Anda di halaman 1dari 18

Korelasi Kreatinin dengan Grading Parenchymal

Kidney Disease berdasarkan Gambaran


Ultrasonografi Ginjal pada Pasien Chronik Kidney
Disease

Nama : Tri Mardiyana


Nim: C125222010
Prodi: Radiologi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, MSc, SpGK (K)
TUGAS 1
No Judul penelitian Peneliti dan Tujuan penelitian Variabel Metode Hasil penelitian
tahun
penelitian
1 Correlation of Khadka H 1)untuk analisis CKD, Penelitian Rata-rata nilai
Ultrasound et al. echogenesity serum dengan creatinin 1,7mg/dl
Parameters (2019) ginjal dengan creatinin, metode cross untuk grade 1
with Serum serum creatinine hypertent sectional pada (range: 1.1- 4.7
Creatinine in untuk ion 200 pasien mg/dl, STD 0.44),
Renal menentukan >20 thn 2.38 mg/dl untuk
Parenchymal makna renal dengan Grade 2 (range: 1.8-
Disease echogenecity diagnose 3.9 mg/dl STD
untuk CKD 0.40), 4.18 mg/dl
mengidentifikasi dilakukan untuk Grade 3
progresi CKD USG. (range: 2.6-6.0
dan untuk mg/dl, STD 0.88),
grading sonografi dan 5.65 mg/dl
CKD untuk Grade 4
2)untuk menilai (range: 3.1-12
hubungan mg/dl, STD 2.0.
tekanan darah,
kista kortikal
ginjal dan ukuran
ginjal dengan
grading CKD
2 Role of Shakeel Metode
Ultrasound in ahmad et penelitian-
the Diagnosis al. 2019 nya adalah
of Chronic retrospective
Kidney Disease cross
and its sectional
Correlation sejak 6 April
with Serum 2017 hingga 6
Creatinine Oktober 2017
Level dengan total
200 pasien
denngan CKD
dan GFR <60
3 Grading Of Areeba et al Untuk Metode yang Rata-rata usia
Renal (2022) mendiagno- digunakan 46.47±12.0. jumlah
Parenchymal sa parenchymal adalah cross pria 47(60.3%), dan
Disease Using kidney disease sectional jumlah wanita
Gray Scale dan gradingnya selama 5 31(39.7%). Rata-
Ultrasound mengguna- bulan rata nilai ureum
kan gray scale menggunakan 92.16±46.88 dan
sonography artikell yang serum creainin pria
telah adalah 6.86±6.18
terpublish sementara Wanita
sebelumnya 5.50±5.36. frekuensi
untuk grading dengan
menentukan sonografi adalah
78 sampel. grade 1 32(41.0%),
Setelah di Grade 2 28(35.9%),
inform Grade 3 12(15.4%),
consent dan Grade 4
pasien 6(7.7%).
diperiksa
untuk USG
renal, data
diolah
menggunakan
SPSS versi 22
4 Nathan to determine the CKD Review dan Rata-rata stage 5
R.Hill et al prevalence of metaanalisis 13,4% dan stage 3-5
Global (2016) CKD globally, studi 10,6%. CKD
Prevalence of by stage, observasio- memiliki prevalensi
Chronic Kidney geographical nal secara yang tinggi dengan
Disease – A location, gender sistemik untuk estimasi 11-13
Systematic and age. menentukan dengan terbanyak
prevalensi pada stage 3.
Review and
CKD pada
Meta-Analysis populasi
umum
dilakukan
melalui
pencarian
literatur pada
8 database

5 Kidney Rohit et al Menggambarkan Ultrason Literature Ultrasonografi dan


Ultrasound for (2022) penngunaan USG ografi, review turunannya memiliki
Nephrologists: saat ini dan CKD, potensi jangkauan
A Review kedepannya serta dan yang luas untuk
variannya dalam Transpla meningkatkan
konteks penyakit ntasi penanganan
ginjal kronik ginjal penyakit ginjal bagi
serta nefrologist.
transplantasi
ginjal
6 Epidemiology Csaba P. Merangkum CKD Literature CKD sangat sering
of chronic Kovesdy informasi tentang review terjadi dan telah
kidney disease: (2022) prevalensi CKD, muncul sebagai
an update 2022 tren dari waktu ke salah satu
waktu, dan angka Penyebab kematian
kematiannya. tidak menular
terbanyak di seluruh
dunia.
7 A Comparative Vinayaka Untuk Status cross- Dari 70 pasien yang
Study of et al (2016) mengevaluasi parenkim sectional dilakukan penelitian
Sonographic hubungan ginjal study. Pasien didapatkan
Grading of grading , serum yang dicurigai sehubungan dengan
Renal sonografi dari kreatinin, dengan perubahan parenkim
Parenchymal perubahan pada usia, penyakit ginjal14(20%) kasus
Changes and parenkim ginjal jenis ginjal grade 0, 11 (15,7%)
Estimated dalam menilai kelamin dilakukan grade 1, 30 (42,9)
Glomerular keparahan pemeksaan grade 2, dan 15
Filtration Rate penyakit ginjal USG, ukuran (21,4) grade 3. Tidak
(eGFR) using dan ginjal diukur ada perubahan pada
Modified Diet membandingkan dan perubahan grading dengan jenis
in Renal nya denngan parenkim kelamin atau usia.
Disease perhitungan degrading. Pada studi ini
Formula eGFR ditemukan
mengggunakan peningkatan grading
formula MDRD parenkim ginjal
berdasarkan usia, sesuai dengan
jenis kelamin dan peningkatan serum
creatinin.
serum kreatinin
pasien
8 Sonographic Arvinder Untuk menilai CKD, Cross Rata-rata nilai serum
Grading Of Singh et al berbagai serum sectional kreatinin 2.87 mg/dL
Renal Cortical (2016) perubahan creatinin study. untuk grade 1, 3.27
Echogenicity sonografi pada Ratusan mg/dL untuk grade
And Raised pasien dengan pasien 2, 4.3 mg/dL untuk
Serum penyakit ginjal dikumpulkan grade 3, Dan 5.8
Creatinine In kronik dan untuk untuk mg/dL untuk grade 4
Patients With menilai korelasi dilakukan
Chronic Kidney antara Panjang pemeriksaan.
Disease ginjal, ketebalan Nilai rata-rata
parenkim, kedua ginjal
ketebalan dinilai
kortikal dan berdasarkan
echogenesiti Panjang
ginjal dengan ginjal,
kadar serum ketebalan
kreatinin. parenkim, dan
ekogenesity
dari kortikal.
Semua
parameter
tersebut
dibandingkan
dengan kadar
serum
kreatinin.
Analisis
statistic
menggunakan
one-way
ANOVA
9 Classification Dong Hyun Untuk CKD Pemeriksaan Pada studi ini hasil
of Chronic dan Soo mengkalsifikasi ultrasound akhinya terdapa 3
Kidney Disease Young penyakit ginjal dilakukan klasifikasi yaitu
in Sonography (2021) pada pada pasien normal, mild -
Using the pemeriksaan usg yang moderate CKD, dan
GLCM and menggunakan didiagnosa severe CKD dengan
Artificial GLCM dan AAN dengan CKD. tingkat akurasi
Neural Network is The region of 95,4%.
interest (ROI)
kemudian
diatur pada
gambar
ultrasound
dari ginjal,
hasilnya
dihitung
menggunakan
MATLA,
parameter
kemudian
diolah dengan
GLCM
algoritma
10 Brief Report: Iroshani et Untuk CKD, Ultrasound Hipertensi (38) dan
Renal al (2019) menggambarkan ultrasoun renal diabetes (17) adalah
Ultrasound factor penyebab d dilakukan penyebab tersering
Findings In dan gambaran pada pasien dari CKD. Tingkat
Chronic Kidney ultrasound ginjal dewasa yang keparahan CKD 35
Disease – A pada CKD didiagnosa % grade 3a, 39%
Single Centre CKD dan grup grade 3b, 11% grade
Study From control 2, dan 15% grade 4.
Hambantota dengan Pasien CKD 14%
District Of Sri normal fungsi memiliki ukuran
Lanka ginjal. Data ginjal yang kecil
demografi, dengan peningkatan
serum ekogenesity korteks
creatinin, ginjal 95,7%; 55
Panjang %grade 2, 20%
ginjal, grade 1, 30% grade3,
ecogenesity 3% normal
dari korteks ecogenesiti dan 2%
ginjal, dan grade 4. Panjang
jumlah kista ginjal berkurang
ginjal didata. secara progresif
dengan keparahan
CKD
TUGAS 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (CKD) adalah masalah kesehatan global dengan biaya ekonomi

yang membebani system kesehatan dengan biaya yang tinggi. CKD biasanya asimptomatik dan

baru diketahui saat sudah berada pada stage yang lebih lanjut sedangkan data prevalensi yang

akurat masih terbatas. CKD adalah kondisi progresif yang terjadi pada >10% populasi di

seluruh dunia, terhitung hingga >800 juta individu. CKD lebih sering terjadi pada orang yang

lebih tua, wanita, dan pada individu dengan diabetes militus dan hipertensi. CKD telah menjadi

salah satu penyebab utama kematian di dunia, dalam 2 dekade terakhir CKD telah menjadi satu

dari beberapa penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terkait dengan kematian.

Tingginya prevalensi dan dampak yang signfikan dari CKD sebaiknya mendorong upaya

preventif dan pengobatan yang lebih baik. Diagnosis CKD dibuat berdasarkan hasil tes

laboratorium, dengan perhitungan glomerular filtration rate (GFR) dari serum creatinin,

menggunakan berbagai formula, atau dengan memeriksa protein urin atau albumin. (Hill et al.,

2016; Kovesdy, 2022)

Sonografi adalah modalitas imaging yang dipilih dalam kasus yang dicurigai sebagai

kasus ginjal akut maupun kronik. Kemudahan nya dengan keuntungan dalam hal mudah

dijangkau, ketersediannya, tidak adanya radiasi yang ditimbulkan, portabilitasnya dengan

dapat melakukan pemeriksaan di samping tempat tidur pasien dan dapat diulang kembali

membuat sonografi sebagai alat pemeriksaan yang paling bermanfaat dalam menilai penyakit

ginjal.(Shivashankara, 2016)
Sonografi secara luas digunakan untuk memeriksa ginjal dan grading perubahan

parenkim ginjal berdasarkan hasil sonografi juga digunakan baik oleh radiologist maupun

nefrologist untuk menilai fungsi ginjal. Segala Kemudahan dalam penggunakan sonografi

menjadikan penggunaannya untuk setiap kasus gagal ginjla kronik seharusnya bukan mnejadi

suatu hambatan. Evaluasi terhadap perjalanan penyakit gagal ginjal kronik dapat menjadikan

ultrasonografi sebagai pemeriksaan dalam mengevaluasi kodisi ginjal secara

akurat.(Shivashankara, 2016)

Diketahui bahwa kreatinin merupakan hasil akhir dari otot, sehingga masa otot

mempengaruhi hasil creatinine hal ini menyebabkan etnic African yang memiliki masa otot

lebih banyak dari non African memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi. Indonesia termasuk

dalam non African, masa otot dari non African pun berbeda beda tergantung demofrgrafisnya

sehingga tentunya terdapat perbedaan dalam kadar kreatinin orang Indonesia dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan pada orang-orang di negara yang berbeda. (Shivashankara, 2016)

1.2 Rumusan Masalah.

Apakah terdapat korelasi antara kadar creatinine dengan grading parenchymal kidney

disease berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien CKD di Rumah sakit Wahidin

Sudirohusodo ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Korelasi antara kadar creatinine dengan grading parenchymal

kidney disease berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi ginjal pada pasien CKD di Rumah sakit

Wahidin Sudirohusodo

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keadaan ginjal pasien CKD di Rumah sakit Wahidin Sudirohusodo

dengan menggunakan ultrasonografi.


2. Untuk mengetahui gambaran parenchymal kidney disease berdasarkan pemeriksaan

ultrasonografi ginjal pada pasien CKD di Rumah sakit Wahidin Sudirohusodo

3. Untuk mengetahui grading parenchymal kidney disease berdasarkan pemeriksaan

ultrasonografi pada pasien CKD di Rumah sakit Wahidin Sudirohusod

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Pengembangan Ilmu

Untuk memperkuat pemahaman tentang korelasi antara kadar creatinine dengan

grading parenchymal kidney disease berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien CKD

1.4.2 Manfaat Aplikasi

Bila terbukti kadar serum creatinin memiliki korelasi erat dengan grading parenchymal

kidney disease pada pasien CKD diharapkan nantinya semua pasien dengan CKD dapat

dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan ultrasonografi untuk menilai kondisi ginjal pasien

secara berkala.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1Kreatinin

Kreatinin adalah salah satu hasil dari kreatin fosfat pada otot, ia diproduksi dalam

jumlah yang tetap oleh tubuh. Pada umumnya, kreatinin dibersihkan dari darah seluruhnya oleh

ginjal. Menurunnya pembersihan dari ginjal mengakibatkan meningkatkan kadar kreatinin

darah. Jumlah produksi kreatinin per hari tergantung dari massa otot. Selain itu, terdapat

perbedaan pada rerata kreatinin antara laki-laki dan perempuan dengan nilai kreatinin yang

rendah pada anak-anak dan mereka dengan massa otot yang rendah. Makanan juga

mempengaruhi nilai kreatinin. Creatinine dapat berubah sebanyak 30% setelah konsumsi

daging merah. Sebagiamana GFR meningkat pada kehamilan, nilai kreatinin yang rendah

ditemukan pada kehamilan. Sebagai tambahan, serum kreatinin sebagai indicator kerusakan

fungsi ginjal selanjutnya, diobservasi menurun hingga 50 % sebelum akhirnya kadar kreatinin

ini meningkat. (Gounden et al., 2022)

Serum kreatinin juga digunakan dalam persamaan untuk menilai Glomerular

Filtration Rate (GFR) seperti Modified Diet in Renal Disease (MDRD) dan CKD-EPI (Chronic

Kidney Disease Epidemiology Collaboration). Persamaan eGFR ini lebih unggul dari kreatinin

serum saja karena mencakup variabel ras, usia, dan jenis kelamin. GFR diklasifikasikan ke

dalam tahapan berikut berdasarkan penyakit ginjal.(Gounden et al., 2022)


II.1.2 Penyakit Ginjal Kronik

Penyakit ginjal adalah suatu proses meliputi berbagai macam penyakit yang

mengganggu anatomi dan fisiologi ginjal. Istilah akut mengacu pada waktu 3 bulan atau kurang

dari 3 bulan, sedangkan kronik mengacu pada lebih dari 3 bulan. Berbagai macam penyakit

memiliki efek merugikan pada parenkim ginjal dan berujung pada gagal ginjal. (Khadka H et

al., 2019; Yousaf et al., 2022)

Penyakit ginjal kronik (CKD) diartikan sebagai adanya kerusakan ginjal atau eGFR

kurang dari 60ml/min per 1.73 meter persegi, yang menetap selama 3 bulan atau lebih. Ia adalah

kondisi hilangnya fungsi ginjal secara progresif yang pada akhirnya membutuhkan terapi

penggantian ginjal (dialysis atau transplantasi). Kerusakan ginjal mengarah pada kelainan

patologis yang ditunjukkan oleh pencitraan atau biopsy ginjal, abnormalitas pada sedimen urin,

atau peningkatan ekskresi albumin. Pada 2012 klasifikasi CKD KDIGO merekomendasikan

secara detail mengenai penyebab CKD dan mengklasifikasinya ke dalam 6 kategori

berdasarkan laju filtrasi glomerulus (G1 hingga G5 dengan G3 terbagi menjadi 3a dan 3b). Hal

ini termasuk staging berdasarkan 3 level albuminuria. (Singh et al., 2016; Vaidya and Aeddula,

2022)

6 kategori tersebut meliputi:

G1: GFR 90 ml/min per 1.73 m2 dan lebih


G2: GFR 60 to 89 ml/min per 1.73 m2
G3a: GFR 45 to 59 ml/min per 1.73 m2
G3b: GFR 30 to 44 ml/min per 1.73 m2
G4: GFR 15 to 29 ml/min per 1.73 m2
G5: GFR less than 15 ml/min per 1.73 m2 atau ditangani dengan dialysis

3 level albuminuria termasuk albumin-creatinine ratio (ACR)

A1: ACR kurang dari 30 mg/gm (kurang dari 3.4 mg/mmol)


A2: ACR 30 - 299 mg/gm (3.4 to 34 mg/mmol)
A3: ACR lebih dari 300 mg/gm (lebih dari 34 mg/mmol).
Perkembangan klasifikasi CKD telah berguna dalam mengidentifikasi indikasi prognosis

terkait penurunan fungsi ginjal dan peningatan albuminuria. (Vaidya and Aeddula, 2022)

Penyebab CKD bermacam-macam di seluruh dunia, dan penyakit penyebab utama CKD dan

end-stage renal disease (ESRD) adalah:

Diabetes mellitus tipe 2 (30% - 50%)


Diabetes mellitus tipe 1 (3.9%)
Hipertensi (27.2%)
Glomerulonefritis primer (8.2%)
Chronic Tubulointerstitial nephritis (3.6%)
Hereditary or cystic diseases (3.1%)
Secondary glomerulonephritis or vasculitis (2.1%)
Plasma cell dyscrasias atau neoplasma (2.1)
Sickle Cell Nephropathy (SCN) yang terhitung kurang dari 1% dari pasien ESRD di
United States (Kodikara et al., 2019; Vaidya and Aeddula, 2022)

CKD bisa diakibatkan oleh proses penyakit dalam 3 kategori: pre renal (menurunnya tekanan
perfusi ginjal), renal (kelainan pembuluh darah, glomerulus, atau tubulus), atau post renal
(obstruksi).

II.2.1 Ginjal

Ginjal adalah organ berbentuk seperti biji kopi, dengan bagian medial berbentuk

konkaf dan bagian lateral berbentuk konveks, beratnya sekitar 150 – 200 gram pada laki-laki

dan 120-135gram pada wanita. Ukuran pada umumnya adalah Panjang 10-12cm, lebar 5-7 cm

dan ketebalan 3-5cm. Setiap ginjal berukuran sekitar satu kepalan tangan. Ginjal terletak secara

retroperitoneal pada posterior dinding abdomen dan dan terletak antara prosesus tranversus dari

Toracal 12 dan lumbal 3. Bagian atas kedua ginjal biasanya terletak sedikit lebih ke

posteromedial terhadap bagian bawahnya. Jika bagian atas ginjal terletak secara lateral, hal ini
bisa mengindikasikan ginjal berbentuk tapak kuda atau ada massa pada bagian atas ginjal.

Selanjutnya, ginjal kanan biasanya sedikit lebih dibawah dibandingkan ginjal kiri, karena

adanya liver pada bagian kanan. (Soriano et al., 2022; Yousaf et al., 2022)

Ginjal terdiri dari 2 bagian: korteks dan medulla. Korteks terdiri dari kapsul renal,

convoluted tubulus, straight tubulus, collecting tubulus, dan pembuluh darah. Daerah medulla

terdiri dari straight tubulus dan collecting tubulus, terus ke dalam korteks dari medulla. Medulla

juga terdiri dari vasa recta, jaringan kapiler yang terhubung dengan system pertukaran. Pyramid

terbentuk dari sekumpulan tubulus di medulla, teletak dengan basis menuju korteks dan apeks

menuju hilus. Papila pada bagian apeks piramid meluas ke kaliks minor dan mengalir melalui

ductus kolektivus di ujungnya, area cribrosa. Ductus kolektivus dan sekumpulan nefron yang

mengalir disebut sebagai lobulus.(Soriano et al., 2022)

Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal. Terdapat sekitar 2 juta nefron tiap

ginjal orang dewasa. Arteriol aferen memperdarahi loop loop kapiler yang disebut

glomerulus, yang dikelilingi oleh epitel berlapis ganda, kapsul Bowman, yang Bersama-sama

membentuk korpuskal ginjal. Arteriol eferen mengosongkan glomerulus dan menjadi vasa

recta yang memperdarahi tubulus ginjal. (Soriano et al., 2022)

Dari distal ke kapsul Bowman secara berurutan: proximal convoluted tubulus, proximal

straight tubulus atau cabang turun tebal lengkung Henle, cabang turun tipis lengkung Henle,

cabang naik tipis dari lengkung Henle, straight tubulus distal atau cabang naik tebal lengkung

Henle, tubulus kontortus distal, tubulus colektivus, duktus colektivus kortikal, duktus

colektivus meduler, duktus papilaris, kaliks minor, kaliks mayor, pelvis renalis, dan ureter.

Tubulus dimulai pada korteks, turun ke medula, membuat putaran seperti jepit rambut di

cabang tipis lengkung Henle, dan naik menuju korteks dekat kospuskel ginjal.(Soriano et al.,

2022)
Ginjal melakukan beberapa fungsi penting termasuk ekskresi produk sisa seperti

amonia dan urea, regulasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Ginjal memainkan

peranan penting dalam kontrol tekanan darah dan mempertahankan volume intravascular

melalui system renin-angiotensin-aldosteron. Ia berperan dalam reabsorbsi asam amino,

elektrolit, kalsium, fosfat, air, dan glukosa, sebagai mana sekresi hormon kalsitriol dan

erythropoietin.

Gambar 1. Anatomi ginjal (Soriano et al., 2022)

Level serum kreatinin adalah indicator keparahan penyakit ginjal parenkim. Ultrasonografi

adalah Teknik pemeriksaan non invasive dengan biaya rendah yang dapat memberikan

informasi tentang anatomi ginjal untuk mendiagnosis kelainan ginjal tanpa pasien harus

terpapar radiasi. (Yousaf et al., 2022)

II. 2.2 Ultrasonografi

Pencitraan dengan ultrasonografi (US) adalah alat yang penting untuk meriksa ginjal manusia.

Suatu transducer US bekerja dengan mentransmisi suara suara radiofrekuensi ke dalam tubuh.

Gelombang tersebut berinteraksi dengan jaringan dan permukaannya, merubahnya dan

mengembalikannya ke transducer sebagai gelombang. Kristal pieoelektrik bergetar sebagai


respon, mengkonversi getaran ke dalam signal elektrik, yang kemudian diproses menggunakan

kompleks algoritma untuk menghasilkan gambaran cros sectional dari lapisan tubuh bagian

bawah. US tidak menggunakan radiasi ionisasi dan tidak invasive, artinya ia tidak

membutuhkan penetrasi pada kulit. Pada kondisi rawat jalan maupun rawat inap, pencitraan

US dapat memberikan informasi meliputi morfologi, gambaran fisik, fungsi dan kemungkinan

abronmalitas. (Kim and Ye, 2021; Singla et al., 2022)

Gambaran ginjal normal pada USG (Kim and Ye, 2021)

II.3 Hubungan antara Variabel

Pemeriksaan ultrasound pada ginjal adalah sesuatu yang sederhana, murah dan dapat dilakukan

di samping tempat tidur pasien namun dapat memperlihatkan detail anatomi ginjal. Bahkan

dapat membantu menentukan beratnya kerusakan parenkim ginjal. (Khadka H et al., 2019;

Yousaf et al., 2022). Pada praktek klinis, ultrasonografi digunakan untuk mengevaluasi pasien

CKD untuk 3 alasan:

1. Untuk mengingkirkan kemungkinan penyebab yang reversibel

2. Untuk membuat keputusan tentang kemungkinan biopsi ginjal pada kasus dimana

ultrasound gagal untuk menentukan penyebab CKD

3. Untuk menentukan pengukuran ginjal sebagai factor prognosis. Berbagai pengukuran

penting karena pada kebanyakan kasus CKD berakhir pada stage akhir yang ditandai

dengan ginjal yang mengecil, penipisan kortikal dan parenkimal (mengindikasi terjadi

atropi) dan hiperechogenesity mengindikasikan sclerosis dan fibrosis ( ginjal yang


kecil, dense, echogenic); temuan seperti itu mengindikasikan penyakit yang ireversibel

dan prognosis yang buruk. (Khadka H et al., 2019)

Parameter sonografi terbaik yang berhubungan dengan serum kreatinin adalah ekogenesitas

korteks ginjal dan gradingnya dalam perbandingan panjang longitudinal, ketebalan parenkim,

dan ketebalan korteks pada pasien CKD (Ahmed et al., 2019). Ekogenesitas korteks digunakan

untuk meng-grading penyakit ginjal. Grade 1 mengindikasikan kerusakan ringan, grade 2

mengindikasikan kerusakan moderate, grade 3 mengindikasikan kerusakan berat, dan grade 4

mengindikasikan stage akhir penyakit ginjal. Grade 0: parenkim ginjal kurang echoic

dibandingkan liver. Grade 1: parenkim ginjal memiliki echogenesitas yang sama dengan liver.

Grade 2: parenkim ginjal memiliki echogenesitas lebih dari liver. Grade 3: parenkim ginjal

memiliki echogenesitas lebih dari liver dan perbedaan kortikomedulari yang buruk. Grade 4:

parenkim ginjal memiliki echogenesitas lebih dari liver dan perbedaan kortikomedulari hilang.

Untuk mengevaluasi apakah penyakit ginjal semakin memburuk atau normal, serial US

dibutuhkan. (Ahmed et al., 2019; Yousaf et al., 2022)

Gambar 1. Ukuran ginjal normal, echogenesitas korteks kurang dibanding limpa, dengan perbedaan korteks- medulla yang
sangat jelas. Gambar 2. Grade 1- ukuran ginjal normal, ekogenesitas korteks sama seperti limpa, dengan perbedaan korteks-
medula yang jelas. Gambar 3. Grade 2- ukuran ginjal normal, ekogenesitas korteks lebih dari speen, perbedaan korteks-medula
mulai menurun. Grade 3- penjang ginjan berkurang, ekogenesitas korteks lebih dari limpa, dengan korteks-medula yang sulit
dibedakan. (Shivashankara, 2016)
BAB III

KERANGKA PENELITIAN

III.1 Kerangka Teori

Kerusakan Pada Peningkatan kadar


Hipertensi,
parenim ginjal Kreatinin
Diabetes Dll

Parenchymal Pemeriksaan
Ultrasonografi Kidney Disease Kimia darah

III.2 Kerangka Konsep

Gagal Ginjal Peningkatan Ultrasonografi


Kronik kadar Kreatinin

Parenchymal
Kidney Disease
Operator
dependance
Variable
dependance

Variable
independance

Variabel
Perancu
BAB IV
HIPOTESIS PENELITIAN

IV. I Hipotesis Null


Tidak terdapat korelasi anatara kadar creatinine dengan grading parenchymal kidney
disease berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien CKD di Rumah sakit Wahidin
Sudirohusodo

IV. II Hipotesis Alterntif


Terdapat korelasi anatara kadar creatinine dengan grading parenchymal kidney
disease berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi pada pasien CKD di Rumah sakit Wahidin
Sudirohusodo
Daftar Pustaka
Ahmed, S., Bughio, S., Hassan, M., Lal, S., Ali, M., 2019. Role of Ultrasound in the
Diagnosis of Chronic Kidney Disease and its Correlation with Serum Creatinine
Level. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.4241
Gounden, V., Bhatt, H., Jialal, I., 2022. Renal Function Tests, in: StatPearls. StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL).
Hill, N.R., Fatoba, S.T., Oke, J.L., Hirst, J.A., O’Callaghan, C.A., Lasserson, D.S., Hobbs,
F.D.R., 2016. Global Prevalence of Chronic Kidney Disease – A Systematic Review
and Meta-Analysis. PLOS ONE 11, e0158765.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0158765
Khadka H, Shrestha B, Sharma S, 2019. Correlation of Ultrasound Parameters with Serum
Creatinine in Renal Parenchymal Disease. ournal of Gandaki Medical College-Nepal
58–64.
Kim, D.-H., Ye, S.-Y., 2021. Classification of Chronic Kidney Disease in Sonography Using
the GLCM and Artificial Neural Network. Diagnostics 11, 864.
https://doi.org/10.3390/diagnostics11050864
Kodikara, I., Gamage, D., Nanayakkara, G., Ilayperuma, I., 2019. Renal ultrasound findings
in chronic kidney disease – a single centre study from Hambantota district of Sri
Lanka. Sri Lanka J. Med. 28, 49. https://doi.org/10.4038/sljm.v28i2.129
Kovesdy, C.P., 2022. Epidemiology of chronic kidney disease: an update 2022. Kidney Int.
Suppl. 12, 7–11. https://doi.org/10.1016/j.kisu.2021.11.003
Shivashankara, V.U., 2016. A Comparative Study of Sonographic Grading of Renal
Parenchymal Changes and Estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) using
Modified Diet in Renal Disease Formula. J. Clin. Diagn. Res.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2016/16986.7233
Singh, A., Gupta, K., Chander, R., Vira, M., 2016. SONOGRAPHIC GRADING OF RENAL
CORTICAL ECHOGENICITY AND RAISED SERUM CREATININE IN
PATIENTS WITH CHRONIC KIDNEY DISEASE. J. Evol. Med. Dent. Sci. 5,
2279–2286. https://doi.org/10.14260/jemds/2016/530
Singla, R.K., Kadatz, M., Rohling, R., Nguan, C., 2022. Kidney Ultrasound for
Nephrologists: A Review. Kidney Med. 4, 100464.
https://doi.org/10.1016/j.xkme.2022.100464
Soriano, R.M., Penfold, D., Leslie, S.W., 2022. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Kidneys, in:
StatPearls. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL).
Vaidya, S.R., Aeddula, N.R., 2022. Chronic Renal Failure, in: StatPearls. StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL).
Yousaf, A., Azam, S., Ali, A., Afsar, R., Bakhtawar, K., 2022. Grading Of Renal
Parenchymal Disease Using Gray Scale Ultrasound: Grading Of Renal Parenchymal
Disease Using Gray Scale Ultrasound. Pak. J. Health Sci. 46–50.
https://doi.org/10.54393/pjhs.v3i01.51

Anda mungkin juga menyukai