap positif serta realistis
meningkat. dalam memandang lingkungan pergaulan
dan dirinya (Suliswati, dkk, 2005).
PEMBAHASAN Gambaran diri yang positif pada anak
A. Gambaran Diri dapat tercipta apabila kondisi keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditandai dengan adanya integritas dan
gambaran diri remaja putri obesitas di tenggang rasa yang tinggi antar anggota
SMA 1 Pecangaan Kabupaten Jepara dalam keluarga. Hal ini menyebabkan anak
kategori positif yaitu sebanyak 19 memandang orang tua sebagai figur yang
responden (63,3%). Responden mempunyai berhasil atau orang tua yang dapat
gambaran diri remaja putri obesitas di dipercaya dalam membentuk seluruh aspek
SMA 1 Pecangaan Kabupaten Jepara dalam dalam dirinya, karena anak mempunyai
kategori positif ditunjukkan dengan merasa model yang dapat dipercaya. Anak juga
nyaman dengan bentuk tubuh (73,3%), merasa bahwa dirinya mendapat dukungan
merasa nyaman dengan bentuk pipi gemuk kedua orrang tua dalam mengahadapi
(60,0%) dan percaya diri ketika tampil masalah. Tingkat kecemasan mereka
didepan umum (60,0%). Gambaran diri menjadi berkurang dan menjadi lebih
remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan bersikap positif serta realistis dalam
Kabupaten Jepara dalam kategori positif memandang lingkungan dan dirinya
didukung oleh faktor dukungan atau peran (Suliswati, dkk, 2005).
keluarga yang baik. Gambaran diri sangat dinamis karena
Responden menyatakan bahwa secara konstan berubah seiring dengan
kondisi keluarga mereka harmonis dimana persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
masing-masing anggota keluarga Gambaran diri harus realistis karena
mempunyai tenggang rasa yang tinggi. semakin dapat menerima dan menyukai
Anggota keluarga memandang orang tua tubuhnya individu akan lebih bebas dan
sebagai figur yang berhasil dan dapat merasa aman dari kecemasan Cara orang
dipercaya dalam membentuk seluruh aspek tua memenuhi kebutuhan fisik anak,
dalam dirinya. Mereka merasa bahwa misalnya kasih sayang, dan penerimaan
dirinya mendapat dukungan kedua orrang sangat mempengaruhi terhadap kepribadian
tua dalam mengahadapi masalah yang anak. Kondisi keluarga yang buruk dapat
dihadapi termasuk obesitas. Keluarga menyebabkan gambaran diri yang negatif
memberikan dukungan dalam bentuk pada anak. Yang dimaksud dengan kondisi
memberi pengertian dan motivasi bahwa keluarga yang buruk adalah tidak adanya
penampilan fisik mendukung pergaulan keserasian antara ayah dan ibu, orang tua
akan tetapi mereka lebih menekankan yang menikah lagi, sikap ibu yang tidak
kepribadian lebih menentukan dalam puas dengan hubungan ayah dan anak dan
pergaulan. Keluarga khususnya orang tua kurangnya sikap menerima dari orang tua
membimbing mereka menuju kepribadian terhadap anak mereka. Gambaran diri yang
yang baik sesuai dengan tuntunan agama negatif pada anak dapat disebabkan pula
yang dianut. Keluarga juga aktif oleh tuntutan orang tua terhadap perilaku
mendampingi remaja putri yang mengalami anak (Suliswati, dkk, 2005).
obesitas berolah raga secara rutin, Hasil peneltian ini sesuai dengan
menyediakan peralatan olahraga yang penelitian dari Saragih (2011) tentang
dibutuhkan dan membantu untuk hubungan dukungan keluarga dengan harga
melakukan diet sesuai anjuran tenaga diri pasien TB paru. Hasil analisis data
kesehatan. Dukungan dan peran dari menunjukkan ada hubungan dukungan
keluarga yang aktif tersebtu meningkatkan keluarga dengan harga diri pasien TB paru
cara responden menilai gambaran diri
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial
yang dirawat di RSUD Sidikalang, dengan tersebut akan terjadi transmisi sistem nilai
p value 0,000 ( = 0,05). yang positif kepada anak. Sistem nilai yang
berhubungan dengan kualitas-kualitas
B. Gambaran Interaksi Sosial emosi anak, antara lain nilai-nilai tentang
Hasil penelitian menunjukkan interaksi sikap hormat, tata krama atau sopan-santun,
sosial pada remaja putri obesitas di SMA 1 kesabaran dalam menyelesaikan masalah
Pecangaan Kabupaten Jepara dalam masalah, serta toleransi yang menjadi dasar
kategori positif sebanyak 21 dari 30 terbentuknya sikap empati anak. Bagi anak
responden (70,0%). Interaksi sosial interaksi sosial merupakan awal dari
responden dalam kategori positif terciptanya suatu persahabatan. Disinilah
ditunjukkan dimana mereka dapat peran pola komunikasi keluarga sangat
bekerjasama dengan teman-teman dalam penting untuk menentukan interaksi sosial
mengerjakan tugas kelompok tanpa anak (Rakhmat, 2002).
memandang postur tubuh (83,3%), terlibat
aktif dalam kegiatan (80,0%) dan tema- C. Hubungan Gambaran Diri dengan
teman dapat menghargai dengan potensi Interaksi Sosial
yang dimiliki bukan berdasarkan ciri tubuh Hasil uji statistik didapatkan nilai
(73,3%). Interaksi sosial pada remaja putri korelasi kendall tau () sebesar 0,408
obesitas di SMA 1 Pecangaan Kabupaten dan p-value sebesar 0,028 ( = 0,05), maka
Jepara dalam kategori positif di dukung oleh dapat disimpulkan ada hubungan gambaran
faktor pola komunikasi keluarga. diri dengan interaksi sosial pada remaja
Keluarga responden yang dapat putri obesitas di SMA 1 Pecangaan
menerapkan pola komunikasi yang tepat Kabupaten Jepara. Nilai koefisien korelasi
dapat mendorong kemampuan anak dalam kendall tau () sebesar 0,408 menunjukkan
berinteraksi dengan lingkungannya. kekuatan hubungan antara dua variabel
Responden yang mendapatkan pola pada katagori cukup kuat dan memiliki arah
komunikasi yang demokratis lebih berhasil korelasi positif, artinya jika gambaran diri
dalam berinteraksi dengan teman-temannya. siswa positif maka dengan interaksi sosial
Mereka mempunyai sikap hormat, tata pada remaja putri obesitas di SMA 1
krama atau sopan-santun, kesabaran dalam Pecangaan Kabupaten Jepara juga positif.
menyelesaikan masalah masalah, serta Bentuk tubuh yang ideal dan wajah
toleransi dengan teman-teman mereka. yang menarik merupakan hal yang di idam-
Peran pola komunikasi dalam keluarga idamkan hampir semua orang apalagi bagi
responden sangat menentukan interaksi remaja yang mulai mengembangkan
sosial dari remaja putri yang mengalami gambaran diri seperti gambaran diri mereka
obesitas. dan juga hubungan heteroseksual. Untuk
Penerapan pola komunikasi keluarga itu kecenderungan menjadi gemuk atau
sebagai bentuk interaksi antara orang tua obesitas, dapat mengganggu sebagian anak
dengan anak maupun antar anggota pada masa puber dan menjadi sumber
keluarga memiliki implikasi terhadap keprihatinan selama tahun-tahun awal masa
proses interaksi anak. Anak akan belajar remaja seperti gambaran diri mereka
mengenal dirinya maupun orang lain serta (Hurlock, 2004).
memahami perasaannya sendiri maupun Gambaran diri adalah persepsi
orang lain dalam proses komunikasi seseorang tentang tubuh, baik secara
tersebut. Pola komunikasi yang demokratis internal maupun eksternal. Persepsi ini
dan interaktif secara kultural pada akhirnya mencakup perasaan dan sikap yang
akan menentukan keberhasilan proses ditujukan pada tubuh. Gambaran diri sangat
interaksi sosial anak. Proses sosialisasi dinamis karena secara konstan berubah
menjadi penting karena dalam proses seiring dengan persepsi dan pengalaman-
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial
pengalaman baru. Gambaran diri harus seseorang. Sebuah penelitian menunjukkan
realistis karena semakin dapat menerima bahwa obesitas dapat memiliki dampak
dan menyukai tubuhnya individu akan lebih yang sangat negatif terhadap interaksi sosial
bebas dan merasa aman dari kecemasan bagi penderitanya. Penderita obesitas
(Suliswati, 2005). kadang-kadang membenci diri sendiri,
Fokus terhadap fisik pada usia remaja menarik diri dan jauh dari hubungan
lebih menonjol dari periode kehidupan lain. interpersonal (Unlenhake, 2010).
Bentuk tubuh, tinggi, berat badan, dan Berdasarkan hasil analisis hubungan
tanda-tanda pertumbuhan sekunder, semua gambaran diri dengan interaksi sosial pada
akan menjadi bagian dari gambaran diri. remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan
Gambaran diri merupakan salah satu bagian Kabupaten Jepara diperoleh hasil bahwa
dari gambaran diri. Gambaran diri responden yang mempunyai gambaran diri
merupakan gambaran mental yang tertuju negatif dengan interaksi sosial kategori
kepada perasaan yang kita alami tentang negatif yaitu sebanyak 6 orang (54,5%).
tubuh dan bentuk tubuh kita yang berupa Reponden yang mempunyai
penilaian positif dan penilaian negatif gambaran diri negatif ditunjukkan dengan
(Basow, 2002). Perubahan gambaran diri mereka yang merasa tidak percaya diri
antara lain dipengaruhi oleh fisik dan ketika baju yang digunakan bertambah
penampilan diri, perubahan fisik yang dapat besar, tidak dapat menerima perubahan
mempengaruhi gambaran diri antara lain ukuran baju untuk tubuh yang telah terjadi
adalah kegemukan. Kegemukan atau atau akan terjadi, tidak percaya diri
obesitas merupakan suatu hal yang ditakuti menggunakan pakaian yang besar pada
oleh banyak remaja, karena dapat merusak bagian tertentu misalnya kedua kaki,
penampilan dan citranya sebagai remaja sehingga mereka dapat memberikan solusi
(Fakurrozi, 2008). perbedaan pendapat dalam pengambilan
Gambaran diri mempunyai pengaruh keputusan, selalu mengutamakan
yang cukup besar terhadap perilaku kepentingan orang lain daripada
individu, yaitu individu akan bertingkah kepentingan pribadi dan selalu
laku sesuai dengan gambaran diri yang mengutamakan tujuan kelompok dari pada
dimiliki. Individu yang memiliki gambaran kepentingan pribadi. Hal tersebut
diri yang positif akan mengembangkan disebabkan oleh jenis kelamin responden
perilaku-perilaku yang positif sesuai adalah wanita.
dengan caranya memandang diri dan Responden dengan jenis kelamin
lingkungan, sebaliknya individu yang wanita sangat sensitif dengan penampilan
memiliki gambaran diri yang negatif akan diri. Mereka merasa rendah diri, tidak
mengembangkan perilaku-perilaku yang percaya diri dan menutup diri apabila tubuh
cenderung negatif sesuai dengan caranya mereka tidak proporsional, wajah tidak
memandang diri dan lingkungannya cantik dan masalah fisik lainnya, sehingga
(Rahmat, 2003). mereka cenderung menutup diri dan hanya
Pernyataan tersebut didukung oleh bergaul dengan teman-teman yang
Burns (2000) yang menyatakan bahwa kondisinya tidak berbeda dengan mereka.
gambaran diri akan mempengaruhi cara Chase dalam Indika (2010)
individu dalam bertingkah laku di tengah menyatakan bahwa jenis kelamin adalah
masyarakat. Dapat dikatakan bahwa faktor paling penting dalam perkembangan
gambaran diri mempengaruhi interaksi gambaran diri seseorang. Wanita lebih
seseorang dengan orang lain dalam negatif memandang gambaran diri
lingkungan sosialnya. Gambaran diri yang dibandingkan pria. Wanita ingin memiliki
negatif terkait dengan masalah obesitas tubuh kurus menyerupai ideal yang
dapat berdampak pada interaksi sosial digunakan untuk menarik perhatian
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial
pasangannya. Usaha yang dilakukan pria positif dengan interaksi sosial kategori
untuk membuat tubuh lebih berotot, negatif yaitu sebanyak 3 orang (15,8%).
sedangkan wanita cenderung untuk Responden dengan gambaran diri
menurunkan berat badan disebabkan oleh positif ditunjukkan dengan merasa tidak
artikel dalam majalah wanita yang sering malu ketika ditanya berat badan, tidak takut
memuat artikel tentang penurunan berat ketika baju yang saya kenakan saya
badan. bertambah besar dan tidak malu dengan
Berdasarkan hasil analisis hubungan ukuran sepatu yang besar namun mereka
gambaran diri dengan interaksi sosial pada tidak mengutamakan kepentingan oranglain
remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan daripada kepentingan pribadi dan jika ada
Kabupaten Jepara diperoleh hasil bahwa pertengkaran tidak dapat menyelesaikan
responden yang mempunyai gambaran diri dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh
negatif dengan interaksi sosial kategori faktor jenis kelamin.
positif yaitu sebanyak 5 orang (45,5%). Jenis kelamin adalah faktor paling
Reponden yang mempunyai gambaran diri penting dalam perkembangan gambaran diri
negatif ditunjukkan dengan mereka merasa seseorang. Remaja putri lebih negatif
malu dengan bentuk pakaian yang besar di memandang citra tubuh dibandingkan
bagian pinggang, merasa tidak nyaman remaja putra. Remaja putra umumnya ingin
dengan bentuk pipi gemuk dan merasa malu bertubuh besar dikarenakan ingin tampil
dengan ukuran sepatu yang besar namun percaya diri di depan teman-temannya dan
mereka merasa mudah mencari teman dekat mengikuti trend yang sedang berlangsung,
atau curhat, merasa mudah menarik sedangkan remaja putri ingin memiliki
perhatian lawan jenis sesuai selera dan tidak tubuh lebih ideal menyerupai idola mereka
hanya berteman dengan orang yang obesitas untuk menarik perhatian pasangannya.
saja. Hal ini disebabkan oleh faktor Usaha yang dilakukan remaja putra untuk
dukungan keluarga responden yang baik. membuat tubuh lebih berotot, sedangkan
Keluarga responden yang remaja putri cenderung untuk menurunkan
memberikan motivasi dan pendidikan yang berat badan hingga sesuai dengan kehendak
baik sangat mendukung cara responden mereka karena pengaruh majalah wanita
menilai dirinya. Keluarga yang memberikan yang sering memuat artikel tentang
masukan bahwa obesitas tidak selamanya penurunan berat badan.
buruk tampilannya dan mengajarkan cara Gambaran diri menjadi penting pada
bergaul yang baik dengan teman-teman tahap perkembangan remaja. Hal ini
mendorong mereka tetap dapat berinteraksi berdampak pada usaha berlebihan pada
dengan positif terhadap lingkungannya. remaja untuk mengkontrol berat badan.
Menurut teori social learning, orang Umumnya lebih sering terjadi pada remaja
tua merupakan model yang paling penting putri daripada remaja putra. Remaja putri
dalam proses sosialisasi sehingga mengalami kenaikan berat badan pada masa
mempengaruhi gambaran diri anak-anaknya pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang
melalui modeling, feedback dan instruksi. penampilan dan hal ini menyebabkan
Gambaran diri melibatkan bagaimana orang remaja putri mengalami gangguan
tua menerima keadaan bayinya baik psikologis. Ketidakpuasan remaja putri
terhadap jenis kelamin dan bagaimana pada tubuhnya meningkat pada awal hingga
wajah bayinya kelak (Melliana, 2006). pertengahan remaja sedangkan pada remaja
Berdasarkan hasil analisis hubungan putra yang semakin berotot semakin tidak
gambaran diri dengan interaksi sosial pada puas dengan tubuhnya (Melliana, 2006).
remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan Berdasarkan hasil analisis hubungan
Kabupaten Jepara diperoleh hasil bahwa gambaran diri dengan interaksi sosial pada
responden yang mempunyai gambaran diri remaja putri obesitas di SMA 1 Pecangaan
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial
Kabupaten Jepara diperoleh hasil bahwa positif yaitu sebanyak 19 responden
responden yang mempunyai gambaran diri (63,3%).
positif dengan interaksi sosial kategori 2. Interaksi sosial pada remaja putri
positif yaitu sebanyak 16 orang (84,2%). obesitas di sekolah SMA 1 Pecangaan
Responden dengan gambaran diri Kabupaten Jepara sebagian besar dalam
positif ditunjukkan dengan mereka yang kategori positif yaitu sebanyak 21
tetap merasa senang dengan ukuran celana responden (70,0%).
bagian paha yang besar, merasa tidak malu 3. Ada hubungan gambaran diri dengan
ketika ditanya berat badan dan merasa tetap interaksi sosial pada remaja putri
percaya diri meskipun baju yang digunakan obesitas di sekolah SMA 1 Pecangaan
bertambah besar sehingga merasa mudah Kabupaten Jepara, dengan nilai korelasi
mencari teman dekat atau curhat, tidak kendall tau () sebesar 0,408 dan p-
hanya berteman dengan orang yang obesitas value sebesar 0,028 ( = 0,05).
saja dan tidak berteman berdasarkan
kesamaan kepentingan pribadi saja. Hal B. Saran
tersebut didukung oleh faktor kemampuan Berdasarkan kesimpulan di atas,
komunikasi. maka saran yang diberikan antara lain :
Faktor yang berpengaruh terhadap 1. Bagi
kemampuan interaksi sosial diantaranya Institusi
adalah adanya kemampuan berkomunikasi Pendidikan
yang baik. Seseorang dituntut untuk Hendaknya institusi pendidikan
memiliki kemampuan berkomunikasi yang menambah literature yang berkaitan
baik dengan orang lain agar dapat dengan gambaran diri dan interaksi
mengembangkan kemampuan sosialnya. sosial serta dapat menggunakan hasi
Kemampuan berkomunikasi ini merupakan penelitian ini sebagai landasan untuk
inti dari sosialisasi atau interkasi sosial. penelitian selanjutnya.
Adanya kemampuan berkomunikasi yang
dapat membicarakan topik yang 2. Bagi Bidan
dimengerti dan menarik baagi orang lain Hendaknya bidan meningkatkan
yang menjadi lawan bicara. Ketika konseling pada remaja yang mengalami
berkomunikasi dengan orang lain, obesitas khususnya yang berkaitan
seseorang tidak hanya dituntut untuk dengan gambaran diri dan interaksi
berkomunikasi dengan kata-kata yang sosial pada remaja putri misalnya
dapat dipahami, tetapi juga dapat dengan melakukan penyuluhan melalui
membicarakan topik yang dapat dimengerti kegiatan karang taruna.
dan menarik untuk orang lain yang menjadi 3. Bagi Remaja Putri
lawan bicaranya (Daeng dalam Syaodih, Hendaknya para remaja
2005). meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang obesitas khususnya
PENUTUP yang berkaitan dengan gambaran diri
dan interaksi sosial dengan aktif
A. Analisis Univariat menggali informasi tentang obesitas,
Berdasarkan hasil analisis data yang gambaran diri dan interaksi sosial baik
telah dilakukan, maka kesimpulan penelitian melalui penyuluhan atau media informasi
ini adalah sebagai berikut : yang lain sehinga dapat meningkatkan
1. Gambaran diri remaja putri obesitas di perilakunya khususnya gambaran diri
sekolah SMA 1 Pecangaan Kabupaten dan interaksi sosialnya.
Jepara sebagian besar dalam kategori
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial
4. Bagi Peneliti Lain Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A.,
Hendaknya peneliti selanjutnya 2003. Sinopsis Psikiatri : Ilmu
meningkatkan hasil penelitian dengan Pengetahuan Perilaku Psikiatri
lebih mengendalikan variabel lain yang Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I.
mempengaruhi penelitian ini, misalnya Made Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa
dengan menambah variabel independen Aksara : 113-129, 149-183
seperti dukungan keluarga. Maryati, 2006. Sosiologi : - jilid 1. Semarang :
Erlangga
DAFTAR PUSTAKA http://books.google.co.id/books?id=L
ydffsORZZMC&printsec=frontcover
Adriana, 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi &hl=id#v=onepage&q&f=false
Bermain pada Anak. Jakarta : Minasdiarly 2007. Obesitas Sebagai Faktor
Salemba Medika. Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta :
Ahmadi, 2009. Psikologi Sosial, Jakarta : Pustaka Obor Populer
Rineka Cipta Mubarak & Chayatin. 2008. Buku Ajar
Anggraeni 2012. Hubungan gambaran diri Kebutuhan Dasar Manusia, Teori &
dengan interaksi sosial pada remaja Aplikasi dalam Praktik. EGC: Jakarta.
yang berjerawat agne vulgaris) pada Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian
remaja yang berjerawat agne Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
vulgaris) di SMA N 3 Padang tahun Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
2012. Skripsi. Universitas Andalas Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pedoman Skripsi Tesis dan
Pendekatan Praktek, Edisi Kelima, Instrumental Keperawatan. Jakarta:
Jakarta : Rineka Cipta Salemba Medika.
Arisman, 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Proverawati, 2010. BBLR Buku Ajar Gizi untuk
Jakarta: EGC Kebidanan. Yogyakarta Nuha
Dariyo, 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Medika. Cetakan I.
Bogor: Ghalia Indonesia Puspasari, 2007. Mengukur Konsep Diri Anak.
Deri 2012. hubungan gambaran diri dengan Jakarta : PT. Elex Media
interaksi sosial pada remaja yang Komputindo.
berjerawat agne vulgaris) di SMA N 3 Rahmat, 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung
Padang tahun 2012 : Remaja Rosdakarya
Fakrurozi. 2008. Konsep Diri Remaja Putri Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta :
yang Mengalami Obesitas. Jurnal Raja Grafindo Persada
Universitas Gunadarma Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.
Ghozali. 2007. Aplikasi Analisis Multivariat Bandung : CV Alfabeta.
dengan Program SPSS. Semarang : Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan
Badan Penerbit universitas Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Diponegoro. Sumanto, 2009. Obesitas Permasalahan dan
Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Terapi Praktis. Sagung Seto.
Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Jakarta: Salemba Medika. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk perawat.
Hurlock, 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Jakarta: EGC
Pendekatan Sepanjang Rentang Walgito. 2003. Pengantar Psikologi Umum.
Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Yogyakarta : Andi
Indika. 2010. Gambaran Citra Tubuh pada Wong, 2008. Buku Ajar Keperwatan Pediatric.
Remaja Obesitas. Skripsi Psikologi Jakarta : EGC
USU
Dewi Pramuwardani,
Hubungan gambaran diri dengan
interaksi sosial