Anda di halaman 1dari 49

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt berkat rahmat dan
bimbingan-nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Tn. C Dengan Osteo Mielitis Cruris Sinistra Di Bangsal
Ceplok Sriwedari RSOP Dr. R. Soeharso Surakarta. Bersama ini perkenankanlah
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Pembimbing lahan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan makalah ini.
2. Pembimbing institusi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini.
3. Semua teman-teman profesi ners s1 keperawatan angkatan XI UMS.
Semoga allah swt membalas budi baik semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi saya
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.






Surakarta, 14 oktober 2013
Penulis


2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 1
DAFTAR ISI ............................................................................................... 2
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ................................................................................... . 3
2. Rumusan Masalah .............................................................................. . 4
3. Tujuan Penelitian ............................................................................... . 4
4. Manfaat Penelitian ............................................................................. . 4

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi osteomyelitis ......................................................................... 6
2. Etiologi osteomyelitis ....................................................................... 6
3. Manifestasi osteomyelitis ................................................................. 7
4. Patofisiologi osteomyelitis ................................................................ 7
5. Pathway osteomyelitis ...................................................................... 9
6. Pemeriksaan penunjang .................................................................... 10
7. Penatalaksanaan medis ..................................................................... 10
8. Asuhan keperawatan osteomyelitis .................................................. 11

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Analisa data ..................................................................................... 29
2. Prioritas diagnosa ...................................................... .................. 32
3. Rencana keperawatan .................................................................... 32
4. Implementasi keperawatan ............................................................. 34
5. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 43

D. PENUTUP............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 49


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Osteomilitis merupakan penyakit yang berbahaya dan menjadi
masalah di beberapa negara maju seperti amerika serikat. Saat ini tercatat
angka kejadian osteomilitis adalah 1 kasus per 5000 jiwa. Di seluruh
dunia, angka kejadian osteomilitis bahkan lebih tinggi di negara
berkembang, karena lebih tingginya angka kejadian luka tusuk dan fraktur
terbuka serta banyaknya luka yang terkontaminasi dan terlambat dirawat,
sehingga mengalami komplikasi berupa osteomilitis (Kompas, 2013)
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan
hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan
osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh
bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain. Osteomielitis
adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan
demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila
infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan
ketidak mampuan permanen dapat terjadi.
4

Saat ini osteomilitis menjadi salah satu penyakit yang masih
menjadi permasalahan di indonesia. Hal itu disebabkan karena kesadaran
masyarakat akan higiene masih rendah. Diagnosis penyakit sering
terlambat sehingga menjadi osteomilitis kronis. Banyak penderita dengan
fraktur terbuka terlambat datang ke pelayanan kesehatan sehingga
mengalami komplikasi. Masih banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang
belum memiliki sarana diagnostik yang memadai. Angka kejadian infeksi
di indonesia juga masih tinggi serat penyebarannya yang tidak terkendali.
Hal lain yang menjadi permasalahan adalah pengobatan osteomilitis
membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup tinggi,
sehingga sulit dijangkau masyarakat dengan ekonomi rendah.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang diterapkan kepada
pasien dengan diagnosa medis Osteomilitis.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi osteomilitis
2. Untuk mengetahui etiologi osteomilitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomilitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomilitis
5. Untuk mengetahui pathway osteomilitis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomilitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis osteomilitis
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomilitis



5

D. Manfaat
1. Penulis
Diharapkan akan menambah ilmu pengetahuan khususnya penerapan
asuhan keperawatan dengan diagnosa medis osteo myelitis baik secara
teori atau penerapannya.
2. Rumah Sakit
Memberikan masukan dalam penerapan tentang asuhan keperawatan
dengan diagnosa medis osteo myelitis.
3. Pembaca
Wadah pengetahuan yang diharapkan bisa membantu pembaca dalam
mengenali kasus osteo myelitis penanganan secara dini.












6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, 2001)

B. ETIOLOGI
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah)
dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari
bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya
terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang
dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul.
Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat
di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur
terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan
tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke
7

tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Osteomielitis Hematogen Akut
Gejala- gejala yang timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa
panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan. Gangguan
pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spasme local. Pemeriksaan Radiologis,
pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak.
2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak
dan remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi
otot, nyeri lokal, sedikit pembengkakan dan dapat pula penderita
menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama
beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh biasanya
normal.
3. Osteomielitis Kronis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2
cmterutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-
kadang pada daerah diafisis tulang panjang.

D. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
8

Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1)
dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24
bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari,
trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis
(Smeltzer, Suzanne C, 2002).





9

E. PATHWAY

























Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat
trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi
Fraktur terbuka Infasi mikroorganisme dari tempat lain
yang beredar melalui sirkulasi darah
Kerusakan
integritas kulit
Tirah baring lama,
penekanan lokal
Kelemahan fisik
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan
citra diri
Deformitas,
bau dari
adanya luka
Involuctum
(pertumbuhan
tulang baru)
pengeluaran pus
dari luka
nyeri
Defisiensi
pengetahuan
dan informasi
Ketidakefektifan
koping individu
Ansietas
Gangguan
pertumbuhan
Kerusakan
lempeng
epifisis
Prognosis
penyakit
Risiko
osteomielitis
kronis
Kurang
terpajan
pengetahuan
dan
informasi
Komplikasi
infeksi
septikemia
Penyebaran
infeksi ke
organ
penting
Pembentukan pus,
nekrosis jaringan
Pembentukan
abses tulang
Iskemia dan
nekrosis tulang
Defisit
perawatan
diri
Risiko tinggi
trauma
Peningkatan
tekanan jaringan
tulang dan medula
Hambatan
mobilitas
fisik
Penurunan kemampuan
pergerakan
Keterbatasan pergerakan
Demam, malaise,
penurunan nafsu makan,
penurunan kemampuan
tonus otot
Proses inflamasi
secara umum
Proses inflamasi: hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi,
pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan
fagositosis
osteomielitis
Infasi kuman ke
tulang dan sendi
Kerusakan pembuluh darah dan
adanya port de entree
Masuk ke juksta epifisis
tulang panjang
10

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan
tulang yang baru.
7. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertama
8. MRI: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
11

meningkatkan aliran darah. sasaran awal terapi adalah mengontrol dan
menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur abses dilakukan
untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
Kadang, infeksi disebabkan oleh dari satu patogen. Begitu spesimen kultur
telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan
asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin
semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi
sbelum aliran darah ke darah tersebut menurun akibat terjadinya
trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus sesuai waktu sangat
penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus
tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi
tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan. Bila pasien tidak menunjukkan respon
terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi
antibiotika dianjurkan.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien (Nursalam, 2001).
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a. Identifikasi klien
12

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi
lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan
infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai
riwayat pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan
demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
c) Pola aktivitas : pola kebiasaan
5) Pemeriksaan fisik
a) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan,
eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai
nyeri.
b) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau
bedah ortopedi sebelumnya.
c) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi
sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)
d) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata,
dan adanya cairan purulen.
13

e) Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan
terasa lembek bila di palpasi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
tentang respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan. Diagnosa pada
pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E.
Doengoes, 2002)
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan;
imobilisasi.
d. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang, kerusakan kulit

3. Rencana Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak
terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan
perilaku melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24
14

per menit, suhu klien dalam batas normal (36C-37C) dan tidak
adanya komplikasi.
Intervensi :
1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
2) Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri
3) Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah
ekstermitas yang mengalami nyeri
4) Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan
lokasi dan karakteristik, termasuk intensitas (skala nyeri 1-10).
Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda vital dan emosi
atau perilaku.
5) Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan
dengan infeksi pada tulang.
6) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
7) Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung
atau perubahan posisi.
8) Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti
relaksasi progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi,
dan sentuhan terapeutik.
9) Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba,
lokasi progresif atau buruk tidak hilang dengan analgesik.
10) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
11) Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai
kebutuhan.
12) Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai
indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.

15


b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan
mobilitas fisik yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan
mobilitas fungsionalnya
Kriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan
posisi fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit
dan mengkompensasikan bagian tubuh.
Intervensi :
1) Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau
pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi
2) Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri
(mandi,mencukur)
3) Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik,
perhatikan keluhan pusing
4) Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah
posisi secara periodic
5) Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
6) Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat
sesegera mungkin
7) Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
8) Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi
sesuai indikasi

16

c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
masalah gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas
normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik
untuk mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan
sesuai indikasi.
Intervensi :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan
dan perubahan warna kulit
2) Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
3) Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau
tumit sesuai indikasi
4) Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan
dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat
5) Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan
atau lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan
6) Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada
akhir dan bawah beban atau gips.
17

d. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
pembentukan abses tulang, kerusakan kulit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase
purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang
berkepanjangan
Intervensi :
1) Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2) Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa
terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau
tidak sedap
3) Berikan perawatan luka
4) Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
5) Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema
lokal atau enterna ekstermitas cedera
6) Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
7) Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
18

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS DIRI

1. KLIEN
a. Nama : Tn. C
b. Umur : 59 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : S1
f. Status Perkawinan : Menikah
g. Suku : Jawa
h. Alamat : Perum Manggeh Anyar, Karanganyar
i. Sumber Informasi : Klien Dan Catatan Medik
j. Tanggal Pengkajian : 7 Oktober 2013
k. Tanggal Masuk Rs : 3 Oktober 2013

2. PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 35 Tahun
c. Alamat : Perum Manggeh Anyar, Karanganyar
d. Hub. Dengan Klien : Keponakan

B. RIWAYAT PENYAKIT

1. KELUHAN UTAMA SAAT PENGKAJIAN
Klien mengeuh nyeri pada kaki kiri
P: kecelakaan tertimpa bangunan
Q: nyeri tertusuk-tusuk
R: cruris sinistra
19

S: Skala 6
T: hilang timbul

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada tanggal 3 oktober 2013 pasien mengeluh kesakitan dengan skala
7, sehingga kakinya tidak bisa bergerak. Kemudian pasien dibawa ke
poliklinik rawat jalan RSOP untuk kontrol. Setelah dilakukan
pemeriksaan medis, pasien mendapat advis untuk mondok dan
kemudian masuk bangsal ceplok sriwedari. Pasien terpasang infus RL
wida 500cc 20tm, cefazolin 1gr, dan meloxicam 100ml. Hasil
pemeriksaan lab menunjukan HB: 9,2 Leukosit: 11.100, Hematokrit:
27. Telah dilakukan foto rontgen dengan didapatkan hasil post op oref
fraktur cruris dengan plat bone expose.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pada tanggal 16 mei 2013 pasien mengalami kecelakaan yaitu tertimpa
tembok kolam ikan yang beliau buat. Kemudian klien langsung dibawa
ke RS Kustati untuk mendapat perawatan. Pada tanggal 18 mei 2013
dilakukan tidakan pembedahan OREF pada kaki kiri dan ORIF pada
kaki kanan. Pasien mendapatkan perawatan di RS sejak 16 mei 2013
sampai 6 agustus 2013.

4. RIWAYAT KASUS KELOLAAN

TANGGAL DIAGNOSA MEDIS PEMERIKSAAN PENUNJANG TERAPI/TINDAKAN

3-10-2013





Osteomyelitis cruris
sinistra




Foto rontgen:
post op oref fraktur cruris
dengan plat bone expose
Pemeriksaan lab darah:

1. Infus RL wida
20tpm
2. Injeksi 1gr
3. Meloxicam
4. Perbaikan KU
20







4-10-3013





5-10-2013











6-10-2013






Osteomyelitis cruris
sinistra




Osteomyelitis cruris
sinistra










Osteomyelitis cruris
sinistra
HB: 9,2
Leu: 11.100
Eri: 2,68
Hema: 27
SGOT: 14
SGPT: 14

-





Pemeriksaan lab darah:
HB: 8,9
Leu: 12.200
Eri: 2,9
Hema: 28
SGOT: 14
SGPT: 14





-








1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi cefazolin 1gr
3. Perawatan luka
4. Kompres luka Nacl
+ ethigen tiap 2 jam

1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi cefotaxim
1gr
3. Injeksi novalgin
500mg
4. Perawatan luka
5. Kompres
Nacl+ethigen tiap 2
jam
6. Parenteral:
RL+diazol

1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi cefotaxim 1
gr
3. Injeksi novalgin 500
mg
4. Perawatan luka
5. Kompres
21

Nacl+ethigen tiap 2
jam
6. Parenteral:
RL+Diazol



5. GENOGRAM














Keterangan:
: Laki-Laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Garis keturunan

: Klien

: Tinggal Satu Rumah
22

C. PENGKAJIAN SAAT INI

1. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Sebelum sakit
klien mengatakan selalu menjaga kesehatannya
b. Selama sakit
klien mengatakan ingin cepat sembuh sehingga dapat beraktifitas
seperti sebelumnya

2. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
a. Nutrisi
Program diit RS: tinggi protein
1. Sebelum sakit
klien mengatakn makan 3x sehari dengan porsi normal dengan
lauk pauk telur dan ikan, dan sayuran serta buah-buahan.
2. Selama sakit
klien tidak memiliki gangguan makan. Klien makan dalam
sehari 3x dengan porsi sesuai dari RS dan dapat
menghabiskannya.

b. Metabolik
1. Sebelum sakit
klien minum 5-6 gelas perhari yaitu air putih dan teh. Klien
tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
metabolik.
2. Selama sakit
klien minum 4-5 gelas perhari dan terpasang infus RL 20 tpm.

3. POLA ELIMINASI
a. Bowel
1. Sebelum sakit
23

Klien mengatakan dalam sehari BAB 1x dengan warna kuning
dan konsistensi lembek.
2. Selama sakit
Klien mengatakan BAB 1x dalam 1-2 hari. Klien mengatakan
BAB dengan menggunakan pispot oleh perawat dan keluarga
karena kaki kirinya sakit digunakan untuk berjalan.
b. Urine
1. Sebelum sakit
Klien mengatakan dalam satu hari BAK 3-4x dengan warna
putih kekuningan. Tidak ada gangguan dalam eliminasi urin.
2. Selama sakit
Klien mengatakan dalam satu hari BAK 3-4x dengan
menggunakan pispot urin.
4.
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
1. Makan / minum
2. Mandi
3. Toileting
4. Berpakaian
5. Mobilitas di tempat tidur
6. Berpindah
7. Ambulasi ROM
V
V

V
V
V
V


V


Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
24

5. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur 6-7 jam perhari dan tidak mengalami
masalah dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
b. Selama sakit
Klien mengatakan belum bisa tidur dengan nyenyak karena suasana
rumah sakit dan nyeri yg ketika kambuh pada kakinya. Klien tidur 2-
3 jam pada malam hari dan tidak bisa tidur pada siang hari.

6. POLA PERSEPTUAL
a. Penglihatan
Klien dapat melihat dengan baik dan tidak ada masalah dalam
penglihatan.
b. Pendengaran
Klien dapat mendengarkan dengan baik dan tidak ada masalah
dalam pendengaran.
c. Pengecapan
Klien dapat membedakan rasa dengan baik dan tidak ada masalah
dalam penegcapan.
d. Penciuman
Klien dapat membau dengan baik dan dapat membedakan berbagai
macam bau.
e. Sensasi
Klien dapat merasakan sentuhan dan nyeri.

7. POLA PERSEPSI DIRI
a. Gambaran diri
Klien merasa takut dan khawatir terhadap penyakitnya tetapi yakin
bahwa sakitnya bisa disembuhkan.

25

b. Harga diri
Klien tidak merasa minder dan tidak merasa dijauhi oleh orang-
orang terdekat.
c. Ideal diri
Klien menyatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas seperti
biasanya.
d. Peran diri
Klien sebagai ayah dan kepala rumah tangga.
e. Identitas diri
Klien sebagai makhluk tuhan yang tengah diberikan cobaan.

8. POLA SEKSUALITAS DAN REPRODUKSI
Klien merupakan seorang laki-laki berusia 59 tahun dan telah menikah
dan di karuniai 2 orang anak.

9. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
Klien mempunyai hubungan baik dengan keluarga dan warga disekitar
tempatnya tinggal. Klien merupakan seorang ayah dan sebagai kepala
keluarga.

10. POLA MANAJEMEN KOPING
Klien memiliki koping yang adaptif dan punya semangat untuk segera
sembuh.

11. SISTEM KEYAKINAN
Klien beragama islam dan selalu berdoa kepada tuhan memohon
untuk kesembuhannya. Selama sakit klien belum bisa sholat karena
kelemahan fisik yang dialaminya.



26

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Tampak Lemah, Meringis Saat Menggerakkan
Kaki Kirinya.
2. Kesadaran : Compos Mentis, E: 4 V:5 M: 6
3. Ttv : Td: 140/90 Mmhg N:96x/M R: 24x/M
S: 37,2c
4. Kepala : Rambut Hitam, Tidak Ada Bekas Luka, Kulit
Kepala Bersih
5. Mata : Sklera Tidak Ikterik, Konjungtiva Anemis, Pupil
Isokhor, Reaksi Cahaya +
6. Hidung : Tidak Ada Sekret Dan Polip.
7. Telinga : Tidak Ada Serumen
8. Mulut : Tidak Ada Sariawan Dan Stomatitis, Gigi Tidak
Karies.
9. Leher : Tidak Ada Pembesaran Kelenjar Tiroid, Nadi
Carotis Teraba.
10. Paru Paru :
a. Inspeksi : Simetris, Tidak Ada Retraksi
Dinding Dada
b. Palpasi : Vokal Fremitus Kanan Kiri Sama
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Vesikuler
11. Jantung :
a. Inspeksi : Ictus Cordis Tidak Tampak
b. Palpasi : Ictus Cordis Terdapat Pada
Intercosta Iv-V Midclavicula Sinistra
c. Perkusi : Pekak / Redup
d. Auskultasi : Bj1 Bj2 Reguler Dan Tidak Ada
Bunyi Tambahan
12. Abdomen :
a. Inspeksi : Simetris, Tidak Ada Bekas Luka
27

b. Auskultasi : Peristaltik Usus 8x/Menit
c. Perkusi : Timpani
d. Palpasi : Tidak Ada Nyeri Tekan

13. Genital : Tidak terpasang dower cateter.
14. Ekstremitas :
a. Atas
Saat pengkajian terpasang infus pada ekstremitas kiri. kekuatan
otot 5 pada kanan dan kiri. capilary refill < 2 detik. Kedua tangan
dapat bergerak bebas. Turgor kulit bagus, kembali < 2 detik.
b. Bawah
Kekuatan otot pada tungkai kanan 5. Kekuatan otot pada tungkai
kiri 3 dan nyeri saat digerakkan. Capilary refill < 2 detik. Turgor
kulit bagus, kembali < 2 detik
5 5
Kanan Kiri
5 3
E. PROGRAM TERAPI

Tanggal 3-6 Oktober 2013
1. Infus Rl Wida 500 Ml
2. Injeksi Cefazolin 1 Gram/8 Jam
3. Injeksi Novalgin 500 Mg/12 Jam
4. Injeksi Cefotaxim 1 Gram/8 Jam
5. Kompres Nacl+Ethigen/2 Jam
6. Infus Diazol Dan Meloxicam


28

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

TANGGAL PEMERIKSAAN HASIL NORMALITAS INTERPRETASI

3-10-2013










5-10-2013






7-10-2013

1. Hemoglobin
2. Leukosit
3. Eritrosit
4. Hematokrit
5. Sgot
6. Sgpt
7. Gol darah
8. Ureum
9. Kreatinin
10. Trombosit

1. Hemoglobin
2. Leukosit
3. Eritrosit
4. Hematokrit
5. Sgot
6. Sgpt

1. Hemoglobin
2. Leukosit
3. Eritrosit
4. Hematokrit
5. Sgot
6. Sgpt

9,2
11.100
2,68
27
14
14
O
18
0,85
598.000

8,9
12.200
2,9
28
14
14

10,4
9400
4900
29
14
14


13-16 gr/dl
5000-10000 mm
3
4,5-5,5 mm
3
40-48 %
<37 Ul
<42 Ul
-
10-50 mg/dl
0,6-1,5 mg/dl
150000-500000 mm
3

13-16 gr/dl
5000-10000 mm
3
4,5-5,5 mm
3
40-48 %
<37 Ul
<42 Ul

13-16 gr/dl
5000-10000 mm
3
4,5-5,5 mm
3
40-48 %
<37 Ul
<42 Ul


Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi

Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Normal
Normal

Rendah
Normal
Normal
Rendah
Normal
Normal



29

G. ANALISA DATA

DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

DS:
- Pasien mengatakan kakinya sakit
P: saat digerakkan
Q: tertusuk-tusuk
R: cruris sinistra
S: skala 6
T: hilang timbul
DO:
- Wajah pasien tampak menahan sakit
TD: 140/90mmhg
R: 24x/m
N: 96x/m
S: 37,2C
- Pasien kurang rileks
- Terdapat kemerahan pada luka
- Kulit di sekitar luka hangat



Nyeri akut

Proses imflamasi

DS:
- Pasien mengatakan terdapat luka
terbuka post op pada kaki kirinya
- Pasien mengatakan luka post op
bulan ke 4
DO:
- Terdapat luka post op terbuka

Kerusakan integritas kulit

Iskemia
muskuloskeletal
30

dengan plat terlihat
- Luas luka 5x3 cm, kedalaman 1 cm
- Sekitar luka kemerahan
- Leukosit: 9400
- Hematokrit 29
- Eritrosit 4900
- Terdapat pus + 3 cc
- Akral hangat
- Terdapat atrofi kulit kaki kiri
- Terdapat jaringan kulit warna putih
pada luka


DS:
- Pasien mengatakan takut akan
kondisi lukanya bisa disembuhkan
atau tidak
- Pasien mengatakan tidak tahu
perkembangan lukanya apakah
membaik atau tidak ada
perkembangan
DO:
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tapak sering cemberut
- Pasien banyak bertanya-tanya
tentang penyakitnya
- Pasien banyak mengeluh




Ansietas

Defisit pengetahuan
tentang penyakit
31


DS:
- Pasien mengatakan susah tidur
nyeyak karena lingkungan di rumah
sakit, walaupun pernah mondok
selama 3 bulan di RS Kustati
- Pasien mengatakan frekuensi tidur 2-
3 jam
- Pasien mengatakan sering terbangun
pada malam hari
- Pasien mengatakan tidak bisa tidur
siang
DO:
- Kelopak mata bagian bawah pasien
kehitaman
- Pasien tampak kurang segar
- Konjungtiva anemis
- Frekuensi tidur 2-4 jam
- Pasien tidak tidur pada siang hari


Gangguan istirahat tidur

Hospitalisasi

DS:
- Pasien mengatakan kebutuhannya
selalu dibantu karena belum bisa
bergerak bebas
- Keluarga mengatakan belum bisa
sepenuhnya membantu pasien secara
mandiri
DO:
- ADL pasien untuk makan dan
berpakaian telah terpenuhi dengan

Defisit perawatan diri ADL

Kelemahan fisik
32

dibantu keluarga
- Keluarga belum bisa secara mandiri
membantu klien dalam toileting,
ROM dan berpindah karena tidak
tahu caranya.
- Kesadaran compos mentis
- Tonus otot

5 5
kanan kiri
5 3



H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d proses inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit b.d iskemia muskuloskeletal
3. Gangguan istirahat tidur b.d hospitalisasi
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik
5. Ansietas b.d defisit pengetahuan tentang penyakit

I. RENCANA INTERVENSI

TANGGAL NO DX TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL

7-10-2013

1

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan masalah
nyeri dapat teratasi
dengan KH:

1. Observasi TTV
2. Kaji nyeri
3. Posisikan senyaman
mungkin
4. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

1. Nyeri dapat
meningkatkan TTV
2. Mengetahui derajat
nyeri
3. Menurunkan
ketegangan dan spasme
otot
4. Teknik relaksasi dapat
33

a. Ttv batas normal
b. Skala nyeri 3
c. Pasien rileks
d. Pasien dapat
mengontrol nyeri dgn
teknik relaksasi nafas
dalam
5. Beri analgetik sesuai
program
menurunkan nyeri
5. Analgetik bekerja
efektif menurunkan
nyeri

7-10-2013

2

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan masalah
kerusakan integritas kulit
dapat mengalami
kemajuan dengan KH:
a. Tanda infeksi
dolor, kalor, rubor
dan tumor
berkurang
b. Luka bersih
c. Ttv batas normal
TD: 110-130
N:80-100 R:12-
24 S: 36-37C


1. Observasi tanda
infeksi pada luka
2. Ciptakan lingkungan
aseptik
3. Lakukan perawatan
luka dgn prinsip steril
4. Penkes pasien tentang
perawatan luka
5. Beri antibiotik sesuai
program terapi

1. Mengetahui
perkembangan luka
2. Mencegah penyebaran
infeksi
3. Memperbaiki keadaan
luka agar mengalami
kemajuan
4. Agar klien mengerti
tentang keadaan
lukanya sehingga
mampu merawat luka
secara umum
5. Antibiotik secara efketif
mengatsi infeksi


7-10-2013

3

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan kebutuhan
istirahat tidur dapat
terpenuhi dengan KH:
a. Klien tidur nyenyak,

1. Observasi TTV

2. Kaji penyebab
gangguan tidur
3. Ciptakan lingkungan
tenang dan nyaman
4. Penkes tentang

1. Kesulitan tidur dapat
meningkatkan TTV
2. Mengetahui sumber
permasalahan
3. Pasien dapat dg mudah
mengawali tidur
4. Agar pasien tahu
34

6-8 jam
b. Kelopak mata tidak
kehitaman
c. Konjungtiva tidak
anemis
d. TTV batas normal
e. Wajah pasier segar,
mata tidak sayu



pentingnya istirahat
5. Kolaborasi tim medis
dalam pemberian obat
tidur
manfaat tidur yang
adekuat
5. Farmakologi secara
efektif bekerja untuk
membuat istirahat ortak

7-10-2013

4

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan
diharapkan masalah
defisit perawatan diri
ADL dapat teratasi
dengan KH:
a. Kebutuhan klien
terpenuhi sepenuhnya
b. Keluarga dapat
membantu klien
dengan mandiri
c. Klien dapat
melakukan ADL
dengan mandiri


1. Kaji tingkat kempuan
pasien dalamADL

2. Dekatkan alat yg akan
digunakan


3. Libatkan keluarga
dalam pemenuhan
kebutuhan pasien
4. Latih pasien dalam
mobilisasi minimal

1. Mengetahui tingkat
kemampuan pasien
dalam ADL
2. Mempermudah pasien
dan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan
3. Keluarga dapat belajar
sehingga dapat
membantu pasien
dengan mandiri
4. Meningkatkan
kemampuan dalam
ADL

7-10-2013

5

Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama 3x24

1. Kaji penyebab cemas
2. Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam

1. Mengetahui sumber
masalah dan sebagai
penentu intervensi
35

jam diharapkan masalah
cemas dapat teratasi
dengan KH:
a. Pasien rileks
b. Pasien kooperatif
c. Pasien paham tentang
sakitnya

3. Anjurkan keluarga
untuk selalu
menemani
4. Penkes tetang
penyakitnya dan
tindakan di rumah
sakit
selanjutnya
2. Menurunkan kecemasan
3. Meningkatkan moral,
rasa aman dan nyaman
pada pasien
4. Pasien paham sehingga
menurunkan kecemasan

J. IMPLEMENTASI

TANGGAL NO DX JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF

7-10-2013

1,2,3






1









1,2



08.00






08.30









09.00



Mengobservasi TTV






Mengkaji nyeri pasien









Memberikan injeksi:
- Cefotaxim 1 gr
- Novalgin 500mg

DS:
- Pasien mengatakan lega
DO:
- TD 140/90 mmhg
- N: 96x/m
- R: 24x/m
- S: 37,2C
DS:
- P: saat digerakkan
- Q: tertusuk-tusuk
- R: cruris sinistra
- S: skala 6
- T: hilang timbul
DO:
- Pasien tampak menahan
nyeri
- Pasien kooperatif
DS:
- Pasien mengatakan
sedikit sakit saat obat

Wiskha






Wiskha









Wiskha


36






2










2





3















09.10










09.20





10.00















Mengkaji luka










Memberikan perawatan luka





Mengkaji penyebab gangguan
tidur









masuk
DO:
- Obat masuk via IV
- Tidak ada tanda alergi

DS:
- Pasien mengatakan
lukanya terasa perih
DO:
- Luka kemerahan
- Terdapat pus + 1 cc
- Akral hangat
- Terdapat jaringan kulit
berwarna putih
- Plat pada tulang
terlihat
DS:
- Pasien mengatakan
lebih nyaman
DO:
- Pus keluar + 1,5cc
- Luka lebih bersih
DS:
- Pasien mengatakan
tidak terbiasa tidur di
RS
- Pasien mengatakan
terbangun ketika
nyerinya kambuh
DO:
- Wajah pasien kurang
segar
- Kelopak mata





Wiskha










Wiskha





Wiskha










37


4










5










3






4



10.20










10.40










12.00






13.00



Mengkaji kemampuan pasien
dalam ADL









Mengkaji penyebab cemas










Memberikan penkes tentang
pentingnya istirahat





Melibatkan dan mengajarkan
kepada keluarga tentang
pemenuhan kebutuhan pasien
kehitaman
DS:
- Pasien mengatakan
kebutuhannya
dibantu keluarga
DO:
- Keluarga tampak
membantu
kebutuhan makan
dan berpakaian
- Pasien dan keluarga
kooperatif
DS:
- Pasien mengatakan
takut dengan kondisi
lukanya
DO:
- Pasien tampak
gelisah
- Pasien tampak
bertanya-tanya
tentang kesembuhan
lukanya
DS:
- Pasien mengatakan
paham
DO:
- Pasien tampak
paham dan
kooperatif.
DS:
- Keluarga
mengatakan sudah

Wiskha










Wiskha










Wiskha






Wiskha


38







5






2,4













13.30






13.45

dalam toileting, ambulasi dan
ROM




Menganjurkan keluarga selalu
menemani





Memotivasi keluarga untuk
melakukan kompres
Nacl+Ethigen
paham dan bisa
melakukan dgn
mandiri
DO:
- Keluarga tampak
paham
DS:
- Keluarga
mengatakan
mengerti dan setuju
DO:
- Keluarga tampak
paham
DS:
- Keluarga
mengatakan masih
terus melakukannya
DO:
- Keluarga masih
mematuhi








Wiskha






Wiskha







8-10-2013

1








3

15.00








16.00

Mengkaji nyeri pasien








Mengkaji pola tidur pasien

DS:
- P: saat digerakkan
- Q: tertusuk-tusuk
- R: cruris sinistra
- S: skala 5
- T: hilang timbul
DO:
- Pasien tampak
menahan nyeri
DS:

Wiskha








Wiskha
39









2






5








2,4
















17.00






18.30








19.00
















Memberikan injeksi:
Cefotaxim 1 gram





Mengkaji cemas pasien








Motivasi keluarga untuk tetap
mengompres Nacl + Ethigen tiap
2 jam






- Pasien mengatakan
belum bisa tidur
nyenyak
DO:
- pasien tampak
kurang segar
- konjungtiva tidak
anemis
DS:
- pasien mengatakan
sedikit sakit saat obat
dimasukan
DO:
- obat masuk melalui
intarvena
DS:
- pasien mengatakan
sudah tahu kondisi
lukanya
- pasien mengatakan
sudah lebih lega
DO:
- pasien tampak masih
sedikit gelisah
DS:
- pasien mengatakan
keluarganya sudah
bisa dengan mandiri
melakukannya secara
tepat waktu
DO:
- balutan kompres
tampak lembab








Wiskha






Wiskha








Wiskha








40

1,3








1,3





3






5

19.00








19.15





19.30






19.45
Mengukur TTV








Memposisikan senyaman
mungkin: semifowler




Memberikan penkes tentang
pentingnya istirahat dan tidur





Memberikan penkes tentang
tindakan pengobatan di RS
DS:
- pasien mengatakan
lega tahu kondisi
ttvnya normal
DO:
- TD: 140/90mmhg
- N:94x/m
- R: 20x/m
- S: 36,9c
DS:
- Pasien mengatakan
lebih rileks
DO:
- Pasien tampak lebih
nyaman
DS:
- Pasien mengatakan
mengerti
DO:
- Pasien tampak
paham dan
kooperatif
DS:
- Pasien mengatakan
mengerti
DO:
- Pasien tampak
paham menerima
penjelasan dan
kooperatif

Wiskha








Wiskha





Wiskha






Wiskha




9-10-2013

1

08.00

Mengkaji nyeri

DS:

Wiskha
41












1,2,3,5








2










2












08.15








08.30










08.45












Mengobservasi TTV








Melakukan pemeriksaan darah
rutin









Mengobservasi tanda infeksi pada
luka
- P: saat digerakkan
- Q: tertusuk-tusuk
- R: cruris sinistra
- S: skala 5
- T: hilang timbul
DO:
- Pasien masih tampak
menahan nyeri
- Pasien tampak lebih
rileks dari hari
sebelumnya
DS:
- Pasien mengatakan
senang akan ttvnya
yg normal
DO:
- TD: 140/90mmhg
- R: 24x/m
- N: 90x/m
- S: 37,2c
DS:
- Pasien mengatakan
tidak kesakitan saat
diambil darahnya
DO:
- Darah terambil 3cc
- Pasien rileks
- HB: 7,9
- Leu: 6600
- Eri: 2,31
- Hema: 23
DS:
- Pasien mengatakan











Wiskha








Wiskha










Wiskha

42










2









2






2





3









09.00









13.00






13.05





13.15









Melakukan perawatan luka









Memberikan injeksi:
Cefotaxim 1 gram





Memberikan terapi parenteral:
Diazol




Mengkaji pola tidur pasien
luka pada kaki
kirinya masih nyeri
DO:
- Luka kemerahan
- Jaringan warna putih
sudah terangkat
- Akral hangat
- Plat pada tulang
terlihat
DS:
- Pasien mengatakan
lebih nyaman setelah
lukanya dibersihkan
DO:
- Luka lebih bersih
- Pus keluar + 2cc
- Pasien kooperatif
- Pasien tampak lebih
rileks
DS:
- Pasien mengatakan
tidak merasa
kesakitan
DO:
- Obat masuk melalui
intravena
DS:
- Pasien mengatakan
tidak kesakitan
DO:
- Cairan masuk
melalui IV
DS:









Wiskha









Wiskha






Wiskha





Wiskha
43










4















5











13.25















13.45









Mengkaji kemampuan ADL
pasien














Mengkaji kecemasan pasien
- Pasien mengatakan
sudah bisa tidur
dengan nyenyak
- Frekuensi tidur 5-6
jam
DO:
- Kelopak mata tidak
kehitaman
- Pasien tampak segar
DS:
- Pasien mengatakan
sudah bisa makan
dengan mandiri
- Pasien mengatakan
ROM, ambulasi di
bed dan berpindah
masih dabantu
perawat
DO:
- Pasien tampak sudah
secara madiri dalam
makan
- Keluarga belum bisa
ROM, ambulasi di
bed dan berpindah
DS:
- Pasien mengatakan
sudah tak lagi cemas
- Pasien mengatakan
sudah tahu kondisi
penyakitnya
- Pasien mengatakan
sudah jauh lebih lega









Wiskha















Wiskha







44

DO:
- Pasien tampak
kooperatif
- Pasien sudah tak
tampak gelisah
- Pasien tampak rileks







K. EVALUASI

TANGGAL NO DX JAM EVALUASI PARAF

9-10-2013

1

14.00

S:
- P: saat digerakkan
- Q: tertusuk-tusuk
- R: cruris sinistra
- S: skala 5
- T: hilang timbul
- Pasien mengatakan mampu melakukan teknik nafas dalam
dengan mandiri
O:
- TD: 140/90mmhg
- R: 24x/m
- N: 90x/m
- S: 37,2c
- Pasien tampak masih menahan nyeri ketika kakinya
digerakkan
- Pasien lebih rileks dari hari sebelumnya
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji TTV dan nyeri pasien
- Beri analgetik sesuai program

Wiskha

45

2 14.10 S:
- Pasien mengatakan lebih nyaman setelah lukanya
dibersihkan
- Pasien mengatakan lukanya masih terasa perih saat
digerakkan
O:
- Luka 5x3 cm, kedalaman + 1cm
- Luka kemerahan
- Jaringan berwarna putih sudah terangkat
- Akral hangat
- Plat pada tulang terlihat
- Luka lebih bersih dan pus sudah dikeluarkan, + 2cc
- HB: 7,9 leu: 6600, eri: 2,31, hematokrit: 23
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Kaji luka dan tanda infeksi
- Beri perawatan luka
- Beri antibiotik sesuai program

Wiskha

3

14.20

S:
- Pasien mengatakan sudah bisa tidur nyenyak
- Pasien mengatakan tidur 5-6 jam
O:
- Tidak ada tanda kehitaman pada kelopak mata
- Frekuensi tidur 5-6 jam
- Pasien tampak tenang dan rileks
- Pasien tampak segar
- Konjungtiva tidak anemis
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi



Wiskha
46


4

14.30

S:
- Pasien mengatakan sudah bisa makan dan minum secara
mandiri
- Keluarga mengatakan sudah bisa membantu pasien dalam
toileting
- Keluarga mengatakan belum bisa membantu kebutuhan
ADL mobilisasi di tempat tidur, ROM dan berpindah
O:
- Pasien tampak sudah bisa makan dan minum tanpa
bantuan
- Kebutuhan ADL pasien terpenuhi
- keluarga tampak masih ragu dan belum bisa memenuhi
kebutuhan mobilisasi di bed, ROM dan berpindah
- keluarga kooperatif
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- kaji kemampuan pasien dalam ADL
- bantu dan libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL:
berpindah, ROM dan mobilisasi di bed.


Wiskha

5

14.40

S:
- pasien mengatakan sudah tahu tentang kondisi sakitnya
- pasien mengatakan sudah jauh lebi lega dari hari
sebelumnya
O:
- pasien tampak tenang
- pasien sudah tidak tampak gelisah
- pasien sudah tidak bertanya-tanya lagi
- pasien kooperatif
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

Wiskha

47

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Saat ini osteomilitis menjadi salah satu penyakit yang masih menjadi
permasalahan di indonesia.
2. Berdasarkan pengkajian pada Tn. C ditemukan suatu masalah yaitu
nyeri akut, kerusakan integritas kulit, gangguan istirahat tidur, defisist
perawatan diri ADL dan ansietas.
3. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul pada
Tn. C sesuai yang dikeluhkan klien dengan memakai rujukan nic dan
noc dengan memperhatikan semua aspek
4. Implementasi dilakukan dengan waktu 3 hari, pada hari pertama
diagnosa keperawatan no 1-5 teratasi sebagian sehingga perlu
intervensi lanjutan. Pada hari kedua diagnosa keperawatan 1-5 juga
masih teratasi sebagian sehingga memerlukan intervensi lanjutan. Pada
hari ketiga diagnosa no 1,2 dan 4 masalah teratasi sebagian dan
memerlukan intervensi lanjutan. Diagnosa no 3 dan 5 masalah sudah
teratasi sehingga hentikan intervensi.
B. Saran
Pengetahuan mengenai infeksi tulang atau osteomilitis sangat
penting. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu:
1. Untuk klien
Tn.C diharapkan bersikap lebih kooperatif dan berpartisipasi aktif
dalam perawatan.
2. Untuk keluarga
Tetap memberikan pendampingan dan sebagai motivator kepada klien.
48


3. Untuk Perawat
Perawat lebih meningkatkan pemberikan pendidikan kesehatan
mengenai osteomyelitis seperti pentingnya manjaga kebersihan diri,
pentingnya perawatan luka dan makan yang tinggi protein. kaji lebih
detail psikososial klien yang berhubungan dengan hilangnya salah
satu fungsi tubuh.
















49

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: pedoman
untuk perencanaan & pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3,
Jakarta :EGC
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Kompas. 2013. Waspadai infeksi tulang sejak dini. Diambil dari
www.kompas.org diakses pada tanggal 13 oktober 2013.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba
Medika.
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Saddarth, Editor edisi 8, Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Summit
    Summit
    Dokumen8 halaman
    Summit
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen7 halaman
    Analisis Jurnal
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Konsul Analisis Jurnal
    Konsul Analisis Jurnal
    Dokumen12 halaman
    Konsul Analisis Jurnal
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Jarum Jahit
    Jarum Jahit
    Dokumen1 halaman
    Jarum Jahit
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Konsep TAK Lansia Di Panti Wredha
    Konsep TAK Lansia Di Panti Wredha
    Dokumen1 halaman
    Konsep TAK Lansia Di Panti Wredha
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen14 halaman
    Bab 3
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen7 halaman
    Analisis Jurnal
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • LP CA - Cervic
    LP CA - Cervic
    Dokumen11 halaman
    LP CA - Cervic
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • ASkep Maternitas
    ASkep Maternitas
    Dokumen32 halaman
    ASkep Maternitas
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen7 halaman
    Analisis Jurnal
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Sap Final
    Sap Final
    Dokumen15 halaman
    Sap Final
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • SEJARAH
    SEJARAH
    Dokumen3 halaman
    SEJARAH
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Dapus Wiska
    Dapus Wiska
    Dokumen2 halaman
    Dapus Wiska
    Wiskha Dany Firawan
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Crane
    Pengertian Crane
    Dokumen7 halaman
    Pengertian Crane
    Wiskha Dany Firawan
    50% (2)