BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu termasuk pelayanan kesehatan. engan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan !umah Sakit maka "ungsi pelayanan !SU r. Soetrasno secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih e"ekti" dan e"isien serta memberi kepuasan kepada pasien, keluarga maupun masyarakat. # BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada tahun $%&#' (%)%'* +lorence Nightingale seorang perawat dari ,nggris menekankan pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah . hospital should do the patient no harm, !umah Sakit jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien. i /merika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli bedah r. 0./.1odman dari 2oston dalam tahun %)%3. r.0./ 1odman dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya terjadi penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak memenuhi syarat di !umah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. ,ni adalah upaya pertama yang berusaha mengidenti"ikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya. Kelanjutan dari upaya ini pada tahun %)%& The /merican 1ollege o" Surgeons $/1S* menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak !umah Sakit tertarik untuk ikut serta. engan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkembang. 4leh karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum. Pada tahun %)5% /merican 1ollege o" Surgeon, /merican 1ollege o" Physicians, /merican 6ospital /ssociation bekerjasama membentuk suatu 7oint 1ommision on /ccreditation o" 6ospital $71/6* suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi !umah Sakit . Pada akhir tahun %)8' 71/6 tidak lagi hanya menentukan syarat minimal dan essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di !umah Sakit, namun telah memacu !umah Sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai dengan sumber daya yang ada. Untuk memenuhi tuntutan yang baru ini antara 9 tahun %)59-%)85 standar akreditasi dire:isi enam kali, selanjutnya beberapa tahun sekali diadakan re:isi. /tas keberhasilan 71/6 dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pemerintah +ederal memberi pengakuan tertinggi dalam mengundangkan .Medicare /ct;. Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi !umah Sakit menurut standar yang ditentukan oleh 71/6. Sejak saat itu !umah Sakit yang tidak diakreditasi oleh 71/6 tidak dapat ikut program asuransi kesehatan pemerintah "ederal $medicare*, padahal asuransi di /merika sangat menentukan utilisasi !umah Sakit karena hanya ),9< biaya !umah Sakit berasal dari pembayaran langsung oleh pasien. Sejak tahun %)3) 71/6 membuat standar tambahan, yaitu agar dapat lulus akreditasi suatu !umah Sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu yang dilaksanakan dengan baik. i /ustralia, /ustralian 1ouncil on 6ospital Standards $/16S* didirikan dengan susah payah pada tahun %)3%, namun sampai tahun %)&% badan ini baru berhasil beroperasi dalam 9 Negara bagian. Tetapi lambat laun /16S dapat diterima kehadirannya dan diakui man"aatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan sehingga sekarang kegiatan /16S telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan peningkatan mutu di /ustralia pada dasarnya hampir sama dengan di /merika. i 0ropa 2arat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga pro"esi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara /merika sukar diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di 0ropa. Karena itu kantor !egional =64 untuk 0ropa pada awal tahun %)&'-an mengambil inisiati" untuk membantu negara-negara 0ropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing. Pada tahun %)&# kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri 2elanda tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. alam bulan Mei %)&9 di 2arcelona, Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh =64 telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari peningkatan mutu khusus untuk 0ropa. > =alaupun secara regional =64 telah melakukan berbagai upaya, namun pada simposium peningkatan mutu pada bulan Mei %)&) terdapat kesan bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu di berbagai negara 0ropa 2arat masih pada perkembangan awal. i /sia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan mutu dan akreditasi !umah Sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak menerapkan metodologi dari /merika. Sedangkan Malaysia mengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan ahli dari Negeri 2elanda, i ,ndonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan epartemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas !umah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.'99?2irhup?%)3#. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas !umah Sakit /,2,1,. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas !umah Sakit. isamping standar, epartemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan !umah Sakit. Sejak tahun %)&> epartemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator untuk mengukur dan menge:aluasi penampilan $per"ormance* !umah Sakit pemerintah kelas 1 dan !umah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka 6ari Kesehatan Nasional. ,ndikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. 0:aluasi penampilan untuk tahun %))% telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban !umah Sakit dan yang die:aluasi selain kelas 1 juga kelas dan kelas 2 serta !umah Sakit swasta setara. Sedangkan e:aluasi penampilan tahun %))# telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. 0:aluasi penampilan !umah Sakit ini merupakan langkah awal dari Konsep 1ontinuous @uality ,mpro:ement $1@,*. 2erbeda dengan konsep @/ tradisional dimana dalam monitor dan e:aluasi dititik beratkan kepada pencapaian standar, maka pada 1@, "okus lebih diarahkan kepada penampilan organisasi melalui penilaian pemilik, manajemen, klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan. Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa !umah Sakit telah mengadakan monitoring dan e:aluasi mutu pelayanan !umah Sakitnya. Pada tahun %)&% !S Aatot 5 Subroto telah melakukan kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan atas derajat kepuasan pasien. Kemudian !umah Sakit 6usada pada tahun %)&> melakukan kegiatan yang sama. !umah Sakit /di 6usada di Surabaya membuat penilaian mutu atas dasar penilaian perilaku dan penampilan kerja perawat. !umah Sakit r. Soetomo Surabaya menilai mutu melalui penilaian in"eksi nosokomial sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. !umah Sakit 1ipto Mangunkusumo menggunakan upaya penggunaan obat secara rasional. !umah Sakit ,slam 7akarta pernah menggunakan pengendalian mutu terpadu $T@1* dan Augus Kendali Mutu $@uality 1ontrol 1ircle B @11*. 2eberapa !umah Sakit lainnya juga telah mencoba menerapkan Augus Kendali Mutu, walaupun hasilnya belum ada yang dilaporkan. Sejalan dengan hal di atas maka epartemen Kesehatan telah mengadakan Pelatihan Peningkatan Mutu Pelayanan !umah Sakit pada beberapa !umah Sakit. 2erdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran untuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas walaupun dalam penerapannya sering ada perbedaan. 8 BAB III KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSUD DR. SOETRASNO /gar upaya peningkatan mutu di !SU r. Soetrasno dapat dilaksanakan secara e"ekti" dan e"isien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya penigkatan mutu pelayanan. A. MUTU PELAYANAN RSUD DR. SOETRASNO %. Pengertian mutu Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu. a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa. b. Mutu adalah eCpertise, atau keahlian dan keterikatan $commitment* yang selalu dicurahkan pada pekerjaan c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan. #. e"inisi Mutu Pelayanan !SU r. Soetrasno /dalah derajat kesempurnaan pelayanan !SU r. Soetrasno untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pro"esi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di !SU r. Soetrasno secara wajar, e"isien dan e"ekti" serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan !SU r. Soetrasno dan masyarakat konsumen. 9. Pihak yang 2erkepentingan dengan Mutu 2anyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu D a. Konsumen b. Pembayar?perusahaan?asuransi c. Manajemen !SU r. Soetrasno d. Karyawan !SU r. Soetrasno e. Masyarakat ". Pemerintah g. ,katan pro"esi 3 Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional. >. imensi Mutu imensi atau aspeknya adalah D a. Kepro"esian b. 0"isiensi c. Keamanan Pasien d. Kepuasan Pasien 5. Mutu Terkait dengan ,nput, Proses, 4utput dan 4utcome Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 9 :ariabel, yaitu D %*. ,nput, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, "asilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, in"ormasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. 6ubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan. #*. Proses, merupakan akti:itas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi pro"esional antara pemberi pelayanan dengan konsumen $pasien?masyarakat*. Proses ini merupakan :ariabel penilaian mutu yang penting. 9*. 4utput, ialah jumlah pelayanan yang dilakukan oleh unit kerja?rumah sakit. >*. 4utcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen $pasien?masyarakat*, termasuk kepuasan dari konsumen tersebut. !SU r. Soetrasno adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di !SU r. Soetrasno menyangkut berbagai "ungsi pelayanan, serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. /gar !SU r. Soetrasno mampu melaksanakan "ungsi yang demikian kompleks, harus memiliki sumber daya manusia yang pro"esional baik di bidang teknis medis maupun administrasi & kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, !SU r. Soetrasno harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan !SU r. Soetrasno diawali dengan penilaian akreditasi !SU r. Soetrasno yang mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini !SU r. Soetrasno harus menetapkan standar input, proses, output, dan outcome, serta membakukan seluruh standar prosedur yang telah ditetapkan. !SU r. Soetrasno dipacu untuk dapat menilai diri $sel" assesment* dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan !SU r. Soetrasno yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil $output dan outcome*. Tanpa mengukur hasil kinerja !SU r. Soetrasno tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik telah menghasilkan output yang baik pula. ,ndikator !SU r. Soetrasno yang disusun dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu !SU r. Soetrasno secara nyata. B. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RSUD DR. SOETRASNO Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensi" dan integrati" memantau dan menilai mutu pelayanan !SU r. Soetrasno, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu pelayanan !SU r. Soetrasno akan menjadi lebih baik. i !SU r. Soetrasno upaya peningkatan mutu pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya peningkatan mutu pelayanan !SU r. Soetrasno akan sangat berarti dan e"ekti" bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di !SU r. Soetrasno termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan sta" penunjang. Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan e"isien. =alaupun disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang ) lebih baik selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit. 2erdasarkan hal di atas maka disusunlah de"inisi dan tujuan dari upaya peningkatan mutu pelayanan !SU r. Soetrasno %. e"inisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan !SU r. Soetrasno /dalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensi" dan integrati" yang menyangkut input, proses dan output secara objekti", sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di !SU r. Soetrasno berdaya guna dan berhasil guna. #. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan !SU r. Soetrasno Umum D Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan !SU r. Soetrasno secara e"ekti" dan e"isien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. KhususD Tercapainya peningkatan mutu pelayanan !SU r. Soetrasno melalui D a. 4ptimasi tenaga, sarana, dan prasarana. b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar pro"esi dan standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien. c. Peman"aatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan. 9. ,ndikator mutu ,ndikator mutu !SU r. Soetrasno meliputi indikator klinik, indikator yang berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada e"ekti"itas $e""ecti:enes*, e"isiensi $e""iciency*, keselamatan $sa"ety* dan kelayakan $appropriateness*. >. Strategi Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan !SU r. Soetrasno maka disusunlah strategi sebagai berikut D %* Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan !SU r. Soetrasno sehingga dapat menerapkan langkah- langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya. %' #* Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di !SU r. Soetrasno , serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan. 9* Menciptakan budaya mutu di. !SU r. Soetrasno, termasuk di dalamnya menyusun program mutu !SU r. Soetrasno dengan pendekatan P1/ cycle. 5. Pendekatan Pemecahan Masalah Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus $daur* yang berkesinambungan. Eangkah pertama dalam proses siklus ini adalah identi"ikasi masalah. ,denti"ikasi masalah merupakan bagian sangat penting dari seluruh proses siklus $daur*, karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul apabila D 6asil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat penyimpangan Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut. Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. engan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang tertinggal. ari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulai tahap pertama. %% BAB IV PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan !SU r. Soetrasno ,ndikator D /dalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. ,ndikator merupakan suatu :ariabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. ,ndikator yang baik adalah yang sensiti" tapi juga spesi"ik. Kriteria D /dalah spesi"ikasi dari indikator. Standar D Tingkat kinerja atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat kinerja atau kondisi tersebut. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu. alam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikutD %. /spek yang dipilih untuk ditingkatkan Kepro"esian 0"isiensi Keamanan pasien Kepuasan pasien Sarana dan lingkungan "isik %# #. ,ndikator yang dipilih a. ,ndikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses b. 2ersi"at umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk perorangan. c. apat digunakan untuk membandingkan dengan !umah Sakit lain, baik di dalam maupun luar negeri. d. apat mendorong inter:ensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor e. idasarkan pada data yang ada. 9. Kriteria yang digunakan Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik. >. Standar yang digunakan Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan D a. /cuan dari berbagai sumber b. 2enchmarking dengan !umah Sakit yang setara c. 2erdasarkan trend yang menuju kebaikan %9 BAB V PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN Pengendalian adalah keseluruhan "ungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan $quality os customers satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di !SU r. Soetrasno. Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus pengendalian $control cycle) dengan memutar siklus .Plan-Do-hec!-"ction #P-D- -") $ !elaksasi $rencanakan ( laksanakan ( periksa (aksi*. Pola P--1-/ ini dikenal sebagai .siklus Shewart;, karena pertama kali dikemukakan oleh =alter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi analisis P--1-/ lebih sering disebuit .siklus eming;. 6al ini karena eming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan memperluas penerapannya. engan nama apapun itu disebut, P--1-/ adalah alat yang berman"aat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus $continous impro%ement) tanpa berhenti. Konsep P--1-/ tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk proses perbaikan kualitas $quality impro%ement) secara rerus menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian organisasi, seperti tampak pada gambar %. alam gambar % tersebut, pengidenti"ikasian masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada "akta. 6al ini dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subyekti:itas dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersi"at emosional. Selain itu, untuk memudahkan identi"ikasi masalah yang akan dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan harus menetapkan standar pelayanan. 6ubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan perbaikan berdasarkan siklus P--1-/ $&elationship 'et(een ontrol and )mpro%ement under P-D--" ycle) diperlihatkan dalam gambar #. Pengendalian kualitas berdasarkan %> siklus P--1-/ hanya dapat ber"ungsi jika sistem in"ormasi berjalan dengan baik dan siklus tersebut dapat dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan dalam gambar 9. %5 $%* Menentukan Tujuan dan sasaran $#* Menetapkan Metode untuk Mencapai tujuan Menyelenggarakan Pendidikan dan latihan $9* $>* Melaksanakan pekerjaan $5* Memeriksa akibat pelaksanaan $8* Mengambil tindakan yang tepat /ction 1heck Plan o Aambar 9. Siklus P1/ 1heck /ctio n +ollow-up ,mpro:ement 1orrecti:e /ction o Plan Aambar #. !elationship 2etween 1ontrol and ,mpro:ement Under P--1-/ 1ycle Peningkatan Pemecahan masalah dan peningkatan / P 1 Standar Pemecahan masalah dan peningkatan / P 1 Standar Aambar %. Siklus dan Proses Peningkatan P1/ Keenam langkah P--1-/ yang terdapat dalam gambar 9 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut D a. *ang!ah +. ,enentu!an tu-uan dan sasaran . Plan Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala !S atau Kepala i:isi. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis in"ormasi. Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci in"ormasi. '. *ang!ah /. ,enentu!an metode untu! mencapai tu-uan F Plan Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan %8 untuk menggunakannya. 4leh karena itu dalam menetapkan metode yang akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan. c. *ang!ah 0. ,enyelenggara!an pendidi!an dan latihan F o Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. /gar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan. d. *ang!ah 1. ,ela!sana!an pe!er-aan Fo alam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah. 4leh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan. e. *ang!ah 23 ,emeri!sa a!i'at pela!sanaan Fhec! Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan dengan baik atau tidak. 7ika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan. 6al yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. /gar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode $standar kerja* dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya. f. *ang!ah 4 3 ,engam'il tinda!an yang tepat F/ction Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan penyimpangan. 7ika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan "aktor-"aktor penyebab yang telah mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam pengendalian kualitas pelayanan. %3 Konsep P1/ dengan keenam langkah tersebut merupakan sistem yang e"ekti" untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk mencapai kualitas pelayanan yang akan dicapai diperlukan partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses. Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan diperlukan kesungguhan $sincerety), yaitu sikap yang menolak adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri atau menolak cara ber"ikir dan berbuat yang semata- mata bersi"at pragmatis. alam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut. %&