Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke menurut World Health Organisation (WHO) didefinisikan sebagai tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
1
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa stroke hemoragik merupakan 8-13% dari semua
stroke di USA, 20-30% stroke di Jepang dan Cina. Sedangkan di Asia Tenggara
menunjukkan stroke perdarahan 26% terdiri dari lobus 10%, ganglionik 9%, serebellar 1%,
dan perdarahan subaraknoid 4%.
2
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang
mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke
merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan
ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih
kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan f ungs i onal ber at ya ng menghar us kan
pender i t a t er us mener us di kas ur . Kemungki nan meninggal akibat stroke
adalah 30% sampai 35%, dan kemungkinan kecacatan mayor pada yang selamat adalah 35%
sampai 40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke
berikutnya dalam 5 tahun; 5% sampai 14% dari mereka akan mengalami stroke ulangan dalam tahun
pertama.
3
Di Sulawesi Utara jumlah penderita stroke pada periode tahun 1999 2001 adalah
2780 dari 138.112 total penderita rawat inap.
4
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran
dalam wakt u 15- 20 det i k dan ker us akan ot ak yang i r r ever s i bl e t er j adi
s et el ah t uj uh hingga sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri
menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar
kerusakan ini adalah selalu defisiensi energi yang disebabkan oleh iskemia.
Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya.
Kematian s e l m e n y e b a b k a n i n f l a m a s i , y a n g j u g a m e r u s a k s e l
d i t e p i a r e a i s k e m i k (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang
terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
5

Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun pecahnya
pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi koordinasi dari otak
ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun manifestasi stroke dapat
bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah otak mana yang terganggu. Jika
terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan
berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat
menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah
dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian
belakang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena
pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan.
6

Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang mempelajari masalah
atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit / nyeri /
cacat dan / atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai interaksi sosial. Tujuan
Rehabilitasi Medik yaitu mengurangi atau menghilangkan keadaan sakit / nyeri / cacat semaksimal mungkin
dan melatih pasien dengan gejala - gejala yang ada maupun yang tersisa agar dapat pulih / mendekati seperti
keadaan semula, sehingga pasien tersebut dapat bekerja kembali sesuai dengan kemampuan yang ada.
Rehabilitasi medik harus dan selalu bekerja dalam 1 tim, diantaranya: dokter rehabilitasi medik, fisioterapis,
terapis okupasi, terapis wicara, ortotis prostetis, psikolog, pekerja sosial medis.
7
Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke adalah : Bedside Exercise, Sitting
Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila penderita sudah mampu
duduk lama, maka latihan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) dapat dimulai, biasanya
diberikan oleh terapis Okupasi. Terdapat 2 pola besar dalam rehabilitasi stroke, yaitu :
8

Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral. Pola ini,
sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.
Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana segala
upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah menggeser pola
tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. DEFINISI
Stroke termasuk penyakit cerebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark cerebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan
oksigen ke otak.
9

Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik.
10,11,12


B. EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun stroke membunuh lebih dari 160.000 orang. Menurut laporan WHO, di
dunia stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker. Kasus
stroke di Indonesia, menurut data yang dirilis Yayasan Stroke Indonesia menunjukkan
kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke ternyata
terus melonjak. Stroke menyerang 35,8 % penderita usia lanjut dan 12,9 % pada usia yang
lebih muda. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun.
Dari jumlah itu, sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan
maupun berat.
12

C. KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi yang telah dibuat untuk memudahkan penggolongan penyakit
pembuluh darah otak. Menurut modifikasi Marshall, stroke dapat diklasifikasikan menjadi:
6

Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
Stroke Iskemik :
Transient Ischemic Attack (TIA)
Trombosis serebri
Emboli serebri

Stroke Hemoragik :
Perdarahan intra serebral
Perdarahan subarchnoid

Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu :
Transient Ischemic Attack (TIA)
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke in evolution atau progressing stroke
Completed stroke

Berdasarkan sistem pembuluh darah :
Sistem karotis.
Sistem vertebro-basilar

Berdasarkan sindroma klinis yang berhubungan dengan lokasi lesi otak, Bamford
dkk mengemukakan klasifikasi stroke menjadi 4 subtipe:
Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
Posterior Circulation Infarct (POCI)
Lacunar infarct (LACI)

D. FAKTOR RESIKO
Yang dimaksud dengan faktor risiko adalah faktor-faktor atau keadaan-keadaan
yang memungkinkan terjadinya stroke. Faktor tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
6

Faktor Biologik yang tidak dapat dimodifikasi
Umur
Jenis Kelamin
Ras
Herediter
Faktor Fisiologik yang dapat dimodifikasi
Hipertensi
Diabetes
Lipid
Penyakit Jantung
Stenosis karotis
TIA
Homosisteinemia
Ateroma Aorta
Faktor gaya hidup dan pola perilaku
Merokok
Obesitas
Aktivitas Fisik
Diet
Alkohol
Kontrasepsi oral
Drug Abuse

E. MANIFESTASI KLINIS
Serangan stroke yang tiba-tiba ini, bisa disebabkan penyumbatan ataupun pecahnya
pembuluh darah pada otak. Gangguan inilah yang menyebabkan fungsi koordinasi dari otak
ke tubuh menjadi hilang dan menimbulkan gangguan. Namun manifestasi stroke dapat
bervariasi pada masing-masing orang, tergantung daerah otak mana yang terganggu.
6

Stroke bisa menyebabkan lumpuh sebagian tubuhnya, kehilangan keseimbangan,
kehilangan penglihatan, kehilangan pendengaran, tidak mampu memahami kata-kata hingga
kesulitan bicara. Ini tergantung sisi otak yang mengalami gangguan pembuluh darah, apakah
sisi otak depan, temporal, samping tengah, belakang, atau otak kecil.
6

Jika terjadi pada otak bagian depan, maka dapat menyebabkan gangguan pada
kemampuan berpikir, kebijakan, penalaran dan bahasa. Jika terjadi pada area temporal, dapat
menyebabkan gangguan pada kemampuan berbicara. Gangguan pada otak bagian tengah
dapat menyebabkan manifestasi gangguan sensorik dan gerak. Gangguan pada otak bagian
belakang dapat mempengaruhi kemampuan penglihatan dan pendengaran. Dan, jika terkena
pada bagian otak kecil, menyebabkan gangguan keseimbangan.
6

Sering dijumpai penderita tidak dapat menghentikan tangisnya karena lumpuhnya
kontrol otak pada sistem emosinya. Hal itu membuat penderita stroke berlaku seperti
penderita penyakit kejiwaan, padahal bukan. Hal-hal seperti ini yang perlu dimengerti oleh
keluarga penderita.
6



F. DIAGNOSIS
Diagnosis stroke mancakup diagnosis klinis (sesuai perjalan penyakit atau kawasan
pembuluh darah), topis (kortikal, subkortikal, atau batang otak) dan etiologis (infark atau
perdarahan).
13

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis serta
pemeriksaan penunjang. Untuk mendapatkan diagnosis stroke se awal mungkin perlu adanya
anamnesis yang terarah.
13

Pada pemeriksaan fisik/neurologis penting mengetahui keadaan kardiovaskuler, fungsi
vital, perkembangan kesadaran sejak kejadian dan kelainan neurologis yang terjadi.
13

Pemeriksaan penunjang juga diperlukan untuk menentukan stroke atau bukan serta
membedakan stroke karena perdarahan intraserebral/subarachnoid, trombosis, emboli, dan
untuk mengungkapkan adanya faktor resiko.
13


G. REHABILITASI MEDIK
Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk
menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut.
14

Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik adalah
problem fisik dan psikis. Untuk mengatasi problem fisik yang berperan adalah program
fisioterapi dan terapi okupasi. Keduanya sebetulnya mempunyai kesamaan dalam sasaran,
dengan sedikit perbedaan bahwa terapi okupasi bahwa terapi okupasi juga melatih aktivitas
kehidupan sehari-hari dan melakukan prevokasional untuk mengarahkan pasien pada latihan
kerja bila terpaksa alih pekerjaan.
14


H. PROBLEM REHABILITASI MEDIK
Masalah masalah dalam Rehabilitasi Medik adalah sebagai berikut:
14

Problem Rehabilitasi
Kesukaran/tidak dapat ambulasi
Kesukaran/tidak dapat berkomunikasi
Kesukaran/tidak dapat merawat diri sendiri
Kesukaran/tidak dapat melakukan gerak

Problem Psikis
Rasa Malu
Rasa rendah diri
Tidak dapat menerima kenyataan
Tidak mau menyesuaikan diri dengan kecacatannya
Beberapa mengalami penurunan intelegensia

I. PENANGANAN REHABILITASI MEDIK
Menurut definisi WHO, jelaslah bahwa yang ditanggulangi rehabilitasi medik ialah
problem Fisik dan Psikis. Untuk mengatasi problem fisik, yang berperan utama ialah
Fisioterapi dan Terapi Okupasi. Keduanya sebetulnya memiliki kesamaan dalam sasaran dan
sedikit perbedaan, bahwa Terap Okupasi juga melatih aktivitas kehidupan sehari hari dan
melakukan prevocational untuk mengarahkan pasien pada latihan kerja bila terpaksa alih
pekerjaan. Sasaran umum kedua terapis adalah : melatih otot, mengurangi kekakuan sendi,
memperbaiki koordinasi dengan tujuan agar pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali,
baik untuk ambulasi, merawat diri sendiri maupun bekerja.
8

Secara garis besar tahapan Rehabilitasi Stroke Program adalah : Bedside Exercise, Sitting
Exercise, Standing Exercise dan Ambulation Exercise. Apabila penderita sudah mampu
duduk lama, maka latihan AKS dapat dimulai, biasanya diberikan oleh terapis Okupasi.
8

Terdapat 2 pola besar dalam rehabilitasi stroke, yaitu :
Pola traditional, pola rehabilitasi kompensasi atau pola pendekatan unilateral. Pola ini,
sisi yang sehat dilatih untuk kompensasi sisi yang sakit.
Pola pendekatan neurodevelopmental atau pola pendekatan bilateral, dimana segala
upaya ditujukan untuk melatih kembali sisi yang sakit. Pola ini telah menggeser pola
tradisional di dalam program rehabilitasi stroke modern.

J. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis:
8

1. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka
pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan
memelihara diri akan kembali lebih dahulu.
2. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya:
1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 4-6 minggu fungsi tangan belum kembali
dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap.

BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas penderita
Nama : Ny. NP
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Alamat : Karombasan utara ling.3
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 25 desember 2013

2. Anamnesis
Jenis anamnesis : Aloanamnesis
Keluhan utama : kelemahan anggota gerak kiri
Riwayat penyakit sekarang :
Kelemahan anggota gerak kiri dialami secara tiba tiba sejak kurang lebih 1 hari
yang lalu terjadi pada saat penderita sedang memasak. Saat ini kelemahan tidak bertambah
berat, tidak ditemukan kram kram anggota gerak kiri. Pasien mengeluh sakit kepala di
seluruh bagian kepala, tidak ditemukan adanya muntah, tidak ada penurunan kesadaran,
pasien berbicara pelo, tidak ada pandangan dobel , banggun menelan tidak di temukan.
Riwayat penyakit dahulu :
Hipertensi kurang lebih 5 tahun tidak terkontrol. Kolesterol, asam urat, jantung, stroke
disangkal penderita.

Riwayat penyakit keluarga:
Kakak laki-laki penderita pernah mengalami keluhan serupa dan didiagnosis dengan
stroke.

Riwayat kebiasaan: right handed, merokok (-), minum alkohol (-)




Riwayat sosial ekonomi:
Penderita tinggal di rumah milik pribadi, dua lantai, permanen, dinding tembok, lantai
ubin, dan wc jongkok. Penderita sekarang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan sekali-
kali menjaga warung. Biaya pengobatan rumah sakit menggunakan program jamkesmas.

3. Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital : T = 210/120mmHg
R = 20x/mnt
N = 78x/mnt, regular, isi cukup
Sb = 36,4
o

Kulit : sawo matang
Kepala : bentuk bulat, simetris
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
pupil bulat isokor 3 mm/3mm
Refleks cahaya+ /+ normal, refleks cahaya tidak langsung +/+
Hidung : sekret (-) telinga : sekret (-) mulut : caries (-), lidah beslag (-), tonsil t1-t1,
hiperemis (-)
Mulut : asimetris

Leher : kaku kuduk ( )
: trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks : simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Jantung : s1-s2 normal, bising (-)
Paru-paru: suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-,wheezing-/-

Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tak teraba

Ekstremitas : akral hangat, udema -/-


Status neurologis
Kesadaran : GCS E
4
M
6
V
5

Pemeriksaan fungsi luhur : disartria
Nervus kranialis : paresis N. VIII dan XII sentral sinistra




Status motorik dan sensorik
Pemeriksaan
Ekstremitas
superior
Ekstremitas inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Gerakan Normal Menurun Normal Menurun
Kekuatan otot 5/5/5/5 4/4/4/4 5/5/5/5 4/4/4/4
Tonus otot Normal Menurun Normal Menurun
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Refleks fisiologi
Refleks bisep Normal Menurun
Refleks trisep Normal Menurun
Refleks patella Normal Menurun
Refleks achiles Normal Menurun
Refleks patologi
Hoffman/Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Gordon - -
Oppenheim - -
Gonda - -
Schaefer - -
Sensibilitas
Protopatik Normal Normal Normal Normal
Proprioseptif Normal Normal Normal Normal




Index Barthel
Aktifitas Tingkat kemandirian N=Nilai
A
Bladder
Kotinensia, tanpa memakai alat bantu 10 5
Kadang-kadang ngompol 5
Inkontinensia urin 0
B
Bowel
Kontinensia, memasan enema, suppositoria tanpa dibantu 10 5
Dibantu 5
Inkontinensa alvi 0
C
Toilet
Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tanpa
mencemari baju) boleh berpegang pada bar dinding benda,
memaai bad pen, dapat meletakkan di kursi dan
membersihkan diri, dibant hanya salah satu kegiatan diatas
10 5
Dibantu 5
D
Kebersihan
diri
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir, hias, gosok gigi
termasuk persiapan alat-alat tersebut
5 0
Dibantu 0
E
Berpakaian
Tanpa dibantu buka/pakai baju, resleting, ikat tali sepatu,
termasuk pakaian khusus, boleh pakaian yang disesuaikan
keadaan mis: kancing depan. dibantu sebagai sebagian
minimal, setengah tidak membantu
10 0
Dibantu 5
F
Makan
Tanpa dibantu memakai pakian normal lengkap 10 5
Memakai alat-alat makan. dibantu sebagian hasil memotong,
memoles mentega
5
Dibantu 0
G
Transfer/
berpindah
Dari kursi roda ke tempat duduk / sebaliknya terauk duduk
dan berbaring tana dibantu
15 0
Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah -
langkah diatas
10
Bantuan mayor secara fisik (1/2 org terlatih), tetapi dapat
duduk/ dengan tanpa dibantu
5
Tidak dapat duduk berpindah (sitting balace) 0
H
Mobilisasi
Berjalan 16 m (50 yard), boleh dengan alat bantu kecuali
rolling walker. mengayuh kursi roda 16 m, berkeliling,
berjalan tanpa dibantu
15 5
Menguasai alat bantunya, berjalan dengan bantuan minor
fisik / verbal. memakai kuri roda dengan dibantu
10
Imobile 5
I
Naik turun
tangga
Tanpa dibantu 10 0
Dibantu secara fisik / verbal 5
Dibantu 0
J
mandi
Tanpa dibantu berendam 5 0
Dibantu 0
Total 100 25



4. Pemeriksaan penunjang
4
5


3





5






3


2
1
3

1
1
1
29
Ny. Nontje pangaila
51
Tamat SLTA
25 desember 2013
Pemeriksaan Laboratorium:
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Hb 14,4 g/dl 12,0 - 17,0
Leukosit 8900 /mm
3
3.500 - 10.000
Trombosit 353.000 /mm
3
150.000 - 390.000
Hematokrit 42 % 35,0 - 50,0
Ureum 25 mg% 20 40
Kreatinin 0,8 mg% 0,6 - 1,1
GDP 94 mg% 70 125
Cholesterol total 215 mg/dl 160 200
HDL : 44 mg/dl 70 mg/dl 0 40
LDL : 185 mg/dl 126 mg/dl 0 150
Trigliserida : 110 mg/dl 95 mg/dl 30 190

Pemeriksaan EKG: sinus takikardi dengan occoriol VER (1x) LV

5. Resume
Seorang perempuan, 51 tahun, dengan hemiplegi dextra + paresis N.VII dan XII
sentral dextra. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan otot ekstremitas superior dan
inferior dextra (0/0/0/0). Penurunan fungsi sensorik (protopatik) ekstremitas dextra.
Barthel index : disabilitas berat, MMSE : normal

6. Diagnosis
Diagnosis klinis : hemiparesis sinistra + paresis N.VII dan N. XII sentral sinistra
Diagnosis Topis : Subkortikal
Diagnosis etiologi : stroke hemoragik

7. Terapi dari bagian Neurologi
Bed rest
IVFD NaCl 0,9% 500 cc / 12 gtt/mnt
As. Traneksamat 3x1 (iv)
Ranitidin 2x1amp (iv)
Paracetamol 500 mg 4x1 tab
KSR 2x1
Amlodipin 10mg tab (MABP >130) atau TDS >180

8. Problem rehabilitasi
1) Kelemahan anggota gerak kiri (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
2) paresis N.VIII, paresis N.XII sentral sinistra
3) penurunan sensibilitas (protopatik) pada ekstremitas sinistra

9. Program rehabilitasi medik
1. Fisioterapi
evaluasi :
- kelemahan anggota gerak kiri ((KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
- gangguan protopatik sisi tubuh sebelah kiri


Program : - breathing exercise
- Proper bed positioning
- Alih baring tiap 2 jam
- Latihan peningkatan LGS pasif untuk ekstremitas superior sinistra dan
ekstremitas inferior sinistra

2. Terapi okupasi
evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Tidak ada kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (cth: Perawatan diri,
penggunaan toilet, makan, berpakaian, duduk, mandi dan berjalan)
- Kelemahan anggota gerak kiri (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
Program :
- Latihan peningkatan AKS dengan aktifitas
3. Ortotik prostetik
Evaluasi: kelemahan anggota gerak kanan (KO = ES : 0/0/0/0; EI : 0/0/0/0)
Program: AFO pada ekstremitas inferior sinistra
Hand splint pada ekstremitas superior sinistra
4. Terapi bicara
Evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik
- Bicara pelo (+)
Program : latihan artikulasi

5. Psikologi
Evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Motivasi untuk berobat dan latihan baik

Program :
- Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga tentang penyakit
penderita dan prognosis penyakitnya jika penderita latihan terus
- Memerikan dukungan psikologi untuk depresi pasien

6. Sosial medik
evaluasi :
- Kontak, pengertian dan komunikasi baik.
- Biaya perawatan : jamkesmas
- Rumah tinggal permanen, lantai ubin, dinding tembok dan WC jongkok
Program :
- Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan
berlatih secara teratur
- Mengadakan edukasi dan evaluasi terhadap lingkungan rumah.
- WC jongkok sebaiknya diganti dengan WC duduk, atau dimodifikasi
10. Prognosis
Dubia ad bonam.






DAFTAR PUSTAKA


1. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian
Rakyat,1995;269302
2. Misbach J. Stroke aspek diagnostik, patofisiologi, manajemen. Jakarta: balai penerbit
FKUI, 1999. Hal: 2-3; 55; 59-60
3. Price, Anderson S, et all. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed.4.Jakarta: EGC, 1995.Hal 1119-1122.
4. Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam : Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah
Regional II. Perdossi. Manado, 2002.
5. Silbernagl, S., Florian Lang. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:Jakarta, 2007.
6. PERDOSRI. Klasifikasi Stroke. Dalam Konsensus Nasional Rehabilitasi Stroke.
Jakarta. PERDOSRI 2004.
7. Webmaster RSMK Group. Rehabilitasi Medik. RS Mitra Keluarga Cikarang. Diunduh
dari: http://www.mitrakeluarga.com/cikarang/?p=75
tanggal 15 November 2012
8. Siwi RC. Epidemiologi stroke. Dalam Stroke Up date. Manado : SMF FK UNSRAT
2001.
9. Karema W. klasifikasi dan diagnosis stroke. Dalam : Stroke Up date. Manado : SMF
FK UNSRAT 2001.
10. Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : FKUI.
2008
11. Martono H, Kusmawardani RA. Stroke Dan Penatalaksanaannya Oleh Internis. Dalam
: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV 2006 Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.
12. Tim Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Undip. Penatalaksanaan stroke. Dalam :
Materi Lokakarya Stroke. Semarang : Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Undip.
1996.
13. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : Dian Rakyat. 2008
14. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation After Stroke. In : Basic Clinical Rehabilitation
Medicine. Philadelpia. Mosby, 1993; p.87-88.

Anda mungkin juga menyukai