Anda di halaman 1dari 12

1

LAPORAN KASUS NON-PSIKOTIK


GANGGUAN ANXIETAS YTT(F41.9)

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SRP
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Bugis
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Kumala II. Makassar
Tanggal periksa di poli : 22 Agustus 2013
II. LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis dan autoanamnesis
A. Keluhan utama: Cemas
B. Riwayat gangguan sekarang
Dialami sejak 3 bulan yang lalu, dan memberat 1 bulan terakhir sejak
mendengar saran dari dokter untuk kateteriasi jantung karena lemak darah yang
tinggi. Kecemasan berlebih timbul saat nyeri dadanya berlangsung. Pasien
merasakan cemas sekitar setengah jam. Perasaan Cemas mudah timbul bila pasien
mendengar berita tentang suatu penyakit yang berhubungan dengan keluhannya dan
berita orang meninggal. Pasien juga sering mengalami nyeri ulu hati karena
menurutnya, hal ini terjadi karena sering cemas. Saat sedang sendiri pasien sering
merasa sedih dan memikirkan penyakitnya. Pasien merasa terhibur bila mengobrol
dan berolahraga dengan teman-temannya. Saat sedang cemas, pasien mendengarkan
lantunan ayat suci Al-Quran memalui HP dan membuat dirinya sedikit lebih tenang.
Selama kuliah S2 jurusan IT di kota Semarang, pasien juga sering mencemaskan
keluarganya yang tinggal di kota Ternate.
2

C. Riwayat gangguan sebelumnya
1. Riwayat penyakit dahulu
Terdapat riwayat penyakit fisik yaitu pasien di diagnosis dislipidemia oleh
dokter penyakit dalam.
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan
terlarang.
3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Pasien belum pernah berobat psikiatri sebelumnya dan baru pertama kali
datang berobat di psikiatri.

D. Riwayat kehidupan pribadi
1. Riwayat prenatal dan masa kanak-kanak (0-3 tahun)
Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong bidan. Selama masa kehamilan ibu
pasien dalam keadaan sehat dan mendapat ASI selama 9 bulan. Pasien
tumbuh dan berkembang seperti anak sebayanya di Makassar.
2. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien masuk SD saat berusia 6 tahun di Kabupaten Palopo. Prestasi pasien di
sekolah biasa saja. Pasien mudah bergaul dengan teman sebayanya.
3. Riwayat masa kanak-kanak akhir (12-18 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangannya sama seperti remaja lain. Pada masa
SMP dan SMA, pasien sering mengikuti organisasi-organisasi di sekolah.
4. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Setelah tamat SMA, pasien melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah.
Dan sekarang pasien sendang mengambil S2 jurusan Teknik Informatika.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai PNS di Balaikota bagian Kemenkumham dan aktif
mengajar sebagai dosen di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Ternate.
3

c. Aktivitas Sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat setempat.
d. Riwayat Pernikahaan
Pasien menikah dan tinggal dengan suaminya. Tetapi karena sedang
mengambil S2 di Semarang, pasien jarang bertemu dengan keluarganya.
Pasien memiliki seorang anak yang berumur 1 tahun 1 bulan.
5. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien anak ke sembilan dari sembilan berskeempat (, , , , , , , ,
) pasien sekarang tinggal bersama istri dan anaknya. Kedua orang tua
pasien masih hidup dan hubungan dengan keluarga baik. Tidak ada riwayat
keluarga dengan gejala yang sama dengan pasien.
6. Persepsi pasien terhadap penyakitnya :
Pasien sadar kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan.

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan fisik
Status Internus : T= 120/80 mmHg, N = 84, S = 36,5C, P = 20
KU: sakit sedang/GCS E4M6V5/ Gizi cukup
Status Neurologis : Kaku kuduk (-)
Kernig sign (-)
Pupil bulat, isokor
Thorax : Paru-paru: dalam batas normal
Jantung : BJI/II murni regular, bising (-)
Abdomen: dalam batas normal
Hasil pemeriksaan laboratorium (profil lipid):
- LDL: 210
- HDL: 30
- TG: 230

4


IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan : tampak seorang wanita wajah sesuai umur, perawakan sedang,
kulit cokelat muda, memakai kemeja kotak-kotak, celana panjang warna
hitam, cara berjalan dan sikap tubuh biasa. Perawatan pasien baik.
b. Kesadaran : baik
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor : tenang
d. Pembicaraan : lancar, spontan, intonasi sedang
e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
2. Keadaan Efektif (mood) perasaan, ekspresi aktifitas (hidup emosi), serta
perhatian:
a. Mood : cemas
b. Afek : cemas
c. Empati : dapat dirabarasakan
d. Keserasian : appropriate
e. Ekspresi Afektif : cemas
3. FungsiIntelektual (kognitif) :
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai pendidikan.
b. Daya konsentrasi: Berkurang.
c. Orientasi (waktu, tempat dan orang) : Baik.
d. Daya ingat: daya ingat jangka panjang, jangka pendek, dan segera Baik.
e. Pikiran abstrak: Baik.
f. Bakat kreatif: Tidak ada. Kemampuan menolong diri sendiri: cukup
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi dan ilusi : Tidak ada.
b. Ilusi : Tidak ada.
c. Depersonalisasi : Tidak ada,
d. Derealisasi : Tidak ada.
5

5. Proses Berpikir
a. Arus pikiran :
a) Produktivitas : Cukup.
b) Kontinuitas : Relevan
c) Hendaya berbahasa : Tidak ada.
b. Isi Pikiran:
a) Preokupasi : Keluhan penyakit
b) Gangguan pikiran : Tidak ada.
6. Pengendalian implus : Baik.
7. Daya Nilai
a. Norma sosial : Baik.
b. UjiDayaNilai :Baik.
c. Penilaian Realitas : Baik.
8. Tilikan (insight) : Pasien sadar dirinya sakit dan butuh pengobatan.
(Derajat 6)
9. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.

V. IKTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki 35 tahun dating ke poliklinik jiwa dengan keluhan utama
cemas yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, dan memberat sejak 1 bulan terakhir
saat mendengar saran dari dokter untuk kateteriasi jantung karena Dislipidemia.
Kecemasan berlebih timbul saat nyeri dadanya berlangsung. Pasien merasakan cemas
sekitar setengah jam. Perasaan Cemas mudah timbul bila pasien mendengar berita
tentang suatu penyakit yang berhubungan dengan keluhannya dan berita orang
meninggal. Pasien juga sering mengalami nyeri ulu hati karena menurutnya, hal ini
terjadi karena sering cemas. Saat sedang sendiri pasien sering merasa sedih dan
memikirkan penyakitnya. Pasien merasa terhibur bila mengobrol dan berolahraga
dengan teman-temannya. Saat sedang cemas, pasien mendengarkan lantunan ayat
suci Al-qur-an memalui HP dan membuat dirinya sedikit lebih tenang. Selama kuliah
6

SII jurusan IT di kota Semarang, pasien juga sering mencemaskan keluarganya yang
tinggal di kota Ternate.
Dari status mental didapatkan seorang pria wajah sesuai umur, perawakan
sedang, kulit cokelat muda, memakai kemeja kotak-kotak, celana panjang warna
hitam, cara berjalan dan sikap tubuh biasa. Perawatan pasien baik. Pasien tampak
sehat dan cara berjalan biasa, kesadaran tidak berubah, perilaku dan aktivitas motorik
tenang, pembicaraan spontan, jelas, intonasi sedang dan kooperatif. Mood tampak
cemas, afek appropriate, dan empati dapat dirabarasakan. Pengetahuan umum dan
kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan. Daya konsentrasi baik, orientasi waktu,
tempat dan orang baik, daya ingat baik, pikiran abstrak baik dan kemampuan
menolong diri sendiri cukup. Tidak ditemukan adanya gangguan persepsi,
produktivitas dan kontinuitas cukup dan relevan serta tidak ada hendaya berbahasa
dan pengendalian impuls cukup. Daya nilai norma sosial dan penilaian realitas baik.
Pasien sadar kalau dirinya sakit dan perm pengobatan.
VI. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I:
Berdasarkan autoanamnesis didapatkan gejala yang bermakna berupa
perasaan cemas sejak di sarankan oleh dokter untuk kateterisasi jantung. Keadaan ini
mengakibatkan pasien merasa terganggu (distress), dan sulit melakukan
pekerjaannya (disability). Oleh karena itu pasien digolongkan sebagai gangguan
jiwa. Dari pemeriksaan fisik, tidak ditemukan tanda-tanda disfungsi otak sehingga
digolongkan sebagai gangguan jiwa non-organik. Pasien tidak mengalami hendaya
berat dalam menilai realita sehingga digolongkan sebagai gangguan jiwa non-
psikotik. Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala
anxietas berupa ketakutan dan kecemasan jika terjadi sesuatu pada diri pasien karena
penyakitnya, ketegangan motorik berupa kegelisahan, overaktivitas otonomik berupa
nyeri ulu hati. Gejala - gejala tersebut dialami saat nyeri dada timbul, dengan
frequensi kurang lebih 10x dalam sebulan. Yang dialami 3 bulan terakhir. Walaupun
begitu, pasien tidak memenuhi kriteria dari salah satu gangguan cemas yang spesifik,
7

maka berdasarkan PPDGJ III, pasien ini digolongkan sebagai Gangguan Cemas
YTT (F41.9).
2. Aksis II:
Ciri kepribadian tidak khas.
3. Aksis III:
Dislipidemia dan chest pain.
4. AksisIV:
a. Khawatir terhadap nyeri dada dan kateterisasi jantung
b. Pasien hawatir terhadap keluarganya
5. AksisV:
GAF scale (80-71) berupa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan, secara
umum masih baik.

VII. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik: dari hasil pemeriksaan laboratorium di simpulkan Dislipidemia.
Dan ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien diberikan
farmakoterapi.
2. Psikologik : ditemukan adanya gejala anxietas berupa ketakutan
dan kecemasan jika terjadi sesuatu pada diri pasien karena penyakitnya,
ketegangan motorik berupa kegelisahan, overaktivitas otonomik berupa jantung
berdebar-debar, sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.
3. Sosiologik : ditemukan adanya hendaya ringan dalam bidang sosial
dan pekerjaan sehingga pasien membutuhkan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS
Dari hasil autoanamnesis didapatkan keadaan berikut:
Faktor pendukung:
a. Usia muda
b. Pasien mendapat dukungan penuh dari keluarga
c. Pasien cepat mencari pengobatan
8

d. Tidak ada riwayat dalam keluarga dengan keluhan sama
Faktor penghambat:
6. Perjalanan penyakit yang kronis
7. Situasi keluarga yang jarang bertemu karena pasien sedang mengambil SII di
kota lain. Dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa prognosis pasien
adalah dubia et bonam.

IX. DISKUSI PEMBAHASAN
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan psikiatri didapatkan gejala -
gejala anxietas jantung berdebar-debar, nyeri ulu hati, serta perasaan takut dan cemas
apabila ia pingsan atau terjadi hal yang buruk pada diri pasien karena penyakitnya.
Gejala-gejala ini berlangsung terutama saat pasien mengalami nyeri dada dan tidak
terbatas pada situasi tertentu saja.
Untuk dapat menegakkan diagnosis anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ
III, maka pasien harus memiliki gejala- gejala berupa :
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang harus
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu hingga beberapa bulan, yang
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja
(sifatnya free floating atau mengambang). Gejala - gejala tersebut umumnya
menyangkut unsur unsur berikut:
1. Kecemasan (kekhawatiran akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi dan sebagainya).
2. Ketegangan motorik (gelisah sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai) dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar -
debar, sesak napas keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
Pada pasien ini ditemukan kecemasan terhadap penyakitnya, sulit
berkonsentrasi. Didapatkan pula ketegangan motorik berupa rasa gelisah, dan
overaktifitas otonom berupa jantung berdebar-debar dan nyeri ulu hati. Sedangkan
perlangsungannya tidak setiap hari. Sehingga di diagnosis sebagai gangguan anxietas
ytt (F41.9)
9

Prognosis pasien dikatakan baik karena penyakit ini sifatnya akut di usia
pasien yang masih muda, Pasien mendapat dukungan penuh dari keluarga, keinginan
untuk sembuh dari pasien dan tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
Pasien diberi 3 jenis terapi yakni farmakoterapi, psikoterapi dan sosioterapi.
Untuk farmakoterapi diberi antianxietas golongan benzodiazepin jenis alprazolam,
karena efek terapi yang cepat dan pada pasien ditemukan gejala sulit tidur maka efek
samping yakni sedasi dimanfaatkan. Pada pagi hari tidak diberikan agar efek sedasi
tidak mengganggu aktifitas pasien. Psikoterapi dan sosioterapi bagi pasien
bermanfaat untuk meringankan beban psikis yang dimiliki oleh pasien sehingga
dapat mempercepat penyembuhan.
X. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi : Alprazolam 0,5 mg 0-1/2-1
Kalxetin 20 mg 1-0-0
2. Psikoterapi:
a. Cognitive therapy; dimana penderita diajarkan untuk mengenali dan menilai
pikiran-pikiran cemasnya dengan tujuan untuk mencari alternative dan
pikiran-pikiran yang bisa membantu mengalihkan fokusanya, yang kemudian
dinilai secara praktikal.
b. Tehnik relaksasi; berdasarkan asumsi bahwa relaksasi mental diikuti oleh
relaksasi fisik.
c. Anxiety management training; berdasarkan rasionalisasi bahwa cemas dapat
dikendalikan dengan mengendalikan lingkaran kecemasan yang membuat
masalah akan terus berlanjut. Cara ini dilakukan dengan memberikan
penjelasan tentang anxietas, yang diakibatkannya dan konsekuensinya.
Latihan relaksasi, latihan napas bila perlu dapat disertakan dengan terapi ini.
3. Sosioterapi: Memberi penjelasan kepada keluarga pasien khususnya suami pasien
agar dapat memberi perhatian lebih kepada istri untuk mempercepat
pemulihannya.

10

XI. FOLLOW UP
Memantau keadaan pasien dan perkembangan penyakitnya, efektifitas terapi
serta tanda-tanda munculnya efek samping dari obat yang diberikan.

AUTOANAMNESA ( 22 Agustus 2013)
DM : Assalamu alaikum.
P : Waalaikum salam Dok.
DM : Perkenalkan, nama saya Anugrah, dokter muda disini. Nama Bapak siapa?
P : Saya SRP, Dok,
DM : Berapa usia bapak sekarang?
P : 35 Tahun Dok,
DM : Alamatnya dimana?
P : Jl. Kumala II Dok.
DM : Pekerjaan bapak apa?
P : PNS dan dosen.
DM : Ada keluhan apa yang membuat Anda datang kemari?
P : Saya sering cemas Dok.
DM : Sejak kapan Anda mulai merasa cemas?
P : Sejak 3 bulan yang lalu dan semakin memberat pada 1 bulan terakhir ini.
DM : Baik pak, bisa diceritakan apa yang membuat Anda cemas?
P : Awalnya saya sering merasa nyeri di bagian dada, dan sering nyeri ulu hati.
Kemudian saya berobat dan dikatakan oleh dokter kalau lemak darah saya
tinggi dan saya disarankan untuk memasang cincin di jantung.
DM : Selain mengenai penyakit yang bapak alami sekarang, apa ada hal lain yang
membuat Anda cemas?
P : Ada dok, sekarang saya sedang mengambil S2 Teknik informatika di
semarang dan sedang mengerjakan beberapa tugas. Saya juga sering
mencemaskan keluarga saya yang berada di kota Ternate.
DM : Dari ketiga hal yang bapak cemaskan, hal apa yang paling bapak cemaskan?
11

P : Hal yang paling saya cemaskan adalah penyakit yang saya alami, terutama
saat dokter menyarankan untuk melakukan pemasangan cincin.
DM : Baik pak. sebelum Anda mengalami nyeri dada, apa memang bapak sering
merasa cemas berlebih?
P : Tidak dok, seperti biasa saja layaknya kebanyakan orang.
DM : Saat anda merasakan cemas, berapa lama durasinya?
P : Sekitar setengah jam dan biasanya berlangsung dua hari.
DM : Apa rasa cemasnya bapak rasakan tiap hari?
P : Tidak Dok, saya merasakan cemas hanya jika nyeri dada saya muncul.
DM : Dalam sebulan kira-kira berapa kali Anda merasakan nyeri dada disertai
cemas?
P : Kurang lebih 10x dalam sebulan dok.
DM : Saat cemas berlangsung, apa Anda merasakan nyeri kepala, keringat
berlebih, jantung berdebar-debar, sesak, tangan dan kaki menjadi dingin,
mudah lelah?
P : Saya cuma sering merasa lelah Dok.
DM : Apa tidur bapak terganggu? Bagaimana dengan nafsu makannya?
P : Tidur baik Dok. Cuma nafsu makan kurang
DM : Baik pak, saat Anda sedang cemas, apa ada perasaan lain yang Anda
rasakan?
P : Saat cemas, saya sering sedih, lemas, dan gelisah.
DM : Apa yang membuat Anda sampai merasa seperti itu?
P : Saya takut jika keluar rumah lalu tiba-tiba nyeri dada saya timbul, dan saya
pingsan di jalan dan tidak ada yang menolong.
DM : Selain itu?
P : Saya juga biasanya takut saat akan naik pesawat, tetapi setelah diatas
pesawat saya sudah tidak takut lagi Dok.
DM : Baik pak. Apa rasa cemas ini mengganggu aktifitas bapak
P : Ia dok, mengganggu.
12

DM : Apa yang biasa bapak lakukan untuk meredam jika cemasnya berlangsung?
P : Saya mendengarkan Ayat-ayat Al-quran melalui HP saya dok.
DM : Selain itu?
P : Rasa cemas saya biasa berkurang bila ngobrol atau berolahraga bersama
teman-teman.
DM : Apa pernah suatu waktu Anda mendengar atau melihat sesuatu tanpa ada
objeknya?
P : Tidak dok.
DM : Apa ada hal lain yang ingin bapak sampaikan?
P : Tidak dok.
DM : Baik Pak SRP saya mengerti dengan keadaan Bapak. Saya beterima kasih
karena bapak sangat kooperatif dalam pemeriksaan ini.
P : Sama-sama dok, Saya juga berterima kasih banyak.

Anda mungkin juga menyukai