Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KUNJUNGAN RUMAH

1

BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan
India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan Indonesia berurut-turut 1.828.000,
1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia
adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survai
kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking namor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi
di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24 %. Sampai sekarang angka
kejadian TB di Indonesia relarif terkupas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih relatif
rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan berubah dimasa datang melihat semakin
meningkatnya laporan HIV dari tahun ke tahun.
2
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004,
angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),
dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Hal ini menunjukan bahwa, penyakit
TBC yang semakin berkembang walaupun telah banyak program dan pencegahan yang
dilakukan untuk mengatasi penyebaran penyakit ini.
Penyakit TBC merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga
sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch
pada tanggal 24 Maret 1882. TBC disebut juga Koch Pulmonum (KP). Cara penularan TBC
melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dikeluarkan oleh penderita
TBC saat batuk, pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa
yang menderita.
2


TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
2

BAB II
DATA PASIEN
Puskesmas : Kecamatan Tirtajaya
Nomor register : 03451
Data riwayat keluarga :
I. Identitas pasien :
Nama : Ny.H
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : Tamat SD
Alamat : Desa Srijaya RT06/07

II. Riwayat biologis keluarga :
a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Sedang
c. Penyakit yang sering diderita : Batuk-batuk
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis/ menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Sedang
h. Pola istirahat : Sedang
i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang


TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
3

III. Psikologis keluarga
a. Kebiasaan buruk : Kurang tidur
b. Pengambilan keputusan : Sendiri
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
e. Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Tegel
c. Luas rumah : 39 m
2
(13m x 3m)
d. Penerangan : Sedang
e. Kebersihan : Baik
f. Ventilasi : Sedang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Ledeng
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Baik

V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Cukup
b. Keyakinan tentang kesehatan : Cukup



TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
4

VI. Keadaan sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan : Sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Sedang
d. Kegiatan organisasi sosial : Sedang
e. Keadaan ekonomi : Sedang

VII. Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Jawa
b. Lain-lain : Tidak ada
VIII. Anggota keluarga :

Keterangan :
1. Suami Os : Tidak mempunyai riwayat TBC
2. Os : Menderita TBC
3. Anak pertama Os : Laki-laki, tidak mempunyai riwayat TBC
4. Anak kedua Os : Laki-laki, tidak mempunyai riwayat TBC
5. Anak ketiga Os : Perempuan,tidak mempunyai riwayat TBC

IX. Keluhan utama :
Batuk-batuk darah selama 2 minggu
X. Keluhan tambahan :
Berat badan menurun, badan terasa lemas, sering demam, nafsu makan
menurun,sesak nafas malam hari.
1 2
5 4 3
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
5

XI. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang berobat ke Puskesmas Tirtajaya dengan keluhan batuk-batuk darah
selama 2 minggu yang lalu. Tiga minggu sebelum Os ke puskesmas, Os mengeluh
sering demam dan batuk-batuk dengan tiada dahak. Karena keterbatasan waktu, Os
tidak segera berubat ke puskesmas tetapi hanya minum obat warung. Selepas makan
obat warung, demam Os mulai turun tetapi masih tetap batuk. Os mulai menyadari
berat badannya mulai turun walaupun sudah makan banyak. Os tidak nafsu makan
dan tidak sering terasa mual.
Dua minggu, sebelum datang ke Puskesmas, batuk Os semakin memberat sehingga
mengganggu tidur Os pada waktu malam. Sejak itu juga, Os mulai batuk darah tetapi
hanya ada bercak-bercak darah saja. Selain gejala batuk-batuk,Os juga terasa sering
keringat dingin waktu malam hari tetapi tetap sama tidak menghiraukan gejala ini.
Pada malam hari juga,Os sering sulit tidur karena terasa sesak saat tidur dan membaik
lagi apabila bantalnya ditinggikan atau miring kesalah satu arah.
Satu minggu sebelum datang ke Puskesmas, Os mulai menyadari kesehatannya
memburuk. Os cepat kelelahan dan kurang aktif untuk bekerja. Suami Os meminta Os
untuk menceritanya gejala yang dihadapinya dari awal. Selepas mendengar cerita dari
Os sendiri, suami Os takut gejala yang dihadapi Os sama dengan tetangga di
lingkungan rumahnya yang juga menderita gejala yang sama dan masih dalam
pengobatan. Os sering bertandang dan berteman dengan tetangga rumahnya dengan
agak rapat karena mereka sudah berteman agak lama. Menyadari hal ini, suami Os
memaksa Os berobat ke Puskesmas untuk tindak lanjut.

XII. Riwayat penyakit dahulu :
Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya dan baru kali ini Os mengalami gejala
yang semakin memburuk. Os tidak pernah mengalami penyakit batuk-batuk
sebelumnya.
XIII. Pemeriksaan :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang dan lemas.
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
6

Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 kali / menit,regular, kuat angkat
Nafas : 28 kali / menit
Suhu aksila : 36,2
o

C
Berat badan : 41 kg


Tinggi badan :152 cm
1. Pemeriksaan Fisik
Kulit : ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : normocephali, distribusi rambut merata, warna rambut hitam keputihan,
rambut tidak mudah dicabut.
Dahi : turgor dahi baik
Mata : Oedem palpebra (-/-), konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-),
pupil isokor 3mm (+/+), refleks cahaya langsung dan tidak
langsung(+/+).
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis(-).
Telinga : normotia, serumen (-), sekret (-)
Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (-), pulse lips breathing (-), oral hygiene
baik, T1 T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher : JVP tidak meningkat (5-2 cmH
2
O), tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening dan kelenjar tiroid,serta tidak ada deviasi trakea
Dada
Bentuk : Normal, Simetris Dada Kanan-Kiri
Pembuluh darah : Tidak tampak
Buah dada : Simetris kanan dan kiri

TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
7

Paru-Paru
Paru- Anterior:
Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat retraksi suprasternal,
pernafasan simetris dalam keadaan statis-dinamis, tipe pernafasan
abdominothorakal, sela iga mendatar (-)
Palpasi : sela iga tidak melebar, pernafasan simetris dalam keadaan statis-dinamis,
fremitus taktil melemah pada bagian bawah hemithoraks kiri, nyeri tekan pada
sela iga 6-8 kiri.
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan, suara redup pada sela iga 6-9 paru kiri
Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler pada paru kanan, melemah pada paru kiri bawah,
ronkhi (-/+), pada paru kiri bawah sela iga 6-8 wheezing (-/-)





Tampak Anterior Tampak Posterior

Paru posterior
Inspeksi : bentuk punggung simetris, pernafasan simetris statis-dinamis
Palpasi : fremitus melemah (+) pada dada kiri di seluruh lapangan paru kiri,nyeri
tekan(-)
Perkusi : sonor pada paru kanan, terdengar sonor melemah pada paru kiri atas, redup
pada sela iga 6-10 paru kiri bawah
Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler, melemah pada basal paru kiri. Suara nafas
tambahan Ronki (-/+) pada paru kiri bawah,Wheezing(-/-)
Jantung
Inpeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Suara nafas
menurun,
redup
Suara nafas
menurun,
redup
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
8

Palpasi : Iktus Cordis teraba pada 2 cm lateral ICS V linea midclavicula
kiri, tidak ada thrill
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal kiri
Batas kiri : Sulit dinilai
Batas Kanan : ICS IV linea parasternal kanan
Auskultasi : BJ I-II murni reguler
Murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar simetris
Palpasi
Dinding Perut : Supel, nyeri tekan epigastrium (-)
Hati : Ttidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : Nyeri ketok CVA -/-
Lain-lain : Tidak ada
Perkusi : timpani, area traubes timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : sianosis (-), edema (-), akral hangat(+)

XIV. Diagnosis penyakit :
Sistemik : Tuberculosis paru
Jiwa : Tidak ada
XV. Diagnosis keluarga : tidak ada
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
9

a. Promotif : Pengobatan gratis TBC di Puskesmas.
b. Preventif : Menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, menghindari rokok,
berolahraga, menghindari stres,
c. Kuratif : terapi medikamentosa :
- Obat Anti Tuberculosis (OAT) :
1. Fase awal : 2 bulan setiap hari
a. Rifampicin 3 x 150mg
b. INH 3 x 75mg
c. Pyrazinamid 3 x 400mg
d. Ethambutol 3 x 275mg
2. Fase lanjutan : 4 bulan setiap 3 kali/minggu
a. Rifampicin 3 x 150mg
b. INH 3 x 150mg
d. Rehabilitatif : Hindari kontak dengan penderita TBC
XVII. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : dubia
Masyarakat : dubia


XVII. Resume :
Pasien perempuan,umur 38 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk
berdarah selama 2 minggu sebelum datang ke Puskesmas. Os juga mengeluh sering
demam sejak 3 minggu yang lalu,nafsu makan menurun, berat badan terasa menurun
walaupun telah makan banyak, sering keringat dingin waktu malam hari dan sulit
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
10

tidur malam hari karena terasa sesak. Gejala os tidak membaik walaupun sudah
makan obat yang dibeli di warung. Sebelumnya os tidak pernah sakit seperti ini, dan
ahli keluarga Os juga tidak pernah mengalami gejala seperti Os. Tetangga yang rapat
dengan Os, mengalami gejala yang sama dengan Os dan masih dalam pengobatan
TBC yang didapatkan di Puskesmas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan Os tampak sakit sedang dan
kesadarannnya compos mentis. Tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik paru-paru,didapatkan palpasi fremitus taktil melemah pada bagian
bawah hemithoraks kiri, nyeri tekan pada sela iga 6-8 kiri. Pada perkusi didapatkan,
pada seluruh lapang paru kanan, suara redup pada sela iga 6-9 paru kiri. Pada
auskultasi didapatkan, suara nafas dasar vesikuler, melemah pada basal paru kiri.
Suara nafas tambahan Ronki (-/+) pada paru kiri bawah,Wheezing(-/-).
Pada pemeriksaan laboratorium, belum dilakukan tetapi disarankan untuk
melakukan pemeriksaan sputum BTA untuk mengetahui lebih pasti Os menghidap
penyakit TBC atau tidak.

FOLLOW UP I
(Tanggal 19 Mei 2014, jam 09.00 WIB)
S : nyeri dada kanan bagian bawah kiri, sesak(+), nafsu makan menurun, demam (-), batuk (+),
O : Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
TD : 110/70 mmHg RR : 20x / menit
HR :84 x / menit Suhu : 36,0
0
C
Pemeriksaan Fisik :
Kepala ; normocephali, CA -/-, SI -/-
Leher : dbn, retraksi suprasternal (-), pembesaran KGB (-)
Dada : Inspeksi : simetris statis-dinamis
Palpasi : nyeri tekan (+), fremitus melemah pada dada kiri bawah
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
11

Perkusi : redup pada dada kiri bawah
Auskultasi : Rhonki(-/+),Wheezing(-/-)
Jantung : BJ I/II Reguler,murmur(-), gallop(-)
Abdomen : datar, simetris, BU (+) normal, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : sianosis (-), edema (-), akral hangat

A : TB paru
P : OAT
Vitamin B complex 3 x1 tab
Asam Mafenamat 3 x1 tab

FOLLOW UP II
(Tanggal 22 Mei 2014, jam 09.00 WIB)
S : Demam(-), batuk(+),nafsu makan membaik, keringat dingin berkurang
O : Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
TD : 110/80 mmHg RR : 20x / menit
HR :80 x / menit Suhu : 36,5
0
C
Dada : Inspeksi : simetris statis-dinamis,
Palpasi : fremitus melemah pada dada kiri bawah
Perkusi : redup pada dada kiri bawah tetapi membaik
Auskultasi : melemah pada dada kiri bawah tetapi membaik

A : TB Paru,
P :
Asam Mafenamat 3 x1
Rifampisin 1 x caps 450mg
INH 1x tab 300mg
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
12

Pirazinamid 1x tab 500mg
Ethambutol 1x tab 500mg
Vitamin B complex 3x1

FOLLOW UP III
(Tanggal 23 Mei 2014,16.00 WIB)
S : Nafsu makan membaik, demam (-), batuk (+),batuk darah berkurang
O : Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
TD : 110/70 mmHg RR : 20x / menit
HR :84 x / menit Suhu : 36,0
0
C
Pemeriksaan Fisik :
Kepala ; normocephali, CA -/-, SI -/-
Leher : dbn, retraksi suprasternal (-), pembesaran KGB (-)
Dada : Inspeksi : simetris statis-dinamis
Palpasi : nyeri tekan (+), fremitus melemah pada dada kiri bawah
Perkusi : redup pada dada kiri bawah
Auskultasi : melemah pada dada kiri bawah
Jantung : BJ I/II Reguler,murmur(-), gallop(-)
Abdomen : datar, simetris, BU (+) normal, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : sianosis (-), edema (-), akral hangat

A : TB paru dalam pengobatan
P : Asam Mafenamat 3 x1
Rifampisin 1 x caps 450mg
INH 1x tab 300mg
Pirazinamid 1x tab 500mg
Ethambutol 1x tab 500mg
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
13

Vitamin B complex 3x1

FOLLOW UP IV
(Tanggal 24 Mei 2014, jam 09.00 WIB)
S : Demam(-), Batuk(+) berkurang, Nafsu makan membaik,sesak berkurang
O : Kesadaran: compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
TD : 110/80 mmHg RR : 20x / menit
HR :80 x / menit Suhu : 36,5
0
C
Dada : Inspeksi : simetris statis-dinamis,
Palpasi : fremitus melemah pada dada kiri bawah
Perkusi : redup pada dada kiri bawah tetapi membaik
Auskultasi : melemah pada dada kiri bawah tetapi membaik
A : TB Paru dalam pengobatan
P :
Asam Mafenamat 3 x1
Rifampisin 1 x caps 450mg
INH 1x tab 300mg
Pirazinamid 1x tab 500mg
Ethambutol 1x tab 500mg



Lampiran : Tabel 1. Data Keluarga
Nama Hub dg
Os
Umur
(th)
Pendidikan Pekerjaan Agama Kead.
Kes.
Kead.
Gizi
Imunisasi KB Ket
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
14

















Tn. J Suami 45 SLTP Buruh Islam Baik Baik Lengkap -
Ny. H Os 41 SD IRT Islam Sakit Baik Lengkap Suntik
An.T Anak 15 SMA - Islam Baik Baik Lengkap -
An.M Anak 10 SD - Islam Baik Baik Lengkap -
An.L Anak 4 SLTP - Islam Baik Baik Lengkap -
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
15

BAB III
TINJAUN PUSTAKA
3.1 Definisi
Penyakit TBC merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja. Di
Indonesia, penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta
kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara
terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC.
2,3
3.2 Etiologi
Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. TBC disebut juga Koch Pulmonum (KP). Cara
penularan TBC melalui udara yang tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis yang dikeluarkan
oleh penderita TBC saat batuk, pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari
orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah),
Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal,
saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ
paru.
3
3.3 Epidemiologi
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi
insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
61,000 kematian per tahunnya.
3
Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi HIV yang tertinggi
di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik terkonsentrasi (a concentrated
epidemic), dengan perkecualian di provinsi Papua yang prevalensi HIVnya sudah mencapai
2,5% (generalized epidemic). Secara nasional, angka estimasi prevalensi HIV pada populasi
dewasa adalah 0,2%. Sejumlah 12 provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk
intervensi HIV dan estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000-
400.000. Estimasi nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%.
Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih rendah dari
estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB dengan pengobatan ulang.
Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap tahunnya.
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
16

Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negara pertama
diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai
target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun
2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei
2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification
Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian
angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort
tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian
program pengendalian TB nasional yang utama.
4,5

3.4 Patogenesis
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Partikel ini dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi
pertama kali oleh neutrofil, kemudian barulah makrofag. Kebanyakkan partikel ini akan mati
atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo bronchial bersama gerakan silia
dengan sekretnya.
7,8
Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertambah dan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di
jaringan paru-paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut sebagai
sarang primer atau efek primer atau sarang(focus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap
bagian jaringan paru bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.
Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura salah satunya
disebabkan bertambahnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Peradangan pleura
akan menyebabkan permeabilitas dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein yang
melewati dinding itu meningkat maka terbentuk esufi pleura. Pada radang akut terjadi
vasodilatasi, eksudasi, dan perpindahan leukosit ke daerah radang terutama netrofil. Histamine
dan kinin yang dikeluarkan proses radang meningkatkan permeabiliti kapiler sehingga akan
meningkatkan eksudasi plasma. Pada tubekulosis efusi pleura timbul karena reaksi
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding
pembuluh darah pleura.
8


TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
17

3.5 Manifestasi klinis
Gejala umum (Sistemik)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
8
Gejala khusus (Khas)
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan
dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.Bila
mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang. Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC
dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50%
anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC
paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
7,8
3.6 Diagnosis
Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC, Maka ada beberapa hal
pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :
- Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
- Pemeriksaan fisik secara langsung.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
- Rontgen dada (thorax photo).
- Uji tuberkulin.


TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
18

3.7 Tatalaksana
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu
berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan
secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan
memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik. Selama proses pengobatan,
untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk
menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya.
10,11
Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan Rifampicin sebagai
pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan
kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti
Pyrazinamide dan Streptomycin sulfate atau Ethambutol HCl sebagai satu kesatuan yang dikenal
'Triple Drug'. Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS) adalah strategi penyembuhan
TBC jangka pendek dengan pengawasan secara langsung. Dengan menggunakan startegi DOTS,
maka proses penyembuhan TBC dapat secara cepat. DOTS menekankan pentingnya pengawasan
terhadap penderita TBC agar menelan obatnya secara teratur sesuai ketentuan sampai dinyatakan
sembuh.
11
Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa sampai 95%. Strategi
DOTS direkomendasikan oleh WHO secara global untuk menangulangi TBC. Strategi DOTS
terdiri dari 5 komponen, yaitu:
Adanya komitmen politis dari pemerintah untuk bersungguh-sungguh
menangulangi TBC.
Diagnosis penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi secara
langsung oleh PMO( Pengawas Menelan Obat).
Tersedianya paduan obat anti-TBC jangka pendek secara konsisten.
Pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TBC sesuai standar.







TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
19

BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini, didapatkan
bahwa pasien menghidapi penyakit tuberkulosis paru dan mendapat pengobatan dari dokter
Puskesmas. Penyebab dari penyakit ini adalah berasal dari infeksi Mycobacterium tuberkulosis
yang sampai sekarang bisa belum dihapuskan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan
pendekatan dokter keluarga yang dilakukan, didapatkan beberapa faktor yang bisa menyebabkan
penyebaran dan penularan penyakit ini di masyarakat iaitu seperti faktor umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, kepadatan hunian kamar tidur, pencahyaan,
ventilasi, kondisi rumah, kelembaban udara, status gizi, keadaan social ekonomi dan juga
perilaku.
1. Faktor Umur.
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis
kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang
dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan
menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara
bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia
dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia
produktif yaitu 15-50 tahun. Pada kasus ini, pasien adalah berumur 56 tahun dan masih
beresiko untuk dijangkiti penyakit TB paru.

2. Faktor Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996
jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita
TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun
1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan
penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-
laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru. Pada kasus ini, pasien adalah
laki-laki dan lebih beresiko untuk dijangkiti TB paru.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang
diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan
penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan
mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat
pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
20

4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila
pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar
akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit
saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan
mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan,
pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah
(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan
mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi
setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan
memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis
kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah
yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya
penularan penyakit TB Paru.
5. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker
kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru
sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun
adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon,
480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi,
2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50%
terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya
kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
6. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m
2
/orang.
Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas
yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m
2
/orang. Untuk kamar tidur
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
21

diperlukan luas lantai minimum 3 m
2
/orang. Untuk mencegah penularan penyakit
pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90
cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri
dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga
langit-langit minimum tingginya 2,75 m.
Pada kasus ini, rumah pasien tidak memenuhi kriteria sebuah rumah yang sehat,sehingga
penularan penyakit TBC juga bisa berdampak pada ahli keluarga yang lain.
7. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum
20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat
dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-
bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.
Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux.,
kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup.Semua jenis cahaya dapat
mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk
setiap jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna
dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca
berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar
matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan
antar penghuni akan sangat berkurang.

8. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran
udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi
akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit,
misalnya kuman TB.
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus
menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah
untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy)
yang optimum.
11
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
22

Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10%
dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas
ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan
untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur
kamar 22 30C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60%.
9. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap,
dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.Lantai dan dinding
yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan
sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.
10. Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana kelembaban
yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22 30C. Kuman TB Paru akan
cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
11. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko
3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya
cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan
daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
12. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan,
gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan
kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan
berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan
kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.

13. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB
Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh
terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber
penular bagi orang disekelilingnya.


TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang masih sulit
terpecahkan..Penyakit TBC dianggap menakutkan karena bila menyerang paru-paru dan tidak
diobati dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru sehingga dapat menyebabkan
kematian. Selain itu penularannya sangat mudah, yaitu melalui dahak penderita yang keluar
bersama batuknya, kemudian mengering dan menjadi droplet di udara sehingga dapat mengenai
siapa saja.
Penyakit TBC semakin banyak menjangkiti populasi karena semakin rendah daya tahan
tubuh. Selain itu kurangnya perhatian terhadap kebersihan linkungan(udara) dan gizi yang
seimbang semakin memperberat angka kejadiannya.
Memang benar, terdapat hubungan antara tingkat ekonomi sosial seseorang dengan angka
kejadian TBC. Artinya, semakin rendah tingkat ekonomi sosial seseorang,maka semakin besar
kemungkinan terkena TBC. Perlu dilakukanya suatu penanganan yang menerapkan prinsip
pengobatan dengan perbaikan gizi dan tata cara kehidupan penderita. Penanggulangan penyakit
TB yang masih kurang disebabkan oleh Pengetahuan pasien tentang penyakit TB.Paru yang
masih kurang dan Petugas kesehatan kurang berperan aktif dalan proses pengobatan penyakit
TB paru.
Saran
Kasus penyakit TB paru sangat terkait dengan faktor prilaku dan lingkungan,karena
faktor lingkungan, sanitasi dan hygiene terutama terkait dengan keberadaan kuman, dan proses
penularan penyakit TBC. Sedangkan faktor perilaku sangat berpengaruh pada kesembuhan dan
bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi kuman TB.
Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan
kuman TBC. Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak akan
timbul gejala.
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
24

Dimulai dari perilaku hidup sehat yaitu:
- makan-makanan yang bergizi dan seimbang.
- istirahat yang cukup.
- olah raga teratur.
- hindari rokok, alkohol, obat bius, dan hindari stress.
- tidak meludah sembarangan tempat(meludah di tempat yang terkena sinar
matahari atau tempatyang diisikarbol/lisol).
- menutup mulut dengan tissue apabila batuk atau bersin.
- membuang tissue yang sudah digunakan ke tempat sampah
Penatalaksanaan lingkungan terutama pada pengaturan syarat -syarat rumah sehat diantaranya:
- ventilasi dengan pencahayaan yang baik
- luas hunian dengan jumlah anggota keluarga
- kebersihan rumah dan lingkungan tempat tinggal
- penanaman pohon untuk program green & clean, untuk memperoleh udara
yang bersih.
Saran kepada petugas kesehatan
1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan kepada Pasien tentang
penyakit TBParu.
2. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam peningkatan pengobatan bagi Pasien
penyakit TB.Paru.







TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
25

DAFTAR PUSTAKA
1. Witmer LM. Clinical anatomy of the pleural cavity & mediastinum. [Internet]. Cited:
2012 Nov 10. Available from: http://www.oucom.ohiou.edu/dbms-
witmer/Downloads/Witmer-thorax.pdf .
2. Nastiti,Darfios,Makmuri,Cissy, Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak, UUK
Pulmonologi PP IDAI,Jakarta 2011, hal 1-94.
3. Amin Z, Bahar A. Pengobatan tuberculosis mutakhir. Dalam buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid III. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2010, hal.2245.
4. ORahilly R, Muller F, Carpenter S, Swenson R. Basic human anatomy: A regional study
of human strucutre. [Internet]. Cited: 2012 Nov 10. Available from:
http://www.dartmouth.edu/~humananatomy/index.html
5. Miserocchi G. Physiology and pathophysiology of pleural fulid turnover. Eur Respir J,
1991; 10:219-25
6. Porcel JM, Light RW. Diagnostic approach to pleural effusion. Am Fam Physician. 2006;
73(7):1211-20
7. Bahar A. Penyakit-Penyakit Pleura dan Tuberkulosis. Dalam: Soeparman, Sukaton U,
Waspadji S, et al. Editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
1998; 785-97.
8. Diagnosis of tuberculosis disease: radiology. Diunduh dari:
www.heartlandntbc.org/training/archives/tbin_20080923_1510.pdf. Diakses pada 29 Mei
2014.
9. Sabatine MS. Pleural effusion, Pocket medicine. 4
th
ed. USA: Williams & Wilkins; 2011,
part.2-11, 7-12.
10. Dinas kesehatan propinsi DKI Jakarta. Standar Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
volume 5 edisi 1. Tahun 2002.
11. Departemen Kesehatan RI. 2008 . Modul VI Pemantauan dan Evaluasi Penerapan
Strategi DOTS di UPK. Penanggulangan TB Bagi Pengelola Program TB.
12. Khairani A, Syahruddin E, Partakusuma LG. Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit
Persahabatan. J Respir Indo. 2012; 32:155-60
http://jurnalrespirologi.org/characteristic-of-pleural-effusion-in-persahabatan-hospital/

TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
26

LAMPIRAN
TUGAS KUNJUNGAN RUMAH
27

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Cover Refrat MATA
    Cover Refrat MATA
    Dokumen1 halaman
    Cover Refrat MATA
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Cover Refrat THT
    Cover Refrat THT
    Dokumen2 halaman
    Cover Refrat THT
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Status THT
    Status THT
    Dokumen6 halaman
    Status THT
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Cover Tinjauan Ujian
    Cover Tinjauan Ujian
    Dokumen1 halaman
    Cover Tinjauan Ujian
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Homework
    Homework
    Dokumen1 halaman
    Homework
    faiqahar
    Belum ada peringkat
  • Soal Ujian 3
    Soal Ujian 3
    Dokumen3 halaman
    Soal Ujian 3
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • THT Faiqah
    THT Faiqah
    Dokumen6 halaman
    THT Faiqah
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Kasus 2
    Kasus 2
    Dokumen11 halaman
    Kasus 2
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Cover Refrat THT
    Cover Refrat THT
    Dokumen2 halaman
    Cover Refrat THT
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Epis Faiqah
    Epis Faiqah
    Dokumen17 halaman
    Epis Faiqah
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • HT
    HT
    Dokumen1 halaman
    HT
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Kasus 1
    Kasus 1
    Dokumen21 halaman
    Kasus 1
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Soal Ujian 4
    Soal Ujian 4
    Dokumen2 halaman
    Soal Ujian 4
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • CA Mamae Afiq
    CA Mamae Afiq
    Dokumen39 halaman
    CA Mamae Afiq
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Pengantar FF Faiqah
    Pengantar FF Faiqah
    Dokumen1 halaman
    Pengantar FF Faiqah
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Cover TBC
    Cover TBC
    Dokumen1 halaman
    Cover TBC
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Case 6 - Asma Bronkiale
    Case 6 - Asma Bronkiale
    Dokumen3 halaman
    Case 6 - Asma Bronkiale
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jaga UGD
    Tugas Jaga UGD
    Dokumen2 halaman
    Tugas Jaga UGD
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Artikel Evrog
    Artikel Evrog
    Dokumen9 halaman
    Artikel Evrog
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Typhoid Fever
    Typhoid Fever
    Dokumen26 halaman
    Typhoid Fever
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • DD
    DD
    Dokumen1 halaman
    DD
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Anak
    Anak
    Dokumen15 halaman
    Anak
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kegiatan Tirta
    Laporan Kegiatan Tirta
    Dokumen14 halaman
    Laporan Kegiatan Tirta
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • SHT
    SHT
    Dokumen1 halaman
    SHT
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Tifoid Ipd
    Tifoid Ipd
    Dokumen4 halaman
    Tifoid Ipd
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • VNVBN
    VNVBN
    Dokumen2 halaman
    VNVBN
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Fhghset
    Fhghset
    Dokumen2 halaman
    Fhghset
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat
  • Ryrty
    Ryrty
    Dokumen1 halaman
    Ryrty
    NurFaiqahAbdulRahman
    Belum ada peringkat