Anda di halaman 1dari 6

Narkotika

a. Perspektif Hukum
Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan-golongan. Selain itu,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 juga menyebutkan
mengenai hukuman bagi penyalahgunaan narkotika seperti pada pasal 127 ayat 1
huruf a yang berbunyi Setiap penyalah guna narkotika golongan I bagi diri sendiri
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
Pada pasal 54 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
tentang narkotika juga disebutkan Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan
narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Selain itu, narkotika juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan yang berisi
Pasal 102
1. Penggunaan sediaan farmasi yang berupa narkotika dan psikotropika hanya
dapat dilakukan berdasarkan resep dokter atau dokter gigi dan dilarang untuk
disalahgunakan.
2. Ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 103
1. Setiap orang yang memproduksi, menyimpan, mengedarkan, dan
menggunakan narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standar dan/atau
persyaratan tertentu.
2. Ketentuan mengenai produksi, penyimpanan, peredaran, serta penggunaan
narkotika dan psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Perspektif Etika
Penggunaan obat-obatan terlarang dan merokok pada anak-anak merupakan
suatu perilaku yang tidak sesuai dengan etika.

c. Perspektif Agama
Islam
Dalam Islam, narkotika ini sering disebut juga hasyisyi. Dalam kitab
Hisyayatul As Syariah karangan Ibnu Taimiah disebutkan bahwa :Hasyisyi itu
hukumnya haram dan orang yang meminumnya dikenakan hukuman sebagaimana
orang meminum khamr
Ulama Hanafiah berpendapat :Barangsiapa yang memakan/meminum
hasyisyi hukumnya zindiq (kafir) serta bidah.
Dalil-dalil yang digunakan sebagai landasan dan dasar fatwa tersebut adalah
ayat-ayat Al Quran dan hadis nabi sbb:
a. QS Al-Baqarah ayat 195 :Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada
kecelakaan/kebinasaan (sebagaimana akibat) tangan-tanganmu
b. QS An Nisa ayat 29 :Dan janganlah kamu membunuh dirimu (dengan
mencapai sesuatu yang membahayakan). Sesungguhnya Allah Maha Kasih
padamu.
c. Hadis Ummu Salamah :Rasulullah melarang dari tiap-tiap barang yang
memabukkan dan yang melemahkan badan dan akal. (Hadis riwayat Ahmad
dalam musnadnya, dan Abu Daud dalam Sunannya dengan sanad yang
sholeh)..
d. Hadis dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah bersabda :Setiap benda yang
memabukkan banyaknya, maka sedikitnya juga haram (Hadis dikeluarkan
oleh Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, An Nasal, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
e. An Nasal, Ad daruquthy, Ibnu Hibba :Rasulullah melarang dari yang sedikit,
yang banyaknya memabukkan.
Namun sesungguhnya yang dimaksud dengan khamar di dalam Islam itu tidak
selalu merujuk pada alkohol. Yang disebut khamar adalah segala sesuatu
minuman dan makanan yang bisa menyebabkan mabuk, seperti dijelaskan dalam
hadits berikut: Setiap yang memabukkan berarti khamr, dan setiap khamr
hukumnya haram (HR. Bukhary dan Muslim).
Aturan larangan (pengharaman) minuman keras (khamar) berlaku untuk
seluruh umat Islam serta tidak ada perkecualian untuk individu tertentu. Yang
dilarang dalam Islam adalah tindakan meminum khamar itu sendiri, terlepas
apakah si peminum tersebut mabuk atau tidak. Hal ini cukup jelas dinyatakan
dalam larangan mengemudi dalam keadaan mabuk diukur berdasarkan jumlah
kandungan alkohol di dalam darah, bukan kondisi mabuk tidaknya seseorang.
Artinya, jika di dalam darah Islam bukan tidak mengetahui sisi manfaat khamar,
namun dalam pandangan Islam dampak kerusakan khamr dalam kehidupan
manusia jauh lebih besar dari manfaat yang bisa diperoleh. Hal ini dinyatakan di
dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 219 yang artinya: Mereka bertanya
kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa
yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya.

Katholik
Dalam ajaran agama katolik, tubuh manusia adalah bait Allah dengan kata lain
tempat Allah bersemayam. Oleh karena itu tubuh manusia harus dijaga kekudusannya
dan tidak diperkenankan merusak tubuh dengan penggunaan zat-zat terlarang dan hal-
hal lain. Korintus 3:16-17: Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan
bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait
Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait
Allah itu adalah kamu.

Kristen
a. Kejadian 1:2628 dan Kejadian 2:15
Dari ayat dalam Kejadian 1: 2628 dan Kejadian 2:15 dapat kita ketahui
bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa_Nya, dan Allah
menciptakan kita untuk berkuasa, menaklukkan, dan memelihara bumi dan segala
isinya.
Segambar menurut gambar dan rupa Allah bukan hanya sekedar bentuk fisik
atau juga wajah, tetapi juga agar kita memiliki sifat-sifat Allah. Hal ini
membuktikan bahwa kita tidak boleh menggunakan obat-obat terlarang karena itu
bukanlah sifat Allah yang seharusnya ada pada diri manusia.
Allah memerintahkan manusia untuk menaklukkan bumi serta memeliharanya.
Untuk menaklukkan bumi manusia membutuhkan tubuh yang sehat dan pemikiran
yang pintar. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa manusia tidak selayaknya
menyalahgunakan narkoba karena obat terlarang itu akan merusak tubuh manusia.
b. Amsal 22:6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.
Didikan akan membantu orang untuk memilih jalan bijak dan bukan jalan
kefasikan. Pendidikan memang lebih baik diberikan seseorang masih cukup muda,
yakni ketika ia relative lebih mudah berubah kea rah yang lebih baik. Pendidikan
mencakup tindakan mengajar, menasehati, mendisiplinkan anak, dsb. Mendidik
adalah suatu upaya membentuk karakter hingga anak hidup takut akan Allah.
Orangtua yang tidak mendidik anak berarti membiarkan mereka menjadi perusak
dunia. Maka orangtua harus memanfaatkan masa untuk mendidik anak dengan
sebaik-baiknya. Apabila tidak dilakukan orangtua harus
mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan.
c. Amsal 1:7
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan.
Hikmat seseorang terlihat melalui prilakunya. Bersih dan jujurnya seseorang
dikenal dari perbuatannya. Orang berhikmat akan mampu menyelami isi hati dan
kedalaman pikiran orang lain. Namun kurangnya hikmat akan membuat orang
bertindak tanpa kendali diri. Orang yang tidak bisa mengendalikan diri dalam hal
menggunakan zat adiktif (minuman keras) akan mempermalukan diri sendiri. Ia
akan mabuk dan tidak mempertimbangkan apapun dalam segala perbuatannya.
Kisah Nuh (Kejadian 9:21) dan Lot (Kejadian 19: 3136).
Jika kita takut akan Tuhan, maka tak sekalipun kita akan berani menggunakan
narkoba. Kita adalah sama dengan orang bodoh jika kita mengabaikan nasehat
baik untuk tidak menyalahgunakan narkoba.

d. Roma 12: 13
Rasul Paulus menuliskan agar hendaknya kita mempersembahkan tubuh
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah
(Roma 12:1). Hal ini mengajarkan kepada kita agar tidak mencemarkan diri
dengan narkoba, sebab narkoba hanya akan merusak tubuh. Kita juga harus
memahami bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19). Hal yang
kudus tidak dapat bergabung dengan hal yang kotor, untuk itu kita harus menjaga
kebersihan tubuh kita dari penyalahgunaan narkoba. Hendaklah kita memuliakan
Allah dengan tubuh kita (1 Korintus 6:20).
Rasul Paulus juga mengajarkan agar kita mengenal kehendak Allah dan
menguasai diri menurut ukuran iman (1 Korintus 12:23). Allah tentu tidak
menghendaki umat_Nya terjerumus dalam dosa penyalahgunaan narkoba. Allah
menginginkan agar umat_Nya menjadi teladan dalam hidupnya (Matius 5:13
16). Allah menginginkan agar kita dapat mengendalikan diri, kita harus menahan
keinginan daging agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
e. Galatia 5: 1922
Dosa adalah kekejian bagi Allah. Upah dosa adalah maut (Roma 6:23).
Perbuatan daging merupakan dosa. Percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati (Galatia 5:1921).
Demikian juga halnya dengan penyalahgunaan narkoba, Allah sangat membenci
perbuatan dosa itu.
Allah menghendaki agar kita hidup dalam buah Roh ( Galatia 5:2223 ) dan
memuliakan Tuhan.

Hindu
Dalam kitab suci Veda, khususnya dalam Atharvaveda, disebutkan bahwa
manusia wajib memelihara kesehatan badannya dengan baik agar dapat mencapai
umur panjang. Upaya menjaga kesehatan melalui makanan diatur dalam Atharvaveda.
Jadi sudah jelaslah bahwa kitab-kitab suci Agama Hindu melarang memakan,
meminum, mengisap sesuatu atau mengupayakan dengan jalan lain agar diri menjadi
mabuk, tidak sadar, ketagihan, dan lupa pada swadharma; hal mana sangat
membahayakan manusia dan dapat menghancurkan suatu bangsa. Pengaruh negatif
bahan-bahan kimia pembuat mabuk yang dikonsumsi manusia sejak zaman dahulu
sudah ada yaitu berupa minuman keras dan candu.

Buddha
Untuk umat Buddha, peraturan moral yang terdiri dari lima aturan (Panca Sila)
yang sederhana yaitu: menjauhkan diri dari pembunuhan, pencurian, prilaku seks
yang tidak wajar, berkata dusta dan minuman yang memabukkan dan obat bius.
Dengan lima perbuatan ini umat Buddha membangun dirinya sesuai dengan moral
dasar, setiap hari membersihkan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Penggunaan narkotika melanggar salah satu sila, yaitu sila kelima. Salah satu
akibat buruk kecanduan alkohol dan kecanduan obat bius adalah dapat memperbudak
dan memperlemah kemauan keras dari seseorang. Ini merupakan kebiasaan mental
yang dapat mengacaukan dan dapat melemahkan pikiran. Orang tersebut disebut
mengalami gangguan mental (Neurotik). Tidak sulit untuk sembuh dari hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai