Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Dalam masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih dalam keadaan istirahat,
belum menunaikan faalnya dengan baik. Jika telah memasuki usia pubertas, maka terjadilah
perubahan-perubahan dalam ovarium yang menyebabkan perubahan-perubahan besar pada
bentuk tubuh wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh
keturunan, bangsa, iklim, dan lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam pubertas ialah
timbulnya haid yang pertama kali ( menarche ). Walaupun begitu menarche merupakan gejala
pubertas yang lambat. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara ( thelarche ), kemudian
tumbuh rambut kemaluan ( pubarche ), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Setelah
tu barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid datang secara siklik.
1

Haid (menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat
kandungan menunaikan faalnya. Secara fisiologis menstruasi adalah proses hormonal dalam
tubuh wanita sebagai hasil dari pelepasan ovum. Pelepasan itu terjadi ketika ovum yang ada
di ovarium tidak dibuahi. Amenore adalah absennya perdarahan menstruasi. Amenore normal
terjadi pada wanita prepubertal, kehamilan, dan postmenopause. Pada wanita usia
reproduktif, yang harus diperhatikan pertama kali dalam mendiagnosa etiologi dari amenore
adalah kehamilan.
1
Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara
tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah
mendapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat lagi.
1
Amenorea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang
mengiring penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan tidak
sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik.
2
Amenorea primer umunya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit
untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya
amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam
kehiduapan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit
infeksi, dan lain-lain. Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak tampak
adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi misalnya pada
ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis dan lain-lain. Selanjutnya, ada pula
amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan,
masa laktasi, dan sesudah menopause.
2
Amenorea sekunder diartikan secara klinis sebagai tidak adanya menstruasi lebih dari
3 siklus, atau 6 bulan berturut-turut, yang sebelumnya wanita tersebut mengalami menstruasi.
Amenore didefinisikan sekunder ketika siklus haid tidak ada selama 6 bulan berturut-turut
pada gadis dengan haid yang irregular atau selama 3 bulan berturut-turut pada gadis dengan
haid regular. Amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian
dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor,
penyakit infeksi, dan lain-lain. Selanjutnya, ada pula amenorea fisiologik, yakni yang
terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah
menopause.
2




















BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
1

Amenorea adalah keadaaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut
pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas,
kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal
meliputi interaksi antara komplek hipotalamushipofisi- aksis indung telur serta
organ reproduksi yang sehat.
Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:
- Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia
16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0.1 2.5% wanita usia reproduksi.
- Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus atau 6
siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Angka
kejadian berkisar antara 1 5%.
2. Anamnesis
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
sejak kanak-kanak, termasuk tinggi, berat badan dan usia saat pertama kali
mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan. Informasi
tentang anggota keluarga yang lain (ibu dan saudara wanita) mengenai usia
mereka pada saat menstruasi pertama, karena biasanya antara ibu dan anak-
anaknya pertama kali mendapatkan menstruasi hanya berselang 1 tahun.
Banyaknya perdarahan, lama menstruasi, dan periode menstruasi terakhir juga
perlu untuk ditanyakan. Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita, trauma,
operasi, dan pengobatan juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan
dalam kehidupan seksual, penggunaan narkoba, olahraga, diet, situasi di rumah
dan sekolah, dan kelainan psikisnya juga penting untuk ditanyakan. Gejala-gejala
klinis yang lain seperti gejala vasomotor, panas badan, galactorrhea, nyeri kepala,
lemah badan, pendengaran berkurang, perubahan pada penglihatan juga harus
ditanyakan.
3
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, yang pertama kali diperiksa adalah tanda vital, termasuk
tinggi badan, berat badan dan perkembangan seksual.
Pemeriksaan fisik yang lain adalah sebagai berikut :
- Keadaan umum :
Anoreksia-cacheksia, bradikardi, hipotensi, dan hipotermi
Tumor hipofise-perubahan pada funduskopi, gangguan lapang pandang,
dan tanda-tanda saraf kranial.
Sindroma polikistik ovarium-jerawat, akantosis, dan obesitas.
Inflammatory bowel disease-Fisura, skin tags, adanya darah pada
pemeriksaan rektal.
Gonadal dysgenesis ( sindroma Turner )- webbed neck, lambatnya
perkembangan payudara.
- Keadaan payudara
Galactorrhea-palpasi payudara.
Terlambatnya pubertas- diikuti oleh rambut kemaluan yang jarang.
Gonadal dysgenesis (sindroma Turner ) tidak berkembangnya payudara
dengan normalnya pertumbuhan rambut kemaluan.
- Keadaan rambut kemaluan dan genitalia eksternal
Hiperandrogenisme- distribusi rambut kemaluan dan adanya rambut di
wajah.
Sindroma insensitifitas androgen- Tidak ada atau jarangnya rambut ketiak
dan kemaluan dengan perkembangan payudara. Terlambatnya pubertas-
tidak disertai dengan perkembangan payudara.
Tumor adrenal atau ovarium- clitoromegali, virilisasi.
Massa pelvis- kehamilan, massa ovarium, dan genital anomali.
- Keadaan vagina
Imperforasi himen- menggembung atau edema pada vagina eksternal.
Agenesis ( Sindroma Rokitansky-Hauser ) menyempitnya vagina tanpa
uterus dan rambut kemaluan normal.
Sindroma insensitifitas androgen- menyempitnya vagina tanpa uterus dan
tidak adanya rambut kemaluan.
- Uterus : Bila uterus membesar, kehamilan bisa diperhitungkan


- Cervix : Periksa lubang vagina, estrogen bereaksi dengan mukosa vagina dan
sekresi mukus. Adanya mukus adalah tanda bahwa estradiol sedang diproduksi
oleh ovarium. Kekurangan mukus dan keringnya vagina adalah tanda bahwa
tidak adanya estradiol yang sedang diproduksi.
3

4. Pemeriksaan laboratorium
Pertimbangkan untuk melakukan tes laboratorium : CBC, erithrocyte
sedimentation rate (ESR), thyroid- stimulating hormone (TSH), boneage, FSH dan
LH, fungsi hati, BUN, kreatinin, urinalisis (UA), urin HCG, karyotyping,
dehydroepiandrosterone sulfat (DHEAS), androstenedione, testosterone, adrenal
suppresion test untuk 17- hydroxyprogesterone, pelvic ultrasound, MRI, dan
kemungkinan radiograf untuk melihat sella turcica. Yang terakhir ini dapat
mendeteksi lesi hipofise di dasar kelenjar hipofise dan dapat mengganggu sella itu
sendiri. Banyak ahli yang lebih memilih MRI daripada radiograf untuk melihat
sella apabila mencari CNS penyebab amenore.
3
5. Etiologi
3,4,5

Penyebab amenore primer antara lain :
- Kelainan kongenital pada sistem reproduksi, Kelainan-kelainan kongenital alat
genital dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti keadaan endometrium
yang mempengaruhi nutrisi mudigah, penyakit metabolik, penyakit virus,
akibat obat-obat teratogenik, dan lain-lain yang terdapat dalam masa
kehamilan, Himen imperforatus ialah selaput dara yang tidak menunjukkan
lubang (hiatus himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang
cukup sering dijumpai. Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum
menarche. Transverse Vaginal Septum disebabkan karena kegagalan duktus
mulleri yang berasal dari vagina bagian atas berpisah dengan sinus urogenital
yang berasal dari vagina bagian bawah. Biasanya septum tersebut berada di
bagian tengah vagina dan bersifat paten. Sindrom feminisasi testikular atau
insensitivitas androgen akibat disfungsi atau tidak adanya reseptor testoteron
sehingga terjadi fenotipikal wanita dengan kromosom 46XY. Sindrom ini
terjadi pada 1:50.000 wanita. Penyebabnya adalah gangguan dalam
metabolisme endokrin pada janin, dimana tidak ada kepekaan jaringan alat-
alat genital terhadap androgen yang dihasilkan secara normal oleh testis janin.
Berhubungan dengan hal tersebut, meskipun tidak ada kelainan kromosom,
penderita mempunyai ciri-ciri khas wanita, akan tetapi tidak mempunyai
genital interna wanita dan terdapat testis, yang kurang tumbuh, dan dapat
ditemukan di rongga abdomen, di kanalis inguinalis, atau di labium mayus.
- Gangguan gonad, Penyebab paling sering amenorea primer adalah disgenesis
gonad Disfungsi ini sering dihubungkan dengan kelainan kromosom seks,
menyebabkan gangguan perkembangan gonad, pengurangan jumlah folikel
dan oosit, dan tidak adanya sekresi estradiol. Pasien mengalami amenorea
hipergonadotropik tanpa memandang derajat perkembangan pubertas.
Kegagalan ovarium primer ditandai dengan kenaikan kadar gonadotropin dan
penurunan estradiol (hipergonadotropin hipogonadisme). Kegagalan ovarium
sekunder hampir selalu menyebabkan disfungsi hipotalamus dan ditandai
dengan kadar gonadotropin yang normal atau menurun serta penurunan
estradiol (hipogonadotropin hipogonadisme).
- Gangguan hipotalamus, Gonadotropin releasing hormon (GnRH)
mengeluarkan neuron hipotalamus yang berasal dari bulbus olfaktorius dan
berjalan sepanjang traktus olfaktorius menuju hipotalamus mediobasal dan
nukleus arkuata. Dibawah keadaan fisiologis, nukleus arkuata melepaskan
GnRH secara ritmik menuju sistem hipofiseal portal setiap jam. Kemudian
GnRH melepaskan LH dan FSH dari hipofisis. LH dan FSH akan merangsang
pertumbuhan folikel di ovarium dan ovulasi. Kemudian ovarium
menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang merangsang
pertumbuhan dan perkembangan endometrium, dan menyebabkan perdarahan
pada fase menstruasi ketika kadar hormon tersebut menurun. Anovulasi dan
amenorea dapat disebabkan karena gangguan pada penyaluran GnRH,
penurunan produksi pulsasi GnRH, atau kelainan kongenital yang
menyebabkan tidak adanya GnRH (sindrom Kallmann). Defisiensi GnRH
kongenital Keadaan ini disebut juga hipogonadotropik hipogonadisme jika
terjadi dengan fenomena tersembunyi, dan disebut sindrom kallmann jika
disertai anosmia. Pasien mengalami berkurangnya sekresi GnRH dan
penurunan secara drastis hormon gonadotropin. Perkembangan folikel dan
ovulasi tidak terjadi. Meskipun lebih dari 60% kasus sporadik, defisiensi
GnRH kongenital juga dapat diturunkan pada kromosom X autosomal. Lebih
sering terjadi pada anak laki-laki dengan keterlambatan pubertas, sedangkan
pada anak perempuan jarang menyebabkan amenorea primer.

- Gangguan hipofisis, Gangguan hipofisis jarang menyebabkan amenorea;
kebanyakan sekunder dari disfungsi hipotalamus. Disfungsi hipofisis
kongenital adalah tidak adanya hipofisis secara kongenital merupakan kondisi
letal dan jarang. Kemudian menyebabkan penurunan atau tidak dihasilkannya
hormon LH dan FSH, mengakibatkan anovulasi dan amenorea.

Penyebab amenore sekunder antara lain :
- Gangguan Hipotalamus,
Gangguan penyaluran GnRH dari hipotalamus ke hipofisis dapat
disebabkan kompresi batang hipofisis atau destruksi nukleus arkuata.
Batang hipofisis mengalami gangguan akibat trauma, kompresi,
radiasi, tumor (kraniofaringioma, germinoma, glioma, teratoma), dan
penyakit yang bersifat infiltrasi (sarkoidosis, tuberkulosis) dapat
merusak area hipotalamus atau mencegah penyaluran hormo
hipotalamus ke hipofisis.
Gangguan pada produksi pulsasi GnRH, Konsekuensi metabolik
terhadap penurunan produksi pulsas GnRH sehingga menyebabkan
sedikit atau tidak ada LH atau FSH yang dilepaskan, sehingga
mengakibatkan tidak ada folikel ovarium yang berkembang, tidak ada
sekresi estradiol, dan pasien amenorea. Keadaan ini dapat disebabkan
karena anoreksia nervosa, stress berat, dan kehilangan berat badan
yang ekstrim.
- Gangguan Hipofisis, oleh karena disfungsi hiposis yang disebabkan oleh :
Sindrom sheehan, Sindrom yang ditandai dengan amenore postpartum
dan disertai banyak perdarahan atau syok. Hal ini dapat menyebabkan
nekrosis karena spasme atau trombosis arteriola-arteriola pada pars
anterior hipofisis. Pada masa kehamilan terdapat vaskularisasi yang
lebih banyak pada pars posterior, sehingga jika terjadi spasme atau
trombosis pembuluh darah; yang mengalami akibat berupa nekrosis
ialah terutama pars anterior. Dengan nekrosis fungsi hipofisis
terganggu dan menyebabkan menurunnya pembuatan hormon-hormon
gonadotropin, tireotropin, kortikotropin, somatotropin, dan prolaktin.
Akumulasi besi di hipofisis Keadaan ini dapat menyebabkan
dekstruksi sel yang memproduksi LH dan FSH. Ini terjadi hanya pada
pasien dengan kenaikan kadar serum besi (misalnya hemosiderosis),
atau karena destruksi sel darah merah yang berlebihan (misalnya
talasemia).
Tumor-tumor hipofisis, Diantara sebab-sebab amenorea, tumor
hipofisis merupakan sebab yang jarang dijumpai. Sebaliknya, pada
penderita dengan tumor hipofisis adanya amenorea merupakan gejala
yang sering terdapat.
- Sindrom Asherman
Sindrom terjadi karena destruksi endometrium serta tumbuhnya sinekia
(perlekatan) pada dinding kavum uteri sebagai akibat kerokan yang
berlebihan, biasanya pada abortus atau postpartum. Walaupun jarang,
endometritis akuta yang berat dapat pula menimbulkan sindrom tersebut.
Penderita menderita amenore sekunder. Diagnosis dapat dipastikan dengan
histerogram.
- Sindrom amenorea galaktorea
Pada sindrom ini ditemukan gejala amenore, dan dari mamma dapat
dikeluarkan air seperti air susu. Dasar sindrom ini adalah gangguan endokrin
berupa gangguan produksi Releasing Factor dengan akibat menurunnya kadar
FSH dan LH, dan gangguan produksi Prolactin Inhibiting Factor dengan
akibat peningkatan pengeluaran prolaktin. Karena hal-hal tersebut diatas,
terjadilah amenore dan galaktorea. Amenore galaktorea dapat ditemukan
sesudah kehamilan.
- Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Polycystic Ovary Syndrome merupakan sebuah sindrom, penyakit
heterogenus, bukan penyakit spesifik. Dikatakan sebagai sindrom, dimana
memiliki kumpulan gejala dan tanda yang berhubungan satu sama lain tetapi
tanpa penyebab yang jelas. Gejala dan tandanya seperti oligo atau amenorea,
infertilitas, hirsutisme, obesitas, ovarium polikistik, peningkatan androgen,
resistensi insulin, dan rasio LH/FSH. Sekitar lebih dari 10% pasien PCOS
dengan amenorea primer dan 75% dengan amenorea sekunder. Hal ini terjadi
akibat abnormalitas aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Pada PCOS, sekresi
LH meningkat pada frekuensi dan amplitudo pulsasi sedangkan kadar FSH
tidak berubah. Oleh karena itu, rasio LH;FSH meningkat lebih dari 2,5 kali
ketika ovulasi. Ketidaksesuaian sekresi gonadotropin ini dapat juga
disebabkan karena gangguan pelepasan hormon GnRH di hipotalamus. Tetapi
gangguan ini masih belum jelas apakah suatu kelainan primer atau sekunder.
Kadar prolaktin meningkat pada 20% pasien PCOS.
6. Penatalaksanaan
Amenorea sendiri tidak selalu memerlukan terapi. Misalnya, seorang wanita
berumur lebih dari 40 tahun dengan amenorea tanpa sebab yang mengkhawatirkan
tidak memerlukan pengobatan. Penderita-penderita dalam kategori ini yang
memerlukan terapi ialah wanita-wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas,
atau yang sangat terganggu oleh tidak datangnya haid.
7
Dalam rangka terapi
umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan
gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, dan sebagainya.
Pengurangan berat badan pada wanita dengan obesitas tidak jarang mempunyai
pengaruh baik terhadap amenore dan oligomenorea. Pemberian tiroid tidak banyak
gunanya, kecuali jika ada hipotiroid.
6
Pasien dengan kelainan kongenital dapat
diobati dengan operasi dengan prosedur plastik untuk menyediakan tempat aliran
darah menstruasi pada pasien dengan uterus yang fungsional atau membuat
sebuah vagina yang fungsional. Pasien yang uterus dan payudaranya tidak ada
maka dapat diobati dengan pengganti estrogen untuk merangsang perkembangan
payudara dan mencegah osteoporosis. Pasien dengan payudara yang berkembang
tetapi tidak memiliki uterus mungkin tidak memerlukan intervensi pengobatan.
Pasien dengan uterus tetapi tanpa perkembangan payudara dan dengan
hipergonadotrop hipogonadisme sering disertai kegagalan ovarium yang
irreversibel memerlukan terapi pengganti estrogen. Pasien dengan hipogonadotrop
hipogonadisme memerlukan pengobatan seperti pasien dengan amenorea
sekunder.
8
Pasien dengan hipotiroidisme diobati dengan pengganti hormon tiroid.
Makroadenoma hipofisis diobati dengan operasi reseksi. Beberapa pasien dengan
makroadenoma dan kebanyakan mikroadenoma diobati dengan agonis dopamin
ini dapat meregresikan tumor dan memperbaiki ovulasi.
7



Penanganan wanita dengan uji P positif
Bagi wanita yang belum menginginkan anak, cukup diberikan progestogen
dari hari ke 16 sampai hari ke 25 silus haid. Hari pertama dihitung dari
haripertama terjadi perdarahan setelah uji P dilakukan. Setiap habis obat pada
umumnya akan terjadi perdarahan. Pengobatan diberikan untuk 3 siklus berturut-
turut, setelah itu dilihat apakah siklus haid normal kembali atau tidak. Bila masih
belum terjadi siklus haid normal, maka pengobatan dilanjutkan lagi sampai
dicapai siklus haid yang normal. Selama belum diperoleh siklus haid yang normal,
berarti wanita tersebut terus menerus berada di bawah pengaruh estrogen yang
suatu waktu dapat menyebabkan hiperplasia endometrium bahkan kanker
endoetrium.
Pemberian progestogen pada wanita ini selain untuk mendapatkan haid yang
teratur juga sekaligus untuk mencegah timbulnya kanker endometrium.15 Bila
ternyata wanita tersebut telah mendapat siklus haid yang teratur, namun wanita
tersebut belum menginginkan anak, maka perlu dianjurkan penggunaan IUD, atau
yang paling mudah adalah pemberian kontrasepsi kombinasi. Jangan memberikan
kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung gestagen saja karena kontrasepsi
jenis ini justru akan mengakibatkan amenorea.
8

Penanganan wanita dengan uji E+P positif
Penyebab folikel tidak berkembang harus dicari serta dilakukan analisis
hormonal FSH, LH, dan prolaktin. Bila kadar FSH dan LH rendah/normal, serta
kadar prolaktin normal, maka diagnosisnya adalah amenorea hipogonadotrop yang
disebabkan oleh insufisiensi hipotalamus-hipofisis. Penyebab insufisiensi tersebut
dapat disebabkan oleh tumor di hipofisis. Bila ditemukan kadar FSH dan LH
tinggi dan prolaktin normal maka penyebab amenorea pada pasien ini adalah
gangguan di ovarium, misalnya menopause prekoks. Diagnosisnya adalah
amenorea hipergonadotrop. Untuk memastikan secara pasti, perlu dilakukan
biopsi pada ovarium. Bila FSH dan LH sangat rendah berarti tidak terjadi
pematangan folikel, atau ovarium tidak memiliki folikel-folikel lagi. Untuk
mengetahui apakah ovarium benar-benar masih mengandung folikel dan masih
memiliki kemampuan untuk menumbuhkan folikel, dapat dilakukan uji stimulasi
dengan hMG (uji hMG). hMG mengandung hormon FSH dan LH. Pada ovarium
yang normal, pemberian hMG akan memicu pertumbuan folikel dan memproduksi
estrogen. Estrogen tersebut dapat diperiksa melalui urin atau darah. Bila
didapatkan kadar estrogen yang normal, maka uji hMG dikatakan positif. Perlu
diketahui bahwa dikemudian hari tidak diproduksi lagi hormon gonadotropin yang
mengandung FSH dan LH, melainkan hanya yang mengandung FSH saja.15 Hasil
uji hMG positif berarti amenorea yang terjadi disebabkan oleh rendahnya produksi
FSH dan LH di hipofisis, atau rendahnya FSH dan LH bisa disebabkan oleh
rendahnya produksi hormon pelepas GnRH di hipotalamus. Hasil uji hMG negatif
menunjukkan bahwa ovarium tidak memiliki folikel, atau masih memiliki folikel,
tetapi tidak sensitif terhadap gonadotropin seperti pada kasus sindroma ovarium
resisten. Untuk mencari tahu kemungkinan lokasi gangguan yang terjadi di
hipotalamus atau di hipofisis, maka perlu dilakukan uji stimulasi dengan klomifen
sitrat dan uji dengan GnRH. Klomifen sitrat diberikan 100 mg/hari selama 5-10
hari. Uji klomifen sitrat dikatakan positif bila selama penggunaan klomifen sitrat
dijumpai peningkatan FSH dan LH serum 2 kali lipat dan 7 hari setelah
penggunaan klomifen sitrat ditemukan peningkatan serum estradiol paling sedikit
200 pg/ml. Darah untuk pemeriksaan FSH, LH, dan E2 diambil pada hari ke-7.
Peningkatan FSH dan LH yang terjadi menunjukkan hipofisis normal, artinya
masih tersedia FSH dan LH yang cukup. Bila uji klomifen sitrat negatif, berarti
terjadi gangguan di hipotalamus dengan kemungkinan tidak tersedia cukup GnRH,
maka tindakan selanjutnya adalah melakukan uji dengan GnRH. GnRH diberikan
dengan dosis 25-100 g intravena. Tiga puluh menit setelah pemberian GnRH
dilakukan pengukuran kadar FSH dan LH serum. Uji GnRH dikatakan positif, bila
dijumpai kadar FSH dan LH yang normal atau tinggi, hal ini berarti gangguan
yang terjadi adalah di hipotalamus, sedangkan bila tidak dijumpai peningkatan
FSH dan LH, maka gangguan yang terjadi adalah di hipofisis. Bila ditemukan
FSH dan LH normal, namun kadar prolaktin tinggi, maka pasien ini perlu
ditangani sesuai dengan penatalaksanaan pasien dengan hiperprolaktinemia. Pada
pasien dengan uji P negatif dan uji E+P positif yang belum menginginkan anak,
cukup diberikan estrogen-progesteron siklik, meskipun cara ini tidak mengobati
penyebab dari amenorea tersebut. Bila diduga kelainan di hipofisis, maka untuk
pematangan folikel diberikan hMG atau FSH dan untuk induksi ovulasi diberikan
hCG, sedangkan bila diduga kelainan tersebut di hipotalamus, maka diberikan
GnRH secara pulsatif. Apabila tidak mungkin memberikan GnRH secara pulsatif,
maka terpaksa diberikan FSH dari luar, terutama bagi pasien yang ingin hamil.
Akan tetapi, perdarahan ini bersifat withdrawal bleeding, dan bukan haid yang
didahului oleh ovulasi. Induksi ovulasi dapat dilakukan dengan menggunakan
klomifen sitrat. Klomifen sitrat merupakan obat pilihan pertama untuk pasien
dengan siklus haid yang tidak berovulasi dan oligomenorea dan merupakan
pilihan pertama untuk pasien dengan amenorea sekunder yang kadar FSH, LH,
dan prolaktinnya normal.
8




























BAB III
KESIMPULAN

1. Amenorea adalah keadaaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut pada
seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan
dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi
antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang
sehat.
2. Amenore primer : Ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder
normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhanseksual sekunder; tidak mendapatkan
menstruasi.
3. Amenore sekunder : Ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, tidak
mendapatkan menstruasi.
4. Terapi yang diberikan tergantung dari etiologi dari amenore tersebut.

Anda mungkin juga menyukai