Anda di halaman 1dari 7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hibridisasi



Hybridization is the process of interbreeding between individuals of different species
(interspecific hybridization) or genetically divergent individuals from the same species
(intraspecific hybridization).
Hibridisasi adalah proses kawin antar individu dari spesies yang berbeda (persilangan
interspesifik) atau individu genetik berbeda dari spesies yang sama (hibridisasi intraspesifik).
(Ellstrand, 2007)
Hybridization (crossing) is a cross-pollination between the elders of different genetic
composition.
Hibridisasi (persilangan) adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan
genetiknya. (Yunianti, R . 2007)
Yunianti, R. 2007. Analisis Genetik Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai (Capsicum annuum L.) terhadap
Phytophthora capsici Leonian. Disertasi. Sekolah

2.2 Tahapan Hibridisasi
Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan
diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman
lain yang mengganggu kegiatan persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk
kegiatan kastrasi. Kastrasi umumnya menggunakan gunting, pisau atau pinset.

Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina,
sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada
tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil. Cara emaskulasi tergantung pada morfologi
bunganya. Beberapa metode emaskulasi yang umum digunakan adalah :
1. Metode Kliping atau Pinset
Pada umumnya kuncup bunga dibuka dengan pinset atau dipotong dengan gunting, kemudian
anter atau stamen dibuang dengan pinset. Cara ini mudah dilakukan pada tanaman yang bunganya
relatif besar, misalnya cabai, kedelai, tomat dan tembakau. Cara emaskulasi ini praktis, murah dan
mudah dilakukan, namun kemungkinan rusaknya putik dan pecahnya anter sangat besar, sehingga
terjadinya penyerbukan sendiri sangat besar.
Adapun cara melakukan emaskulasi menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah dipilih bunga yang akan digunakan sebagai betina, bagian ujung kuncup bunga dipotong
dengan pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan jelas dari atas. Pekerjaan ini
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai putiknya turut terpotong atau rusak.
b. Mahkota dari kuncup bunga dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan pinset
sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar. Bila perlu semua mahkota dibuang.
c. Benang sari dapat dibuang satu per satu sampai habis dengan sebuah pinset.
d. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai untuk emaskulasi bunga harus steril.
Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut perlu dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol 75-85%
dan kemudian dilap sampai kering dan bersih.
e. Setelah melakukan emaskulasi, pada tangkai bunga segera digantungkan sebuah label yang telah
diberi nomor.
2. Metode Pompa Isap (Sucking Method)
Teknik ini mudah dilakukan pada padi. Pada tahap awal metode ini relatif mahal, karena
diperlukan biaya untuk pengadaan alat. Keuntungan menggunakan metode ono adalah kemungkinan
rusaknya kepala putik (stigma) dan pecahnya anter dan penyerbukan sendiri sangat kecil. Teknik
pengerjaannya adalah ujung bunga dibuka dengan gunting, kemudian anter dihisap keluar dengan
alat pompa hisap.
3. Metode Pencelupan dengan Air Panas, Air Dingin atau Alkohol
Untuk tanaman yang bunganya kecil-kecil, seperti sorghum, rumput-rumputan dan pakan,
pembuangan stamen dengan menggunakan pinset atau gunting sangat sulit. Cara emaskulasi untuk
jenis bunga ini adalah dengan mencelupkan bunga ke dalam air hangat yang mempunyai temperatur
tertentu, biasanya antara 43-53 0C selama 1-10 menit. Cara ini mahal dan tidak praktis. Hal yang
sama bisa dilakukan pada air dingin atau alkohol.
4. Metode Kimia
Beberapa bahan kimia dapat mendorong terbentuknya mandul jantan (male sterile) pada
tanaman. Bahan kimia tersebut diantaranya adalah GA3, sodium dichloroasetat, ethrel, GA4/7, 2,4 D,
NAA. Caranya bahan tersebut disemprotkan pada bunga yang sedang kuncup dengan konsentrasi
tertentu.
5. Metode Jantan Mandul
Pada beberapa tanaman menyerbuk sendiri seperti barley, sorghum, atau padi pelaksanaan
emaskulasinya sukar, maka bisa memanfaatkan tanaman mandul jantan yaitu yang anternya steril dan
tidak menghasilkan polen yang viabel. Sifat mandul jantan ini bisa dikendalikan secara genetik
maupun sitoplasmik.

Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing.
Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa
terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan
ukuran bunga tanaman yang bersangkutan. Kantong tersebut harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Kuat dan tahan hujan lebat dan panas terik matahari.
2. Tidak mengganggu pernafasan bunga yang dibungkus
3. Bila terkena air hujan dapat lekas kering, airnya dapat lekas menguap
4. Bahan yang dipakai untuk kantong tidak enak rasanya, agar tidak dimakan oleh serangga atau
binatang-binatang lainnya.
5. Kantongnya cukup besar, sehingga bila ada hujan turun, bunganya tidak akan menempel pada
kantong. Kantong tersebut dapat berbentuk silinder, yang diperkuat dengan kerangka dari kawat
atau bambu. Bila bunga yang dibungkus itu kecil, cukuplah bunga itu ditutup dengan sebuah
tudung plastik berukuran kecil.



Pengumpulan Serbuk Sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum
kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka
pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang
lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya
kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari
setelah matahari terbenam.
Serbuk sari adalah mahluk hidup, yang mempunyai umur terbatas dan kemudian mati. Mutu
serbuk sari dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain :
1. Kelembaban udara, pada kelembaban udara relatif yang tinggi serbuk sari tidak tahan disimpan
lama. Penyimpanan serbuk sari di tempat lembab akan berakibat buruk, karena berpeluang
berjangkit cendawan dan bakteri yang dapat menyebabkan serbuk sari lekas mati.
2. Umur serbuk sari, makin tua umur serbuk sari, makin lamban akan perkecambahannya dan tabung
sari yang terbentuk akan lebih pendek. Selain itu persentase butir-butir serbuk sari yang hidup
akan terus menurun sampai pada suatu saat tidak ada serbuk sari lagi yang dapat berkecambah.
3. Suhu udara, pada tempat yang udaranya kering dan pada suhu rendah, serbuk sari dapat disimpan
sampai beberapa minggu dalam keadaan tertutup.
Di laboratorium, serbuk sari biasanya disimpan pada suhu antara 2-8 0C dan pada
kelembaban udara antara 10% sampai 50%. Penyimpanannya dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut: terlebih dahulu serbuk sarinya dimasukkan ke dalam
tabung gelas. Kemudian tabungnya diletakkan dalam exsicator (desiccator) yang telah diisi dengan
CaCl2 atau dengan larutan H2SO4 pada konsentrasi tertentu, misalnya antara 10-70%. Maksudnya
agar dapat menyerap uap air dari udara cukup banyak. Untuk menyimpan serbuk sari bunga karet
dari jenis No. PR 107 biasanya dipakai konsentrasi 27% H2SO4 dan untuk serbuk sari dari jenis karet
No. AV 157 dipakai konsentrasi 35% H2SO4.

Penyerbukan
Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya. Pelaksanaannya
terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang
sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi. Cara
melakukan penyerbukan :
1. Menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat-alat tersebut ke
alkohol pekat, biarkan kering kemudian celupkan ke polen dan oleskan ke stigma.
2. Mengguncangkan bunga jantan di atas bunga betina, sehingga polen jantan jatuh ke stigma bunga
tetua betina yang telah diemaskulasi. Cara ini biasanya digunakan untuk persilangan padi dan
jagung.

Pelabelan
Ukuran dan bentuk label berbeda-beda. Pada dasarnya label terbuat dari kertas keras tahan
air, atau plastik. Pada label antara lain tertulis informasi tentang: (1) Nomor yang berhubungan
dengan lapangan, (2) Waktu emaskulasi, (3) waktu penyerbukan, (4) Nama tetua jantan dan betina,
(5) Kode pemulia/penyilang.

Pendeteksian Keberhasilan Persilangan Buatan
Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan
penyerbukan (Gambar 6). Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan
telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan
telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh
pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan
waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan. Kompatibilitas
tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan
antesis jantan dapat dilihat ciri morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar
pada hari tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan persilangan
buatan adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan
menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan buatan.
Pada persilangan buatan tanaman hermaprodit atau juga tanaman lainnya, biji yang
dihasilkan belum tentu merupakan hasil persilangan buatan. Bisa jadi biji tersebut merupakan hasil
selfing (untuk bunga hermaprodit) atau hasil persilangan tanaman lain (karena proses isolasi yang
tidak sempurna). Hal tersebut dapat dideteksi dengan bantuan penanda, baik berupa penanda
morfologi maupun penanda molekuler.
Sifat kualitatif tanaman dapat digunakan sebagai penanda morfologi. Sebagai contoh buah
muda cabai ada yang berwana hijau tua, hijau muda, kuning atau atau ungu. Buah muda cabai dapat
digunakan sebagai penanda morfologi. Jika cabai dengan buah berwarna hijau tua disilangkan
dengan cabai dengan buah berwarna ungu maka akan menghasilkan F1 dengan buah berwarna ungu.
Jika buah F1 yang dihasilkan tidak berwarna ungu maka kemungkinan terjadi selfing atau
penyerbukan dari serbuk sari cabai lain. Hal yang sama dapat digunakan untuk penanda molekuler.
Pada biji tanaman yang ada pengaruh metaxenia seperti jagung, keberhasilan persilangan
buatan sudah dapat dideteksi tanpa menanam F1. Jagung yang seharusnya mempunyai warna biji
putih jika diserbuki dengan serbuk sari jagung dengan warna biji kuning akan berwarna kuning.
Contoh lain adalah jagung manis jika diserbuki oleh jagung tidak manis akan menghasilkan biji-biji
yang tidak manis.

dapus
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman. Bagian Genetika dan
Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor. 284 hal.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hibridisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerhasilan hibridisasi ada 2 macam yaitu pengaruh internal
dan eksternal.
2.3.1 Internal
1. Pemilihan Tetua
Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a) varietas
komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat
superior, (d) spesies introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan varietas unggul yang
dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang unggul
yang sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik.

2. Waktu Tanaman Berbunga
Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua
jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (2) waktu
emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada
bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga
waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan
waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan
membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam
waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan informasi tentang umur tanaman
berbunga.



dapus
Ellstrand, Norman C.2007. Spontaneous Hybridization between Maize and Teosinte. Department of
Botany and Plant Sciences, Center for Conservation Biology, and Biotechnology Impacts Center,
University of California, Riverside, CA 92521-0124 (Ellstrand, Garner, Hegde, Guadagnuolo, and Blancas);
the Horticulture and Crop Science Department, California Polytechnic State University, San Luis Obispo,
CA 93407 (Garner); and the Laboratoire de Botanique Evolutive, Institut de Botanique, Universite de
Neucha tel, rue Emile Argand 11, Neucha tel, Switzerland (Guadagnuolo).



2.3.2 Eksternal
1. Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan
Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang
paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui
organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk
silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang dicirikan oleh struktur bunga sebagai
berikut :
a. secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu
b. waktu antesis dan reseptif berbeda
c. inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin
d. adanya bunga monoecious dan dioecious

2. Cuaca Saat Penyerbukan
Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi
panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok.
Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat.

3. Pelaksana
Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-sungguh dalam
melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka hibridisasi akan gagal.
Dapus
dapus
Ellstrand, Norman C.2007. Spontaneous Hybridization between Maize and Teosinte. Department of
Botany and Plant Sciences, Center for Conservation Biology, and Biotechnology Impacts Center,
University of California, Riverside, CA 92521-0124 (Ellstrand, Garner, Hegde, Guadagnuolo, and Blancas);
the Horticulture and Crop Science Department, California Polytechnic State University, San Luis Obispo,
CA 93407 (Garner); and the Laboratoire de Botanique Evolutive, Institut de Botanique, Universite de
Neucha tel, rue Emile Argand 11, Neucha tel, Switzerland (Guadagnuolo).




2.4 Tanda Keberhasilan Hibridisasi

Keberhasilan
Perkembangan biji dapat dilihat 2-7 hari setelah penyerbukan. Jika petal mengering, namun
bakal buah tetap segar kemudian bakal buah membesar atau memanjang kemungkinan telah
terjadi pembuahan. Adanya pembengkakan pada pangkal buah, kelopak bunga layu bakal buah
tetap segar. Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah
dilakukan penyerbukan. Jika pental mengering ,namun bakal buah tetap segar kemudian bakal
buah membesar atau memanjang kemungkinan telah terjadi pembuahan.

Kegagalan
Bunga yang gagal mengadakan fertilisasi biasanya gugur atau kepala putiknya terlihat layu dan
bakal buah rontok.
dapus
Ellstrand, Norman C.2007. Spontaneous Hybridization between Maize and Teosinte. Department of
Botany and Plant Sciences, Center for Conservation Biology, and Biotechnology Impacts Center,
University of California, Riverside, CA 92521-0124 (Ellstrand, Garner, Hegde, Guadagnuolo, and Blancas);
the Horticulture and Crop Science Department, California Polytechnic State University, San Luis Obispo,
CA 93407 (Garner); and the Laboratoire de Botanique Evolutive, Institut de Botanique, Universite de
Neucha tel, rue Emile Argand 11, Neucha tel, Switzerland (Guadagnuolo).



2.5 Morfologi Bunga Dan Masa Antesis,Reseptif Bunga (Sesuai Komoditas Masing-Masing)

Jagung
Pada bunga jantan (malai) masa anthesisnya pada hari ke-65 setelah tanam, sedangkan pada
bunga betina (tongkol) masa reseptifnya pada hari ke-71 setelah tanam. Masa anthesis malai
ditandai dengan munculnya bulir-bulir yang berwarna merah keunguan yang mengandung
antosianin pada tangkai malai, dan pada bulir terdapat serbuk sari (pollen) yang berwarna
kuning. Masa reseptif tongkol ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu rambut pada ujung tongkol
yang berwarna kuning bening kehijauan.(Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2006)
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan Pengujian Individual Kebaruan, Keunikan,
Keseragaman dan Kestabilan Jagung. Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Pacar air
Pacar air merupakan tanaman terna berbatang basah, lunak, bulat, bercabang,
warna hijau kekuningan. Pacar air biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi
30-80 cm. Arah tumbuhnya tegak, percabangannya monopodial.
Daun tunggal, tersebar, berhadapan, atau dalam karangan. Bentuk daun lanset
memanjang, pinggirnya bergerigi, ujung meruncing, tulang daun menyirip. Warna daun
hijau muda tanpa daun penumpu, jika ada daun penumpu bentuknya kelenjar. Bagian
bawah membentuk roset akar. Tulang daun menyirip. Luas daunnya sekitar 2 sampai 4
inchi. Pangkal daun bergerigi tajam, runcing. Terna ini memiliki akar serabut.
Bakal buah menumpang, beruang 4-5. Dalam satu ruangan tersebut terdapat dua
atau lebih bakal biji. Buah membuka kenyal dan termasuk buah batu dengan 5 inti.
Bentuk buah elliptis, pecah menurut ruang secara kenyal. Benihnya endospermic. Embrio
akan mengalami diferensiasi.
Tanaman ini memiliki aneka macam warna bunga. Ada yang putih, merah, ungu,
kuning, jingga, dll. Jika pacar air yang berbeda warna disilangkan, maka akan terbentuk
keturunan yang beraneka ragam. Bunga zygomorph, berkelamin 2, di ketiak. Daun
kelopak 3 atau 5, lepas atau sebagian melekat, bertaji. Daun kelopak samping berbentuk
corong miring, berwarna, dan terdapat noda kuning di dalamnya. Sedikit di atas pangkal
daun mahkota memanjang menjadi taji dengan panjang 0,2-2 cm. Daun mahkota 5, lepas.
Daun mahkota samping berbentuk jantung terbalik dengan panjang 2-2,5 cm, yang 2
bersatu dengan kuku, yang lain lepas tidak berkuku dan lebih pendek. Ada 5 benangsari
dengan tangkai sari yang pendek, lepas, agak bersatu. Kepala sarinya bersatu membentuk
tudung putih.Bunga terkumpul 1-3. Setiap tangkai hanya berbunga 1 dan tangkainya
tidak beruas. Memiliki 5 kepala putik
Mentimun

Anda mungkin juga menyukai