Anda di halaman 1dari 25

1

UJIAN TAKE HOME MATA KULIAH


MANAJEMEN MEDIA AKUAKULTUR




Oleh
FARAH DIANA
C151110011













MAYOR ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012



2

Ujian Akhir Semester Take home Tanggal: 22 Januari 2012
Mata Kuliah Manajemen Media Akuakultur





Disusun oleh:
FARAH DIANA
C151110011







MAYOR ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012



3

PRAKATA
Pertama dan utama sekali puji dan syukur kami hanturkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami Untuk dapat
menyelesaikan Ujian take home manajemen media akuakultur.
Adapun dari adapun daru ujian ini di harapkan agar dapat menjawab
dengan analisis untuk dapat menentukan hasil akhir dari mata kuliah manajemen
media akuakultur pengalaman dan penambahan pengetahuan bagi mahasiswa
mengenai metode-metode dan langkah-langkah kerja yang diajarkan selama
berjalannya kuliah manajemen media akuakultur. Selain itu juga Untuk
mempermudah proses interaksi belajar mengajar serta Untuk mempermudah
mahasiswa Untuk memahami mata kuliah manajemen media akuakultur lebih
mendalam. Dan tidak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
bapak pengasuh mata kuliah manajemen media akuakultur yang telah banyak
memberikan ilmu dan masukan kepada penulis yang bermanfaat tentunya buat
penulis sendiri dan dapat diaplikasikan kepada generasi selanjutnya.




Bogor, 22 Januari 2012

PENULIS







4

1. Jelaskan secara lengkap pertimbangan apa dari IPAL Bojongsoang
sehingga :
a. Analisa kandungan logam difokuskan hanya pada kolam anaerob.
Jawab :
Hal ini karena, kolam anaerob merupakan kolam yang pertama
menerima beban masukan bahan toksik/limbah dari inlet, sehingga ada
kecenderungan disinilah akumulasi toksik yang sangat tinggi baik pada
sedimen/lumpur maupun badan air. Selain itu tidak adanya proses
dekomposisi oleh mikroba. Jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Uraian Satuan Kolam Anaerob

Debit m
3
/hari 80.835
Kedalaman
kolam
m 4
Luas area ha 4,04
BOD Influent mg/l 360
Waktu Detensi Hari 2
Temperatur
o
C 22,5
BOD Efluent mg/l 144
Fecal coli MPN/100 ml. -
Total Beban
Org.
Kg BOD/hari 20.100









5

b. Mengapa hanya sampel ikan dan lumpur yang dianalisa kandungan
logamnya?
Jawab :
Karena hal ini erat kaitannya dengan sifat logam berat (LB) yang
lebih banyak mengendap di sedimen dari pada badan air. Sehingga
sedimen sangat perlu di analisa toksiknya dan kemudian organisme
airnya (ikan) yang diduga menyerap logam atau melalui rantai
makanan (plankton, hewan-hewan vertebrata akuatik, tanaman
akuatik).
c. Pengerukan lumpur hanya pada kolam anaerob?
Jawab :
Karena selain sebagai kolam yang pertama menerima beban
limbah, pada kolam ini juga dilakukan proses pengendapan ( 2 hari)
dahulu sebelum di alirkan ke kolam fakultatif dan pengerukan
sedimennya dilakukan setiap 5 tahun sekali. Akibatnya disinilah proses
sedimentasi yang paling tinggi di banding kolam lain.
d. Hasil pengukuran otomatik, kadar COD sekitar 240 mg/L, dan ketika
kadar COD > 400 mg/L, penyedotan air dihentikan, karena diduga
terdapat limbah industri pada air saluran tersebut. Apa alasan bertindak
demikian? BOD awal sekitar 80 mg/L dan COD 210 mg/L, dan ketika
diukur di outlet IPAL tinggal 15 mg/L dan COD 50mg/L. Jelaskan
analisis saudara tentang penurunan BOD dan COD di IPAL ini.
Jawab :

Karena jika prosesnya terus dijalankan akan mengganggu kinerja
mesin yang beroperasi dan ada artinya kapasitas mesin yang belum
mampu untuk mengolah limbah industri.





6


e.










2. Salah satu perusahaan tambak udang windu di lampung selatan,
menggunakan kaporit dosis 30 ppm untuk treatmen air laut yang akan
digunakannya. Mereka juga menggunakan benur SPF. Namun udang yang
ditebar di tambaknya hampir seluruhnya mati terserang penyakit yang
diduga adalah white post virus. Bagaimana analisis saudara tentang kasus
demikian?
Jawab :
Pada kasus ini perlu dilihat beberapa parameter seperti :
Media : untuk mencegah tambak kita terserang penyakit WSSV mestinya
tidak cuma air laut yang di treatment, tetapi semua equipments yang
digunakan dalam kegiatan budidaya tersebut (benar-benar steril).
Benur : sumber benur yang di tebar harus benar-benar negatif WSSV.
Pada kasus diatas tidak disebutkan adanya jaminan bahwa benur yang
dibeli dari perusahaan terpadu tersebut adalah negatif WSSV.
Lingkungan pertambakan : andai kata air laut dan benur kita negatif
WSSV, namun jika lingkungan/zona sekeliling tambak belum bebas dari
wabah WSSV diduga ini bisa saja memberikan andil terhadap mortaliti
udang. Karena virus tersebut bisa saja dibawa oleh hewan-hewan lain
seperti kepiting, burung (faces, udang carier yang dimakan burung
terjatuh ke dalam tambak sehingga ini dapat juga sebagai pemicu
munculnya virus tersebut pada kolam kita).

Gambar 1. Pengukuran KA otomatic dan Screw Pump penyedot
ar



7

3. Hatchery X berada dipantai utara pulau bali. Untuk desinfeksi airnya
menggunakan teknologi RO. Jelaskan analisis saudara sebagai masukan
untuk manjemen perusahaan tentang pengolahan air dengan menggunakan
teknologi RO ini.
Jawab :
Menurut analisis saya adalah dengan cara memperlakukan air
sebelum di perlakukan dengan sistem RO, misalnya melalui pengendapan,
penyaringan kasar, penyaringan halus dan sebagainya, agar air yang
dilewatkan RO tidak mempercepat kerusakan membran RO karena
tersumbat partikel yang cukup besar. Selain itu untuk menghemat biaya
yang harus dikeluarkan untuk tenaga dalam proses RO, perlu digunakan
tenaga alternatif, seperti penggunaan kincir angin, ataupun kincir air untuk
menghasilkan tenaga listrik.
Sistem pengolahan air minum dengan sumber air bersih dengan skala
atau standar air minum, memerlukan beberapa proses yang perlu
diterapkan, adapun proses yang diperlukan tergantung dari kualitas air
baku antara lain :
Proses penampungan air dalam bak penampungan air yang bertujuan
sebagai tolak ukur dari debit air bersih yang dibutuhkan. Ukuran bak
penampungan disesuaikan dengan kebutuhan (debit air) yang mana
ukuran bak minimal 2 kali dari kebutuhan
Proses oksidasi atau dengan kata lain penambahan oksigen kedalam air
agar kadar-kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya yang terkandung
dalam air mudah terurai. Dalam proses ini ada beberapa perlakuan yang
bisa dilakukan seperti dengan penambahan oksigen dengan sistem aerasi
(dengan menggunakan alat aerator) dan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan katalisator bahan kimia untuk mempercepat proses
terurainya kadar logam berat serta zat kimiawi lainnya (dengan
menggunakan clorine, kaporite, kapur dll)
Proses pengendapan atau koagulasi, proses ini bisa dilakukan dengan
menggunakan bahan kimia seperti bahan koagulan (Hipoklorite/PAC



8

dengan rumus kimia Al2O3), juga proses ini bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik lamela plate
Proses filtrasi, proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran
air yang masih terkandung dalam air. Biasanya proses ini menggunakan
bahan sand filter yang disesuaikan dengan kebutuhan baik debit maupun
kualitas air dengan media filter (silica sand/quarsa, zeolite, dll)
Proses filtrasi (carbon actived), proses ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas air agar air yang dihasilkan tidak mengandung bakteri
(sterile)dan rasa serta aroma air
Proses demineralisasi, proses ini berfungsi untuk mengurangi bahkan
menghilangkan kadar kadar logam serta mineral-mineral yang
terkandung dalam air.
Proses Reverse Osmosis system , proses ini merupakan proses utama
dalam proses pemurnian air dengan hasil qualitas air non mineral. Proses
ini melalui alat yang disebut Membrane semipermiable, membrane ini
mempunyai lubang air 1/10000 micron dimana air yang melewati lubang
tersebut sudah merupakan air bebas meniral bactery,virus dan logam-
logam berat lainnya.
Proses terakhir, adalah proses pembunuhan bakteri, virus, jamur,
makroba dan bakteri lainnya yang tujuannya air itu tidak perlu dimasak
kembali, proses ini menggunakan proses ultra violet atau dengan kata
lain sterilisasi dengan menggunakan penyinaran ultra violet serta dengan
ozonisasi.

4. Pada tambak yang sedang berproduksi, orang sering menduga bahwa
kualitas air tambak menjadi jelek karena kandungan H
2
S dan ammoniak,
serta kadar O
2
yang makin rendah. Jelaskan analisis saudara terkait
dinamika ketiga parameter air tersebut, dan kaitannya dengan keragaan
produksi udang.






9

Jawab :
Menurut analisis saya bahwa oxygen (O
2)
: Kandungan oksigen yang
rendah (<3 ppm) akan mengakibatkan terhambatnya proses pembongkaran
sisa-sisa bahan organik yang ada di perairan, hal ini disebabkan dalam
proses tersebut oksigen berfungsi sebagai energi sehingga sangat mutlak
diperlukan. Terhambatnya proses tersebut akan menyebabkan sisa-sisa
bahan organik di perairan semakin menunmpuk di dasar kolam sehingga
menyebabkan pembusukan, selain itu akan mengakibatkan meningkatnya
bahan organik dari gas beracun yaitu kandungan nitrit dan Asam Sulfida.
Kondisi seperti ini akan menyebabkan keseimbangan antara agen penyakit,
inang dan lingkungan akan terganggu, sehingga protozoa sebagai agen
penyakit yang biasanya sebagai flora normal akan menjadi patogen, yang
berakibat ikan menjadi stress dan rawan terhadap penyakit. Rukyani
(1993) menyebutkan bahwa sumber infeksi (parasit) yang hidup normal di
perairan akan meningkatkan aktivitasnya pada perairan yang berkualitas
kurang baik. Kandungan oksigen yang rendah dan bahan organik yang
tinggi akan memacu pertumbuhan mikroba dan meningkatkan produksi
toksin (biotoksin).
Menurut Lee et al. (1978), kandungan oksigen terlarut pada suatu
perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan, seperti
terlihat pada Tabel dibawah ini. Status kualitas air berdasarkan kandungan
DO (Lee et al., 1978)
Kadar
oksigen
terlarut
(mg/l)
Status kualitas air
1 > 6,5 Tidak tercemar sampai tercemar sangat
ringan
2 4,5 6,4 Tercemar ringan
3 2,0 4,4 Tercemar sedang
4 < 2,0 Tercemar berat




10

Ammoniak (NH
3
) : Salah satu faktor penting yang harus
dilakukan oleh para pembudidaya udang adalah mengendalikan senyawa-
senyawa nitrogen seperti amoniak, nitrat dan nitrit yang terdapat di
tambak. Karena, ketiga senyawa tersebut bersifat metabolitoksik dan
sangat berbahaya bagi udang. Efek yang ditimbulkannya adalah ketidak-
seimbangan osmoregulasi, kegagalan ginjal, ekskresi ammonia darah
terhambat, kegagalan neurologis dan cytologist, meningkatkan konsumsi
O2 jaringan tubuh, kerusakan epithel insang, menurunkan kemampuan
darah untuk, transport O2 ke seluruh jaringan tubuh, mengakibatkan mati
kekurangan O2.
Senyawa nitrit yang berlebih di tambak akan menyebabkan
menurunnya kemampuan darah udang untuk mengikat O2, karena nitrit
akan bereaksi lebih kuat dengan hemoglobin. Akibatnya tingkat kematian
udang tinggi. Selain itu, tingginya senyawa amoniak dan nitrit di tambak
juga akan menganggu proses pengeluaran senyawa amoniak dan nitrit
yang ada dalam tubuh udang, sehingga akan terakumulasi di dalam tubuh
udang.
Amonia yang tidak tersionasi sangat toksik terhadap ikan.
Diperairan amonia berasal dari pupuk, kotoran ikan dan dari pelapukan
mikrobial dari senyawa nitrogen. Ikan yang dipelihara di kolam dengan
kepadatan tinggi dan diberi pakan tambahan dapat meingkatkan
konsentrasi amonia. Dalam air amonia yang tidak terionisasi berada dalam
keseimbangan dengan ion amonium tergantung pada pH dan suhu.
NH
3
+ H
2
O ==== NH
4
+
+ OH
-

Sudah jelas bahwa ammonia naik-turunnya diperairan dipengaruhi
oleh pH dan Suhu. Suhu meningkat, pH meningkat maka ammonia yang
tidak terionasi meningkat (Boyd,1982). Ammonia diperairan cenderung
berpengaruh kepada fungsi biologis organisme akuatik atau fungsi-fungsi
fisiologis dari tubuh ikan, seperti yang disebutkan oleh Robinette (1976)
dalam Boyd (1982) bahwa 0,12 mg/l NH
3
menyebabkan penurunan
pertumbuhan dan kerusakan insang pada ikan chanel catfish. Konsentrasi



11

amonia tidak terionasi yang tinggi di dalam air akan mempengaruhi
permebilitas ikan oleh air dan mengurangi konsentrasi ion di dalam tubuh
ikan. Amonia juga meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan,
merusak insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen.
Menurut Chester (1990), keberadaan nitrogen di perairan dapat
berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ion
nitrit (NO
2
-
), ion nitrat (NO
3
-
), ammonia (NH
3
), ion ammonium (NH
4
+
)
dan molekul N
2
yang larut dalam air, sedangkan nitrogen organik berupa
protein, asam amino dan urea akan mengendap dalam air. The Nitrogen
Cycle :









H
2
S : Tidak hanya senyawa amoniak dan nitrit, tetapi senyawa H
2
S
juga banyak menumpuk di sedimen tambak. H
2
S sangat beracun bagi
udang. Efek yang ditimbulkan jika senyawa hydrogen sulfida meningkat
jumlah di tambak yaitu memblok kemampuan sel insang mengambil O2,
hypoxia, laju ventilasi meningkat, laju ventilasi berhenti, kematian
menyusul dalam hitungan menit.





12

5.

Hasil pengamatan dilapang, sering terjadi kematian massal ikan
dikeramba jaring apung dan juga serangan penyakit ikan di pembenihan
dan kolam ikan, pada peralihan musim. Jelaskan analisis lengkap saudara
untuk kejadian di atas?
Jawab :
KASUS DI KJA : Pada dasarnya mortaliti ikan yang sangat
tingggi disebabkan faktor kerusakan lingkungan, virus, dan arus balik.
Contohnya , ikan mati oleh limbah di saat kemarau, mati oleh virus saat
musim hujan, dan oleh arus balik ketika musim pancaroba. Mortaliti
massal ikan sangat sering terjadi ketika peralihan musim tiba, hal ini
karena adanya pembalikan arus (arus balik), ketika hujan mulai turun, air
di permukaan menjadi dingin sedangkan di dasar waduk/danau tetap
hangat. Perbedaan berat jenis menyebabkan air di dasar waduk yang
bersuhu hangat naik ke atas sedangkan di permukaan turun. Padahal air di
dasar waduk itu penuh endapan limbah dan miskin oksigen sehingga
kematian ikan dalam jumlah besar tak terhindarkan. Selain itu, ada factor
lain yang juga memberikan andil seperti pakan ikan yang mengendap di
dasar waduk dan sudah membusuk akan naik ke permukaan air ketika
terjadi arus balik, akibatnya ikan pun keracunan dan akhirnya mati. Karena
itu, pembatasan jumlah KJA sangat diperlukan (sesuai dengan carrying
capacity waduk).
KASUS DI HATCHERY : Lingkungan perairan sangat
berpengaruh terhadap penyelenggaraan keseimbangan fisiologis dari
semua organ yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi ikan.
Bila terjadi perubahan melebihi batas-batas normal dapat menimbulkan
penyakit. Di hatchery-hatchery, kebanyakan mengunakan air sumur dan air
sungai serta kematian tersebut disebabkan karena penyakit dan keadaan
cuaca sehari-hari. Kematian ikan pada umumnya terjadi pada saat musim
hujan dengan fluktuasi suhu yang sangat mencolok. Hal ini karena pada
kondisi tersebut mikrobial pathogen cenderung mengalami pertumbuhan
yang amat subur (logarithmic fase), sehingga sumber infeksi (parasit) yang



13

hidup normal di media pemeliharaan akan meningkatkan aktivitasnya dan
meningkatkan produksi toksin (biotoksin) yang dapat menyebabkan
kematian massal ikan. Golongan virus dan ciliata pada umumnya akan
tumbuh cepat pada musim penghujan dan suhu di bawah normal.
6. Daerah karawang adalah daerah pertanian sawah intensif dengan
penggunaan peptisida yang kemungkinan besar juga intensif. Sementara di
hilirnya, merupakan daerah pertambakan bandeng dan udang. Namun
belum pernah terdengar tuntutan petani tambak akibat kegagalan panen
udang mereka terhadap petani sawah terkait dengan peptisida. Sementara
hal sebaliknya terjadi, dimana petani tambak indramayu sering menuntun
ganti rugi keperusahaan minyak atas dugaan pencemaran minyak sehingga
tambak mereka gagal panen. Jelaskan secara lengkap analisis saudara
untuk 2 kejadian di atas.
Jawab :
Menurut analisis saya yang pertama karena pestisida bersifat
hidrofobik, sehingga jika masuk ke perairan, maka akan lebih banyak
terakumulasi di sedimen daripada di air. Karena pertambakan udang di
Karawang terdapat di hilir sedangkan pertanian sawah terdapat di hulu,
tambak tersebut tidak tercemar oleh pestisida karena sudah terlebih dulu
mengendap dan terakumulasi di sedimen sebelum memasuki kawasan
hilir. Lain halnya dengan minyak yang memiliki berat jenis lebih ringan
dibandingkan dengan air sehingga minyak cenderung melayang di
permukaan air dan terbawa hingga hilir serta mencemari tambak.
Pada kondisi tersebut, limbah berupa pestisida memang tidak begitu
membahayakan bagi petambak udang tersebut ini karena bahan organik
yang ada dalam perairan/sungai tersebut telah mengikat senyawa yang
terdapat pada toksikan tersebut, menempel pada substrat sehingga untuk
masuk ke sel ikan/udang sangat kecil dan mengendap ke dasar perairan,
sehingga petambak yang ada di bagian hilir tersebut tidak mengalami
gagal panen akibat pestisida.



14

PESTISIDA : Dampak negatif dari penggunaan pestisida dalam
bidang pertanian adalah berupa timbulnya pencemaran terhadap
lingkungan, baik lingkungan perairan, tanah dan udara maupun mahluk
hidup yang bukan sasaran. Pestisida masuk ke badan air melalui banyak
jalur, misalnya limpasan dari daerah pertanian, aliran dari persawahan,
buangan limbah domestik, limbah perkotaan dan industri. Dalam badan
air, proporsi utama pestisida adalah terserap pada partikel tersuspensi dan
partikel yang diam atau terpisah ke dalam subtrat organik. Pestisida
memperlihatkan afinitas yang kuat untuk komponen lipid dan bahan
organik. Jumlah pestisida yang tercakup tergantung pada karakteristik
kimiawi dan kelarutan pestisida serta karakteristik sedimen (Connell dan
Miller, 1995). Pestisida pada dasarnya dalam air dan tanah akan
mengalami degradasi baik secara fisik maupun biologis. Namun ada juga
jenis-jenis pestisida persisten praktis tidak mengalami degradasi dalam air
dan tanah, tetapi akan terakumulasi. Di dalam badan air pestisida dapat
mengakibatkan pemekatan biologis terutama pestisida yang persisten.
Edward (1975) dan Brown (1978) menyatakan bahwa pada saat pestisida
memasuki suatu perairan, pestisida tersebut akan segera diserap oleh
plankton, hewan-hewan vertebrata akuatik, tanaman akuatik, ikan dan
sebagian mengendap di sedimen. Kadar pestisida yang tinggi dapat
menimbulkan kematian organisme akuatik secara langsung (keracunan
akut) yaitu kontak langsung atau melalui jasad lainnya seperti plankton,
perifiton dan bentos, sedangkan kadar rendah dalam badan air
kemungkinan besar menyebabkan kematian organisme dalam waktu yang
lama yaitu akibat akumulasi pestisida dalam organ tubuhnya (Soemarwoto
et al., 1979). Pada umumnya pestisida memperlihatkan sifat lebih toksik
terhadap zooplankton dan bentos dengan tingkat toksisitasnya bervariasi
sangat luas, tergantung jenis pestisida dan tingkat stadia komunitas yang
bersangkutan.




15

Pada kondisi diatas, gagal panen petambak akibat pencemaran
minyak ini kaitannya dengan sifat minyak yang sukar larut dalam air
(unreaction) karena berat jenis minyak lebih kecil dari air sehingga minyak
cenderung berada pada lapisan atas, dan akhirnya terus terbawa arus air
hingga sampai ke bagian hilir (airnya masuk ke areal tambak), minyak
tersebut melekat pada gills hewan akuakultur (waktu respirasi) sehingga
proses pengambilan O2 terganggu dan lambat-laun ikan tersebut akan
mati. Kondisi ini akan lebih buruk lagi jika areal tambak (surface ponds)
telah tertutupi oleh lapisan minyak akibatnya proses difusi O2 ke tambak
terganggu dan menyebabkan tambak mengalami depresi oksigen.
MINYAK :
Sifat minyak jika masuk ke perairan (tawar/laut) : 1).
Menyebar : segera setelah minyak tumpah, minyak akan tersebar ke
seluruh permukaan air dalam satu lapisan. Kecepatan penyebarannya
tergantung pada tingkat viskositas minyak. Minyak yang viskositasnya
rendah dan berbentuk cair menyebar lebih cepat dari minyak yang
viskositasnya tinggi. Namun demikian, lapisan minyak menyebar dengan
cepat dan menutupi wilayah permukaan air. Tingkat penyebaran minyak
juga ditentukan oleh kondisi umum seperti temperatur, arus laut, pengaruh
pasang dan kecepatan angin. Makin berat kondisinya, makin cepat
penyebaran dan pecahnya minyak, 2). Evaporasi : penguapan merupakan
proses yang terpenting dalam hal keseimbangan massa. Dalam beberapa
hari semenjak pencemaran, minyak mentah ringan dapat melepaskan 75%
dari massa awalnya dan medium menjadi 40% lebih encer. Sebaliknya
minyak mentah berat atau residu akan melepaskan tidak lebih dari 10%
dari volume awalnya pada beberapa hari setelah terjadi tumpahan, 3).
Dispersi : gelombang dan turbulensi di permukaan air dapat
mengakibatkan seluruhnya atau sebagian dari lapisan minyak pecah
menjadi beberapa bagian dan tetesan yang ukurannya bervariasi. Ini akan
tercampur ke dalam lapisan atas pada kolom air, 4). Emulsifikasi :
emulsifikasi merupakan proses pembentukan berbagai fase air di dalam



16

minyak, umum disebut sebagai mousse oleh pekerja di pertambangan
minyak. Emulsi ini mengubah karakteristik dari tumpahan minyak secara
signifikan. Emulsi stabil mengandung antara 60-85% air yang membuat
volume awalnya membesar 3-5 kali. Berat jenis dari emulsi yang
dihasilkan sebesar 1,3 g/mL dibandingkan berat jenis awalnya yang
berkisar antara 0,80-0,95 g/mL, 5). Disolusi : senyawa air yang larut
dalam minyak dapat tersebar ke seluruh perairan. Hal ini tergantung pada
komposisi dan keadaan minyak, dan terjadi lebih cepat ketika minyak
terdispersi dengan baik di kolom perairan.
Komponen yang mudah larut di air laut adalah komponen
hidrokarbon ringan seperti benzena atau toluen. Bagaimanapun, komponen
ini juga merupakan komponen yang pertama kali hilang akibat evaporasi,
sebuah proses yang 10-100 kali lebih cepat daripada disolusi, 6). Oksidasi
: minyak mentah merupakan campuran kompleks dari bahan-bahan
organik, umumnya hidrokarbon. Oksidasi mengubah campuran ini
menjadi senyawa-senyawa baru dan mengatur distribusi dari residu,
berdasarkan kemampuan oksidasinya. Hasil oksidasi dari semua bahan
organik, bila diberikan oksigen tak terbatas, adalah konversi dari
karbondioksida dan air. Pada proses ini, hidrokarbon teroksidasi menjadi
alkohol, keton dan asam-asam organik. Hasil oksidasi merupakan senyawa
yang lebih dapat larut di air daripada senyawa hidrokarbon awal sebelum
diturunkan. Oksidasi pada minyak mentah dimediasi oleh dua proses yaitu
foto-oksidasi dan mikrobial-oksidasi, yang menyediakan energi untuk
menjalankan reaksi oksidasi. Saat minyak terekspos sinar matahari dan
oksigen di lingkungan, maka fotooksidasi dan oksidasi mikrobial aerob
terjadi pula. Saat tidak terdapat oksigen dan sinar matahari pada
lingkungan anaerobik terjadi.
Hal yang mempengaruhi fotooksidasi adalah spektrum dan
intensitas cahaya, karakteristik optis dari permukaan air yang telah
dimodifikasi oleh hidrokarbon dan bahan-bahan serta partikel lain,
karakteristik optis dari hidrokrbon, dan keberadaan bahan aktivator dan



17

katalisator, 7). Sedimentasi/Sinking : sinking merupakan mekanisme
dimana minyak yang berat jenisnya lebih besar dari air akan dipindahkan
ke lapisan bawah. Minyak itu sendiri dapat memiliki berat jenis lebih besar
dari air, atau dapat mengikat lebih banyak sedimen sehingga menjadi lebih
padat dari air. Sedimentasi merupakan proses perubahan minyak menjadi
sedimen tersuspensi yang akhirnya akan diam di kolom air dan
terakumulasi pada dasar perairan.
Terdapat perbedaan signifikan pada jumlah relatif dari minyak
yaitu proses sunking minyak dapat mengandung beberapa persen sedimen,
dimana sedimen yang terkontaminasi terakumulasi yang di dasar perairan
akan mengandung hanya beberapa persen minyak. Sedimentasi
memerlukan mekanisme untuk minyak agar menjadi sedimen. Salah satu
mekanisme antara lain adalah pemberian butiran minyak yang disebarkan
di kolom perairan oleh zooplankton dan ekskresi minyak dalam pelet yang
tenggelam ke dalam dasar perairan, 8). Biodegradasi : perairan (tawar/laut)
mengndung sejumlah mikroorganisme atau mikroba yang mendegradasi
minyak ke senyawa air, bahkan ke karbondioksida dan air secara bertahap
atau langsung. Banyak jenis mikroba yang tinggal dan masing-masing
cenderung mendegradasi sejumlah bagian khusus pada minyak mentah.
Bagaimanapun, beberapa komponen pada minyak sangat tahan terhadap
pemecahan dan mungkin tidak dapat terdegradasi. Faktor utama yang
mempengaruhi efisiensi biodegradasi adalah tingkat nutrien (N dan P) di
air, suhu dan tingkat oksigen yang tersedia. Seperti biodegradasi
memerlukan oksigen, proses ini dapat terjadi pada antar-permukaan-air-
minyak walaupun tidak ada oksigen yang tersedia bagi minyak itu sendiri.
Terjadinya tetesan minyak baik oleh dispersi alami maupun secara kimia
akan memperluas permukaan minyak dan meningkatkan area yang tersedia
untuk keberlangsungan proses biodegradasi.
Efek sub-letal yang mengganggu kemampuan individual organisme
air untuk bereproduksi, tumbuh, mencari makan atau mengerjakan
aktivitas lain dapat disebabkan oleh perpanjangan paparan pada



18

konsentrasi minyak atau komponen minyak jauh lebih rendah daripada
efek mematikan. Hewan yang tinggal menetap (sedentary) di perairan
dangkal seperti oyster, kerang dan remis yang secara rutin menyaring
sejumlah besar air laut untuk mengekstrak makanan, biasanya akan
mengakumulasi komponen minyak. Sementara komponen ini tidak akan
mengakibatkan kerusakan dengan segera, keberadaannya dapat membuat
hewan sejenisnya menjadi tidak enak jika dikonsumsi manusia,
dikarenakan adanya rasa atau aroma minyak. Ini merupakan masalah
musiman sejak hilangnya komponen yang mengakibatkan noda, ketika
dikembalikan ke kondisi normal. Komponen hidrokarbon yang bersifat
toksik berpengaruh terhadap reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan
perilaku biota laut, terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan.
Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme,
terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap
ini sangat rentan pada lingkungan tercemar. Proses ini merupakan
penyebab terkontaminasinya sejumlah flora dan fauna di wilayah tercemar.
Berdasarkan kemampuan proses biodegradasi, potensi senyawa
minyak yang dapat diuraikan oleh mikroba adalah sebagai berikut : 1).
Hidrokarbon jenuh : umumnya alkanes siap untuk diuraikan mikroba
menjadi alcohol, aldehydes, atau fatty acid. Branched alkanes dan
Cycloalkanes adalah sulit diuraikan mikroba (Atlas, 1995). 2). Aromatik :
umumnya aromatic sulit terurai biologis tetapi aromatic dengan berat
molekul rendah (naphthalene) dapat terurai biologis (Prince, 1993). 3).
Resin dan asphalt : senyawa ini mempunyai sturktur kompleks dan sulit
diuraikan secara biologis, tetapi dalam konsentrasi rendah dapat terurai
biologis secara cometabolisme (Leahy and Colwell, 1990).
7. Hatchery A terletak dekat pantai cirata, tempat wisata pantai. Untuk
desinfeksi airnya, menggunakan sand filter dan UV. Jelaskan analisis
saudara sebagai masukan untuk manajemen perusaan tentang manajemen
air menggunakan UV demikian.




19

Jawab :
Menurut analisis saya adalah desinfeksi dengan menggunakan sinar
ultraviolet sangat baik karena sinar ultra violet dari matahari dapat
dipergunakan untuk menginaktifkan dan menghancurkan patogen yang
terdapat dalam air. Isi wadah plastik transparan dengan air dan pajankan
dengan sinar matahari secara menyeluruh selama kurang lebih 5 jam (atau
dua hari penuh bila langit berawan). Disinfeksi timbul sebagai kombinasi
dari radiasi dan pemanasan. Jika temperatur air mencapai setidaknya 50
o
C,
waktu pajanan cukup 1 jam. Karena pada umumnya penggunaan lampu
UV biasanya diletakkan dalam suatu tabung yang terbuat dari kaca dan
dapat mentrasmisi UV sehingga lampu UV tidak langsung bersentuhan
dengan air, tetapi radiasi UV tetap masuk kedalam air dan menginaktifkan
organisme target. Dimana lampu UV ini biasanya diletakkan pada
perlakuan pengolahan air pada tahap terakhir setelah penyaringan partikel-
partikel padat yang tersuspensi dalam air telah habis, sehingga lampu UV
dapat lebih efektif.
Contoh yang baik adalah sistem SODIS dimana dipergunakan botol
yang setengahnya diwarnai hitam untuk meningkatkan panas yang
diperoleh dengan sisi bening botol menghadap matahari, seperti terlihat
berikut. Air minum harus bebas dari organisme berbahaya. Penyimpanan,
sedimentasi dan filtrasi air mengurangi jumlah bakteri berbahaya namun
tidak menjamin tersingkirnya semua bibit penyakit. Disinfeksi merupakan
proses yang menjamin air minum bebas dari organisme berbahaya maupun
patogen. Hal ini direkomendasikan dilakukan pada akhir dari proses
pengolahan karena kebanyakan proses disinfeksi akan terhambat oleh
endapan tanah atau bahan organik dalam air. Terdapat berbagai cara
disinfeksi di tingkat rumah tangga.






20

8. Dari hasil fieldtrip, diketahui hatchery Y di daerah pantai jakarta,
mendesinfeksi airnya menggunakan ozon. Jelaskan analisis saudara
sebagai masukan untuk manajemen tentang pengelolaan air menggunakan
ozon demikian.
Jawab :
Menurut analisis saya adalah mendesinfeksi air dengan
menggunakan ozon adalah antara lain: Kemampuan membunuh pathogen
dan mengoksidasi bahan organik, NO
2
, NH
3
maupun H
2
S lebih tinggi
daripada klorin maupun UV sehingga waktu yang dibutuhkan untuk
membunuh pathogen menjadi lebih singkat. Efektifitas ozon tidak
tergantung pada pH air dan tidak membentuk Kloramin (KRG).
Sedangkan kekurangan dari ozonasi antara lain: Molekul O
3

diudara tidak stabil, dan secara spontan akan terdekomposisi kembali
menjadi O
2
dalam beberapa jam sehingga penyediaan O
3
harus dibuat
tempat yang khusus. Ozon bersifat sangat korosif sehingga dapat merusak
fasilitas hatchery terutama yang terbuat dari besi dan dapat merusak
kesehatan manusia. Kelarutan O
3
terbatas sehingga efektifitas membunuh
pathogen tergantung pada kontak fisik antara pathogen dengan gelembung
mikro gas O
3
dalam air. Jadi kemampuan untuk mendistribusikan
gelembung mikro gas O
3
ke seluruh badan air yang akan didesinfeksi
adalah sangat vital. Oksidasi kation inorganik (Fe, Mn, Zn dan lain-lain)
oleh ozon dapat merugikan, khususnya pada sistem budidaya air laut
karena garam-garam yang terlarut dibutuhkan untuk metabolisme biota
laut akan dioksidasi menjadi bentuk-bentuk yang tidak terlarut sehingga
membuatnya tidak tersedia.
Ozonisasi akan lebih efektif bila: Sebelum treatment ozon diletakan
filter fisik untuk menyaring partikel-partikel fisik. Dimana partikel fisik ini
dapat menghalangi ozonisasi jika tidak tersaring oleh filter fisik. Setelah
treatment ozon, harus diletakan bio filter berupa arang aktif atau vaccum
degasser atau CO
2
stripper untuk menghilangkan residu ozon yang cukup
berbahaya bagi manusia dan ikan. Harus dikenali bahwa bahan organik



21

dan inorganik pada suplai air hatchery akan menunjukkan suatu kebutuhan
ozon dan meningkatkan konsentrasi O
3
yang diperlukan untuk disinfeksi.
Contohnya di negara amerika serikat mereka relatif, penggunaan
ozon untuk pengolahan air dan pemurnian telah jauh lebih terbatas.
Namun, penggunaan ozon telah meningkat di AS, khususnya selama
dekade terakhir sebagai efek negatif dari klorinasi telah menjadi lebih
jelas. Sebagai contoh, instalasi pengolahan air modern di Amerika Serikat
telah dibangun oleh City of Los Angeles untuk menggunakan ozon untuk
desinfeksi primer dan microflocculation sebanyak 600 juta galon air per
hari. Sebuah utilitas listrik Timur Texas akan menjadi air pertama layanan
utilitas kecil di Texas untuk menggunakan ozon teknologi pengolahan air
untuk minum pemurnian air.
Komponen utama dari sistem pengolahan air ozon adalah ozonator.
Generator ozon dirakit dari bahan berkualitas tinggi, solid state elektronik,
dan bagian mekanik diproduksi dengan toleransi konsisten dekat,
menciptakan produk yang berkualitas tinggi akhir unik. Dengan memilih
komponen pemurnian air terbaik, kami telah mencapai keberhasilan jangka
panjang dan mempertahankan basis nasabah yang besar puas.
Ketika mempertimbangkan masa depan industri ozon dalam
industri yang lebih umum pengolahan air dan limbah membersihkan, kita
harus memahami dinamika yang dihasilkan dari aktivis lingkungan dan
tantangan lingkungan yang benar. Masyarakat adalah hipersensitif
terhadap ancaman kimia. Ia memahami bahwa memperbaiki teknis
diperlukan, tetapi prosedur terakhir benar menimbulkan kecurigaan.
Secara parsial, solusi yang diinginkan harus berasal dari pencegahan
polusi. Tetapi akan selalu ada limbah beberapa, ditambah jumlah besar
akan terus menjadi warisan dari praktek-praktek masa lalu.
Sebagai hasil dari menciptakan, penanganan atau membuang
limbah, perusahaan dari semua ukuran menghadapi mahal dan tidak pasti
kewajiban lingkungan jangka panjang. Kimia pengobatan mungkin



22

mendisinfeksi atau memodifikasi limbah untuk mencegah dari yang
mengancam jiwa, tapi konsentrasi hilir akan tetap menjadi masalah,
sekarang diperbesar dengan bahan kimia tambahan. Karbon filter kimia
dapat mengurangi serta mengumpulkan sampah, tetapi saringan
terkontaminasi, sekarang menjadi tempat berkembang biak bagi
pertumbuhan bakteri, harus dibuang. Sebaliknya, menghancurkan
ozonisasi limbah dalam air - hilir aliran dibersihkan, dibuat lebih murni.
Contoh salah satu produk Ozone yang dijual saat iniPemurnian air
dengan ozon adalah teknologi pengobatan yang unggul. Ozon pengolahan
air sesuai dengan lingkungan yang benar.
9. Dikalimantan tengah banyak terdapat penambangan emas yang
menggunakan logam berat sebagai katalisator memisahkan mineral emas
dengan tailing. Namun kajian di sungai-sungai di sekitarnya, kadar Hg
dalam air sunagi berada dalam jumlah yang rendah. Jelaskan analisis
saudara terkait kasus di atas.

Jawab :
Menindak lanjuti tentang kasus ini maka saya berasumsi bahwa
logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat
cair pada temperatur ruang dengan specifik gravity dan daya hantar listrik
yang tinggi. Merkuri yang terdapat dalam limbah di perairan umum diubah
oleh aktifitas mikroorganisme menjadi komponen methyl merkuri (CH3-
Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping
kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Methyl merkuri
yang terbentuk dalam sediman bersifat tidak stabil ini kemudian terlebih
dahulu diakumulasi oleh hewan air berupa fitoplankton (Chlorella sp),
Mussel (genus Vivipare) dan ikan herbivor Gyrinocheilus aymonieri (fam.
Gyrinochelidae) serta tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut mengakibatkan
merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi.
Terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air karena



23

kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih
cepat dibandingkan dengan proses eksresi. Merkuri dalam air sebagian
larut dan sebagian tenggelam ke dasar perairan. Bakteri dapat merubah
merkuri menjadi methyl merkuri dan membebaskan merkuri dari
sendimen. Selain itu, sungai di Kalimantan Tengah didominasi dengan
hutan bakau dan rawa gambut akan membantu pengendapan merkuri dan
mencegah terjadinya akumulasi merkuri di perairan.



































24

UJIAN TAKE HOME
MANAJEMEN MEDIA AKUAKULTUR
DOSEN :Dr. Kukuh nirmala


























25

SOURCES :
1. http://www.fujiro.com/?m=konten&no=10.2008. Reverse Osmosis.
2. Rukyani, A. 1993. Penanggulangan Penyakit Udang Windu. Makalah Seminar
Sehari.
3. Boyd, CE. 1982. Water Quality In Warmwater Fish Pond. Craf Master
Printers Inc. Alabama.
4. Atlas, R.M. (1995) Petroleum biodegradation and oil spill bioremediation.
Marine Pollution Bulletin, 31, 178-182.
5. Prince, R.C. (1993) Petroleum spill bioremediation in marine environments.
Critical Rev. Microbiol. 19, 217-242.
6. Leahy, J.G.; Colwell, R.R. (1990) Microbial Degradation of hydrocarbons in
the environment. Microbial Reviews, 53(3), 305-315.
7. Lastuti, N.D.R; Suwanti, L.T; Mahasri, G. 2000. Kasus penyakit protozoa ikan
hubungannya Dengan kualitas air di tempat pembenihan ikan Di sidoarjo jawa
timur. J. Penelit. Med. Eksakta, vol. 1 : 54-61.
8. Mangkoedihardjo, S. 2005. Seleksi Teknologi Pemulihan untuk Ekosistem
Laut Tercemar Minyak (Remediation Technologies Selection for Oil-Polluted
Marine Ecosystem). Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan
ITS. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai