Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

REVIEW JURNAL PEMERIKSAAN LFG

Disusun Oleh :
Nama : Nawang Prima Ilmiafee
NIM : 20118056
Tingkat : III
Prodi : D4 Teknologi Laboratorium Medis

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI, MANAJEMEN DAN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
Perbandingan Hasil Creatinin Clirens Test (Cct) dan
Judul Jurnal Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (Elfg) Pada Pasien
Kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika
Perbandingan hasil CCT dengan eLFG (CG, MDRD, CKD-EPI)
Jurnal dan hubungan korelasi hasil antara CCT dengan eLFG (CG,
MDRD, CKD-EPI).
Penulis Wijayanti, Putra & Juliantara
Tahun 2020
Volume Volume 1 No. 1 August 2020
Tanggal Review 05 Mei 2021
Creatinin clirens test (CCT) merupakan suatu pemeriksaan yang
dapat dipercaya untuk memperkirakan LFG. Untuk mengatasi
berbagai kelemahan pada pemeriksaan creatinin clirens
test, dapat menggunakan estimasi perhitungan laju filtrasi
glomerulus. Estimasi perhitungan laju filtrasi glomerulus dapat
menggunakan formula Cockcroft Gault (CG), Modification of Diet
in Renal Disease (MDRD), dan Chronic Kidney Disease
Epidemiology Collaboration (CKD-EPI). Masing – masing formula
memiliki kelebihan dan kekurangan. Tujuan: Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perbandingan hasil CCT dengan eLFG
Abstrak (CG,MDRD,CKD-EPI) dan hubungan korelasi hasil antara CCT
dengan eLFG (CG,MDRD,CKD-EPI). Metode: Penelitian
mengenai perbandingan hasil CCT dan eLFG ini merupakan jenis
penelitian analitik komparatif dengan pendekatan retrospektif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil CCT
dengan Elfg (CG,MDRD,CKD-EPI) (p>0,05). Selain itu, terdapat
korelasi hasil antara CCT dengan eLFG (CG,MDRD,CKD-EPI)
(r>0,05) dimana CKD-EPI memiliki hubungan korelasi terbesar
dengan CCT. Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan hasil CCT
dengan eLFG (CG,MDRD,CKD-EPI). Selain itu, terdapat korelasi
hasil antara CCT dengan eLFG (CG,MDRD,CKD-EPI).
Reviewer Nawang Prima Ilmiafee ( 20118056 )
PENDAHULUAN

Di jaman era globalisasi saat ini, lingkungan yang telah tercemar, makanan yang tidak
sehat, dan pola hidup yang kurang baik dapat menyebabkan timbulnya beranekaragam penyakit.
Salah satu contoh penyakit yang ditimbulkan adalah kanker (Kurnia 2015). Salah satu cara
penanganan kanker adalah kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi disebabkan karena
penggunaan obat-obatan yang sangat kuat, tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga
menyerang sel-sel yang sehat (Setiawan 2015). Salah satu efek samping obat kemoterapi
nefrotoksisitas menyebabkan penurunan fungsi ginjal baik gagal ginjal akut hingga gagal ginjal
kronik. Ginjal berfungsi mengeluarkan metabolit obat kemoterapi dari dalam tubuh. Namun,
metabolit obat kemoterapi tersebut dapat merusak sel– sel ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Kerusakan ginjal akibat penggunaan obat kemoterapi dapat menyebabkan gagal ginjal (Adam,
Umboh, dan Gunawan 2015).

The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan penggunaan serum


kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi glomerulus dan untuk memantau perjalanan
penyakit ginjal (Verdiansah 2016). Pemeriksaan kreatinin memiliki kelemahan yaitu kadar
kreatinin dalam darah dipengaruhi oleh masa otot. Selain itu, pada keadaan gangguan faal ginjal
terdapat sebagian kreatinin yang disekresi oleh tubulus, sedangkan pada keadaan normal
kreatinin hanya difiltrasi glomerulus dan tidak disekresi atau direabsorbsi oleh tubulus (Nissa
dkk. 2015)

Metode lain untuk mengukur laju filtrasi glomerulus (LFG) yaitu pemeriksaan klirens
inulin yang merupakan baku emas untuk penilaian LFG. Namun, pemeriksaan ini jarang
dilakukan karena memerlukan waktu yang lama, tenaga praktisi yang ahli, dan biaya yang mahal.
Oleh karena itu, pemeriksaan klirens inulin jarang digunakan dalam pemeriksaan fungsi ginjal
(Nissa dkk. 2015). Creatinin Clirens Test (CCT) merupakan suatu pemeriksaan yang dapat
dipercaya untuk memperkirakan LFG. Pemeriksaan Creatinin Clirens Test (CCT) membutuhkan
sampel urin tampung 24 jam serta pemeriksaan kreatinin serum. Kelemahan pemeriksaan
Creatinin Clirens Test (CCT) yaitu sulitnya menampung urin 24 jam dan memberi edukasi ke
pasien. Hasil pemeriksaan Creatinin Clirens Test (CCT) sering berupa hasil rendah palsu
ataupun tinggi palsu yang disebabkan ketidaktepatan penampungan urin dan akan menimbulkan
bias (Nissa dkk. 2015). Untuk mengatasi berbagai kelemahan pada pemeriksaan Creatinin
Clirens Test (CCT), dapat menggunakan estimasi perhitungan laju filtrasi glomerulus. Estimasi
perhitungan laju filtrasi glomerulus dapat menggunakan formula Cockcroft Gault (CG),
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD), dan Chronic Kidney Disease Epidemiology
Collaboration (CKD-EPI) (Dewi 2015).

Salah satu layanan unggulan Rumah Sakit Prima Medika yaitu layanan kanker terpadu
Endrawati Cancer Center yang terdiri dari tim onkologi yang memiliki kompetensi dalam
penanganan kanker. Rumah Sakit Prima Medika merupakan salah satu rumah sakit swasta di
Denpasar, Bali yang beroperasional sejak tahun 2002. Pasien kemoterapi di Rumah Sakit Prima
Medika melakukan pemeriksaan kreatinin klirens dan jumlahnya cukup banyak per tahunnya.
Jumlah pasien kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika pada tahun 2014 sampai tahun 2017
berturut – turut adalah 263 orang, 429 orang, 466 orang, dan 411 orang.

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan
Hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) pada Pasien
Kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan hasil CCT dengan eLFG (CG, MDRD, CKD-EPI) dan hubungan korelasi hasil
antara CCT dengan eLFG (CG, MDRD, CKD-EPI).

METODE

Perbandingan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG)
Tempat Laboratorium Rumah Sakit Prima Medika Jalan Raya Sesetan No10
Denpasar, Bali.

Waktu Bulan Desember 2018 - Januari 2019.

Pasien Seluruh pasien kemoterapi yang melakukan pemeriksaan Creatinin


Clirens Test (CCT) di Rumah Sakit Prima Medika. Jumlah Subjek dalam
penelitian ini sebanyak 35 orang yang terdiri dari 15 laki - laki dan 20
perempuan.
Pra Analitik 1. Syarat Pasien
Pasien kemoterapi yang melakukan pemeriksan Creatinin Clirens
Test (CCT) di Rumah Sakit Prima Medika yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu data hasil pemeriksaan
Creatinin Clirens Test (CCT) pada pasien kemoterapi dewasa (18
- 60 tahun) baik laki – laki maupun perempuan dan data yang
diambil adalah data pemeriksaan yang lengkap yaitu terdapat hasil
kreatinin serum, berat badan, umur, jenis kelamin dan ras. Kriteria
eksklusi yaitu data pemeriksaan yang tidak lengkap, data yang
tidak terdapat hasil kreatinin serum, hasil CCT, berat badan, umur,
jenis kelamin ataupun ras.
2. Persiapan Pasien
a. Melengkapi identitas pasien dengan tepat dan sesuai
b. Dicatat identitas pasien dengan benar
3. Persiapan Sampel
Serum ( untuk pemeriksaan kreatinin )
Analitik 1. Metode
Perhitungan eLFG dengan formula Cockcroft - Gault (CG),
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD), dan Chronic
Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD - EPI) dengan
menggunakan alat bantu hitung.
2. Tujuan
Untuk mengetahui perbandingan hasil CCT dengan eLFG (CG,
MDRD, CKD-EPI) dan hubungan korelasi hasil antara CCT
dengan eLFG (CG, MDRD, CKD-EPI).
3. Prinsip
Pengukuran LFG berdasarkan perhitungan formula Cockcroft -
Gault (CG), Modification of Diet in Renal Disease (MDRD), dan
Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD -
EPI) dengan membutuhkan data umur, jenis kelamin, ras, dan
kadar kreatinin serum untuk menilai fungsi ginjal secara
konvensional.
4. Prosedur Pengukuran
a. Dilakukan pencatatan data pasien meliputi
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Ras
b. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling, yaitu teknik penetuan sampel dengan cara
mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau
sampel.
c. Pengambilan data hasil Creatinin Clirens Test (CCT)
dilakukan dengan melakukan penelusuran data hasil kreatinin
serum dan kreatinin klirens pada komputer di laboratorium
Rumah Sakit Prima Medika.
d. Setelah data yang diambil telah mencukupi kriteria jumlah
sampel maka dilakukan perhitungan eLFG dengan formula
Cockcroft -Gault (CG), Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD), dan Chronic Kidney Disease Epidemiology
Collaboration (CKD-EPI) dengan menggunakan alat bantu
hitung.
e. Dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengujian
komparatif (paired T test) dan uji korelasi (product moment).
1. Stadium 1: Kerusakan ginjal dengan GFR ≥ 90 ml/menit/1,73 m2
2. Stadium 2: Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan 60 –
89 ml/menit/1,73 m2
Nilai Normal 3. Stadium 3: Penurunan GFR sedang 30 – 59 ml/menit/1,73 m2
4. Stadium 4: Penurunan GFR berat 15 – 29 ml/menit/1,73 m2
5. Stadium 5: Gagal ginjal, GFR < 15 ml/menit/1,73 m2 atau sudah
menjalani dialisis

HASIL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Laki-laki 15 42,9
2 Perempuan 20 57,1
Jumlah 35 100
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).
Berdasarkan tabel 1 ditunjukkan bahwa Penderita kanker lebih banyak ditemukan pada jenis
kelamin perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan biasanya lebih
perhatian (aware) terhadap kesehatannya dibandingkan laki-laki, sehingga kasus kanker dapat
terdeteksi lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


Statistik Umur (tahun)
Mean 42
Minimum 21
Maksimum 59

Sumber : Hasil penelitian (data diolah).


Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa 35 responden menunjukkan kisaran usia responden
antara 21 tahun hingga 59 tahun, dengan rata – rata usia adalah 42 tahun. Semakin tua usia
responden, maka resiko terkena penyakit kanker semakin tinggi, dan mencapai puncaknya pada
usia 35 - 44 tahun.

Tabel 3. Perbandingan Hasil CCT dan eLFG dengan CG Pada Pasien Kemoterapi Di
Rumah Sakit Prima Medika
Kelompok N Mean SD P
CCT 35 84,77 38,87 0,565
CG 35 79,6 35,97
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).

Berdasarkan tabel 3, ditunjukkan bahwa nilai p > 0,05 yaitu 0,565. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan signifikan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan Formula Cockcroft-Gault (CG)
pada pasien kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika.

Tabel 4. Perbandingan Hasil CCT dan eLFG dengan MDRD


Kelompok N Mean SD P
CCT 35 84,77 38,87
MDRD 35 89,19 47,51 0,673
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).
Berdasarkan tabel 4 di bawah, ditunjukkan bahwa nilai p > 0,05 yaitu 0,673. Hal ini berarti tidak
ada perbedaan signifikan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan estimasi laju filtrasi glomerulus
(eLFG) dengan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD).

Tabel 5. Perbandingan Hasil CCT dan eLFG CKD-EPI pada Pasien Kemoterapi di Rumah
Sakit Prima Medika

Kelompok N Mean SD P
CCT 35 84,77 38,87
CKD-EPI 35 89,85 31,13 0,548
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).
Berdasarkan tabel 5, ditunjukkan bahwa nilai p > 0,05 yaitu 0,548. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan signifikan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan estimasi laju filtrasi glomerulus
(eLFG) dengan Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) pada pasien
kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika.

Tabel 6. Hubungan Korelasi Hasil antara CCT dengan CG, MDRD dan CKD-EPI pada
Pasien Kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika

Variabel CCT (r) P (Value)


CG 0,610 0,00
MDRD 0,603 0,00
CKD - EPI 0,744 0,00
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).

Berdasarkan tabel 6, hasil uji korelasi diperoleh bahwa nilai r antara Creatinin Clirens Test
(CCT) dengan estimasi laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan formula Cockcroft gault
(CG) adalah 0,610. Nilai r antara Creatinin Clirens Test (CCT) dengan estimasi laju filtrasi
glomerulus yang dihitung dengan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) adalah 0,603.
Dan nilai r antara Creatinin Clirens Test (CCT) dengan estimasi laju filtrasi glomerulus yang
dihitung dengan Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) adalah 0,744.

PEMBAHASAN
Dari hasil perbandingan nilai tiap variabel penelitian yang ditunjukkan pada tabel 3, 4
dan 5 diperoleh tidak ada perbedaan signifikan Creatinin Clirens Test (CCT) dan Estimasi laju
filtrasi glomerulus (eLFG) dengan formula Cockcroft Gault (CG), ModificationOf Diet In Renal
Disease (MDRD), Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) pada pasien
kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika. Hal ini sesuai dengan hasil yang menyatakan bahwa
formula CG, MDRD dan CKD-EPI dapat dijadikan alternatif penggunaan dalam menilai LFG
sehingga mengurangi penggunaan CCT yang rumit dan mahal. Kelemahan pemeriksaan
Creatinin Clirens Test (CCT) yaitu sulitnya menampung urin 24 jam dan memberi edukasi ke
pasien.

Berdasarkan uji korelasi yang ditunjukkan pada tabel 6 diperoleh bahwa hubungan CCT
dengan CKD-EDI memiliki nilai korelasi tertinggi dengan nilai r yaitu 0,744 (p=0,00). Hal ini
berarti metode CKD-EPI memiliki hasil yang mendekati metode CCT dibandingkan metode CG
dan MDRD. Performa CKD-EPI lebih baik dibandingkan MDRD karena memiliki presisi yang
lebih baik, akurasinya tinggi dan pada keadaan laju filtrasi glomerulus yang tinggi didapatkan
hasil dengan bias lebih kecil (Levey dkk. 2009; Matsushita dkk. 2012; Rhee dkk. 2017).

Simetic dkk. (2015) yang menggunakan rancangan penelitian retrospektif dengan jumlah
responden 500 pasien , didapatkan hasil bahwa formula Cockcroft-Gault (CG), Modification Of
Diet In Renal Disease (MDRD), Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI)
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan Creatinin Clirens Test (CCT), terlepas dari diabetes,
kelebihan berat badan atau usia tua serta tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengaruh
hiperglikemia pada eLFG yang dihitung dengan persamaan CKD-EPI, CG dan MDRD dalam
memperkirakan hiperfiltrasi pada pasien diabetes di Cina dengan menggunakan 3.492 sampel.
Berdasarkan kekuatan hubungan variabel bebas dan variabel terikat, diketahui hubungan CCT
dengan CKDEPI memiliki nilai korelasi tertinggi sebesar 0,744. Menurut Sugiyono (2017) nilai
korelasi 0,744 pada hubungan CCT dengan CKD-EPI berarti adanya hubungan yang kuat.
Analisis regresi linier dan korelasi Spearman digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
variabel dan diperoleh hasil yaitu CCT berkorelasi kuat dengan CG (r=0,77).

Rumus MDRD (Modification of Diet in Renal Disease)


GFR (mL / mnt / 1,73 m2) = 186 X (kreatinin serum) -1,154 X (umur) – 0,203 X (0,742) X
(1,210)
Rumus Cockcroft – Gault
GFR = ( 140 – usia ) X berat badan X 1,73 72 X Pcr X A
Rumus untuk memperkirakan GFR berdasarkan kadar Cystatin – C serum
GFR = 80,35 / Kadar Cystatin – C (mg/dL) x 4,32

KESIMPULAN
Tidak terdapat perbedaan hasil CCT dengan eLFG (CG,MDRD,CKDEPI). Selain itu,
terdapat korelasi hasil antara CCT dengan eLFG (CG,MDRD,CKD-EPI).

SARAN
Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya meneliti tentang perbandingan hasil
ketiga persamaan eLFG yaitu CG, MDRD dan CKD- EPI pada geriatri atau pasien dengan usia >
60 tahun dan meneliti pebandingan hasil eLFG dengan cystatin C atau dengan kreatinin inulin
sebagai gold standart pada pasien kemoterapi. Selain itu, peneliti merekomendasikan penggunan
persamaan CKD-EPI dibandingkan MDRD dan CG sebagai pemeriksaan alternatif pengganti
CCT karena hasilnya paling mendekati hasil CCT.

KELEBIHAN PENELITI
1. Penjelasan sangat detail terkait pengukuran LFG menggunakan formula rumus yang
berbeda
2. Dasar teori yang digunakan sangat tepat

KELEMAHAN PENELITI
1. Masih kurangnya analisis yang dilakukan peneliti terkait gold standart pengukuran LFG
dengan metode klirens inulin
2. Penulis tidak membahas faktor analisa yang berpengaruh terhadap hasil yang di peroleh
3. Penulis tidak mencantumkan cara perhitungan yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai