Anda di halaman 1dari 9

Desain Penelitian

Menggunakan Quasi
Experiment
`








P r o g r a m S t u d i T e k n o l o g i
P e m b e l a j a r a n
P r o g r a m P a s c a S a r j a n a
U n i v e r s i t a s N e g e r i M a l a n g
O k t o b e r 2 0 1 1
Soetam Rizky Wicaksono
NIM : 110121609138
Jujuk Ferdianto
NIM : 110121609117
Edy Suprapto
NIM : 110121609119


Dosen Pembina :Prof. DR. Wayan Ardhana

Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 1

A. Pendahuluan
Eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah tes atau pengujian, atau juga dapat diartikan
sebagai sebuah tes yang tidak terlalu tampak penyebabnya dan dapat diartikan pula sebagai percobaan
atau manipulasi secara sengaja (Cook & Campbell, 1979). Percobaan tersebut dapat dilakukan dengan
simulasi atau dengan tes secara riil. Namun tes secara riil dianggap lebih valid dibandingkan percobaan
yang hanya dilakukan dengan menggunakan teknik simulasi.
Di dalam melakukan percobaan tersebut dibutuhkan adanya efek perlakuan dengan
menggunakan pembandingan dari satu percobaan dengan percobaan yang lain. Di dalam rancangan
eksperimen, langkah yang dianggap terbaik adalah dengan menggunakan penugasan secara acak yang
memiliki konsep penafsiran ceteris paribus (segala sesuatu yang lain bersifat sama). Tetapi hal tersebut
seringkali sulit diimplementasikan jika obyek penelitian yang dikenai adalah manusia. Khususnya di
bidang pendidikan yang hampir seluruh obyek penelitiannya adalah pebelajar, maka penugasan secara
acak sangat sulit diimplementasikan.
Dengan melihat kepada fenomena tersebut, maka dibutuhkan sebuah teknik eksperimen lain
yang tidak menggunakan penugasan secara acak. Penugasan secara acak umumnya dilakukan dengan
menggunakan teknik true experiment, sedangkan alternatif teknik yang tidak menggunakan penugasan
secara acak disebut sebagai quasi experimental design (Scott & Usher, 2011). Teknik eksperimen ini
umumnya dilakukan jika peneliti tidak memiliki kendali penuh terhadap obyek penelitian sehingga tidak
mampu menerapkan penugasan obyek secara acak.
Quasi experiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran
dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan
dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Jenis ini
juga seringkali disebut sebagai post-hoc research yang berarti bahwa peneliti dapat melihat efek yang
terjadi dari sebuah variabel setelah kejadian tertentu (Salkind, 2006:234). Quasi experiment
sesungguhnya dapat dikatakan mirip dengan true experiment jika dilihat dari pemanipulasian variabel
independen yang dilakukan (Ary et al, 2010:316).
Beberapa perbedaan yang sangat signifikan dari quasi experiment bila dibandingkan dengan
true experiment adalah jika di dalam true experiment digunakan untuk menguji sebab-akibat yang
sesungguhnya dari sebuah hasil relasi, sedangkan di dalam quasi experiment hanya melakukan
pengujian tanpa adanya kendali penuh didalamnya (Salkind, 2006:10; Levy & Ellis, 2011). Namun hal ini
bukan berarti bahwa peneliti sama sekali tidak memiliki kendali terhadap obyek penelitian di dalam
quasi experiment, tetapi yang dimaksudkan adalah kendali yang dimiliki tidak mutlak bisa digunakan.
Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 2

Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi experiment adalah terlalu fokus terhadap
kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika
terjadi perubahan yang tidak terduga akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik. Dan
juga kurang kuatnya pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang terjadi
pengukurannya terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek seringkali tidak terlihat pada
saat pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38).
Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi experiment sangat
disarankan mengingat kondisi obyek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan adanya penugasan
secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok utuh (naturally formed intact
group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-kelompok ini juga sering kali jumlahnya
sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-kaidah dalam true experiment tidak dapat dipenuhi
secara utuh, karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan
sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran,
direkomendasikan penggunaan teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &
Rahmat, 2006).
Tidak adanya pengacakan dalam menentukan subjek penelitian memungkinkan untuk
munculnya masalah-masalah yang terkait dengan validitas eksperimen, baik validitas internal maupun
eksternal. Akibatnya, interpreting and generalizing hasil penelitian menjadi sulit untuk dilakukan. Oleh
karena itu, pembatasan hasil penelitian harus diidentifikasi secara jelas dan subjek penelitian perlu
dideskripsikan.
Secara umum, pelaksanaan penelitian dengan menggunakan teknik quasi experiment dapat
berhasil jika strategi berikut diterapkan didalamnya. Strategi tersebut antara lain (Robson et al,
2001:30): menambahkan kelompok kontrol, melakukan pengukuran sebelum dan sesudah implementasi
yang didalamnya dilakukan intervensi, secara bertahap memperkenalkan perlakuan terhadap kelompok
obyek, menambahkan prosedur terbalik terhadap tiap perlakuan di tiap kelompok dan menggunakan
pengukuran luaran tambahan.


Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 3

B. Jenis Desain Quasi Experiment
Terdapat beberapa jenis desain di dalam implementasi quasi experiment, yakni (Ary et al, 2010;
Azam, Sumarno & Rahmat, 2006):
1. Nonrandomized Control Group, PretestPosttest Design
Disebut juga sebagai non eqivalent control group design dan dianggap sebagai desain yang paling
banyak digunakan di dalam teknik quasi experiment (Salkind, 2006:235). Desain ini mirip dengan
pre-test-posttest di dalam true experiment namun tidak memiliki penugasan acak didalamnya.
Karena adanya pretest, maka pada desain penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut
diperhitungkan. Pretest dalam desain penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengontrolan
secara statistik (statistical control) serta dapat digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan
terhadap capaian skor (gain score).
Tabel 1: Skema Nonrandomized Control Group, PretestPosttest Design (Ary et al, 2010)
Group Pretest Independent Variable Posttest
E Y
1
X Y
2

C Y
1
Y
2


Hal yang penting diperhatikan di dalam desain ini adalah jika posttest yang dilakukan ternyata tidak
berpengaruh kepada subjek eksperimen akibat adanya pengaruh dari pretest sebelumnya. Sebab
hasil posttest bisa jadi hanya merupakan pengaruh akibat dari adanya pretest. Misal: jika di dalam
pretest terdapat pertanyaan, Apakah Anda sering membaca harian Kompas?, dan setelah terjadi
perlakuan pada subjek eksperimen yang didalamnya mengharuskan mereka sering melakukan
review terhadap artikel di harian Kompas, maka jawaban pada saat posttest untuk pertanyaan yang
sama bisa menjadi bias.
Tetapi bias yang terjadi antara hasil pretest dan posttest umumnya dapat dihindari jika tes yang
dilakukan lebih bersifat sebagai achievement test, karena didalamnya akan menuntut subjek
menjawab posttest berdasarkan hasil perlakuan eksperimen. Namun jika tes yang dilakukan lebih
mengarah ke motivasi atau sikap, maka disarankan untuk tidak menggunakan desain jenis ini (Ary et
al, 2010).
Hasil yang mungkin terjadi di dalam desain ini antara lain (Vockell, 1983:177) :
a. Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil posttest yang lebih baik (dianggap
sebagai hasil yang terbaik dari eksperimen)


Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 4




Gambar 1. Contoh Kemungkinan Pertama
b. Kelompok yang mendapat perlakuan mendapatkan hasil posttest yang sama baik atau sama
meningkat dengan kelompok yang tidak mendapat perlakuan (diasumsikan sebagai hasil gagal
dalam eksperimen karena perlakuan tidak memiliki pengaruh)

Gambar 2. Contoh Kemungkinan Kedua dan Ketiga
Secara umum, desain ini cukup memadai untuk dilakukan di dalam situasi yang tidak memungkinkan
bagi peneliti untuk melakukan penugasan secara acak dan lebih ditekankan kepada hasil posttest
yang bersifat achievement sehingga efek dari eksperimen dapat lebih terlihat secara jelas. Umumnya
desain jenis ini digabungkan dengan desain lain dari quasi experiment agar dapat mendapatkan hasil
yang lebih optimal (Vockell, 1983:178)
2. Counterbalanced Design
Desain jenis ini umumnya menggunakan lebih dari satu intact class (kelas yang sudah terbentuk
sebelumnya) lalu dirotasi perlakuannya pada interval waktu tertentu. Perbedaan utama antara jenis
ini dengan jenis sebelumnya adalah bahwa seluruh kelompok akan mengalami perlakuan yang sama,
tetapi dengan urutan yang berbeda-beda (lihat pada skema di tabel 2).
Jenis ini lazim digunakan apabila seorang pembelajar ingin melihat perbandingan efek perlakuan
yang sama kepada kelompok yang berbeda.Desain ini juga dapat digunakan jika perlakuan yang akan
diterapkan lebih dari satu jenis.
Dengan perlakuan
Tanpa perlakuan
Posttest
Pretest
Posttest
Pretest
Dengan perlakuan
Tanpa perlakuan
Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 5

Kelebihan dari desain ini dibandingkan desain pertama, yakni bahwa seluruh kelompok mendapat
perlakuan yang sama, sehingga mengurangi risiko akan terjadinya kekecewaan dari satu kelompok
karena merasa diperlakukan tidak adil di dalam proses eksperimen. Tetapi bisa juga terjadi bahwa
jika perlakuan yang dikenakan harus secara berurutan atau sekuensial, maka hasil eksperimen pada
kelompok tertentu (yang terkena perlakuan tidak urut) akan mendapatkan hasil yang berbeda.
Risiko lain adalah kebosanan dari kelompok yang mendapat perlakuan, jika perlakuan yang diberikan
dianggap terlalu banyak.
Tabel 2: Skema Counterbalanced Design (Ary et al, 2010)

Experimental Treatments
Replication X1 X2 X3 X4
1 Group A B C D
2 Group B A D B
3 Group C D A C
4 Group D C B A
3. One-Group Time-Series Design
Desain jenis ini hanya dilakukan pada satu kelompok dengan perlakuan yang diulang-ulang. Skema di
tabel 3 menunjukkan contoh perlakuan pada desain jenis ini dengan melakukan observasi yang sama
secara berulang-ulang (dilambangkan dengan Y) dan kemudian diselingi dengan perlakuan
(dilambangkan dengan X) pada waktu tertentu, kemudian dilakukan observasi lagi secara berulang-
ulang.
Tabel 3: Skema One-Group Time-Series Design (Ary et al, 2010)
Y
1
Y
2
Y
3
Y
4
X Y
5
Y
6
Y
7
Y
8

Di dalam penerapan desain ini, ancaman terhadap validitas yang mungkin terjadi adalah adanya
perubahan yang radikal yang bisa terjadi hanya pada saat perlakuan pertama dilakukan, sehingga
dapat menimbulkan bias di perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Namun dengan adanya
pola data yang dapat dibaca secara mudah, seharusnya ancaman tersebut dapat dihilangkan dengan
mudah (Vockell, 1983).
Hasil yang mungkin diperoleh dari desain ini tampak pada gambar 3, yakni :
a. Kemungkinan pertama (A)
Perlakuan khusus (X) benar-benar mempengaruhi variabel dependen
b. Kemungkinan kedua (B)
Perlakuan khusus (X) hanya mempengaruhi variabel dependen secara temporer
c. Kemungkinan ketiga (C)
Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 6

Perlakuan khusus (X) bukan pengaruh utama variabel dependen, tetapi lebih karena faktor
maturasi
d. Kemungkinan keempat (D)
Terjadi kejadian khusus di rentang waktu eksperimen sehingga hasilnya tidak beraturan.


Gambar 3. Ilustrasi Kemungkinan Luaran Pada Desain One-Group Time-Series Design (Ary et al,
2010)
Desain jenis ini memiliki keuntungan yakni mampu mendeteksi adanya kelemahan faktor maturasi
dan regresi. Tetapi di sisi lain, memiliki kelemahan di faktor sejarah, misal : di saat eksperimen
dilakukan, pada tahapan tertentu (misal Y
5
) tiba-tiba terjadi kejadian di luar dugaan seperti
perubahan cuaca, perubahan perilaku akibat peristiwa tertentu dan lainnya.
4. Control Group Time-Series Design
Desain jenis ini merupakan pengembangan dari desain jenis sebelumnya dengan menggabungkan
desain jenis ketiga dengan desain jenis pertama. Penggabungan tersebut diharapkan dapat
mengatasi kelemahan di desain jenis yang ketiga sehingga faktor sejarah dapat dideteksi dan
dihilangkan sebagai ancaman validitas internal.
Tabel 4: Skema Control Group Time-Series Design (Ary et al, 2010)
Group
Exp. Y
1
Y
2
Y
3
Y
4
X Y
5
Y
6
Y
7
Y
8

Cont. Y
1
Y
2
Y
3
Y
4
- Y
5
Y
6
Y
7
Y
8


Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 7


C. Faktor Bias Mengukur Perubahan Dalam Eksperimen (Borg & Gall, 1983:720:726)
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam proses pengukuran yang terjadi pada
penelitian yang menggunakan desain berjenis eksperimen. Beberapa faktor tersebut dapat
menyebabkan bias di dalam hasil eksperimen antara lain:
1. Ceiling effect
Seringkali jangkauan nilai yang digunakan di dalam pelaksanaan tes sulit untuk dilakukan. Sebagai
contoh jika terdapat skala 0-100 dan seorang siswa memiliki peningkatan nilai dari 85 ke 90, bukan
berarti lebih baik peningkatannya dibanding seorang siswa yang memiliki peningkatan nilai dari 40
ke 60. Sehingga seakan-akan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 90 memiliki perkembangan lebih
baik dibandingkan siswa yang mendapatkan nilai akhir 60.
2. Regression effect
Terdapat kemungkinan bahwa siswa yang mendapatkan nilai lebih rendah pada saat pre-test
nantinya akan mendapatkan nilai lebih tinggi pada saat posttest dan begitu pula sebaliknya. Hal
tersebut bisa terjadi karena adanya faktor keberuntungan dan kemungkinan besar bahwa
keberuntungan tersebut tidak terulang lagi. Asumsi lain yang terjadi adalah adanya perlakuan yang
dianggap sama rata untuk tiap peningkatan nilai tes, misal : peningkatan dari nilai 90 ke 95
seharusnya tidak dianggap sama dengan peningkatan dari nilai 40 ke 45.
3. Simpangan pengukuran yang berulang
Seringkali keefektifan pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dalam rentang waktu tertentu bisa
menyebabkan adanya simpangan yang besar dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan analisa kelompok
perlakuan dikali dengan waktu pengujian agar didapat rasio yang signifikan pada perbedaan antara
pre-test dengan posttest.


Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment
Soetam, Jujuk, Edy 26 Oktober 2011 Hal. 8

Daftar Pustaka
Ary, Donald et al, 2010, Introduction to Research in Education 8
th
edition, Wardswoth Cengage Learning
Azam, Prof. Nurfani SU, Apt, DR. Sumarno & DR Adi Rahmat, 2006, Metodologi Penelitian Untuk
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Penelitian Kuasi Eksperimen dalam PPKP, Direktorat
Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Borg, Walter R. & Meredith Damien Gall, 1983, Educational Research, an Introduction fourth edition,
Longman
Caporaso, James .A, 1973, Quasi-Experimental Approaches to Social Science dalam Quasi-Experimental
Approaches (ed. James A. Caporaso & Leslie L. Roos Jr), Northwestern University Press
Cook, Thomas .D & Donald T. Campbell, 1979, Quasi Experimentation Design & Analysis Issue for Field
Settings, Houghton Mifflin Company:Boston
Levy, Yair & Timothy J. Ellis, 2011, A Guide for Novice Researchers on Experimental and Quasi-
Experimental Studies in Information Systems Research, Interdisciplinary Journal of Information,
Knowledge, and Management Volume 6, 2011
Robson, Lynda et al, 2001, Guide to Evaluating the Effectiveness of Strategies for Preventing Work
Injuries: How to Show Whether a Safety Intervention Really Works, National Institute for
Occupational Safety and Health
Salkind, Neil .J, 2006, Exploring Research sixth edition, Pearson International
Scott, David & Robin Usher, 2011, Researching Education 2
nd
edition, Continuum International Publishing
Group
Vockell, Edward L, 1983, Educational Research, MacMillan Publishing

Anda mungkin juga menyukai