Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH
LABOLATORIUM KELAPA SAWIT

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : DERMANSYAH PUTRA
NPM : 110211908
SEMESTER : VI/KHUSUS


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ASAHAN
T.A 2013.2014

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Adapun judul dari laporan ini adalah Labolatorium Kelapa Sawit sebagai salah
satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Budidaya Tanaman Kelapa
Sawit dan Karet Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Kisaran, Juni 2014

Penulis









ii

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFRAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kelapa Sawit ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulis ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peranan laboratorium di dalam pabrik kelapa sawit ..................................... 3
2.2 Bahan Baku ................................................................................................... 7
2.3 Proses Produksi Dan Pendukung Di Pks ...................................................... 7
2.3.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit........................................................ 7
2.3.2 Pendukung Proses Di Pabrik Kelapa Sawit ........................................ 8
2.3.3 Laboratorium Dan Kontrol Proses & Kualitas ................................... 8
2.4 Kapasitas Pabrik ........................................................................................... 8
2.5 Lori ................................................................................................................ 9
2.6 Pemurnian Minyak ........................................................................................ 9
2.7 Penyimpanan Minyak Sawit Di Pabrik ......................................................... 10

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12


1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis jacq ) merupakan salah satu
tanaman perkebunan di indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah.
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun kedatangan kelapa sawit ke
Indonesia malah menambah komoditas ekspor di Indonesia. Minyak olahan kelapa
sawit menjadi komoditas ekspor yang handal di Indonesia, pangsa pasar di dalam
negeri cukup besar dan pasaran ekspornya senantiasa terbuka.
Konsumsi minyak sawit makin lama semakin meningkat, dan permintaan
konsumen pun makin lama semakin banyak, tidak mungkin kebutuhan minyak sawit
ini dapat di penuhi oleh malasya, Nigeria, dan pantai gading saja, sebagai produsen
utama.
Untuk mencapai semuanya tanaman kelapa sawit harus melewati rentang
waktu yang cukup panjang , dari di datangkannya tanaman kelapa sawit pada tahun
1848, dan baru di budidayakan secara komersial dalam bentuk perkebunan pada tahun
1911. Jadi , kelahiran perkebunan kelapa sawit membutuhkan waktu sekitar 63 tahun.
Awal mulanya tanaman kelapa sawit di Indonesia , hanya sekedar berperan
sebagai tanaman hias langka di kebun raya bogor, itu terjadi mulai tahun 1848, ketika
pemerintah kolonial belanda mendatangkan empat batang bibit kelapa sawit dari
Mauritius dan Amsterdam ( masing masing dua batang ) kelapa sawit di tanam di
jalan jalan karena potensi sesungguhnya belum di ketahui. Pemerintah colonial
belanda yang lebih tahu tentang segi ekonomis kelapa sawit, berusaha menarik minat
masyarakat Indonesia dengan melakukan beberapa percobaan pembudidayaan kelapa
sawit beserta penyuluhannya, di muara enim ( tahun 1869 ), musi hulu ( 1870 ), dan di
Belitung ( 1890 ), namun hasilnya belum meaksimal, masyarakat perkebunan masih
ragu - ragu terhadap prospek ekonomis perkebunan kelapa sawit, juga terhadap cara
pemrosesan kelapa sawit menjadi minyak sawit.
Rintisan Hallet ini kemudian di ikuti oleh K. schadt, seorang jerman yang
mengusahakan perkebunannya di tanah itan ulu ( deli ). Kemungkinan bibit kelapa
sawit yang digunakan adalah kelapa sawit deli ( asumsi yang timbul karena
perkebunan K. schadt diselenggarakan di deli ) A. Hallet punya pendapat menarik,
bahwa kelapa sawit deli ternyata lebih produktif, komposisi buahnya juga lebih baik
dibandingkan dengan kelapa sawit dari pantai barat afrika. Budidaya kelapa sawit
2

secara komersial oleh A. Hallet dan diikuti oleh K. Schadt ini, menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Ekspor minyak ( CPO ) dan minyak ( PKO )masing masing 576 ton dan 850
ton ( dari tahun 1919 hingga 1923 ) pada masa ini, permintaan minyak sawit di
pasaran dunia memang sedang meningkat sejalan dengan makin berkembangnya
industry di Eropa, beberapa prestasi bagus memang kemudian diraih oleh perkebunan
besar kelapa sawit.
Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia bertambah luas ( pada tahun 1916
seluas 1.272 ha, sedangkan tahun 1938 bertambah luas menjadi 92.307 ha ), lalu
banyak didirikan pabrik pengolahan kelapa sawit yang modern dan balai balai
penelitian kelapa sawit, sehingga teknis budidaya dan managemen perkebunan bukan
lagi suatu masalah, namun perkebunan kelapa sawit pernah mengalami perhentian
produksi, pada masa pendudukan jepang di Indonesia, karena jepang lebih
mengutamakan tanaman pangan dari pada tanaman industri, untuk kebutuhan logistik
perang, selama masa pendudukan jepang di Indonesia, kelapa sawit kehilangan 16%
dari lahan perkebunannya.

1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah mengenai
labolatorium kelapa sawit proses aktifitas penyimpanan dan limbah. Telah kita
ketahui bahwa labolatrium di gunakan untuk penelitian minyak murni.

1.3 Manfaat Penulisan
Tentunya karya tulis ini memiliki manfaat baik bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : Penulis
bisa lebih memahami apa yang dimaksud dengan labolatorium kelapa sawit proses
aktifitas penyimpanan dan limbah beserta hal lainnya mengenai labolatorium kelapa.




3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan laboratorium di dalam pabrik kelapa sawit
Peranan laboratorium di dalam pabrik kelapa sawit adalah melaksanakan
fungsi kontrol kualitas yaitu memberikan data parameter mutu material yang terlibat
proses produksi dari kualitas TBS, fungsi kontrol proses yaitu memberikan data
mengenai hasil produksi alat-alat produksi yang digunakan di dalam pabrik sehingga
dapat diketahui kinerjanya. Kontrol kualitas produksi meliputi: Crude Palm Oil
(FFA atau ALB, Moisture, Dirt/kadar kotoran, Nilai Peroksida), Kernel
(Moisture/kadar air, Dirt/kadar kotoran, Broken kernel/kadar kernel pecah),
Effluent/Limbah (Alkalinity, VFA Volatile Fatty Acid), Padatan Total dan padatan
tersuspensi, Oil dan Grease, BOD, COD, Total nitrogen sebagai N-NH3, dan lain-
lain.
Kontrol proses meliputi:
1. CPO
a) Sterilizer condensate
b) Presscake
c) Clarifier underflow
d) Heavy Phase
e) Oil Produksi
f) Crude Oil
2. Kernel
a) Fibre cyclone
b) Destoner
c) Ripple mill
d) LTDS I
e) LTDS II
f) Feed Hydrocyclone
g) Shell ex hydrocyclone
h) Broken kernel
i) Kernel produksi
4

3. Air
a) Raw water
b) Pre-softener
c) After-softener
d) Feedwater boiler
4. Effluent
a) Anaerobic pond
b) Land Aplikasi
5. USB (Unstripped Bunches), dan lain-lain.
Pengambilan Sampel Data-data sebagai dasar analisa kontrol tersebut didapat dari
sample yang diambil oleh petugas sampel di beberapa titik di lingkungan pabrik, yaitu
1. Oil dan Kernel
a) Oil Despatch : di atas tanki minyak
b) Storage Tank : dari atas storage tank melalui main hole
c) Kernel : dari dry kernel conveyor
2. Process Control
a) Sterilizer condensate: basculator kondensat sterilizer
b) Heavy Phase: keluaran basculator heavy phase dari sludge centrifuge c) Oil
produksi : kran/valve setelah vacuum dryer
d) Crude oil : minyak yang mau masuk ke vibrating screen
e) Clarifier underflow: saluran underflow (skimer sludge) tiap-tiap clarifier
f) Oil feeding purifier: saluran inlet purifier
g) Oil feeding vacuum dryer: saluran outlet purifier
h) Press cake fibre: saluran keluar masing-masing screw press
i) Riplle mill : keluaran (chute) setiap ripple mill
j) Feed hydrocyclone: saluran keluar LTDS II sebelum masuk hydrocyclone
k) Kernel gabungan: di ujung wet kernel conveyor
l) Kernel produksi : dry kernel conveyor
m) Fibrecyclone: chute setelah airlock fibrecyclone
n) LTDS I : keluaran dari basculator LTDS I
o) LTDS II : keluaran dari basculator LTDS II
p) USB: horizontal empty bunch conveyor
5

3. Analisa air
a) Raw water : water intake
b) Sebelum softener: saluran masuk ke softener
c) Setelah softener : sampling point setelah softener
d) Feedwater boiler: sampling point yang telah ditentukan
4. Effluent
a) Anaerobic pond : masing-masing anaerobic pond
b) Land aplikasi : contact pond dan sampling points yang telah ditentukan (sumur
pantau, flatbed)
5. USB (Unstripped Bunches), diambil di horizontal Empty Bunch Conveyor.
Cara melakukan pengambilan sample padatan :
1) Jerigen/wadah yang akan digunakan harus dibersihkan dan diberi label.
2) Semua wadah ditempatkan pada tempat yang aman dan tidak terkontaminasi.
3) Sampling dimulai 2 jam sejak start proses.
4) Sampling dilakukan 1 jam sekali.
5) Operator diberi tahu jika akan mengambil sample.
6) Untuk shell dan kernel diambil sample 1 kg dengan menggunakan hand scoop.
7) Untuk sample press cake diambil 3 titik, bagian tepi kiri, kanan dan tengah
sehingga jumlahnya 1 kg.
8) Sample dimasukkan dalam polybag
9) Operator diminta menandatangani sampling recording
10) Sample dibawa ke tempat sample komposit
11) Sampling dihentikan 1 jam sebelum stop proses.
12) Sampling recording didokumentasikan.
Cara melakukan pengambilan sample cairan
1) Masing-masing jerigen ditempatkan di titik sampling
2) Siapkan logsheet dan alat pelindung diri
3) Sampling dimulai 1 jam sejak start proses
4) Sampling dilakukan 1 jam sekali.
5) Operator terkait diberitahu bila akan dilakukan pengambilan sample. 6) Buka
kran dan dibiarkan 5 detik.
7) Bilas gayung dengan cairan yang akan diambil sampelnya.
8) Cairan dtampung pada gayung sejumlah 100 ml.
6

9) Ttutup kembali kran dengan sempurna.
10) Masukkan sample caira ke dalam jerigen.
11) Tutup kembali jerigen dan dimasukkan ke tempat yang sesuai.
12) Minta operator unutk menandatangani sampling recording.
13) Sampling dihentikan 1 jam sebelum stop proses.
14) Sampling didokumentasikan setelah dicek pejabat Pabrik.
15) Kumpulkan semua jerigen sample komposit.
16) Bawa semua jerigen ke laboratorium.
Beberapa analisa yang dilakukan oleh laboratorium antara lain :
a) Analisa Kualitas CPO
1. Penentuan nilai persentase FFA minyak produksi dan minyak tersimpan di
tanki timbun.
Kadar FFA dipengaruhi oleh
- Banyaknya buah busuk (raw material).
- Lamanya buah tinggal sebelum diproses.
- Perebusan di sterilizer.
2. Penentuan Moisture CPO.
Kadar moisture pada oil moisture produksi dipengaruhi oleh efisiensi kerja
purifier dan vacuum dryer (paling utama vacuum dryer).
3. Penentuan kadar kotoran Kadar kotoran dalam minyak adalah kotoran yang
tidak dapat larut dalam n-Hexane. Kadar kotoran dipengaruhi oleh Efisiensi
purifier dan Efisiensi magnetic trap dan tingkat pengendapan di proses
sebelumnya.
4. Penentuan Peroksida Value Peroksida adalah hasil pertama yang terbentuk
karena bertambahnya radikal aktif pada rantai asam lemak yang yang terdapat
pada minyak.
b) Analisan Kualitas kernel
1. Penentuan moisture Kadar moisture pada kernel produksi dipengaruhi oleh
efisiensi kerja kernel drier.
2. Penentuan kadar kotoran dan kernel pecah Kadar kotoran dipengaruhi oleh
Efisiensi ripple mill, Efisiensi LTDS I dan LTDS II serta Hydrocyclone.
7

c) Analisis Oil Losses Prinsipnya dengan cara ekstrasi menggunakan sokhlet.
Penyebab tingginya oil losses adalah:
- Pada sterilizer dipengaruhi oleh kondisi buah dan proses perebusan yang
terlalu lama.
- Pada heavy phase dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sludge centrifuge
dan tingginya kandungan minyak di dalam underflow clarifier yang
diakibatkan oleh beberapa faktor misalnya proporsi dilution.
- Pada presscake fibre dipengaruhi oleh tekanan hydraulic press dan
kemasakan buah dalam rebusan.
d) Analisa Kernel Losses Sampel yang diuji kandungan kernelnya
Shell ex hydraulic press, fibre cyclone, destoner, LTDS 1 dan 2, dan
hydrocyclone. Hasil analisa laboratorium sangat penting untuk feedback bagi
perbaikan kondisi proses dan pengendalian kualitas produksi.
2.2 Bahan Baku
Bahan baku (Raw Material) yang digunakan untuk memproduksi CPO
(Minyak Kelapa Sawit Kasar) adalah Tandan Buah segar (TBS) yang diperoleh dari
pohon kelapa sawit yang telah berumur lebih dari 3 tahun. Untuk mendapatkan
kuantitas dan kualitas sebagaimana diharapkan maka setiap PMKS mempunyai
standart atau kriteria terhadap buah yang akan diolahnya dan setiap saat akan dikaji
ulang sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, misalnya dilihat dari type buah,
kematangan buah, kesegaran buah, panjang tangkainya, dan sebagainya.

2.3 Proses Produksi Dan Pendukung Di Pks
Secara umum proses produksi dan pendukung di dalam Pabrik Minyak sawit
(PMKS) terdiri dari beberapa stasiun, yaitu:

2.3.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
1. Stasiun Penerimaan Buah
2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)
3. Stasiun Threshing
4. Stasiun Digester Dan Press
8

5. Stasiun Depericarper
6. Stasiun Kernel Recovery
7. Stasiun Clarifikasi
8. Stasiun EFB)*
9. KCP)*
)* boleh ada boleh tidak.

2.3.2 Pendukung Proses Di Pabrik Kelapa Sawit
1. Water Treatment Plant
2. Effluent Treatment
3. Power Boiler
4. Kamar Mesin I (Steam Turbine)
5. Kamar Mesin II (Genset)

2.3.3 Laboratorium Dan Kontrol Proses & Kualitas
1. Laboratorium
2. Kontrol Proses Dan Kualitas

Kecuali hal-hal di atas diperlukan ketrampilan-ketrampilan dasar dan pengetahuan
untuk dapat menjalankan pabrik secara lebih baik lagi, yang meliputi:
1. RSPO Roundtable On Sustainable Palm Oil, ISCC, SCCS, ISPO dan
sebagainya
2. Occupational Safety And Health (OSH)
3. Budaya 5S
4. Safe Operation Procedures (SaOP)
5. Basic Management Supervisory


9

2.4 Kapasitas Pabrik
Kapasitas pabrik yang akan dibangun biasanya disesuaikan dengan Luas
kebun tertanam. Satu unit pabrik yang berkapasitas 30 ton TBS/jam disuplai oleh
tanaman yang luasnya 6.000 ha sedangkan yang berkapasitas 60 ton TBS/jam
membutuhkan areal seluas 11.000 12.000 ha. Limbah Pabrik terdiri dari Limbah
Padat dan Limbah Cair.

Limbah Padat berasal dari :
Janjang Kosong sebanyak 22 23 % dari TBS di olah
Serabut (Fiber) sebanyak 12 13 % dari TBS di olah
Cangkang (Shell) sebanyak 6 % dari TBS di olah

Limbah Cair berasal dari :
Station Klarifikasi 0,5 ton Limbah Cair per Ton TBS diolah
Hydrocyclone Station Kernel 5 % dari TBS di olah

2.5 Lori
Fungsi Lori adalah untuk menampung TBS yang berasal dari kebun untuk di
proses didalam PEREBUSAN (Steriliser) dan sekaligus juga berfungsi untuk
menampung Un-Strip Bunch (Tandan yang tidak membrondol ) setelah melalui proses
perebusan untuk kemudian akan di rebus ulang (Recycle).

2.6 Pemurnian Minyak
Cairan yang keluar dari alat press terdiri dari Minyak dan air serta padatan
bukan minyak atau disebut Non Oily Solids (NOS). Untuk memisahkan minyak dari
fase bukan minyak lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut
dengan Klarifikasi.
Caranya memisahkan minyak dari fase bukan minyak lainnya
Langkah pertama untuk memisahkan minyak dari fase bukan minyak adalah Proses
Pengenceran.
Pengenceran bertujuan agar pemisahan padatan yang berupa pasir dan serat-
serat yang terdapat dalam minyak (NOS) dapat berjalan dengan baik. Suhu air
pengenceran 80 - 90C. Air pengencer yang diberikan ke dalam cairan bermanfaat
untuk beberapa hal sebagai berikut:
a. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang memiliki Berat Jenis (BJ) >
1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan mengapung.
10

BJ minyak pada suhu 40, 50, 70, dan 100C berturut-turut adalah 0,895; 0,890; 0,876;
0,875. Dan zat tersebut mudah memisah dari minyak karena minyak memiliki
viskositas 27, 14, dan 8 centipois pada suhu 50, 70, dan 100C. Semakin rendah
viscositas minyak, semakin mudah untuk memisahkan NOS baik dalam proses
pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifuge.
b. Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak
berdasarkan polaritas.
c. Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk partikel halus dan sering
melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi emulsifier yang
terdapat dalam minyak.

2.7 Penyimpanan Minyak Sawit Di Pabrik
Tempat penyimpanan Minyak Sawit di pabrik disebut Tangki Timbun
berbentuk silinder vertical dengan kapasitas 500 2000 ton. Pada bagian bawah tanki
berbentuk kerucut sebagai tempat pengendapan kotoran. Tinggi ujung pipa untuk
pemuatan minyak adalah 20% dari bagian atas tanki, sedangkan untuk pipa
pembongkaran minyak, ujungnya tidak lebih rendah dari 10% tinggi tanki. Sebelum
Minyak Sawit dialirkan untuk disimpan dalam Tanki Timbun, minyak yang keluar
dari vacuum dryer perlu didinginkan terlebih dahulu sampai suhu 55C agar minyak
tidak terlalu lama pada suhu tinggi yang dapat menurunkan mutu minyak. Sistem
pendingin dapat berupa Heat Exchanger dengan menggunakan air dingin sebagai
medium pendingin.
Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit (pembekuan) serta untuk
menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, maka pada tanki penyimpanan
dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat dilakukan dengan berbagai metode
yang berpedoman pada minimalisasi penurunan mutu minyak yang diakibatkan oleh
pemanasan tersebut.
Pemanasan dapat dilakukan dengan uap pada tekanan 1,5 3 kg/cm (25-40
pSig) yang dialirkan kedalam pipa pemanas yang terbuat dari baja lunak berdiameter
2 dengan ketinggian feet dari dasar tanki. Rancangan pipa pemanas harus dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan laju pemanasan tidak lebih dari 5C/hari.
Untuk menjaga suhu, tanki memiliki sistem pengatur suhu (thermostat) yang dapat
menjaga fluktuasi suhu sebesar 1C serta pencatatan suhu (recorder).

11

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Media Tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Hal ini
dapat dilihat pada tinggi tunas tertinggi pada perlakuan media tanam M1A2 sebesar
20 cm, Jumlah daun tertinggi pada perlakuan M1A2 sebesar 3 dan diameter batang
tertinggi pada M1A1 sebesar 1,27.
2. Laboratorium di dalam pabrik kelapa sawit melaksanakan fungsi kontrol kualitas
yaitu memberikan data parameter mutu material yang terlibat proses produksi kualitas
TBS. Kontrol kualitas produksi meliputi: Crude Palm Oil (FFA atau ALB, Moisture,
Dirt/kadar kotoran, Nilai Peroksida), Kernel (Moisture/kadar air, Dirt/kadar kotoran,
Broken kernel/kadar kernel pecah), Effluent/Limbah.

3.2 Saran
Sebaiknya pengambilan data dilakukan dengan hati-hati dan seksama sehingga
didapatkan data pengamatan yang akurat.












12

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, http://metodeflotasi ,
Anonymous, 1993, Vademecum Pengolahan Sawit, Bagian Teknik Teknologi, PT.
Perkebunan I langsa.
Aritonang, D, 91986), Perkebunan Kelapa Sawit, Sumber pakan Ternak di Indonesia, Jurnal
Litbang Pertanian, Jakarta.
Antonius Krisdwiarto & Arie Malangyudo Pabrik Kelapa Sawit 2005
Astra Agro Lestari Tbk. Processing of Palm Oil, 2001
GEA Wesfalia Separator GmbH
Processing of Crude Palm Oil
Konsultan - Rizki Konsultan Alam IndonesiaLaporan Survey Detail dan Rancangan Block
PT. Rizki Sawit Ambawang, 2009
RSPO Interpretasi Nasional Prinsip dan Kriteria Untuk Produksi Minyak Sawit
Berkelanjutan Republik Indonesia - Dokumen Draft I, 2007

Anda mungkin juga menyukai