Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini, maka pasien didiagnosa dislipidemia dan hipertensi grade II. Diagnosa Teori Kasus Dinyatakan dislipidemia bila: 1. Adanya peningkatan lipid darah pada pemeriksaan laboraturium Dinyatakan Hipertensi bila: 1. Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih. Dislipidemia + Hipertensi grade II 1. Keluhan berupa nyeri di daerah tengkuk 2. Adanya peningkatan kadar kolesterol, HDL dan LDL pada pemeriksaan laboraturium pasien 3. TD: 150/100 mmHg 4. Riwayat tekanan darah tinggi yang diketahui sejak 11 tahun 5. Riwayat memiliki peningkatan kolesterol yag diketahui sejak 16 tahun yang lalu
Pada pasien ini didiagnosa dengan hipertensi grade II. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan tekanan darah pada pasien dimana hipertensi grade II memiliki hasil pemeriksaan fisik tekanan darah diastole 100 mmHg. Penatalaksaan pasien ini meliputi: Edukasi Edukasi yang terpenting adalah perubahan gaya hidup (life style) yang meliputi perubahan pola makan dan aktivitas fisik atau olahraga. Diet (Diet rendah garam, dan lain sebagainya) Exercise o Frekuensi : jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3 5 kali per minggu o Intensitas : ringan dan sedang o Durasi : 30-60 menit Pada pasien telah dilakukan kebiasaan berolahraga 2 kali seminggu sekitar 2 jam dengan bersepeda. Hal ini sudah merupakan kebiasaan olahraga yang sesuai dengan terapi non farmakologis pasien. Pada pasien ditemukan tidak adanya perubahan gaya hidup dengan tetap mengonsumsi rokok. Hal ini membutuhkan penjelasan serta kesadaran dari pasien sendiri akan buruknya kebiasaan tersebut.
Terapi Farmakologis Untuk menetapkan rasional tidaknya terapi yang diberikan, harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Obat yang diberikan harus tepat indikasi sesuai dengan standar medis/panduan klinis atau sesuai dengan penyakit yang dihadapinya. 2. Tepat obat, obat berdasarkan efektifitasnya, keamanannya dan dosis 3. Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi dan kemungkinan efek yang tidak diinginkan, misal pasien yang mempunyai gangguan iritasi lambung tidak diberikan analgesik yang mempunyai efek samping mengiritasi lambung 4. Tepat penggunaan obat artinya pasien mendapat informasi yang relevan, penting dan jelas mengenai kondisinya dan obat yang diberikan (Aturan minum, sesudah atau sebelum makan, dll) 5. Tepat monitoring, artinya efek obat yang diketahui dan tidak diketahui dipantau dengan baik.
Dengan demikian, kerasionalan dalam pemberian terapi dapat dirangkum secara keseluruhan menjadi 4T 1W + EARMU, yaitu Tepat Indikasi, Tepat Dosis, Tepat Pemakaian, Tepat Pasien dan Waspada efek samping + Efektif Aman Rasional Murah dan Mudah didapat.
1. Amlodipin Pada pasien ini diberikan amlodipine. Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan otot jantung
No Teori kasus Rasional Ya tidak 1 Indikasi : digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
Pasien mengalami hipertensi. Pada pasien digunakan dan dikombinasikan dengan obat lain.
2 Dosis : : dosis awal diberikan 5 mg 1-0-0 5mg/hari, dosis maksimum 10mg/hari, dosis lansia 2.5mg/hari
3 Efek samping: edema, sakit kepala, fatigue, nyeri, peningkatan atau penurunan berat badan.
-
4 Interaksi obat: Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, -bloker, -bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid, antibiotika, serta obat hipoglikemik oral
Tidak didapatkan obat yang dapat menimbulkan interaksi
5 Cara Pemakaian: dapat digunakan secara oral. Pada pasien ini diberikan secara oral
2. Bisoprolol Pada pasien ini diberikan obat golongan anti hipertensi yg memblok adrenerguk reseptor 1 pada jaringan jantung dimana akan berefek dengan memperlambat denyut jantung sinus dan menurunkan tek. darah
No Teori Kasus Rasional Ya tidak 1 Indikasi: untuk penyakit hipertensi Pasien dengan hipertensi grade II
2 Dosis : dosis awal dewasa 5mg/hari dengan dosis maksimal 20mg/hari. Dosis lansia 2.5-5mg/hari dengan dosis maksimal 20mg/hari diberikan bisoproll 5mg 0-0-1
3 Efek samping: Hipotensi- pusing, mual, sakit kepala, akral dingin, lemas, konstipasi atau diare
- 4 Cara Pemakaian: dapat digunakan secara oral. Pada pasien ini diberikan secara oral
3. Atorvastatin
Merupakan penghambat HMG-CoA reduktase, enzim-menentukan tingkat terletak di jaringan hati yang memproduksi mevalonate, molekul kecil yang digunakan dalam sintesis kolesterol dan turunan mevalonate lainnya. Hal ini akan menurunkan jumlah kolesterol yang diproduksi yang pada gilirannya menurunkan jumlah total kolesterol LDL. No Teori Kasus Rasional Ya Tidak 1 Indikasi : menurunkan kolesterol darah. Hal ini juga menstabilkan plak dan mencegah stroke melalui mekanisme anti- inflamasi dan lainnya Dislipidemia
2 Dosis : Tablet 20 mg, dosis awal 10mg/hari, maksimal 40mg/hari . diberikan atorvastatin 20mg 0-0-1
3. Efek samping obat : dispepsia, nyeri perut, sakit kepala, mual, diare, mialgia - 4. Cara Pemakaian: dapat digunakan secara oral
Pada pasien ini diberikan secara oral pada malam hari
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Penggunaan Amlodipine dilihat dari Indikasi (rasional), dosis (rasional), Pemakaian (rasional), tepat pasien & keamanan atau efek samping (rasional). b. Pemberian Bisoprolol dilihat dari indikasi (rasional), dosis (rasional), Pemakaian (rasional), tepat pasien & keamanan atau efek samping (rasional). c. Penggunaan Atorvastatin dilihat dari Indikasi (rasional), dosis (rasional), Pemakaian (rasional), tepat pasien & keamanan atau efek samping (rasional).
2. Saran Pada pasien, terlihat masih adanya gaya hidup yang sebaiknya dirubah berdasarkan terapi non farmakologi pasien. Hal ini akan dapat terlaksana dengan pendekatan secara spesifik, penjelasan secara menyeluruh ke pasien dan kesadaran pasien.