Oleh Nadya Kurniawardani Rauf Masa KKM : 24 Maret 4 Mei 2014
Pembimbing : dr. A.J. Pandelaki, DK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2014 PENDAHULUAN Indonesia saat ini sedang melakukan persiapan menyongsong diberlakukannya Universal Coverage Jaminan Kesehatan. Mengingat UU No. 40 tahun 2004 dan UU No. 24 tahun 2011 yang mengamanatkan penjaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia melalui sistem pembiayaan dengan pengelolaan Badan Jaminan Sosial pada tahun 2014. Sistem kesehatan yang ke depan akan terlaksana dengan hadirnya BPJS Kesehatan tahun 2014 tentu melibatkan seluruh aspek pelayanan kesehatan termasuk diantaranya Dokter Praktik Umum dan Dokter Keluarga. Keduanya harus terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang pelayanan di tingkat pertama yang saat ini menjadi primadona di seluruh dunia. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Dokter tingkat pertama ini (Dokter Umum dan Dokter Keluarga) di Indonesia diharapkan terus menerus diasah melalui sistem pendidikan kedokteran berkelanjutan (CME) agar mencapai kesetaraan dengan negara lain. Menurut Direktur Utama PT Askes (Persero), I Gede Subawa saat menyampaikan materi presentasi dalam acara Peran Dokter Keluarga dalam Mendukung Universal Coverage di Indonesia di Medan (16/06) mengungkapkan begitu besar peran dokter praktik umum dan dokter keluarga sebagai pelaku pemberi pelayanan kesehatan primer di era BPJS mendatang. Indonesia saat ini sedang melakukan persiapan menyongsong diberlakukannya Universal Coverage Jaminan Kesehatan. Mengingat UU No. 40 tahun 2004 dan UU No. 24 tahun 2011 yang mengamanatkan penjaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia melalui sistem pembiayaan dengan pengelolaan Badan Jaminan Sosial pada tahun 2014. Sistem kesehatan yang ke depan akan terlaksana dengan hadirnya BPJS Kesehatan tahun 2014 tentu melibatkan seluruh aspek pelayanan kesehatan termasuk diantaranya Dokter Praktik Umum dan Dokter Keluarga. Keduanya harus terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang pelayanan di tingkat pertama yang saat ini menjadi primadona di seluruh dunia. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan Dokter tingkat pertama ini (Dokter Umum dan Dokter Keluarga) di Indonesia diharapkan terus menerus diasah melalui sistem pendidikan kedokteran berkelanjutan (CME) agar mencapai kesetaraan dengan negara lain. Menurut Direktur Utama PT Askes (Persero), I Gede Subawa saat menyampaikan materi presentasi dalam acara Peran Dokter Keluarga dalam Mendukung Universal Coverage di Indonesia di Medan (16/06) mengungkapkan begitu besar peran dokter praktik umum dan dokter keluarga sebagai pelaku pemberi pelayanan kesehatan primer di era BPJS mendatang.
PEMBAHASAN Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Pemerintah terus melakukan upaya meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia. Penyusunan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah didengungkan sejak tahun 2004 masih terus dianalisa ketepatan dan penerapannya di Indonesia. SJSN meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dari kelima jaminan ini, jaminan kesehatan memiliki peserta jaminan yang sangat luas, yakni seluruh rakyat Indonesia. Nantinya, badan yang mengurusi sistem jaminan ini disebut Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau anggota keluarganya. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (tingkat pertama) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Perlu diketahui, sistem jaminan kesehatan ini jelas bukan hanya pembaharuan terhadap sistem asuransi kesehatan untuk orang miskin yang sekarang disebut jamkesmas. Jaminan kesehatan pada SJSN mengupayakan jaminan kesehatan seluruh rakyat Indonesia dengan pengelolaan yang bersifat non profit, melainkan berorientasi terhadap pelayanan program yang berkesinambungan. Artinya, premi yang dibayarkan oleh peserta harus dikelola dengan profesional bukan untuk tujuan profit melainkan untuk mempertahankan kesinambungan program tersebut. Pemerintah juga menyediakan bantuan iuran bagi golongan kurang mampu. Cakupan peserta yang begitu besar ini membutuhkan cara yang jeli agar premi yang ada dapat memfasilitasi pemerataan pelayanan kesehatan seluruh peserta. Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan sistem yang dapat menekan overload biaya kesehatan dengan mengutamakan pencegahan penyakit, optimalisasi pelayanan kesehatan primer dan mencegah komplikasi penyakit.
Dokter keluarga menjadi jawaban yang paling ideal, karena hakikatnya sebagai dokter pelayanan primer yang dapat membina hubungan baik dengan pasien dan keluarganya sehingga mampu melakukan edukasi pencegahan, penatalaksanaan awal terhadap penyakit dan mencegah komplikasi penyakit. Dokter keluarga sebagai gatekeeper pada sistem ini. Artinya, dokter keluarga sebagai kontak pertama pasien dan berhubungan sangat erat dengan keluarga pasien, dokter keluarga sebagai kordinator pelayanan yang memberikan keputusan untuk merujuk ke pelayanan kesehatan sekunder dan dokter keluarga juga yang berkordinasi dengan pelayanan kesehatan lanjutan dalam tanggung jawabnya sebagai pemelihara kesehatan peserta. Dalam implementasi sistem kesehatan nasional, yang akan menganut prinsip managed care, pelayanan kesehatan primer yang saat ini dilakukan di Puskesmas, dokter umum serta dokter keluarga akan menjadi gerbang utama pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan. Untuk itu kualitas pelayanan kesehatan primer ini harus kita jaga, mengingat efek dari implementasi Jaminan Kesehatan nasional ke depan, akan mengakibatkan naiknya permintaan (demand) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kepastian jaminan sudah didapatkan. Dokter yang bekerja di tingkat pertama (primer) pelayanan kesehatan, harus menguasai hal-hal terbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan komprehensif mengenai berbagai penyakit. Pencegahan penyakit yang kini menjadi produk lokal harus dipahami oleh setiap dokter yang bekerja di tengah masyarakat (yang heterogen) agar pasien ke depan memperoleh pelayanan kesehatan yang terjangkau, dengan kualitas tinggi serta mencapai kesembuhan. Dokter praktik umum dan dokter keluarga akan menjadi gatekeeper dimana mereka akan menjadi kontak pertama pasien saat sakit. Ini akan mengurangi angka rujukan ke rumah sakit, karena harapannya pasien akan mendapatkan pengobatan yang efektif dan efisien. Tidak harus melulu ditangani langsung oleh dokter spesialis di rumah sakit jika penyakitnya juga bisa ditangani oleh dokter praktik umum atau dokter keluarga. Hadirnya dokter praktik umum dan dokter keluarga di era BPJS nantinya secara otomatis akan meningkatkan kualitas dokter itu sendiri. Saat ini ribuan tenaga dokter tidak terdistribusi dengan baik, hanya mengumpul di satu kota sehingga penghasilan yang mereka dapatkan pun tidak sesuai dengan harapan. Di era BPJS nanti, melalui sistem rujukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di Puskesmas, dokter praktik umum dan dokter keluarga akan terjadi penyebaran jumlah dokter hingga pelosok- pelosok daerah. Ini akan terjadi jika sistem kapitasi berjalan baik. Sistem kapitasi akan meningkatkan kualitas dokter karena dokter akan berusaha membuat pasien mereka sehat dan penghasian dokter akan menjadi layak. Bedanya dengan sistem out of pocket yang kasarnya menginginkan pasien sakit agar memperoleh penghasilan yang lebih. Ini sudah tidak benar, oleh karena itu kualitas dokter khususnya dokter praktik umum dan dokter keluarga (baik dari segi peforma dan penghasilan) akan baik di era BPJS mendatang, dengan sistem asuransi sosial. Optimalisasi pelayanan kesehatan di tikat pertama ini akan mempetaruhkan kompetensi dokter, dimana dokter dituntut keahliannya selain dari segi kuratif, dan yang terpenting adalah bagaimana mendidik peserta dengan upaya promotif dan preventif, disinilah tantangannya. Di sisi lain itu beban Puskesmas akan berkurang sehingga dapat fokus dalam upaya usaha-usaha kesehatan masyarakat yang bersifat massal. Misalnya posyandu, fogging, penyuluhan-penyuluhan kesehatan akan kembali aktif. Selain itu dokter sudah memiliki pasar tersendiri di daerah tersebut dan akan menetap pada akhirnya (distribusi dokter berjalan dengan baik). Mekanisme kerja dokter praktik umum dan dokter keluarga dalam Jaminan Kesehatan Nasional nantinya diharapkan mampu menunjang sistem komunikasi antara sesama PPK, antara PPK dengan peserta serta pihak terkait lainnya memang perlu dipelihara guna menjaga pelayanan PPK tetap bermutu (cost-effective, memuaskan peserta) dan terkendali biayanya. Untuk itu tantangan ini termaktub dalam aturan-aturan yang mengatur tentang berbagai standarisasi baik dari segi kompetensi, pelayananan, tarif, serta distribusi d dokter praktik umum dan dokter keluarga di seluruh Indonesia.
KESIMPULAN 1. Indonesia saat ini sedang melakukan persiapan menyongsong diberlakukannya Universal Coverage Jaminan Kesehatan. 2. Sistem kesehatan yang ke depan akan terlaksana dengan hadirnya BPJS Kesehatan tahun 2014 tentu melibatkan seluruh aspek pelayanan kesehatan termasuk diantaranya Dokter Praktik Umum dan Dokter Keluarga. 3. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya. 4. Dokter praktik umum dan dokter keluarga akan menjadi gatekeeper dimana mereka akan menjadi kontak pertama pasien saat sakit. Ini akan mengurangi angka rujukan ke rumah sakit, karena harapannya pasien akan mendapatkan pengobatan yang efektif dan efisien. 5. Di era BPJS, melalui sistem rujukan dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di Puskesmas, dokter praktik umum dan dokter keluarga akan terjadi penyebaran jumlah dokter hingga pelosok- pelosok daerah. Ini akan terjadi jika sistem kapitasi berjalan baik. Sistem kapitasi akan meningkatkan kualitas dokter karena dokter akan berusaha membuat pasien mereka sehat dan penghasilan dokter akan menjadi layak.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis