Realitas yang dihadapi mahasiswa dalam proses penetapan judul, kadang-kadang ada yang terasa lucu. Hal ini terjadi, ketika seorang dosen/pembimbing meminta mahasiswanya untuk mengajukan topik penelitian. Kemudian mahasiswa mengajukan judul (kepala karangan), lantas dosen tersebut menolaknya. Dalam hal ini mahasiswa salah mengartikan topik. Topik disamakan dengan judul, padahal bukan begitu. Topik adalah pokok masalah yang akan dijadikan objek penelitian ataupun objek pembahasan karya ilmiah 1 . Ternyata (anehnya) topik itu diterima dan disetujui oleh dosen tersebut. Hal ini ada dua kemungkinan: Pertama, baik dosen maupun mahasiswa tidak dapat membedakan arti topik dan judul. Kedua, mungkin dosen pembimbing itu setelah melihat judul yang diajukan itu segera mengerti tentang topik yang akan diteliti oleh mahasiswanya itu (meskipun demikian, sebaiknya dosen pembimbing memberitahukan beda antara judul dengan topik itu). Sebenarnya topik bukan judul, dan sebaliknya judul bukan topik 2 .
1. Tema Karangan Dalam situasi tertentu, tema, topik, dan judul sering disamakan. Secara sederhana pada dasarnya topik adalah sesuatu yang ingin ditulis. Dengan menjawab pertanyaan apa sebenarnya yang dingin ditulis? seseorang sudah menemukan topik tulisannya 3 . Secara etimologis, kata tema berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu tithenai yang berarti sesuatu yang telah ditempatkan atau sesuatu yang telah diuraikan. Mirip dengan ini, topik juga berasal dari kata bahasa Yunani, topoi, yang berarti tempat, ini berarti bahwa tema/topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi 4 . Pada pengertian di atas, menunjukkan, bahwa tema merupakan sesuatu yang telah jelas uraiannya atau sesuatu yang telah jelas penempatannya. Apabila dikaitkan dengan kegiatan menulis atau mengarang, berarti tema karangan itu merupakan suatu yang telah jelas apa dan bagaimana uraiannya, dan atau mana uraian tentang sesuatu tersebut diuraikan 5 .
1 Bahdin Nur Tanjung dan Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Proposal, Skripsi, dan Tesis, Kencana, Jakarta, 2005, hlm.19 2 Ibid. 3 Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia, UIN Jakarta Press, Jakarta, 2007, hlm.169-170 4 Ibid. hlm.170 5 Muchlisoh, dkk, Materi Pokok Pendidikan bahasa Indonesia 3, Universitas Terbuka, Jakarta, 1996, hlm.350 Gorys Keraf menjelaskan, bahwa pengertian tema, secara khusus dalam karang- mengarang dapat dilihat dari sudut karangan yang telah selesai, dan dari sudut proses penyusunan sebuah karangan. Dilihat dari sudut sebuah karangan yang telah selesai, tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Sedangkan dilihat dari sudut proses penulisan, pengertian tema dapat dibatasi sebagai suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi 6 . Dari kedua tinjauan tadi, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa tema dalam kegiatan menulis/mengarang ialah suatu amanat utama yang harus disampaikan oleh penulis dan merupakan landasan yang harus dipedomani dalam menguraikan isi karangan tersebut 7 . Faktor yang harus dijadikan dasar untuk menentukan tema sebuah karangan adalah (1) topik atau pokok pembicaraan, dan (2) tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Suatu tema yang baik, akan memberikan suatu informasi yang berarti bagi si pembaca, apabila tema tadi dikembangkan dalam sebuah karangan yang luas. Di samping itu, tema yang baik akan memiliki pengaruh yang baik terhadap si pembaca yang sesuai dengan tujuan si penulis. Jadi tema itu harus terbatas pada topik tertentu atau memiliki gagasan sentral yang jelas, serta perumusannya telah ditetapkan. 8
Syarat-syarat lain yang harus Anda perhatikan dalam merumuskan sebuah tema karangan, ialah 9 : - Kejelasan, yaitu gagasan sentralnya harus jelas dan satu topik dengan tujuan utamanya - Kesatuan, yakni adanya kesatuan antara bagian-bagian dan gagasan sentralnya. Semua pembicaraan tidak terlepas dari gagasan sentralnya - Perkembangan, yakni penguraian mengenai tema secara jelas dan terperinci sampai ke bagian yang sekecil-kecilnya, serta rincian-rincian tadi telah disusun secara teratur dan logis, misalnya, apabila tema telah diuraikan ke dalam bagian-bagian atau alinea- alinea, maka hubungan bagian-bagian atau alinea-alinea tersebut harus disusun secara teratur dan logis.
6 Ibid. 7 Ibid. 8 Ibid. hlm.350-351 9 Ibid. hlm.351-352 - Keaslian, yakni kemurnian suatu tulisan yang dapat diukur dari pilihan pokok persoalannya, sudut pandangnya, pendekatannya, rangkaian kalimatnya, pilihan katanya, dan sebagainya. - Judul yang cocok, yaitu sebagai ini nama/identitas dari suatu karangan. Penetapan judul suatu karangan dapat dilakukan sebelum tema diuraikan sampai tuntas, dan dapat pula dilakukan setelah tema diuraikan secara tuntas.
2. Ketentuan Topik 10
Langkah awal untuk memulai penulisan yang sederhana dan mudah adalah dengan memikirkan dan menentukan ruang lingkup topik. Topik merupakan pokok bahasan atau pembicaraan yang akan dipaparkan dalam suatu buku. Sebagai panduan, penulis pemula disarankan untuk berkonsentrasi hanya pada satu topik yang dikuasai sehingga penulisan buku dapat dilakukan dengan mudah dan lancar. Rowling dalam Idam dan Muslik (2004) menyatakan hal yang sama, yaitu Mulailah menulis apa saja yang kamu tahu. Dengan memulai menuliskan topik yang diketahui, beban penulisan tidak menjadi dua kali lipat, namun hanya terfokus pada cara menyusun ide-ide yang dimiliki dengan baik, terinci, jelas, menarik, dan bisa meyakinkan pembaca. Selain itu, perhatian penulis pun tidak terpecah oleh aktivitas mencari dan mengumpulkan sumber-sumber informasi atau ide-ide itu. Topik itu sendiri bisa bersifat umum, namun bisa juga spesifik. Topik yang umum memberikan gambaran bahwa cakupan bahasan dalam karya itu akan seluas topiknya sehingga semua aspek yang berkaitan dengan topik itu akan dibahas. Penulis harus bisa menyempitkan topik sampai pada topik yang spesifik sehingga batasan-batasan kajiannya semakin terarah dan pengerjaan tulisannya pun jadi lebih mudah. Oshima dan Hogue (1991) menyatakan bahwa penulis dapat menulis buku dengan jelas, lengkap, dan efektif bila topiknya spesifik. Untuk memulai penulisan sebuah buku, topik harus pasti dan tidak berubah-ubah. Berubahnya topik akan mengubah pokok pembicaraan atau bahasan. Berikut ini adalah contohnya: Topik Umum Topik Spesifik Judul Kurikulum Kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis
10 Sutanto Leo, Kiat Jitu Menulis & Menerbitkan Buku, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2010, hlm.40 Kompetensi Bahasa Inggris Bahasa Inggris Perhotelan English for Professional Waiters Menulis Kemampuan Dasar Menulis Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia Bahasa Iklan Daya Tarik Bahasa Iklan Sihir Iklan (Judul ini agak bersifat kiasan)
Topik suatu karangan memerlukan pembatasan yang jelas. Hal ini sangat penting, baik untuk keperluan penulis ataupun bagi pembaca. Topik karangan yang tidak terbatas akan menyulitkan penulis dalam menguraikan tulisan tersebut. Penulis akan bingung dari mana ia harus memulai dan sampai di mana harus mengakhiri tulisannya. Demikian pula bagi pembaca, akan mendapat kesulitam dalam memahami isi karangan tersebut 11 . Dalam membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut 12 : a. Tetapkanlah topik yang ingin digarap dalam kedudukan sentral b. Ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rinciannya itu di sekitar lingkungan topik pertama tadi c. Tetapkanlah yang mana dari rincian tadi yang akan dipilih, dan d. Ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu dirinci lebih lanjut?
Contoh: misalnya penulis ingin membuat karangan yang bertemakan Pendidikan Islam. Topik yang luas akan sulit dibahas secara mendalam. Supaya tidak terlalu luas dan mudah dibahas, topik tersebut perlu dibatasi, yaitu Sejarah Pendidikan Islam, Tokoh-tokoh Pendidikan Islam, Strategi Pembelajaran Pendidikan Islam, Ayat-ayat Pendidikan, Lembaga Pendidikan Islam. Kemudian misalnya penulis memilih Lembaga Pendidikan Islam. Selanjutnya topik itu dipersempit lagi, apakah tingkat madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah, atau jamiah (perguruan tinggi) yang dipilih. Jika tsanawiyah yang dipilih, aspek apa yang ingin dibahas: kurikulum, guru, alat peraga, evaluasi, atau pembelajaran. Jika kurikulum yang dipilih, maka penulis dapat
11 Muchlisoh. 354 12 Ibid. menghasilkan judul karangannya, yaitu Pendidikan Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri I Pamulang, Kurikulum Pendidikan Islam Tingkat Dasar: Studi Komparatif Antara Sekolah Agama dengan Sekolah Umum.
3. Kriteria Judul 13
Setelah topik ditentukan dengan pasti, topik tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk judul. Menurut Akhadiah (1998: 9), judul merupakan nama, titel, atau label suatu karya ilmiah. Kita juga boleh mengatakan bahwa judul hanyalah permainan kata belaka karena yang lebih penting adalah kualitas isi buku sehingga buku tersebut menjadi layak terbit dan beredar. Judul harus merupakan pencerminan atau identitas dari seluruh isi karya tulis, yang dapat menjelaskan dan menarik; sehingga semua orang yang membacanya dapat dengan segera menduga tentang materi dan permasalahan serta kaitannya. Dapat pula dikatakan bahwa judul penelitian itu merupakan gambaran dari conceptual framework suatu penelitian. Dengan demikian, judul bagi si peneliti, merupakan kompas dalam menyusun tulisan tersebut 14 . Judul buku yang sudah dibuat oleh seorang penulis masih bisa berubah-ubah sepanjang proses penulisan buku masih berlangsung sampai buku siap diterbitkan. Ada penulis yang tidak terlalu memikirkan judul buku dengan pertimbangan bahwa asalkan ruang lingkup topik sudah jelas, judul dapat dipikirkan kemudian. Kadang-kadang penerbit juga memberikan saran untuk mengubah judul naskah yang diterima setelah mempelajarinya. Keputusan terakhir penentuan judul biasanya ada di tangan penulis. Meskipun demikian, bila penerbit memberi saran judul yang lebih menarik, sebaiknya dipertimbangkan. Judul-judul buku yang beredar di pasaran sangat beraneka ragam. Judul buku dirancang dengan berbagai acuan dan pertimbangan agar memenuhi kriteria atau norma-norma penulisan judul yang baik. Membuat judul buku sebenarnya tidak terlalu sulit, namun sebaiknya penulis menjadikan rambu-rambu umum yang sudah beredar sebagai bahan pertimbangan dan acuan.
13 Sutanto Leo. op. cit. hlm. 41-45 14 Bahdin Nur Tanjung dan Ardial, op. cit. hlm.20 Judul suatu karangan harus asli dan cocok dengan isi karangan tersebut, serta juga harus memenuhi syarat sebagai berikut 15 : - Judul harus relevan, artinya judul harus memiliki kaitan dengan tema karangan Judul harus provokatif, artinya judul itu harus menarik perhatian atau minat pembaca untuk ingin mengetahui isinya - Judul harus singkat, artinya dengan menggunakan kalimat atau frase yang pendek. Jangan terlalu panjang, agar mudah dipahami, meskipun dalam waktu yang singkat.
Berikut disajikan kriteria-kriteria penulisan judul dari berbagai sumber seperti yang dikemukakan oleh Mintarsih, D. Dan Widyaningsih S. (2004) dan barnet (1986): a. Spesifik Judul yang spesifik akan memaksa penulis memberikan kajian yang lebih dalam karena judul itu membatasi ruang lingkup bahasan. Dengan demikian, bahasan yang diungkapkan bisa lebih terarah dan mengena pada sasarannya.
b. Bombastis (bila mungkin) Jika kita berbicara mengenai buku populer, judul yang bombastis sering dikaitkna dengan buku best seller (buku yang penjualannya laris manis). Namun, harus diakui bahwa hal ini hanya sebatas selera saja. Soerang pembaca bisa saja mengatakan bahwa berkat judulnya yang bombastis, sebuah buku menjadi best seller. Namun, pembaca lain dapat mengatakan bahwa judul itu biasa-biasa saja, tetapi bukunya bisa laku keras. Satu hal yang harus kita camkan adalah bahwa kita tidak dapat mengandalkan judul semata karena yang paling menentukan adalah isi buku kita. Namun, sebaliknya, isi buku yang bagus memang harus didukung dengan judul yang bagus. Jika tidak didukung judul yang bagus, isi buku yang bagus bisa jadi sia- sia karena tidak dilirik pembeli atau pembaca. Bagaimanapun juga, judul buku yang menarik tidak harus kontroversial atau nyerempet-nyerempet bahaya. Contoh judul buku yang menarik: - Rich Dad Poor Dad Robert Kiyosaki - Automatic Millionaire David Bach - Seven Habits of Highly Effective People Steven R. Covey
Di lain pihak, untuk buku teks, yaitu buku-buku pelajaran dan acuan kuliah, judul buku harus sama atau setidaknya mendekati nama mata pelajaran atau mata kuliah sehingga kita tidak bisa terlalu bebas berimprovisasi. Hal yang dapat kita kutaik-kutik hanyalah subjudulnya. Contoh judul buku: - Sosiologi: dengan Pendekatan Membumi Henslin - Statistik: untuk Sains dan Teknik Harinaldi
c. Membuat penasaran dan tertantang Buku dibuat untuk memenuhi kebutuhan pembaca. Jadi, judul buku hendaknya membuat calon pembaca atau pemakai buku menjadi penasaran dan tertantang untuk membaca dan mengetahui isi buku itu (Mintarsih & Widyaningsih, 2004). Orang yang penasaran akan berusaha terus mencari sesuatu yang bisa memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di benaknya. Judul yang kontroversial dan atau sensasional bisa membuat orang penasaran sehingga bertanya-tanya dan ingin tahu mengenai isi suatu buku, hal-hal baru yang disajikan di dalam buku tersebut, kelanjutannya, bagian penutupnya, dan sebagainya. Contoh: - Percaya Cinta, Percaya Keajaiban - Inovasi, atau Mati! - Rapor Merah AA Gym (sensasional) - Pujian yang Menyesatkan (kontroversial)
d. Mengikuti perkembangan waktu Judul yang mengikuti perkembangan waktu akan mendapat perhatian tersendiri dari calon pembaca. Buku-buku yang berkaitan dengan teknologi, misalnya, sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Ruang lingkup suatu kajian tidak harus baru, tetapi buku untuk kajian tersebut bisa dikatakan baru. Meskipun sebagian isi buku tersebut merupakan teori-teori yang sudah banyak diketahui orang, tentu masih ada bagian yang baru yang belum banyak dibahas sebelumnya. Buku tentang ilmu sosial misalnya, bisa saja membahas bagaimana ilmu itu berkembang dari dulu sampai sekarang. Contoh: - Microsoft Word 2007 - Merancang Website dengan Microsoft Frontpage XP
e. Aktif dan bertenaga Judul buku yang aktif adalah judul yang hidup dan oenuh ide. Hal yang dimaksud dengan hidup adalah seperti anak kecil yang aktif bergerak kian kemari dan syarat dengan kreativitas. Penuh ide menunjukkan bahwa buku tersebut mengandung banyak informasi baru yang diungkapkan. Tenaga pada judul biasanya terletak pada penggunaan jenis kata atau diksi. Dengan penggunaan kata kerja, judul akan terlihat lebih bertenaga. Contoh: - Geografi Pariwisata (kurang aktif dan kurang bertenaga) - Menelusuri Geografi Pariwisata (aktif dan cukup bertenaga) - Menguak Geografi Pariwisata (aktif dan lebih bertenaga) - Merokok Dapat Menyebabkan Kanker (kurang bertenaga) - Merokok Menyebabkan Kanker (lebih bertenaga) - Rokok Penyebab Kanker (lebih tegas dan bertenaga)
f. Ukuran panjang judul Judul harus dibuat singkat, tetapi tidak terlalu singkat (Barnet, 1986). Biasanya judul buku berupa (sebuah) kata atau frasa (kelompok kata), tetapi bukan berupa kalimat. Judul buku pada umumnya terdiri dari satu sampai lima kata. Banyak judul buku yang terdiri dari satu kata saja, namun masih menarik dan menyiratkan banyak ide. Judul buku relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan judul karya ilmiah lainnya, seperti makalah, tugas akhir, disertasi, atau tesis yang pada umumnya juga menggunakan frasa. Contoh: - Alquran untuk Anak-anak - Persoanlity - Supernova - Jakarta Undercover - Mistake Corporate - What Money Can Buy (frasa) - Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses (frasa) - Pengaruh Seafood terhadap Tingkat Kecerdasan Anak-anak Desa Cirebon (judul karya ilmiah selain buku) - Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Industri Perhotelan Indonesia di era Reformasi (lebih baik untuk judul karya ilmiah daripada buku) - Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses dan Laku Keras Bukunya di Pasaran? (kalimatjudul yang menyalahi aturan)
g. Ukuran huruf Ukuran huruf yang dipakai untuk judul umumnya lebih besar dari huruf huruf lain yang ada di sampul buku itu. Ini menunjukkan bahwa judul buku merupakan elemen yang paling penting pada sampul buku yang melebihi arti penting nama penulis, logo/nama penerbit, atau informasi lainnya.
h. Penggunaan huruf besar Huruf pertama dari setiap kata dalam judul buku ditulis dengan huruf besar, atau bahkan semua huruf judul buku ditulis dengan huruf besar. Jangan lupa bahwa huruf depan kata sambung atau kata depan bisa menggunakan huruf kecil.
i. Posisi penulisan judul Judul buku pada umumnya ditulis di bagian atau tengah sampul buku agar mudah dilihat atau dibaca secara sepintas. Meskipun demikian, ada juga penulis yang mencantumkan namanya di bagian atas tengah sampul buku sebelum judul buku. Kesan yang muncul adalah penulis sangat percaya diri atau menjual nama besarnya. Selain itu, ada juga beberapa penulis yang mulai berani meletakkan judul itu di bagian lain pada halaman sampul. Penulis tipe ini mungkin agak menyeni, percaya diri, atau barangkali hanya ingin berbeda dengan yang lain.
j. Tanda penekanan tambahan Posisi judul dan ukuran huruf pada sampul buku mendapat penekanan yang istimewa. Ini dimaksudkan agar penekanan tambahan lainnya (seperti garis bawah atau tanda petik) tidak diperlukan lagi. Tanda baca seperti titik (.), titik koma (;), tanda seru (!), dan tanda tanya (?) juga tidak diperlukan. Contoh: - Menyingkap Dunia Kepenyiaran Subagio Sastrowardoyo (tidak memakai tanda baca titik) - Merajut Angan-angan (tidak ada tanda baca titik) - Bagaimana Cara Memuaskan Tamu Hotel (tanpa tanda tanya) - Apa Guna Keluh Kesah (tanpa tanda tanya) - English for Travel Services: Airlines (judul utama di depan tanda titik dua dan subjudul di belakangnya)