Anda di halaman 1dari 60

-1-

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung
perkembangan usaha yang bersifat dinamis, diperlukan perbankan nasional
yang tangguh, termasuk industri Bank Perkreditan rakyat yang sehat, kuat,
produktif dan memiliki daya saing agar mampu melayani masyarakat,
terutama pengusaha mikro dan kecil.
Sejalan dengan visi perbankan nasional untuk mencapai sistem perbankan
yang sehat, kuat, efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan
maka kelembagaan industri Bank Perkreditan Rakyat perlu diperkuat, antara
lain pada aspek permodalan dan aspek kompetensi anggota dan calon
anggota direksi.
Selain itu, dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi Bank
Perkreditan Rakyat melalui perluasan jaringan kantor, ketentuan pembukaan
Kantor Cabang perlu direlaksasi dengan tetap memperhatikan prinsip
kehati-hatian berupa kemampuan permodalan dan aspek kelayakan usaha
(feasibility study).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul laporan praktik
kerja lapangan mengenai Tinjauan Terhadap Prosedur Pendirian BPR Baru
pada Bank Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI.
1.2. Tujuan Praktik Kerja
Tujuan umum pelaksanaan Praktik Kerja adalah untuk melengkapi
persyaratan penyelesaian studi pada program Diploma III Keuangan dan
Perbankan Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Bandung. Tujuan lain
yang diharapkan bisa tercapai dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini
adalah :
-2-

1. Turut mengembangkan misi Politeknik Negeri Bandung sebagai
penghasil lulusan yang berkualitas, profesional, dan berdisiplin serta
mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dan
diperoleh selama perkuliahan terhadap kegiatan yang terjadi langsung
di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman kerja dan mampu melatih kemampuan yang
dimiliki dalam menghadapi permasalahanpermasalahan yang terjadi di
lapangan,dan mampu mempelajari permasalahan tersebut sehingga
menjadi pembelajaran yang berharga bagi penulis untuk dikemudian
hari.
4. Memperoleh pengetahuan baru yang tidak diperoleh di tempat kuliah
sebagai bahan perbandingan antara teoriteori yang dipelajari dengan
keadaan dan situasi nyata secara langsung di lapangan.
5. Mampu mengidentifikasikan masalahmasalah yang dihadapi dalam
kegiatan di perusahaan, sehingga bisa memberikan solusi dan saran
yang tepat untuk selanjutnya bisa menentukan strategi yang tepat,
efektif dan efisien.
6. Mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki, khususnya
dalam bidang keuangan dan perbankan.
7. Melatih mental, meningkatkan rasa percaya diri dan memberikan
gambaran secara nyata untuk menghadapi dunia kerja sesungguhnya.
8. Mengetahui tugas pokok Bank Indonesia secara umum, khususnya Tim
IDAB, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI.
9. Mengetahui prosedur pembukaan BPR baru pada Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Wilayah VI.
10. Mengetahui aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam pembukaan BPR
Baru.


-3-

1.3. Kegunaan Praktik Kerja
Praktik Kerja ini mempunyai kegunaan yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
a. Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dibangku
perkuliahan.
b. Untuk memperoleh pengalaman dunia kerja yang sesungguhnya.
c. Untuk meningkatkan kompetensi, dan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang keuangan dan perbankan.
d. Untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja setelah penulis
menyelesaikan bangku pendidikan.
2. Bagi Instansi tempat praktik kerja
a. Untuk membantu pekerjaan para staf dan karyawan KPw BI wil. VI.
b. Untuk meningkatkan peran perusahaan dalam menunjang pendidikan
vokasi seperti yang diterapkan di Politeknik Negeri Bandung
3. Bagi Lembaga Pendidikan
a. Dapat tercapainya visi dan misi Politeknik Negeri Bandung
khususnya Jurusan Akuntansi Program studi DIII Keuangan dan
Perbankan guna menghasilkan ahli madya yang kompeten
dibidangnya.
b. Sebagai referensi di perpustakaan Politeknik Negeri Bandung, untuk
penulisan laporan kerja praktik pada angkatan berikutnya.
c. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII
Jurusan Akuntansi Program Studi Keuangan dan Perbankan di
Politeknik Negeri Bandung
d. Sebagai bahan rujukan untuk membantu bilamana diperlukan.
e. Sebagai bahan tinjauan kurikulum guna pengembangan kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.



-4-

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja
Penulis melakukan kegiatan kerja praktik pada Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Wilayah VI yang berlokasi di Jalan Braga No. 108, Bandung.
Mulai dari tanggal 8 Juli hingga tanggal 26 Juli 2013.
1.5. Prosedur Pelaksanaan Praktik Kerja
Agar dapat melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di KPw BI wilayah
VI, penulis mengajukan permohonan tertulis berupa surat pengantar
pengajuan kerja praktik dari Jurusan Akuntansi, Prodi DIII Keuangan dan
Perbankan, Politeknik Negeri Bandung.
Selanjutnya penulis menyerahkan surat pengantar tersebut ke Unit Sumber
Daya Manusia (SDM), KPw Bank Indonesia wil VI dengan melampirkan
biodata diri penulis sebagai syarat melakukan PKL. Kemudian pihak BI
mengkonfirmasi via telepon sebagai kesanggupan menerima dan memberi
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktik. Setelah itu,
penulis ditempatkan di Tim Informasi dan Administrasi Bank, selanjutnya
disebut IDAB.
1.6. Pelaksanaan Praktik Kerja
Berikut ini adalah pelaksanaan praktik kerja lapangan di lingkungan KPw
BI Wilayah VI :
1. Waktu kerja masuk pukul 07.00 WIB, dan pulang pukul 16.15 WIB.
Toleransi flexy time masuk hingga pukul 07.30 (pulang paling cepat
pukul 16.35 WIB)
2. Jumlah hari kerja adalah 15 hari kerja.
3. Tata berpakaian dan penampilan diantaranya:
a. Pakaian sopan, kemeja berwarna putih dan celana/rok hitam, dan
batik untuk hari Selasa dan Jumat.
b. Tetap mengindahkan larangan penggunaan pakaian sebagai berikut:
1) Celana jeans dan baju kaos (baik berkerah atau non kerah) tidak
diperkenankan digunakan selama masa PKL.
-5-

2) Mahasiswi dilarang menggunakan celana pendek, rok mini,
pakaian ketat, transparan, legging, dan stocking hitam legam.
c. Memakai sepatu kerja (tidak diperbolehkan memakai sepatu
olahraga atau sepatu santai, atau sandal) selama masa PKL.
d. Mahasiswa harus berambut rapi, tidak boleh gondrong (menyentuh
kerah atau menutupi telinga)
4. Tidak diperkenankan mengambil atau merusak barang-barang milik BI.
5. Dilarang merokok di lingkungan KPw BI wilayah VI.
6. Dilarang memiliki, membawa, minum-minuman keras apalagi hingga
mabuk dan menimbulkan keonaran di lingkungan KPw BI wilayah VI.
7. Dilarang berjudi di lingkungan KPw BI wilayah VI.
8. Dilarang membawa senjata tajam yang membahayakan keselamatan
orang lain.
9. Dilarang melakukan tindakan atau pelecehan seksual dalam bentuk:
a. Berperilaku atau berkata yang tidak senonoh.
b. Asusila atau melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan bagi
orang lain.
10. Menyusun laporan pelaksanaan PKL untuk diserahkan kepada masing-
masing pembimbing di unit kerja pada akhir periode PKL.
11. Wajib mengikuti klasikal sesual jadwalnya dan mengisi daftar hadir
yang disediakan.
12. Absen diwajibkan menggunakan kartu amano dengan menggunakan
mesin amano yang terdapat di Lantai 2. Apabila terlupa absen, maka
waktu kedatangan/kepulangan dituliskan secara manual di kartu amano
dan wajib diparaf oleh pembimbing di masing-masing seksi.
13. Apabila terpaksa berhalangan karena hal yang sangat penting, satu hari
sebelumnya diwajibkan meminta izin di seksi SDM. Selanjutnya,
kekurangan jumlah hari wajib digantikan di hari berikutnya.
14. Pada jam kerja diharapkan membantu pekerjaan yang diberikan oleh
pegawai. Apabila tidak diberikan maka diharapkan bersikap aktif, baik
untuk menawarkan bantuan pekerjaan, maupun meminta informasi
-6-

mengenai tugas, tanggung jawab, serta ilmu yang bias diperoleh dari
masing-masing seksi.
15. Sanksi-sanksi akan diberikan kepada mahasiswa apabila melanggar tata
tertib baik dalam bentuk teguran, peringatan tertulis, ataupun
diberhentikan dari kegiatan PKL.

-7-

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat Bank Sentral
Bank Indonesia yang kini menjadi Bank Sentral Negara Republik Indonesia
berasal dari De Javasche Bank N.V yang merupakan salah satu bank milik
pemerintah Belanda. De Javasche Bank N.V didirikan pada zaman
penjajahan Belanda, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 1827. Kemudian De
Javasche Bank N.V dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia
tanggal 6 Desember 1951 dengan UU No. 24 tahun 1951 menjadi bank
milik pemerintah Republik Indonesia.
Pada periode 1959-1966, Bank Indonesia dan perbankan termasuk dalam
jajaran yang dituntut berperan sebagai alat revolusi. Pada masa tersebut
Bank Indonesia sebagai alat revolusi bertindak sebagi kasir pemerintah.
Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada masa itu turut
mempengaruhi kedudukan dan fungsi BI, termasuk fungsi pengawasan
Bank Indonesia terhadap perbankan.
Selanjutnya berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 Tahun 1965, Bank
Indonesia bersama bankbank lainnya dilebur ke dalam bank tunggal
dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Bank Negara Indonesia ini
terdiri dari BNI Unit I, BNI Unit II, BNI Unit III, BNI Unit IV dan BNI
Unit V. Bank Negara Indonesia Unit 1 kemudian berfungsi sebagai Bank
Sirkulasi, Bank Sentral dan Bank Umum dijadikan Bank Sentral di
Indonesia dengan UU No. 13 tahun 1968.
Pada tanggal 17 Mei 2010, UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,
menetapkan Bank Indonesia sebagai lembaga tinggi Negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.
-8-

2.2. Visi dan Misi Bank Indonesia
Visi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat
dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui
penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang
rendah dan stabil, untuk mencapai visi tersebut, Bank Indonesia berusaha
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem
keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan.
KPw Bank Indonesia Wilayah VI memiliki misi untuk mendukung
pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan, dan
sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran
kepada pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Visi yang harus dicapai oleh KPw Bank Indonesia Wilayah VI yaitu
menjadi kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui
peningkatan peran menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

2.3. Nilai Nilai Strategis
Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan berperilaku dalam rangka mencapai misi dan visinya
terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan
Kebersamaan (KITA-Kompak).
2.4. Tugas Pokok Bank Indonesia
Sebagai Bank Sentral Negara Republik Indonesia, Bank Indonesia memiliki
tugas pokok yaitu:


-9-

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Tugas pokok BI ini diatur dalam Undang-Undang BI pasal 10. Kegiatan
yang dilakukan BI berkenaan dengan tugasnya ini yaitu: memperhatikan
sasaran laju inflasi, melakukan pengendalian moneter, memberikan kredit
atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah kepada bank untuk
mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek, memberikan fasilitas
pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah
dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak
sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan
sistem keuangan, melaksanakan kebijakan nilai tukar, dan mengelola
cadangan devisa.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
Tugas ini dilakukan dengan cara menetapkan penggunaan alat
pembayaran, mengatur sistem kliring antar bank, menyelenggarakan
kegiatan kliring, menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi
pembayaran antar bank, dan mengeluarkan, mengedarkan, mencabut,
menarik serta memusnahkan uang Rupiah dari peredaran. Kewenangan
Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI.
c. Mengatur dan mengawasi bank,
Undang-Undang BI pasal 8 mengenai tugas BI dalam pengaturan dan
pengawasan bank yaitu dalam hal memberikan dan mencabut izin atas
kelembagaan dan kegaitan usaha tertentu dari bank, menetapkan
peraturan, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi
terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sedangkan KPw BI wilayah VI memiliki tugas pokok yaitu sebagai berikut:
a. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan
keuangan daerah di wilayah kerjanya.
-10-

b. Melaksanakan kegiatan operasional sistem pembayaran tunai dan/atau
non tunai sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya.
c. Melaksanakan pengawasan terhadap perbankan di wilayah kerjanya.
d. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan
ekonomi daerah yang didukung dengan penyediaan informasi
berdasarkan hasil kajian yang akurat.
e. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor
pendukung terlaksananya fungsi-fungsi utama.
2.5. Organisasi Bank Indonesia
Organisasi Bank Indonesia dikelompokkan dalam tiga bidang utama
yang menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu Moneter, Perbankan, dan
Sistem Pembayaran. Disamping itu, terdapat pula fungsi manajemen intern
sebagai unit pendukung strategis (strategic support) untuk menjamin agar
pelaksanaan tugas ketiga bidang utama dapat berjalan lancar, efektif, dan
efisien.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia memiliki jaringan
kantor di seluruh wilayah Indonesia yang disebut dengan Kantor Bank
Indonesia (KBI) dan beberapa perwakilan di luar negeri yang disebut
dengan Kantor Perwakilan (KPw).
Struktur organisasi Bank Indonesia tersebut terus mengalami
penyempurnaan agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam
dinamika perekonomian nasional dan internasional. Ke depan arsitektur
organisasi Bank Indonesia diarahkan pada dua fokus tugas utama, yaitu
Stabilitas Moneter dan Stabilitas Sistem Keuangan.
-11-


Gambar 2.1 Struktur Kepegawaian KPw BI Wilayah VI Jabar & Banten
Deputi KPw Grup
Perbankan
Sri R. A. Faisal
Sekretaris : Melissa
Massenger : Zaenal
Divisi Man.
Intern
Divisi Sistem
Pembayaran
Divisi Pengawasan
Bank*
Nita Yosita
Sekretaris : Ranti
Massenger : Yudi M.
Divisi Ekonomi
Moneter
Deputi KPw Grup Manajemen
Intern & Sistem Pembayaran
Nita Yosita*
Kepala Kantor Perwakilan
Deputi KPw Grup
Ekonomi Moneter
Sekretaris : -
Massenger : -
Dian Ediana Rae
Massenger : Saepuloh
Sekretaris : Ningsih Suparno
-12-

BAB III
HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA
3.1. Kegiatan Praktik Kerja
Kegiatan yang dilakukan selama penulis melakukan kegiatan praktik kerja
lapangan adalah sebagai berikut:
a. Mengikuti Klasikal (pemberian materi) mengenai masing-masing unit
pekerjaan yang terdapat di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal yang
talah ditentukan, yakni mulai dari tanggal 10 Juli 2013 hingga tanggal 16
Juli 2013 diantara waktu kerja.
b. Merekap data warkat realisasi anggaran Perjalanan Dinas Dalam Negeri
(PDDN) pejabat Bank Umum dan BPR untuk region Jawa Barat dan
Banten.
c. Merekap data sanksi atas kesalahan pelaporan Laporan Keuangan Bank
Umum dan BPR untuk region Jawa Barat dan Banten.
d. Memvalidasi rekap warkat realisasi anggaran Perjalanan Dinas Dalam
Negeri (PDDN) pejabat Bank Umum dan BPR.
e. Membantu menyiapkan laporan hasil pemeriksaan Bank Umum dan
pembinaan terhadap BPR untuk dikirim ke Kantor Pusat Bank Indonesia
dan/atau masing-masing bank yang bersangkutan.
f. Membantu menyiapkan berkas berupa buku panduan pelaporan laporan
keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
g. Mengarsipkan, dan menyiapkan surat keluar perihal komposisi
kepemilikan BPR dan Bank Umum.



-13-

3.2. Bidang Praktik Kerja
Pada Tim IDAB terdapat dua unit kerja yaitu:
3.2.1. Unit Koordinasi Pengawasan Dan Perizinan
Unit Koordinasi Pengawasan dan Perizinan memiliki tugas antara
lain:
1. Menjadi Liaison officer (LO) dalam penanganan tindak pidana
perbankan (NK Jaksa Agung, Kapolri dan GBI)
a. Mengajukan permohonan Surat Kuasa Gubernur BI
b. Melakukan pelaporan dugaan tipibank
c. Memantau dan melakukan pengkinian data perkembangan
penanganan dugaan tipibank
d. Melakukan penelitian terhadap surat panggilan saksi/ahli.
e. Membuat surat penugasan bagi pendamping, saksi dan ahli.
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemberian keterangan
saksi/ahli.
g. Menyusun laporan pendampingan.
2. Menyelenggarakan pertemuan Tim Kerja dan Tim Pleno di KBI
sehubungan dengan NK, yaitu:
a. Meminta materi rapat Tim Kerja dan Tim Pleno.
b. Menyusun Agenda Rapat.
c. Mengundang Anggota Tim Kerja & Tim Pleno.
d. Meminta konfirmasi kehadiran.
e. Menyiapkan materi, sarana dan prasarana Rapat.
f. Menyusun Risalah Rapat Tim Kerja .
g. Menyusun Risalah Rapat Tim Pleno.
h. Menyampaikan Risalah Rapat.
3. Menyelenggarakan kegiatan fungsi mediasi bank, yaitu:
a. Menerima pengaduan nasabah secara lisan maupun tertulis.
b. Melakukan klarifikasi kepada bank terlapor.
-14-

c. Memeriksa kelengkapan persyaratan pengajuan mediasi.
d. Mengajukan permohonan mediasi nasabah kepada DIMP.
3.2.2. Unit Data dan Administrasi Bank
Unit Data dan Administasi Bank memiliki tugas antara lain:
1. Menyediakan informasi/data keuangan Bank Umum dan BPR
kepada stakeholder.
2. Absensi laporan berkala.
3. Surat Introduksi Pemeriksaan.
4. Memantau Pelaksanaan Pemeriksaan Tahunan.
5. Mengelola User Id dan Password Sistem Informasi Perbankan.
6. Monitoring penyelesaian LHP dan Penyampaian surat
pembinaan kepada Bank.
7. Menyampaikan surat-surat ke bank dan instasi terkait.
8. Melakukan pemberian jasa giro GWM Rupiah.
9. Melakukan upload koreksi laporan bulanan BPR.
10. Administrasi absensi pegawai bidang perbankan.
11. Penerimaan ATK dan barang inventaris.
12. Mengelola permintaan bantuan teknisi/repairmen.
13. Melakukan pemesanan konsumsi rapat intern dengan pengurus
bank/pihak ketiga lainnya.
14. Menatausahaan arsip oleh pemilik dokumen/pengawas.
15. Menatausahaan bundel arsip dari pengawas.
16. Membuat/mengkinikan jaringan kantor.
17. Membuat/mengkinikan buku statistik perbankan.
18. Melakukan pembebanan sanksi Bank Umum atas
keterlambatan/kesalahan laporan.
19. Melaksanakan pengenaan sanksi administratif BPR atas
keterlambatan/kesalahan laporan.
20. Menyelenggarakan knowledge sharing, dan sosialisasi atau pun
seminar.
-15-

21. Melakukan penggandaan dan menyampaikan ketentuan baru.
22. Melakukan koordinasi dengan Perbarindo/Asbisindo dalam
rangka pelatihan kepada BPR.
23. Menyediakan informasi debitur dalam rangka pengawasan.
24. Mengelola user Sistem Informasi Debitur (SID)
Sebelum membahas mengenai prosedur perizinan pendirian BPR Baru,
penulis akan membahas mengenai BPR secara umum.
3.2.3. Landasan Hukum
Berikut ini adalah landasan hukum perizinan pendirian BPR:
1. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10
Tahun 1998.
2. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3
Tahun 2004.
3. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
4. Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan
Daerah.
5. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
6. Peraturan Bank Indonesia No. 5/23/PBI/2003 tanggal 23
Oktober 2003 tentang penerapan prinsip menenal nasabah
(know your customer) bagi BPR.
7. Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006 tanggal 8
November 2006 tentang BPR.
8. Peraturan Bank Indonesia No. 6/23/PBI/2004 tanggal 9
Agustus 2004 tentang Penilaian Kemampuan & Kepatutan
BPR.
9. Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/31/DPBR tanggal 12
Desember 2006 tentang BPR.
-16-

10. Surat Edaran no.10/72/intern tanggal 1 Desember 2008 tentang
pedoman pelaksanaan perizinan BPR.
3.2.4. Definisi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR, adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian tersebut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
BPR merupakan lembaga keuangan mikro yang menyediakan
layanan jasa keuangan berupa penghimpunan dana dan pemberian
penjaman dalam jumlah kecil dan penyediaan jasa-jasa keuangan
terkait yang ditunjukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
3.2.5. Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Fungsi BPR tidak hanya sekedar menyalurkan kredit kepada para
pengusaha mikro, kecil dan menengah, tetapi juga menerima
simpanan dari masyarakat berupa tabungan dan deposito. Dalam
penyaluran kredit kepada masyarakat menggunakan prinsip 3T,
yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran, karena proses
kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan
sangat mengerti akan kebutuhan Nasabah.
3.2.6. Bentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bentuk badan hukum BPR dapat berupa :
1. Perseroan Terbatas;
2. Koperasi; atau
3. Perusahaan Daerah.

-17-

3.2.7. Kegiatan Usaha BPR
A. Berikut ini adalah kegiatan usaha BPR yang diperkenankan :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu;
2. Memberikan kredit;
3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan
atau tabungan pada Bank lain.
B. Disamping itu, terdapat kegiatan usaha yang tidak
diperkenankan dijalankan oleh BPR, diantaranya:
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas pembayaran;
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali
sebagai pedagang valuta asing (dengan izin Bank
Indonesia);
3. Melakukan penyertaan modal;
4. Melakukan usaha perasuransian;
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha pada huruf A.
3.2.8. Pengertian Umum
1. Direksi:
a. bagi BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah
direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas.
b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah
direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
-18-

c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah pengurus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2. Komisaris:
a. bagi BPR berbentuk hukum Perseroan Terbatas, adalah
komisaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas.
b. bagi BPR berbentuk hukum Perusahaan Daerah, adalah
pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
c. bagi BPR berbentuk hukum Koperasi, adalah pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
3. Pengurus adalah anggota Direksi dan dewan komisaris.
4. Pemilik adalah pemegang saham pengendali maupun non
pengendali.
5. Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum, perorangan
dan/atau kelompok usaha yang:
a. memiliki saham perusahaan atau BPR sebesar 25% (dua
puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang
dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau
b. memiliki saham perusahaan atau BPR kurang dari 25%
(dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang
dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun dapat
dibuktikan telah melakukan pengendalian BPR, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
6. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan dan operasional BPR atau perusahaan,
-19-

dan/atau bertanggungjawab langsung kepada Direksi, antara
lain pemimpin Kantor Cabang.
7. Penilaian kemampuan dan kepatutan (fit & proper test) adalah
proses yang dilakukan terhadap:
a. Calon PSP, untuk menilai bahwa yang bersangkutan
memenuhi persyaratan intergritas dan kelayakan
keuangan, termasuk dalam pengertian PSP ini adalah para
calon non PSP yang secara keseluruhan memiliki saham
palling sedikit mencapai 50% dalam hal tidak terdapat
calon PSP.
b. Calon pengurus, untuk menilai bahwa yang bersangkutan
memenuhi persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi
keuangan.
c. PSP, Pengurus dan Pejabat Eksekutif yang sedang
menjabat di BPR, untuk menilai integritas, kelayakan
keuangan,kompetensi, dan/atau reputasi keuangan yang
bersangkutan yang dilakukan setiap waktu apabila
berdasarkan hasil pengawasan, pemeriksaan, atau
informasi dari sumber-sumber lainnya ditemukan indikasi
adanya penyimpangan dari praktik perbankan yang sehat.
8. Daftar tidak lulus, selanjutnya disebut DTL, adalah daftar
pihak-pihak, yang mendapat predikat tidak lulus dalam
penilaian fit & proper test terhadap PSP, pengurus dan/atau
pejabat eksekutif.
9. Lembaga Sertifikasi Profesi, yang selanjutnya disebut
Lembaga Sertifikasi, adalah lembaga yang mengatur dan
menetapkan sistem sertifikasi bagi anggota dan calon anggota
Direksi BPR, telah memenuhi persyaratan minimum yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan memiliki akreditasi dari
instansi yang berwenang.
-20-

10. Unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI adalah unit kerja yang
memiliki tugas dan tanggung jawab melakukan proses
perizinan BPR dalam rangka pendirian maupun operasional
BPR,
a. Di KPBI dilakukan oleh Bagian Perizinan dan Likuidasi
BPR di Direktorat Kredit, BPR, UMKM (Bagian PLBPR-
DKBU).
b. Di KBI dapat dilakukan oleh Unit Kerja Pengawasan BPR
atau unit kerja lainnya, sesuai struktur organisasi KBI.
3.2.9. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah badan hukum resmi yang hanya dapat didirikan dan
melakukan kegiatan usaha dengan izin Bank Indonesia. BPR hanya
dapat didirikan dan dimiliki oleh:
1. warga negara Indonesia;
2. badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga Negara
Indonesia;
3. Pemerintah Daerah; atau
4. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka 1-3.
-21-


Gambar 3.1 Proses Pendirian BPR
Berikut ini adalah uraian proses pendirian BPR:
3.2.9.1. Izin Prinsip Pendirian
A. Penelitian Administratif
Penelitian administratif terhadap permohonan
persetujuan prinsip pendirian BPR harus selesai
paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak
permohonan tersebut berikut dokumen yang
-22-

dipersyaratkan diterima di BI secara lengkap dan
benar, dengan rincian kegiatan sebagi berikut:
1. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI meneliti
kelengkapan dan kebenaran dokumen sesuai
dengan yang dipersyaratkan sebagaimana check
list Lampiran 5 (dalam hal pengisian check list
Lampiran 5 dapat dilakukan melalui SIMWAS
BPR maka tidak perlu pengisisan secara manual):
a. Apabila dinilai lengkap dan benar, Unit Kerja
Perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan
surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa
permohonan telah dilengkapi dengan dokumen
yang dipersyaratkan dan akan diproses sesuai
mekanisme pemberian izin prinsip yang telah
ditetapkan sebagaimana lampiran 6a. Apabila
seluruh tahapan proses perizinan telah
dipenuhi, maka dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak
permohonan diterima BI akan memberikan
keputusan berupa persetujuan/penolakan.
b. Apabila dinilai tidak lengkap/tidak benar, Unit
Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI
menyampaikan surat pemberitahuan kepada
pemohon mengenai ketidak-lengkapan
dan/atau ketidakbenaran dokumen serta
meminta agar pemohon segera melengkapi
dokumen yang dipersyaratkan paling lambat
10 (sepuluh) hari sejak surat pemberitahuan BI
disertai dengan penegasan bahwa apabila
sampai dengan batas waktu tersebut dokumen
-23-

yang dipersyaratkan belum disampaikan maka
permohonan dimaksud tidak dapat diproses,
sebagaimana Lampiran 6b.
Jangka waktu 10 (sepuluh) hari untuk memenuhi
kelengkapan data tidak termasuk dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari untuk menyelesaikan
seluruh proses perizinan sampai dikeluarkannya
persetujuan/ penolakan permohonan.
Surat pemberitahuan BI tersebut disampaikan
kepada pemohon paling lambat 9 (sembilan) hari
sejak permohonan diterima BI.
Dalam hal BPR tidak memenuhi permintaan
kelengkapan dokumen dalam jangka waktu yang
ditentukan, maka Unit Kerja Pengawasan BPR di
KBI atau Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI
memberitahukan kepada yang bersangkutan bahwa
permohonan persetujuan prinsip pendirian BPR
tersebut tidak dapat diproses, sebagaimana lampiran
6c.
2. Apabila fotokopi kartu tanda penduduk (KTP)
dan riwayat hidup calon pemilik dan/atau
pengurus BPR dinilai lengkap, tanpa menunggu
kelengkapan dokumen lain Unit Kerja Perizinan
BPR di KPBI/KBI membuat memorandum
kepada:
a. Unit Kerja Data Bank (DtB) untuk meminta
informasi apakah calon pemilik dan/atau
pengurus tidak termasuk dalam DTL.
-24-

b. Unit kerja informasi kredit (PIK) DPIP,
untuk meminta informasi apakah calon
pemilik dan/atau pengurus tidak termasuk
dalam DKM. Dalam hal informasi DKM dapat
diakses secara langsung melalui SID maka
tidak diperlukan memorandum kepada PIK-
DPIP.
c. Satuan unit kerja terkait, untuk meminta
informasi track record dalam hal calon
pemilik dan pengurus pernah menjadi pemilik
dan/atau pengurus atau pejabat eksekutif bank
lain, apabila diperlukan.
Dalam hal calon pemilik adalah badan hukum
bukan merupakan Pemerintah Daerah, maka
fotokopi KTP dan riwayat hidup yang
disampaikan kepada BI adalah fotokopi KTP dan
riwayat hidup pengurus badan hukum tersebut.
3. Berdasarkan informasi yang diperoleh
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 maka
apabila:
a. Calon pemilik dan/atau pengurus BPR
termasuk TDL, unit kerja perizinan BPR di
KPBI/KBI menyampaikan surat
pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon
pemilik dan/atau pengurus yang diajukan tidak
memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Calon pemilik dan/atau pengurus BPR tidak
termasuk dalam DKM, malakukan konfirmasi
-25-

kepada yang bersangkutan. Dalam hal calon
pemilik dan/atau pengurus tidak dapat
membuktikan bahwa kredit macet tersebut
telah diselesaikan selambat-lambatnya 10
(sepuluh) hari sejak tanggal surat
pemberitahuan BI, unit kerja perizinan BPR
KPBI/KBI menyampaikan surat
pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon
pemilik dan/atau pengurus yang diajukan tidak
memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Calon pemilik dan/atau pengurus BPR tidak
termasuk dalam DTL dan DKM, maka
dilanjutkan dengan proses wawancara dalam
rangka fit & proper test.
4. Dalam hal calon pemilik dan/atau pengurus
termasuk DTL dan/atau DKM, unit kerja
perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat
pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon
pemilik dan/atau pengurus yang diajukan tidak
memenuhi persyaratan sebagai pemilik dan/atau
pengurus BPR disertai permintaan kepada
pemohon untuk mengajukan calon pemilik
dan/atau pengurus baru paling lambat 60 (enam
puluh) hari sejak pemberitahuan BI dan
penegasan bahwa apabila sampai dengan batas
waktu tersebut pemohon tidak mengajukan calon
pemilik dan/atau pengurus baru maka
permohonan persetujuan prinsip pendirian BPR
dimaksud tidak dapat diproses.
-26-

Jangka waktu sejak surat pemberitahuan kepada
pemohon sampai dengan pemohon mengajukan
calon pemilik dan/atau pengurus baru tidak
termasuk dalam jangka waktu 60 (enam puluh)
hari untuk menyelesaikan seluruh proses
perizinan sampai dikeluarkannya persetujuan/
penolakan permohonan.
5. Apabila dalam kurun waktu 60 (enam puluh) hari
sejak pemberitahuan BI pemohon belum
mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus
baru, Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI
menindaklanjuti dengan melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Membuat csatatan kepada pejabat yang yang
berwenang mengenai terlampauinya jangka
waktu 60 (enam puluh) hari bagi pemohon
untuk mengajukan calon pemilik dan/atau
pengurus baru, serta usulan bahwa
permohonan persetujuan izin prinsip pendirian
BPR dari pemohon tidak dapat diproses.
b. Membuat surat pemberitahuan untuk
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
mengenai terlampauinya jangka waktu 60
(enam puluh) hari bagi pemohon untuk
mengajukan calon pemilik dan/atau pengurus
baru sehingga permohonan persetujuan izin
prinsip pendirian BPR tidak dapat diproses.
c. Menyampaikan surat pemberitahuan dimaksud
kepada pemohon dengan tembusan kepada
DAI.
-27-

6. Dalam hal calon pemilik BPR adalah badan
hukum, unit kerja pengawasan BPR di KBI atau
unit kerja perizinan BPR di KPBI meneliti apakah
nilai saham yang dimiliki badan hukum
memenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu setinggi-
tingginya sebesar modal sendiri bersih badan
hukum yang bersangkutan dan tidak melebihi
jumlah yang diperkenankan bagi badan hukum
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B. Penelitian Studi Kelayakan
Penelitian terhadap studi kelayakan pendirian BPR
yang diajukan oleh pemohon harus diselesaikan
paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak
permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan
diterima Bank Indonesia secara lengkap dan benar,
dengan rincian kegiatan sebagi berikut:
1. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI meneliti
kelengkapan data studi kelayakan sebagimana
check list Lampiran 7 (dalam hal pengisian check
list lampiran 7 dapat dilakukan melalui SIMWAS
BPR maka tidak perlu pengisian secara manual)
dan melakukan analisia terhadap studi kelayakan
(menggunakan aplikasi penilaian studi kelayakan)
untuk memastikan kelayakan pendirian BPR yang
bersangkutan dan mengundang pemohon untuk
melakuan presentasi kepada BI mengenai studi
kelayakan dalam rangka pendirian BPR. Dalam
hal penyusunan studi kelayakan mengunakan jasa
konsultan maka presentasi studi kelayakan dapat
dilakukan oleh konsultan yang bersangkutan,
-28-

dengan dihadiri oleh calon pemilik/pemegang
saham pengendali (PSP) dan calon pengurus.
2. Berdasarkan hasil penelitian, analisis terhadap
studi kelayakan dengan menggunakan data yang
benar, hasil presentasi studi kelayakan dan
pertimbangan professional judgement maka
apabila pendirian BPR:
a. Dinilai layak dan tidak dan tidak terdapat
kesalahan data dan/atau asumsi proses
perizinan dilanjutkan dengan tahap berikutnya.
b. Dinilai layak namun masih terdapat kesalahan
data dan/atau asumsi, unit kerja perizinan BPR
di KPBI/KBI meminta pemohon melakukan
revisi atas kesalahan data dan/atau asumsi
yang digunakan dalam perhitungan. Revisi
disampaikan kepada BI paling lambat 15 (lima
belas) hari sejak tanggal surat pemberitahuan
BI.
Jangka waktu 15 (lima belas) hari untuk
merevisi tidak termasuk dalam jangka waktu
60 (enam puluh) hari untuk menyelesaikan
seluruh proses perizinan sampai
dikeluarkannya persetujuan/ penolakan
permohonan.
Setelah revisi diterima, proses perizinan
dilanjutkan dengan tahapan berikutnya.
3. Dinilai tidak layak, unit kerja perizinan BPR di
KPBI/KBI menindaklanjuti dengan proses
penolakan.
-29-

C. Pemeriksaan Setoran Modal
Unit kerja perizinan di KPBI/KBI melakukan
pemeriksaan setoran modal untuk mengetahui
kebenaran setoran modal, kecuali yang bersumber
dari anggaran pemerintah daerah (APBD),
berkoordinasi dengan DPB 1, DPB 2, dan DPB 3
untuk menerbitkan surat introduksi pemeriksaan
bagi tim pemeriksa dari unit kerja perizinan BPR di
KPBI/KBI. Pemeriksaan tersebut harus diselesaikan
paling lambat 40 (empat puluh) hari sejak
permohonan persetujuan prinsip berikut dokumen
yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan
benar:
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
bahwa dana setoran modal tidak memenuhi syarat
sesuai ketentuan yang berlaku, unit kerja
perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti
dengan proses penolakan.
2. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
bahwa dana setoran modal memenuhi syarat
sesuai degan ketentuan yang berlaku, unit kerja
perizinan BPR di KPBI/KBI melanjutkan proses
berikutnya.
D. Wawancara Dalam Rangka Fit & Proper Test
Unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan
wawancara terhadap calon PSP dan/atau pengurus
apabila, berdasarkan informasi dari satuan kerja
terkait, calon PSP dan/atau pengurus tidak termasuk
dalam DTL/DKM. Fit & Proper test harus
-30-

diselesaikan paling lambat 45 (empat puluh lima)
hari sejak permohonan berikut dokumen yang
dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan
benar. Dalam rangka wawancara fit & proper tes,
unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan
kegiatan sebagai berikut:
1. Membuat catatan kepada pejabat yang berwenang
mengenai pelaksanaan fit & proper test terhadap
calon PSP dan/atau pengurus.
2. Membuat surat undangan pelaksanaan wawancara
dan menyampaikan surat dimaksud kepada
pemohon.
3. Melakukan wawancara terhadap calon PSP
dan/atau pengurus termasuk menggali informasi
mengenai track record yang bersangkutan serta
kejelasan sumber dan setoran modal yang
berdasarkan hasil pemeriksaan modal belum jelas
sumbernya.
4. Dalam hal calon PSP dan/atau pengurus pernah
memiliki predikat tidak lulus dan telah menjalani
masa sanksi pelanggaran menjadi PSP dan/atau
pengurus dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan oleh BI, maka dalam hal yang
bersangkutan telah dinilai memenuhi persyaratan
(fit & proper test), yang bersangkutan diberikan
predikat lulus bersyarat dan diwajibkan untuk
memenuhi persyaratan yang ditetapkan BI yaitu
menyampaikan surat pernyataan tertulis yang
ditandatangani diatas materai, yang memuat
pernyataan tidak akan melakukan dan/atau
-31-

mengulangi perbuatan dan atau tindakan yang
dinilai melanggar persyaratan faktor kompetensi,
integritas, dan atau kelayakan/reputasi keuangan.
5. Mengajukan hasil wawancara kepada pimpinan
DKBU/KBI untuk ditetapkan sebagai hasil akhir
fit & proper test:
a. Apabila calon PSP dan/atau pengurus
dinyatakan tidak lulus, unit kerja perizinan
BPR di KPBI/KBI menyampaikan surat
pemberitahuan kepada pemohon bahwa calon
PSP dan/atau pengurus yang diajukan tidak
lulus hasil fit & proper test disertai permintaan
kepada pemohon untuk mengajukan calon PSP
dan/atau pengurus baru paling lambat 60
(enam puluh) hari sejak pemberitahuan BI dan
penegasan bahwa apabila sampai batas waktu
tersebut pemohon tidak mengajukan calon PSP
dan atau pengurus baru maka permohonan
pengajuan prinsip pendirian BPR tidak dapat
disetujui.
Jangka waktu tersebut tidak termasuk dalam
jangka waktu (enam puluh) hari untuk
menyelesaikan seluruh proses perizinan
sampai dikeluarkannya persetujuan/penolakan.
Dalam hal calon pengurus tidak lulus
wawancara karena aspek kompetensi maka
yang bersangkutan dapat diajukan kembali
untuk dilakukan wawancara ulang secepat-
cepatnya 10 (sepuluh) hari sejak tanggal surat
pemberitahuan BI.
-32-

Apabila dalam kurun waktu 60 (enam puluh)
hari sejak pemberitahuaan BI, pemohon belum
mengajukan calon PSP dan/atau pengurus baru
atau permohonan wawancara ulang untuk
calon pengurus BPR, unit kerja perizinan BPR
di KPBI/KBI menindaklanjuti dengan proses
penolakan.
b. Apabila calon PSP dan/atau pengurus
dinyatakan lulus, unit kerja perizinan BPR di
KPBI/KBI menindaklanjuti proses berikutnya.
E. Persetujuan/Penolakan
Apabila seluruh proses (huruf A s.d. D) telah
diselesaikan maka persetujuan/permohonan harus
diberikan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak
permohonan persertujuan prinsip berikut dokumen
yang dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan
benar, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Bagi pendirian BPR di wilayah kerja KBI:
a. Unit Kerja Perizinan BPR di KBI:
1) Membuat catatan kepada pejabat yang
berwenang mengenai:
a) Hasil penelitian atas kelengkapan dan
kebenaran dokumen yang dipersyaratkan
b) Hasil analisis terhadap studi kelayakan
pendirian BPR termasuk hasil presentasi.
c) Hasil penelitian atau pemeriksaan
setoran modal.
-33-

d) Hasil wawancara persetujuan/penolakan
dalam rangka fit & proper test terhadap
calon PSP dan/atau pengurus BPR.
e) Rekomendasi persetujuan/penolakan
permohonan izin prinsip untuk
direkomendasikan kepada DKBU.
2) Menyampaikan memorandum mengenai
rekomendasi persetujuan/penolakan
permohonan persetujuan prinsip kepada
DKBU paling lambat 50 (lima puluh) hari
sejak permohonan persetujuan prinsip
berikut dokumen yang dipersyaratkan
diterima secara lengkap dan benar.
Memorandum rekomendasi dimaksud wajib
disampaikan terlebih dahulu kepada DKBU
melalui faksimile pada hari yang sama
dengan tanggal memorandum.
b. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI
Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI meneliti
kembali rekomendasi persetujuan/penolakan
atas permohonan persetujuan prinsip pendirian
BPR dari KBI sebagaimana dimaksud dalam
huruf a. angka 1) dan menindaklanjuti dengan
melakukan kegiatan sebagi berikut:
1) Apabila dokumen pendukung tidak lengkap
maka unit kerja perizinan BPR di KPBI
akan menyampaikan memorandum kepada
KBI terkait untuk segera melengkapi
kekurangan dokumen sebelum batas waktu
persetujuan/ penolakan permohonan.
-34-

2) Apabila dokumen pendukung telah lengkap
maka unit kerja perizinan BPR di KPBI
akan menindaklanjuti dengan melakukan
kegiatan sebagai berikut:
a) Membuat catatan kepada pejabat yang
berwenang mengenai rekomendasi
persetujuan/ penolakan KBI serta usulan
untuk menyetujui/menolak atas
rekomendasi tersebut.
b) Membuat surat persetujuan/penolakan
permohonan persetujuan prinsip untuk
ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dengan tembusan kepada
KBI terkait dan DAI.
c) Membuat memorandum kepada KBI
terkait mengenai persetujuan/penolakan
permohonan persetujuan prinsip,
dilampiri dengan 1 (satu) set surat
persetujuan/penolakan untuk disampai-
kan kepada pemohon dan 1 (satu) set
untuk KBI.
3.2.9.2. Izin Usaha
A. Penelitian Administratif
Penelitian administratif terhadap permohonan izin
usaha BPR harus selesai paling lambat 35 (tiga
puluh lima) hari sejak permohonan tersebut berikut
dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara
lengkap dan benar, dengan kegiatan berikut ini:
1. Unit Kerja Perizinan BPR di KPBI/KBI meneliti
kelengkapan dan kebenaran dokumen sesuai
-35-

dengan yang dipersyaratkan sebagimana check
list Lampiran 8.
a) Apabila dinilai lengkap dan benar, Unit Kerja
perizinan BPR di KPBI/KBI menyampaikan
surat pemberitahuan kepada pemohon bahwa
pemohon telah dilengkapi dengan dokumen
yang dipersyaratkan dan akan diproses sesuai
mekanisme pemberian izin usaha yang telah
ditetapkan, sebagimana lampiran 6a. Apabila
seluruh tahapan proses perizinan telah
dipenuhi, maka dalam jangka waktu paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak
permohonan diterima, BI akan memberikan
keputusan berupa persetujuan/penolakan.
b) Apabila dinilai tidak lengkap atau tidak benar,
unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI
menyampaikan surat pemberitahuan kepada
pemohon mengenai ketidaklengkapan dan/atau
ketidakbenaran dokumen serta agar meminta
pemohon segera melengkapi dokumen yang
dipersyaratkan paling lambat 10 (sepuluh) hari
sejak tanggal surat pemberitahuan BI disertai
dengan penegasan bahwa dipersyaratkan
belum disampaikan maka permohonan
dimaksud tidak dapat diproses, sebagaimana
lampiran 6b.
Surat pemberitahuan BI disampaikan kepada
pemohon paling lambat 9 (sembilan) hari sejak
permohonan diterima BI.
-36-

Dalam hal BPR tidak memenuhi permintaan
kelengkapan dokumen dalam jangka waktu yang
ditentukan, maka unit kerja pengawasan BPR di
KBI atau unit perizinan BPR di KPBI
memberitahukan kepada yang bersangkutan
bahwa permohonan izin usaha BPR tersebut tidak
dapat diproses, sebagaimana Lampiran 6c.
2. Apabila terdapat perubahan dan/atau penambahan
atas calon pemilik/PSP dan/atau pengurus yang
telah disetujui pada saat permohonan persetujuan
prinsip, unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI
melakukan tahapan kegiatan seperti pada 3.2.9.1
A angka 2 hingga 5.
B. Pemeriksaan Kesiapan Operasional
Unit kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakuakan
pemeriksaan langsung terhadap kesiapan operasional
BPR yang harus diselesaikan paling lambat 35 (tiga
puluh lima) hari sejak permohonan izin usaha
berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima BI
secara lengkap dan benar.
C. Pemeriksaan Setoran Modal
Unit Kerja perizinan BPR di KPBI/KBI melakukan
pemeriksaan untuk mengetahui kebenaran
pemenuhan setoran modal, kecuali yang bersumber
dari anggaran pemerintah daerah (APBD).
Pemeriksaan tersebut harus diselesaikan paling
lambat 35 (tiga puluh lima) hari sejak permohonan
izin usaha berikut dokumen yang dipersyaratkan
-37-

diterima BI secara lengkap dan benar, dengan
rincian sebagai berikut:
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksan diketahui
bahwa dana setoran modal tidak memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, unit kerja
perizinan BPR di KPBI/KBI menindaklanjuti
dengan proses penolakan.
2. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
bahwa dana setoran modal memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, unit kerja
perizinan BPR di KPBI/KBI melanjutkan proses
berikutnya.


D. Wawancara Dalam Rangka Fit & Proper Test
Dalam hal terjadi perubahan dan /atau penambahan
calon PSP dan/atau pengurus dari yang telah
disetujui pada saat permohonan persetujuan prinsip
maka terhadap calon PSP dan/atau pengurus baru
tersebut harus dilakukan wawancara dalam rangka
fit & proper test paling lambat 40 (empat puluh) hari
sejak permohonan izin usaha berikut dokumen yang
dipersyaratkan diterima BI secara lengkap dan
benar, dengan tahapan kegiatan seperti 3.2.9.1 D.
E. Persetujuan/Penolakan
Apabila seluruh proses (A hingga D) telah
diselesikan maka persetujun/penolakan permohonan
izin usaha harus diberikan paling lambat 60 (enam
puluh) hari sejak permohonan izin usaha berikut
-38-

dokumen yang dipersyaratkan diterima BI secara
lengkap dan benar, dengan rincian kegiatan berikut
ini:
1. Bagi pendirian BPR di wlayah kerja KBI
a. Unit Kerja Perizinan BPR di KBI membuat:
1) Catatan kepada pejabat yang berwenang
mengenai usulan persetujan/penolakan
permohonan izin usaha untuk
direkomendasikan kepada DKBU.
2) Memorandum mengenai rekomendasi
persetujuan/penolakan izin usaha
disampaikan kepada DKBU paling lambat
40 (empat puluh) hari sejak permohonan
izin usaha berikut dokumen yang
dipersyaratkan diterima secara lengkap dan
benar. Memorandum rekomendasi
dimaksud wajib disampaikan terlebih
dahulu kepada DKBU melalui faksimili
pada hari yang sama dengan tanggal
memorandum.
b. Unit kerja perizinan BPR di KPBI
Unit kerja perizinan BPR di KPBI meneliti
kembali rekomendasi persetujuan/penolakan
permohonan izin usha pendirian BPR dari KBI
sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2)
sebagai berikut:
1) Apabila dokumen pendukung tidak lengkap
maka unit kerja perizinan BPR di KPBI
akan manyampaikan memorandum kepada
-39-

KBI terkait segera melengkapi kekurangan
dokumen sebelum batas waktu
persetujuan/penolakan permohonan.
2) Apabila dokumen pendukung telah lengkap
dan unit kerja perizinan BPR di KBI
merekomendasikan untuk menyetujui
pemberian izin usaha BPR maka unit kerja
perizinan BPR di KPBI menindaklanjuti
dengan melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Membuat catatan kepada Deputi
Gubernur mengenai rekomendasi KBI
untuk memberikan izin usaha yang
ditandatangani oleh debitur DKBU
dilampiri dengan surat Keputusan
Pemberian Izin Usaha untuk
ditandatangani Gubernur Bank
Indonesia.
b. Menyampaikan memorandum
permintaan nomor surat keputusan
pemberian izin usaha dilampiri dengan
asli surat tersebut kepada bagian arsip-
biro sekretariat.
c. Membuat salinan keputusan pemberian
izin usaha untk ditandatangani oleh
direktur DKBU.
d. Menyampaikan memorandum kepada
KBI terkait mengenai persetujuan
pemberian izin usaha BPR, dilampiri
-40-

dengan 1 (satu) set Salinan Keputusan
Pemberian Izin Usaha kepada DAI dan
bagian informasi, dokumentasi, dan
asministrasi (Bagian IDAd)-DKBU.
3) Apabila dokumen pendukung telah lengkap
dan unit kerja perizinan BPR di KBI
merekomendasikan untuk menolak
pemberian izin usaha BPR maka unit kerja
perizinan BPR di KPBI:
a) Membuat catatan mengenai rekomendasi
KBI kepada pejabat yang berwenang
disertai surat penolakan terhadap
permohonan izin usaha BPR untuk
ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
b) Menyampaikan memorandum kepada
KBI terkait mengenai penolakan atas
permohonan izin usaha pendirian BPR,
dilampiri 1 (satu) set surat penolakan
untuk disampaikan kepada Direksi BPR
dan 1 (satu) set tembusan untuk KBI.
F. Pemantauan
1. Apabila salinan keputusan pemberian izin usaha
telah diberikan, unit kerja pengawasan BPR di
KPBI/KBI melakukan pemantauan terhadap
pelaporan pelaksanaan kegiatan usaha yang wajib
disampaikan oleh BPR kepada BI paling lambat
10 (sepuluh) hari setelah dimulainya kegiatan
operasional BPR.
-41-

2. Apabila BPR tidak menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan usaha kepada BI lebih dari
10 (sepuluh) hari sejak tanggal dimulainya
kegiatan operasional BPR maka unit kerja
pengawasan BPR di KPBI/KBI terkait:
a. Membuat catatan kepada pejabat yang
berwenang atas pelanggaran BPR karena
menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
usaha lebih dari 10 (sepuluh) hari sejak
tanggal simulainya kegiatan operasional BPR,
serta usulan pemberian teguran tertulis dan
sanksi kewajiban membayar sebesar Rp.
100.000,- (seratus ribu rupiah)
b. Menyampaikan surat pemberitahuan kepada
BPR mengenai pelanggaran yang dilakukan
oleh BPR, sebagaimana tersebut pada huruf a,
serta pemberian teguran tertulis dan sanksi
kewajiban membayar Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah), dengan tembusan kepada DAI.
3. Apabila setelah jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak batas akhir penyampaian laporan, BPR
belum menyampaikan laporan sebagaimana
tersebut pada angka 1 maka unit kerja pengawas
di KPBI/KBI:
a. Membuat catatan kepada pejabat yang
berwenang mengenai pelanggaran BPR karena
menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
operasional BPR lebih dari 30 (tiga puluh) hari
sejak batas akhir penyampaian laporan, serta
usulan pemberian teguran tertulis dan sanksi
-42-

kewajiban membayar sebesar Rp. 250.000,-
(dua ratus lima puluh ribu rupiah).
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan kepada
BPR mengenai pelanggaran yang dilakukan
oleh BPR sebagaimana tersebut pada huruf a,
serta pengenaan sanksi teguran tertulis dan
kewajiban membayar sebesar Rp. 250.000,-
(dua ratus lima puluh ribu rupiah), dengan
tembusan kepada DAI.
3.3. Evaluasi Praktik Kerja
Dari pengalaman kerja praktik ini penulis dapat melakukan evaluasi
mengenai beberapa hal yaitu prosedur pendiriran BPR Baru pada Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI sesuai dengan prosedur dan
pedoman maupun kebijakan yang berlaku. Praktik kerja yang telah
dilaksanakan oleh penulis banyak memberikan manfaat dan wawasan
mengenai dunia perbankan pada bidang praktik kerja yang penulis tekuni
yaitu pada Tim IDAB, namun karena keterbatasan jangka waktu
pelaksanaan praktik kerja dan peraturan yang mengikat penulis maka tidak
banyak hal yang dapat penulis kemukakan.
-43-

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis setelah melaksanakan kegiatan
praktik kerja pada KPw BI wilayah VI yaitu:
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung
perkembangan usaha yang bersifat dinamis, diperlukan industri Bank
Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, produktif dan memiliki daya saing agar
mampu melayani masyarakat, terutama pengusaha mikro dan kecil.
Untuk menciptakan Bank Perkreditan Rakyat yang sehat, kuat, produktif
dan memiliki daya saing seperti yang telah penulis sebutkan, Bank
Indonesia melakukan langkah awal dengan menerapkan prosedur perizinan
pendirian BPR baru secara ketat. Hal tersebut diperlukan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari.
Secara ringkas, prosedur pendirian BPR baru diawali dengan permohonan
izin prinsip BPR kepada BI; presentasi studi kelayakan; fit and proper tes
PSP dan pengurus BPR; Persetujuan atau penolakan izin prinsip;
permohonan izin usaha BPR (setelah memperoleh IP); fit and proper tes
PSP dan pengurus BPR (bila ada perubahan); dan diakhiri dengan
penolakan atau persetujuan izin prinsip.
4.2. Saran
Setelah melakukan praktik kerja, penulis ingin memberikan saran bagi
pembaca khususnya kepada pihak-pihak yang ingin mendirikan BPR baru
agar mempertimbangkan dan mempersiapkan segala aspek dengan matang
sebelum mengajukan perizinan pendirian BPR kepada BI. Berikut ini adalah
-44-

saran penulis berkenaan dengan persiapan sebelum pengajuan pendirian
BPR:
1. Sediakan modal yang cukup untuk mempersiapkan pendirian BPR dan
membiayai operasional BPR selanjutnya.
2. Buat studi kelayakan seperti lazimnya memasuki sebuah bisnis baru,
yang didalamnya tercakup pula pilihan lokasi BPR.
3. Identifikasi potensi pasar UMK di wilayah usaha BPR. Selanjutnya,
tetapkan target penghimpunan dan penyaluran dana serta segmen
nasabah yang akan menjadi sasaran
4. Pilih dan tentukan calon mitra bisnis dan calon pengurus yang bisa
dipercaya dalam mengelola BPR. Keliru memilih mitra akan mengancam
kelangsungan hidup BPR. Baiknya, mitra bisnis tersebut adalah figur
yang memahami potensi masyarakat dimana BPR itu beroperasi.
Selain itu, penulis berpesan hendaknya mempelajari ketentuan pendirian
BPR dan sering-seringlah berkonsultasi dengan pihak Bank Indonesia
dikarenakan lamanya proses perizinan serta prosedur pendiriannya yang
cukup rumit. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan. Semoga
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
-45-

DAFTAR PUSTAKA


Dwisaputra, Rahmat, dll. 201. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat
Triwulan I. Bandung
Pedoman Pelaksanaan Perizinan Bank Perkreditan Rakyat
http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Dewan+Gubernur/
http://www.bi.go.id/biweb/html/uu231999_id/index.html
www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A.../ikhtisar.pdf?
www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01-A030-454A.../penjelasan.pdf?
-46-

Lampiran 1a Struktur Organisasi BI
-47-

-48-

-49-

-50-

-51-

-52-

-53-

-54-

-55-

Lampiran 4 Check List Feasibility Study
-56-

-57-

-58-

-59-

-60-

Anda mungkin juga menyukai