Disusun Oleh :
Nama : Nawang Prima Ilmiafee
NIM : 20118056
Tingkat : III
Prodi : D4 Teknologi Laboratorium Medis
Di jaman era globalisasi saat ini, lingkungan yang telah tercemar, makanan yang tidak
sehat, dan pola hidup yang kurang baik dapat menyebabkan timbulnya beranekaragam penyakit.
Salah satu contoh penyakit yang ditimbulkan adalah kanker (Kurnia 2015). Salah satu cara
penanganan kanker adalah kemoterapi. Efek samping dari kemoterapi disebabkan karena
penggunaan obat-obatan yang sangat kuat, tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga
menyerang sel-sel yang sehat (Setiawan 2015). Salah satu efek samping obat kemoterapi
nefrotoksisitas menyebabkan penurunan fungsi ginjal baik gagal ginjal akut hingga gagal ginjal
kronik. Ginjal berfungsi mengeluarkan metabolit obat kemoterapi dari dalam tubuh. Namun,
metabolit obat kemoterapi tersebut dapat merusak sel– sel ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Kerusakan ginjal akibat penggunaan obat kemoterapi dapat menyebabkan gagal ginjal (Adam,
Umboh, dan Gunawan 2015).
Metode lain untuk mengukur laju filtrasi glomerulus (LFG) yaitu pemeriksaan klirens
inulin yang merupakan baku emas untuk penilaian LFG. Namun, pemeriksaan ini jarang
dilakukan karena memerlukan waktu yang lama, tenaga praktisi yang ahli, dan biaya yang mahal.
Oleh karena itu, pemeriksaan klirens inulin jarang digunakan dalam pemeriksaan fungsi ginjal
(Nissa dkk. 2015). Creatinin Clirens Test (CCT) merupakan suatu pemeriksaan yang dapat
dipercaya untuk memperkirakan LFG. Pemeriksaan Creatinin Clirens Test (CCT) membutuhkan
sampel urin tampung 24 jam serta pemeriksaan kreatinin serum. Kelemahan pemeriksaan
Creatinin Clirens Test (CCT) yaitu sulitnya menampung urin 24 jam dan memberi edukasi ke
pasien. Hasil pemeriksaan Creatinin Clirens Test (CCT) sering berupa hasil rendah palsu
ataupun tinggi palsu yang disebabkan ketidaktepatan penampungan urin dan akan menimbulkan
bias (Nissa dkk. 2015). Untuk mengatasi berbagai kelemahan pada pemeriksaan Creatinin
Clirens Test (CCT), dapat menggunakan estimasi perhitungan laju filtrasi glomerulus. Estimasi
perhitungan laju filtrasi glomerulus dapat menggunakan formula Cockcroft Gault (CG),
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD), dan Chronic Kidney Disease Epidemiology
Collaboration (CKD-EPI) (Dewi 2015).
Salah satu layanan unggulan Rumah Sakit Prima Medika yaitu layanan kanker terpadu
Endrawati Cancer Center yang terdiri dari tim onkologi yang memiliki kompetensi dalam
penanganan kanker. Rumah Sakit Prima Medika merupakan salah satu rumah sakit swasta di
Denpasar, Bali yang beroperasional sejak tahun 2002. Pasien kemoterapi di Rumah Sakit Prima
Medika melakukan pemeriksaan kreatinin klirens dan jumlahnya cukup banyak per tahunnya.
Jumlah pasien kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika pada tahun 2014 sampai tahun 2017
berturut – turut adalah 263 orang, 429 orang, 466 orang, dan 411 orang.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan
Hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) pada Pasien
Kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan hasil CCT dengan eLFG (CG, MDRD, CKD-EPI) dan hubungan korelasi hasil
antara CCT dengan eLFG (CG, MDRD, CKD-EPI).
METODE
Perbandingan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan estimasi laju filtrasi glomerulus (eLFG)
Tempat Laboratorium Rumah Sakit Prima Medika Jalan Raya Sesetan No10
Denpasar, Bali.
HASIL
Tabel 3. Perbandingan Hasil CCT dan eLFG dengan CG Pada Pasien Kemoterapi Di
Rumah Sakit Prima Medika
Kelompok N Mean SD P
CCT 35 84,77 38,87 0,565
CG 35 79,6 35,97
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).
Berdasarkan tabel 3, ditunjukkan bahwa nilai p > 0,05 yaitu 0,565. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan signifikan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan Formula Cockcroft-Gault (CG)
pada pasien kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika.
Tabel 5. Perbandingan Hasil CCT dan eLFG CKD-EPI pada Pasien Kemoterapi di Rumah
Sakit Prima Medika
Kelompok N Mean SD P
CCT 35 84,77 38,87
CKD-EPI 35 89,85 31,13 0,548
Sumber : Hasil penelitian (data diolah).
Berdasarkan tabel 5, ditunjukkan bahwa nilai p > 0,05 yaitu 0,548. Hal ini berarti tidak ada
perbedaan signifikan hasil Creatinin Clirens Test (CCT) dan estimasi laju filtrasi glomerulus
(eLFG) dengan Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) pada pasien
kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika.
Tabel 6. Hubungan Korelasi Hasil antara CCT dengan CG, MDRD dan CKD-EPI pada
Pasien Kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika
Berdasarkan tabel 6, hasil uji korelasi diperoleh bahwa nilai r antara Creatinin Clirens Test
(CCT) dengan estimasi laju filtrasi glomerulus yang dihitung dengan formula Cockcroft gault
(CG) adalah 0,610. Nilai r antara Creatinin Clirens Test (CCT) dengan estimasi laju filtrasi
glomerulus yang dihitung dengan Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) adalah 0,603.
Dan nilai r antara Creatinin Clirens Test (CCT) dengan estimasi laju filtrasi glomerulus yang
dihitung dengan Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) adalah 0,744.
PEMBAHASAN
Dari hasil perbandingan nilai tiap variabel penelitian yang ditunjukkan pada tabel 3, 4
dan 5 diperoleh tidak ada perbedaan signifikan Creatinin Clirens Test (CCT) dan Estimasi laju
filtrasi glomerulus (eLFG) dengan formula Cockcroft Gault (CG), ModificationOf Diet In Renal
Disease (MDRD), Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) pada pasien
kemoterapi di Rumah Sakit Prima Medika. Hal ini sesuai dengan hasil yang menyatakan bahwa
formula CG, MDRD dan CKD-EPI dapat dijadikan alternatif penggunaan dalam menilai LFG
sehingga mengurangi penggunaan CCT yang rumit dan mahal. Kelemahan pemeriksaan
Creatinin Clirens Test (CCT) yaitu sulitnya menampung urin 24 jam dan memberi edukasi ke
pasien.
Berdasarkan uji korelasi yang ditunjukkan pada tabel 6 diperoleh bahwa hubungan CCT
dengan CKD-EDI memiliki nilai korelasi tertinggi dengan nilai r yaitu 0,744 (p=0,00). Hal ini
berarti metode CKD-EPI memiliki hasil yang mendekati metode CCT dibandingkan metode CG
dan MDRD. Performa CKD-EPI lebih baik dibandingkan MDRD karena memiliki presisi yang
lebih baik, akurasinya tinggi dan pada keadaan laju filtrasi glomerulus yang tinggi didapatkan
hasil dengan bias lebih kecil (Levey dkk. 2009; Matsushita dkk. 2012; Rhee dkk. 2017).
Simetic dkk. (2015) yang menggunakan rancangan penelitian retrospektif dengan jumlah
responden 500 pasien , didapatkan hasil bahwa formula Cockcroft-Gault (CG), Modification Of
Diet In Renal Disease (MDRD), Chronic Kidney Epidemiology Collaboration (CKD-EPI)
menunjukkan korelasi yang tinggi dengan Creatinin Clirens Test (CCT), terlepas dari diabetes,
kelebihan berat badan atau usia tua serta tidak ada perbedaan yang signifikan. Pengaruh
hiperglikemia pada eLFG yang dihitung dengan persamaan CKD-EPI, CG dan MDRD dalam
memperkirakan hiperfiltrasi pada pasien diabetes di Cina dengan menggunakan 3.492 sampel.
Berdasarkan kekuatan hubungan variabel bebas dan variabel terikat, diketahui hubungan CCT
dengan CKDEPI memiliki nilai korelasi tertinggi sebesar 0,744. Menurut Sugiyono (2017) nilai
korelasi 0,744 pada hubungan CCT dengan CKD-EPI berarti adanya hubungan yang kuat.
Analisis regresi linier dan korelasi Spearman digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara
variabel dan diperoleh hasil yaitu CCT berkorelasi kuat dengan CG (r=0,77).
KESIMPULAN
Tidak terdapat perbedaan hasil CCT dengan eLFG (CG,MDRD,CKDEPI). Selain itu,
terdapat korelasi hasil antara CCT dengan eLFG (CG,MDRD,CKD-EPI).
SARAN
Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya meneliti tentang perbandingan hasil
ketiga persamaan eLFG yaitu CG, MDRD dan CKD- EPI pada geriatri atau pasien dengan usia >
60 tahun dan meneliti pebandingan hasil eLFG dengan cystatin C atau dengan kreatinin inulin
sebagai gold standart pada pasien kemoterapi. Selain itu, peneliti merekomendasikan penggunan
persamaan CKD-EPI dibandingkan MDRD dan CG sebagai pemeriksaan alternatif pengganti
CCT karena hasilnya paling mendekati hasil CCT.
KELEBIHAN PENELITI
1. Penjelasan sangat detail terkait pengukuran LFG menggunakan formula rumus yang
berbeda
2. Dasar teori yang digunakan sangat tepat
KELEMAHAN PENELITI
1. Masih kurangnya analisis yang dilakukan peneliti terkait gold standart pengukuran LFG
dengan metode klirens inulin
2. Penulis tidak membahas faktor analisa yang berpengaruh terhadap hasil yang di peroleh
3. Penulis tidak mencantumkan cara perhitungan yang dilakukan