a. Anatomi Kelenjar Prostat Gambar 1. Sistem Reproduksi Pria Potongan Sagital Prostat merupakan kelenjar reproduksi aksesorius pria yang terletak pada distal vesica urinaria, anterior dari rektum dan mengelilingi uretra pars prostatica. Prostat berbentuk seperti chestnut yang berukuran sekitar 2 cm x 3 cm x 4 cm dengan berat sekitar 20g. Prostat dibungkus ole kapsul !ibroelastik, terdiri dari 30"#0 kelenjar tubuloalveolar dan dibagi ole uretra dan duktus ejakulatorius menjadi beberapa lobus $ yaitu % &obus anterior % terletak didepan uretra pars prostatika. 'erupakan unsur kelenjar yang tidak berkembang, dan berasal dari dinding depan uretra pars prostatica. &obus lateral % merupakan kelenjar yang paling berkembang, terletak di sebela lateral uretra pars prostatica. 1 &obus medial % berkembang dari lobus psterior uretra pars prostatika, terletak diatas duktus ejakulatorius, sering merupakan tempat munculnya Benign Prostate Hyperplasia. &obus Posterior % berkembang dari dinding lateral uretra pars prostatika, dapat diraba melalui rektal, beradapan dengan rektum, dan terletak diba(a duktus ejakulatorius. Gambar 2. Sistem Reproduksi Pria Tampak Posterior Prostat tersusun dalam lapisan konsentris yang mengelilingi uretra% lapisan dalam) mukosa, lapisan tenga) submukosa, dan lapisan peri!er) kelenjar utama. *uktus"duktur dari masing"masing kelenjar berkumpul dan bermuara pada uretra pars prostatica. Prostat memiliki tiga +ona ,-ambar 3., yaitu 2 % /ona transisi % menempati sekitar #0 dari volume prostat secara keseluruan, mengelilingi secara langsung uretra pars prostatica, dan tedapat muara"muara duktus yang melepaskan sekretnya disini. 2 /ona sentral % menempati sekitar 2#0 dari volume prostat secara keseluruan dan mengandung kelenjar submukosa dengan duktus"duktus yang lebi panjang. /ona peri!er % menempati sekitar 100 dari volum prostat dan mengandung kelenjar utama dengan duktus"duktus yang panjang. Kelenjar pada daera ini merupakan lokasi tersering terjadnya in!lamasi dan kanker. Gambar 3. Zona Kelenjar Prostat Kelenjar tubuloalveolar prostat dilapisi ole epitel selapis atau bertingkat silindris. Prostat memproduksi cairan prostat yang mengandung berbagai macam glikoprotein dan en+im dan menyimpan cairan tersebut untuk ekspulsi ketika ejakulasi. Kelenjar"kelenjar tubuloalveolar ini dikelilingi ole stroma !ibromuskular. 2
Perdara prostat didapat dari arteri vesicalis in!erior cabang dari arteri pudenda interna. *rainase melalui pleksus prostatika bersamaan dengan dara yang berasal dari penis. Pleksus prostatika lalu bermuara pada vena iliaka interna. 2rsara!an prostat berasal dari plexus ypogastricus in!erior dan membentuk plexus prostaticus. b. 3isiologi Kelenjar Prostat 3ungsi"!ungsi Kelenjar prostat antara lain 3 % 3 'ensekresi cairan alkali yang menetralisir asam dari sekret vagina, al ini penting karena sperma lebi bisa idup dalam lingkungan yang sedikit basa. 'enyediakan en+im"en+im pembekuan. 2n+im"en+im pembekuan ini bekerja pada !ibrinogen dari vesikel seminalis dan membentuk !ibrin yang akan menggumpalkan semen yang nantinya akan menjaga sperma tetap berada di saluran reproduksi (anita ketika penis dicabut. 'elepaskan Prostate Spesific Antigen yang merupakan en+im pemeca !ibrin ber!ungsi memecakan gumpalan semen yang akan melepaskan sperma didalam saluran reproduksi (anita. 2. Definisi 4stila 5Benign Prostatic Hyperplasia6 digunakan jika tela terdapat bukti istopatologi yang menggambarkan terdapat adanya iperplasia sel"sel stroma dan sel"sel epitel dari kelenjar prostat. 7edangkan 5Benign Prostatic Enlargement6 atau ipertro!i prostat digunakan ketika terdapat pembesaran prostat dan biasanya anya diagnosis presumti! berdasarkan ukuran dari prostat. 4stila 5Benign Prostatic Obstruction6 digunakan ketika obtruksi tela dibuktikan le(at uji tekanan aliran ,Pressure Flow Test. , atau sangat dicurigai berdasarkan laju aliran dan jika prostat membesar. 5Bladder Outlet Obstruction6 merupakan istila generik dari segala bentuk obstruksi pada muara vesica urinaria termasuk 8P9. 4
3. Eidemiologi :ipertro!i prostat merupakan tumor jinak tersering pda pria, dan kejaidannya terkait dengan usia. Prevalensi itopatologi 8P: pada autopsi meningkat dari 200 pada pria dengan umur 4$"#0 taun, menjadi #00 pada pria dengan umur #$";0, dan lebi dari <00 pada pria diatas =0 taun. >alaupun bukti klinik dari penyakit jarang terjadi, gejala dari obtruksi prostat juga terkait usia. Pada usia ## taun, sekitar 2#0 pria melaporkan gejala susa buang air kecil. pada usai 1# taun, #00 pria mengelu turunnya kekuatan dan kaliber pancaran urinnya. 3aktor resiko dari pertimbuan 8P: sedikit sekali dipaami. 8eberapa penelitian mengusulkan perdisposisi genetik, dan sebagian lagi perbedaan ras. 7ekitar #00 pria usia diba(a ;0 taun yang menjalani operasi 8P: berpotensi memiliki penyakit keturunan 8P:. 8entuk penyakit ini kebanyakan dominan autosom, dan saudara tingkat pertama pria dari pasien beresiko terkena 8P: sekitar 4 kali lipat. # Angka kejadian 8P: di 4ndonesia yang pasti belum perna diteliti, tetapi sebagai gambaran ospital prevalence di dua ruma sakit besar di ?akarta yaitu @7A' dan 7umber(aras selama 3 taun ,$<<4"$<<1. terdapat $040 kasus. ; 4 !. Etiologi 2tiologi 8P: belum sepenunya diketaui, namun diduga terkait dengan endokrin dan multi!aktor. Kelenjar prostat tersusun atas epitel dan stroma, dimana sendiri atau kedua komponen tersebut dapat menjadi nodul"nodul iperplastik dan mani!estasi klinis yang terkait dengan 8P:. # Pengamatan dan uji klinis pada pria secara jelas menggambarkan ba(a 8P: tdikontrol ore sistem endokrin. Kastrasi menyebabkan menyusutnya 8P: dan perbaikan gejala berkemi. Penelitian tambaan tela membuktikan adanya ubungan antara kadar testosteron dan estrogen teradap volume 8P:. Penelitian terbaru meduga ubungan penuaan dan 8P: terjadi akibat meningkatnya kadar estrogen yang merangsang reseptor etrogen yang nantinya akan menyebabkan prostat melepas testosteron. Bamun ingga saat ini belum ada penelitian yang dapat menjelaskan penyebab terjadinya peningkatan kadar reseptor estrogen pada pria yang menderita 8P:. # ". Patofisiologi 7eperti yang dijelaskan sebelumnya, 8P: muncul pad +ona transisi dan merupakan proses iperplasia dimana terjadi peningkatan jumla sel. Penilaian mikroskopis menunjukan pola pertumbuan nodular yang tersusun atas berbagai macam jumla epitel dan stroma. 7troma tersusun atas berbagai jumla kolagen dan otot polos. Perbandingan jumla dari komponen itologi 8P: menjelaskan potensi respon teradap terapi. *imana terapi C"bloker mengasilkan respon yang baik pada pasien dengan 8P: dengan komponen otot polos yang banyak, sedangkan pada 8P: yang komponen epitelnya dominan merespon #"reductase inibutor lebi baik. Pasien dengan komponen kolagen pada stroma mungkin tidak memberikan respon pada kedia terapi tersebut. # 7eiring dengan membesarnya nodul prostat pada +ona transisi, +ona luar dari prostat akan terimpit dan menyebabkan terbentuknya 5surgical capsule6. 8atas ini yang nantinya akan memisakan +ona transiis dengan +ona peri!er dan berguna sebagai tempat pembedaan untuk enukleasi prostat terbuka dalam prostatektomi sederana. # -ejala klinik dari 8P: terjadi akibat komponen obtrikti! dari prostat atau respon buli"buli teradap resistesi outlet. Komponen obstrukti! dibagi menjadi dua yaitu obstruksi mekanik dan obstruksi dinamik. # 7eiring dengan membesarnya kelenjar prostat, obruksi mekanik terjadi akibat pertumbuan prostat yang mendesak lumen uretra dan leer buli"buli seingga meningkatkan resistensi outlet. 7edangkan 9bstruksi dinamik prostat menggambarkan keluan yang dirasakan ole pasien. 7troma kelenjar prostat tersusun atas otot polos dan kolagen yang banyak dipersara!i ole sara! adrenergik. *imana stimulasi 5 adrenergik mengatur tonus dari uretra pars prostatika. Pengguaan C"bloker akan menurunkan tonus tersebut dan menurunkan resistesi outlet Keluan iritti! ketika berkemi terjadi akibat respon buli"buli teradap meningkatnya resistensi outlet. 9bstruksi outlet buli"buli menyebabkan ipertopi dan iperplasi otot detrusor dan juga menyebabkan terbentuknya timbunan kolagen yang akan menyebabkan turunya komplians buli"buli. Pada pemeriksaan makroskopik, tampak berkas"berkas otot detrusor menebal dan pada pemeriksaat sitoskopik tampak trabekulasi. ?uka tidak diperiksa, jika terjadi erniasi mukosa deiatara berkas otot detrusor, maka akan membentuk divertikulum ,disebut juga divertikulum palsu jika anya terbentuk ole mukosa dan serosa.. # #. $anifestasi Klinis 7eperti yang disebutkan diatas, gejala 8P: dibagi menjadi dua yaitu gejala obstrukti! dan gejala iritati!. -ejala obstrukti! % Pancaran melema 8erkemi tidak lampias 'enunggu lama pada permulaan berkemi 'engedan 8erkemi putus"putus Drin menetes -ejala irirtati! % 7ering berkemi Eidak bisa menunda berkemi 7ering berkemi pada malam ari Byeri ketika berkemi 'engompol 6 %. Diagnosis # *iagnosis 8P: dapat ditegakkan berdasarkan atas berbagai pemeriksaan a(al dan pemeriksaan tambaan. ?ika !asilitas tersedia, pemeriksaan a(al arus dilakukan ole setiap dokter yang menangani pasien 8P:, sedangkan pemeriksaan tambaan yang bersi!at penunjang dikerjakan jika ada indikasi untuk melakukan pemeriksaan itu. Pada 5th nternational !onsultation on BPH ,4A"8P:. membagi kategori pemeriksaan untuk mendiagnosis 8P: menjadi% pemeriksaan a(al ,"ecommended. dan pemeriksaan spesialistik urologi ,Optional., sedangkan guidelines yang disusun ole 2AD$2 membagi pemeriksaan itu dalam% mandatory# recommended# optional# dan not recommended. Bagan 1. Skema pengelolaan BPH di ndonesia untuk dokter umum dan spesialis non urologi. Anamnesis Pemeriksaan a(al teradap pasien 8P: adala melakukan anamnesis atau (a(ancara yang cermat guna mendapatkan data tentang ri(ayat penyakit yang dideritanya. Anamnesis itu meliputi % 7 Keluan yang dirasakan dan seberapa lama keluan itu tela mengganggu @i(ayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia ,perna mengalami cedera, in!eksi, atau pembedaan. @i(ayat keseatan secara umum dan keadaan !ungsi seksual 9bat"obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluan miksi Eingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedaan. 7ala satu pemandu yang tepat untuk mengarakan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adala nternational Prostate Symptom Score ,4P77.. >:9 dan ADA tela mengembangkan dan mensakan prostate symptom score yang tela distandarisasi. 7kor ini berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien 8P:. Analisis gejala ini terdiri atas 1 pertanyaan yang masing"masing memiliki nilai 0 ingga # dengan total maksimum 3#. Kuesioner 4P77 dibagikan kepadapasien dan diarapkan pasien mengisi sendiri tiap"tiap pertanyaan. Keadaan pasien 8P: dapat digolongkan berdasarkan skor yang diperole adala sebagai berikut % 7kor 0"1% bergejala ringan 7kor ="$<% bergejala sedang 7kor 20"3#% bergejala berat. 7elain 1 pertanyaan di atas, di dalam da!tar pertanyaan 4P77 terdapat satu pertanyaan tunggal mengenai kualitas idup ,$uality of %ife atau Fo&. yang juga terdiri atas 1 kemungkinan ja(aban. Tabel 1. Skor PPS dan !o" *alam $ bulan terakir Eidak perna Kurang dari sekali dalam lima kali Kurang dari setenga Kadang" kadang ,sekitar #00. &ebi dari setenga :ampir selalu 7kor $. seberapa sering Anda merasa masi ada sisa selesai kencingG ,ncomplete emptying. 0 $ 2 3 4 # 2. seberapa sering Anda arus kembali kencing dalam (aktu kurang dari 2 jam setela selesai 0 $ 2 3 4 # 8 kencingG ,Fre&uency. 3. 7eberapa sering Anda mendapatkan ba(a Anda kencing terputus" putusG ,ntermittency. 0 $ 2 3 4 # 4. seberapa sering anda susa menunda kencingG ,'rgency. 0 $ 2 3 4 # #. seberapa sering pancarang kencing anda lemaG ,(ea) stream. 0 $ 2 3 4 # ;. seberapa sering anda arus mengejan untuk mulai kencingG ,Straining. 0 $ 2 3 4 # 1. seberapa sering anda arus bangun untuk kencing, sejak mulai tidur pada malam ari ingga bangun di pagi ariG ,*octuria. 0 $ 2 3 4 # 7kor 4PP7 total ,Pertanyaan $ sampai ;. H $uality of %ife +ue to 'rinary Problems 7enang sekali senang Pada umumnya puas Aampuran antara puas dan tidak puas Pada umumnya tidak puas Eidak baagia 8uruk sekali 7eandainya anda arus mengabiskan sisa idup dengan !ungsi kencing seperti saat ini, bagaimana perasaan andaG 7kor Fo& total H Pemeri&saan Fisi& Aolok dubur atau digital rectal e,amination ,*@2. merupakan pemeriksaan yang penting pada pasien 8P:, disamping pemeriksaan !isik pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli"buli. *ari pemeriksaan colok dubur 9 ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan sala satu tanda dari keganasan prostat. 'engukur volume prostat dengan *@2 cenderung underestimate daripada pengukuran dengan metode lain, seingga jika prostat teraba besar, ampir pasti ba(a ukuran sebenarnya memang besar. Kecurigaan suatu keganasan pada pemeriksaan colok dubur, ternyata anya 2;"340 yang positi! kanker prostat pada pemeriksaan biopsi. 7ensiti!itas pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar 330. Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan !ungsi neuromusluler ekstremitas ba(a. *isamping itu pada *@2 diperatikan pula tonus s!ingter ani dan re!leks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada busur re!leks di daera sakral. Urinalisis Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan ematuria. 8P: yang suda menimbulkan komplikasi in!eksi saluran kemi, batu buli"buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluan miksi, di antaranya% karsinoma buli"buli in situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Dntuk itu pada kecurigaan adanya in!eksi saluran kemi perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine, dan kalau terdapatkecurigaan adanya karsinoma buli"buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urine. Pada pasien 8P: yang suda mengalami retensi urine dan tela memakai kateter, peme"riksaan urinalisis tidak banyak man!aatnya karena seringkali tela ada leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter. Pemeri&saan F'ngsi (injal 9bstruksi in!ravesika akibat 8P: menyebabkan gangguan pada traktus urinarius ba(a ataupun bagian atas. *ikatakan ba(a gagal ginjal akibat 8P: terjadi sebanyak 0,3"300 dengan rata"rata $3,;0. -agal ginjal menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca beda ,2#0. lebi sering dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal ,$10., dan mortalitas menjadi enam kali lebi banyak. Pasien &DE7 yang diperiksa ultrasonogra!i didapatkan dilatasi sistem pelvikalises 0,=0 jika kadar kreatinin serum normal dan sebanyak $=,<0 jika terdapat kelainan kadar kreatinin serum. 9le karena itu pemeriksaan !aal ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemi bagian atas. Pemeri&saan PSA )Prostate SpecificAntigen* P7A disintesis ole sel epitel prostat dan bersi!at organ speci!ic tetapi bukan cancer speci!ic. 7erum P7A dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari 8P:) dalam al ini jika kadar P7A tinggi berarti% ,a. pertumbuan volume prostat lebi cepat, ,b. keluan akibat 8P:Ilaju pancaran urine lebi jelek, dan ,c. lebi muda terjadinya retensi urine akut. 10 Pertumbuan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar P7A. *ikatakan ole @oerborn et al ,2000. ba(a makin tinggi kadar P7A makin cepat laju pertumbuan prostat. &aju pertumbuan volume prostat rata"rata setiap taun pada kadar P7A 0,2"$,3 ngIdl adala 0,1 m&Itaun, sedangkan pada kadar P7A $,4"3,2 ngIdl sebesar 2,$ m&Itaun, dan kadar P7A 3,3"<,< ngIdl adala 3,3 m&Itaun$<. Kadar P7A di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setela manipulasi pada prostat ,biopsi prostat atau ED@P., pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. 7esuai yang dikemukakan ole >ijanarko et al ,2003. ba(a serum P7A meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlaanlaan menurun terutama setela 12 jam dilakukan kateterisasi. @entang kadar P7A yang dianggap normal berdasarkan usia adala% 40"4< taun% 0"2,# ngIml #0"#< taun%0"3,# ngIml ;0";< taun%0"4,# ngIml 10"1< taun% 0";,# ngIml 'eskipun 8P: bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma prostat, tetapi kelompok usia 8P: mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan P7A bersamaan dengan colok dubur lebi superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. 9le karena itu pada usia ini pemeriksaan P7A menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. 7ebagian besar guidelines yang disusun di berbagai negara merekomendasikan pemeriksaan P7A sebagai sala satu pemeriksaan a(al pada8P:, meskipun dengan sarat yang berubungan dengan usia pasien atau usia arapan idup pasien. Dsia sebaiknya tidak melebii 10"1# taun atau usia arapan idup lebi dari $0 taun, seingga jika memang terdiagnosis karsinoma prostat tindakan radikal masi ada man!aatnya. +atatan ,arian mi&si )voiding diaries* -oiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk menilai !ungsi traktus urinarius bagian ba(a dengan reliabilitas dan validitas yang cukup baik. Pencatatan miksi ini sangat berguna pada pasien yang mengelu nokturia sebagai keluan yang menonjol. *engan mencatat kapan dan berapa jumla asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan berapa jumla urine yang dikemikan dapat diketaui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi in!ra"vesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang berlebi. 7ebaiknya pencatatan dikerjakan 1 ari berturut"turut untuk mendapatkan asil yang baik namun 8ro(n et al ,2002. 11 mendapatkan ba(a pencatatan selama 3"4 ari suda cukup untuk menilai overaktivitas detrusor. Uroflometri Dro!lometri adala pencatatan tentang pancaran urine selama proses miksi secara elektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemi bagian ba(a yang tidak invasi!. *ari uro!lometri dapat diperole in!ormasi mengenai volume miksi, pancaran maksimum ,F max ., pancaran rata"rata ,F ave ., (aktu yang dibutukan untuk mencapai pancaran maksimum, dan lama pancaran. Pemeriksaan ini sangat muda, non invasi!, dan sering dipakai untuk mengevaluasi gejala obstruksi in!ravesika baik sebelum maupun setela mendapatkan terapi. :asil uro!lometri tidak spesi!ik menunjukkan penyebab terjadinya kelainan pancaran urine, sebab pancaran urine yang lema dapat disebabkan karena 899 atau kelemaan otot detrusor. *emikian pula F max ,pancaran. yang normal belum tentu tidak ada 899. Bamun demikian sebagai patokan, pada 4A"8P: 2000, terdapat korelasi antara nilai Fmax dengan derajat 899 sebagai berikut% F max J $0 mlIdetik <00 899 F max $0"$4 mlIdetik ;10 899 F max K$# mlIdetik 300 899 :arga F max dapat dipakai untuk meramalkan asil pembedaan. Pasien tua yang mengelu &DE7 dengan F max normal biasanya bukan disebabkan karena 8P: dan keluan tersebut tidak beruba setela pembedaan. 7edangkan pasien dengan F max J$0 m&Idetik biasanya disebabkan karena obstruksi dan akan memberikan respons yang baik setela pembedaan. Penilaian ada tidaknya 899 sebaiknya tidak anya dari asil F max saja, tetapi juga digabungkan dengan pemeriksaan lain. 'enurut 7teele et al ,2000. kombinasi pemeriksaan skor 4P77, volume prostat, dan F max cukup akurat dalam menentukan adanya 899. Bilai F max dipengarui ole% usia, jumla urine yang dikemikan, serta terdapat variasi induvidual yang cukup besar. 9le karena itu asil uro!lometri menjadi bermakna jika volume urine K$#0 m& dan diperiksa berulangkali pada kesempatan yang berbeda. 7pesi!isitas dan nilai prediksi positi! F max untuk menentukan 899 arus diukur beberapa kali. @eynard et al ,$<<;. dan ?epsen et al ,$<<=. menyebutkan ba(a untuk menilai ada tidak"nya 899 sebaiknya dilakukan pengukuran pancaran urine 4 kali. 12 Pemeri&saan -esid'al Urine @esidual urine atau Post -oiding "esidual urine ,PL@. adala sisa urine yang tertinggal di dalam buli"buli setela miksi. ?umla residual urine ini pada orang normal adala 0,0<"2,24 m& dengan rata"rata 0,#3 m&. Euju pulu delapan persen pria normal mempunyai residual urine kurang dari # m& dan semua pria normal mempunyai residu urine tidak lebi dari $2 m&. Pemeriksaan residual urine dapat dilakukan secara invasi!, yaitu dengan melaku"kan pengukuran langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setela pasien berkemi, maupun non invasi!, yaitu dengan mengukur sisa urine melalui D7- atau bladder scan. Pengukuran melalui kateterisasi ini lebi akurat dibandingkan dengan D7-, tetapi tidak meng"enakkan bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, menimbulkan in!eksi saluran kemi, ingga terjadi bakteriemia. Pengukuran dengan cara apapun, volume residual urine mempunyai variasi individual yang cukup tinggi, yaitu seorang pasien yang diukur residual urinenya pada (aktu yang berlainan pada ari yang sama maupun pada ari yang berbeda, menunjukkan perbedaan volume residual urine yang cukup bermakna. Lariasi perbedaan volume residual urine ini tampak nyata pada residual urine yang cukup banyak ,K$#0 ml., sedangkan volume residual urine yang tidak terlalu banyak ,J$20 ml. asil pengukuran dari (aktu ke (aktu ampir sama. *aulu para ali urologi beranggapan ba(avolume residual urine yang meningkat menandakan adanya obstruksi, seingga perludilakukan pembedaan) namun ternyatapeningkatan volume residual urine tidak selalu menunjukkan beratnya gangguan pancaran urine atau beratnya obstruksi. :al ini diperkuat ole pernyataan Prasetya(an dan 7umardi ,2003., ba(a volume residual urine tidak dapat menerangkan adanya obstruksi saluran kemi. Bamun, bagaimanapun adanya residu uirne menunjukkan tela terjadi gangguan miksi. >atc!ul (aiting biasanya akan gagal jika terdapat residual urine yang cukup banyak ,>asson et al $<<#., demikian pula pada volume residual urine lebi 3#0 ml seringkali tela terjadi dis!ungsi pada buli"buli seingga terapi medikamentosa biasanya tidak akan memberikan asil yang memuaskan. 8eberapa negara terutama di 2ropa merekomendasikan pemeriksaan PL@ sebagai bagian dari pemeriksaan a(al pada 8P: dan untuk memonitor setela (atc!ul (aiting. Karena variasi intraindividual yang cukup tinggi, pemeriksaan PL@ dikerjakan lebi dari satu kali dan sebaiknya dikerjakan melalui melalui D7- transabdominal. Pen.itraan Tra&t's Urinari's Pencitraan traktus urinarius pada 8P: meliputi pemeriksaan teradap traktus urinarius bagian atas maupun ba(a dan pemeriksaan prostat. *aulu pemeriksaan 4LP pada 8P: dikerjakan ole sebagian besar ali urologi untuk mengungkapkan adanya% ,a. kelainan pada saluran kemi bagian atas, ,b. divertikel atau selule pada 13 buli"buli, ,c. batu pada buli"buli, ,d. perkiraan volume residual urine, dan ,e. perkiraan besarnya prostat. Pemeriksaan pencitraan teradap pasien 8P: dengan memakai 4LP atau D7-, ternyata ba(a 10"1#0 tidak menunjukkan adanya kelainan pada saluran kemi bagian atas) sedangkan yang menunjukkan kelainan, anya sebagian kecil saja ,$00. yang membutukan penanganan berbeda dari yang lain. 9le karena itu pencitraan saluran kemi bagian atas tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan pada 8P:, kecuali jika pada pemeriksaan a(al diketemukan adanya% ,a. ematuria, ,b. in!eksi saluran kemi, ,c. insu!isiensi renal ,dengan melakukan pemeriksaan D7-., ,d. ri(ayat urolitiasis, dan ,e. ri(ayat perna menjalani pembedaan pada saluran urogenitalia. Pemeriksaan sistogra!i maupun uretrogra!i retrograd guna memperkirakan besarnya prostat atau mencari kelainan pada buli"buli saat ini tidak direkomendasikan. Bamun pemeriksaan itu masi berguna jika dicurigai adanya striktura uretra. Pemeriksaan D7- prostat bertujuan untuk menilai bentuk, besar prostat, dan mencari kemungkinan adanya karsinoma prostat. Pemeriksaan ultrasonogra!i prostat tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin, kecuali endak menjalani terapi% ,a. inibitor #"C reduktase, ,b. termoterapi, ,c. pemasangan stent, ,d. ED4P atau ,e. prostatektomi terbuka. 'enilai bentuk dan ukuran kelenjar prostat dapat dilakukan melalui pemeriksaan transabdominal ,EAD7. ataupun transrektal ,E@D7.. ?ikaterdapat peningkatan kadar P7A, pemeriksaan D7- melalui transrektal ,E@D7. sangat dibutukan guna menilai kemungkinan adanya karsinoma prostat. Uretrosistos&oi Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetaui keadaan uretra prostatika dan buli"buli. Eerliat adanya pembesaran prostat, obstruksi uretra dan leer buli"buli, batu buli"buli, trabekulasi buli"buli, selule, dan divertikel bulibuli. 7elain itu sesaat sebelum dilakukan sistoskopi diukur volume residual urine pasca miksi. 7ayangnya pemeriksaan ini tidak mengenakkan bagi pasien, bisa menimbulkan komplikasi perdaraan, in!eksi, cedera uretra, dan retensi urine seingga tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin pada 8P:. Dretrosistoskopi dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedaan untuk menentukan perlunya dilakukan ED4P, ED@P, atau prostatektomi terbuka. *isamping itu pada kasus yang disertai dengan ematuria atau dugaan adanya karsinoma buli"buli sistoskopi sangat membantu dalam mencari lesi pada bulibuli. Pemeri&saan Urodinami&a Kalau pemeriksaan uro!lometri anya dapat menilai ba(a pasien mempunyai pancaran urine yang lema tanpa dapat menerangkan penyebabnya, pemeriksaan uro" dinamika ,pressure !lo( study. dapat membedakan pancaran urine yang lema itu 14 disebabkan karena obstruksi leer buli"buli dan uretra ,899. atau kelemaan kontraksi otot detrusor. Pemeriksaan ini cocok untuk pasien yang endak menjalani pembedaan. 'ungkin saja &DE7 yang dikelukan ole pasien bukan disebabkan ole 8P9 melainkan disebabkan ole kelemaan kontraksi otot detrusor seingga pada keadaan ini tindakan desobstruksi tidak akan berman!aat. Pemerik"saan urodinamika merupakan pemeriksaan optional pada evaluasi pasien 8P: bergejala. 'eskipun merupakan pemeriksaan invasi!, urodinamika saat ini merupakan pemeriksaan yang paling baik dalam menentukan derajat obstruksi prostat ,8P9., dan mampu meramalkan keberasilan suatu tindakan pembedaan.'enurut ?avle et al ,$<<=., pemeriksaan ini mempunyai sensiti!itas =10, spesi!isitas <30, dan nilai prediksi positi! sebesar <#0. 4ndikasi pemeriksaan uro" dinamika pada 8P: adala% berusia kurang dari #0 taun atau lebi dari =0 taun dengan volume residual urineK300 m&, FmaxK$0 mlIdetik, setela menjalani pembedaan radikal pada daera pelvis, setela gagal dengan terapi invasi!, atau kecurigaan adanya buli"buli neurogenik. Pemeri&saan /ang tida& dire&omendasi&an ada asien 0P1 8erbagai pemeriksaan saat ini tidak direkomendasikan sebagai piranti untuk diagnosis pada pasien 8P:, kecuali untuk tujuan penelitian, di antaranya adala% 4LD, kecuali jika pada pemeriksaan a(al didapatkan adanya% ematuria, in!eksi saluran kemi berulang, ri(ayat perna menderita urolitiasis, dan perna menjalani operasi saluran kemi. 'retrografi "etrograde, kecuali pada pemeriksaan a(al suda dicurigai adanya striktura uretra. 'rethral Pressure Profilometry .'PP/ -oiding !ystourethrography .-!'/ E,ternal 'rethral Sphincterelectromyography Filling !ystometrography0 2. Diagnosis 0anding 1iertrofi Prostat 15 @i(ayat instrumenasi uretra, uretritis, atau trauma arus dicari untuk menyingkirkan striktur uretra atau kontraktur leer buli"buli. :ematuria dan nyeri biasanya erkait dengan batu buli"buli. Karsinoma prostat bisa dideteksi denga menigkatnya kadar P7A dan kelainan pada perabaan prostat melalui colok dubur. 4n!eksi saluran kemi ,47K. dapat menyerupai gejala iritati! dari 8P: dan bisa di singkirkan dengan urinalisis dan kultur urin) namun 47K bisa juga merupaka komplikasi dari 8P:. Karsinoma buli"buli kususnya karsinoma in situ juga gejalanya dapa menyerupai gejala irirtati! 8P:, namun pada urinalisis biasanya terdapat ematuria. Pasien dengan buli"buli neurogenik dapat juga memiliki gejala seperti 8P:, namun pada pasien ini terdapat ri(ayat penyakit sara!, stroke, diabetes melitus, atau perna jatu, dan pada pemeriksaan !isik re!leks pada perineal dan ekstermitas ba(a menurun atau ilang atau perubaan pada tonus s!ingter rektal atau penurunan re!rleks bulbokavernosus. 1
3. Tatala&sana 1iertrofi Prostat # Eujuan terapi pada pasien 8P: adala mengembalikan kualitas idup pasien. Eerapi yang dita(arkan pada pasien tergantung pada derajat keluan, keadaan pasien, maupun kondisi obyekti! keseatan pasien yang diakibatkan ole penyakitnya. Piliannya adala mulai dari% ,$. tanpa terapi ,(atchful (aiting., ,2. medikamentosa, dan ,3. terapi intervensi. *i 4ndonesia, tindakan Eransuretral @esection o! te prostate ,ED@P. masi merupakan pengobatan terpili untuk pasien 8P:. 4at.,f'l 4aiting >atc!ul (aiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun tetapi perkem"bangan penyakitnya keadaannya tetap dia(asi ole dokter. Pilian tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien 8P: dengan skor 4P77 diba(a 1, yaitu keluan ringan yang tidak menggangu aktivitas seari"ari. 8eberapa guidelines masi mena(arkan (atc!ul (aiting pada pasien 8P: bergejala dengan skor sedang ,4P77 ="$<.. Pasien dengan keluan sedang ingga berat ,skor 4P77 K 1., pancaran urine melema ,F max J $2 m&Idetik., dan terdapat pembesaran prostat K 30 gram tentunya tidak banyak memberikan respon teradap (atc!ul (aiting. Pada (atc!ul (aiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan anya diberi penjelasan mengenai sesuatu al yang mungkin dapat memperburuk keluannya, misalnya ,$. jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkool setela makan malam, ,2. kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli"buli ,kopi atau cokelat., ,3. batasi penggunaan obat" obat in!luen+a yang mengandung !enilpropanolamin, ,4. kurangi makanan pedas dan asin, dan ,#. jangan menaan kencing terlalu lama. 7etiap ; bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubaan keluan yang dirasakan, 4P77, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual urine. ?ika keluan miksi bertamba jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu di!ikirkan untuk memili terapi yang lain. 16 $edi&amentosa Pasien 8P: bergejala biasanya memerlukan pengobatan bila tela mencapai taap tertentu. Pada saat 8P: mulai menyebabkan perasaan yang mengganggu, apalagi membaayakan keseatannya, direkomendasikan pemberian medikamentosa. *alam menentukan pengobatan perlu diperatikan beberapa al, yaitu dasar pertimbangan terapi medikamentosa, jenis obat yang digunakan, pemilian obat, dan evaluasi selama pemberian obat. Perlu dijelaskan pada pasien ba(a arga obat" obatan yang akan dikonsumsi tidak mura dan akan dikonsumsi dalam jangka (aktu lama. *engan memakai piranti skoring 4P77 dapat ditentukan kapan seorang pasien memer"lukan terapi. 7ebagai patokan jika skoring K1 berarti pasien perlu mendapatkan terapi medi"kamentosa atau terapi lain. Eujuan terapi medikamentosa adala berusaa untuk% ,$. mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau ,2. mengurangi volume prostat sebagai komponen statik. ?enis obat yang digunakan adala% o Antagonis adrenergik reseptor C yang dapat berupa% preparat non selekti!% !enoksiben+amine preparat selekti! masa kerja pendek% pra+osin, a!lu+osin, dan indoramin preparat selekti! dengan masa kerja lama% doksa+osin, tera+osin, dan tamsulosin o 4nibitor # C redukstase, yaitu !inasteride dan dutasteride o 3ito!armaka Antagonis -esetor Adrenergi&56 Pengobatan dengan antagonis adrenergik C bertujuan mengambat kontraksi otot polos prostat seingga mengurangi resistensi tonus leer buli"buli dan uretra. 3enoksiben+amine adala obat antagonis adrenergik"C non selekti! yang pertama kali diketaui mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluan miksi. Bamun obat ini tidak disenangi ole pasien karena menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diarapkan, di antaranya adala ipotensi postural dan menyebabkan penyulit lain pada sistem kardiovaskuler. *iketemukannya obat antagonis adrener"gikC $ dapat mengurangi penyulit sistemik yang diakibatkan ole e!ek ambatan pada"C 2 dari !enoksiben+amin. 8eberapa golongan obat antagonis adrenergik C $ yang selekti! mempunyai durasi obat yang pendek ,sort acting. di antaranya adala pra+osin yang diberikan dua kali 17 seari, dan long acting yaitu, tera+osin, doksa+osin, dan tamsulosin yang cukup diberikan sekali seari. *ibandingkan dengan plasebo, antagonis adrenergik"C terbukti dapat memperbaiki gejala 8P:, menurunkan keluan 8P: yang mengganggu, meningkatkan kualitas idup ,Fo&., dan meningkatkan pancaran urine. @ata"rata obat golongan ini mampu memperbaiki skor gejala miksi ingga 30"4#0 atau 4"; poin skor 4P77 dan F max ingga $#"300 dibandingkan dengan sebelum terapi. Perbaikan gejala meliputi keluan iritati! maupun keluan obstrukti! suda dirasakan sejak 4= jam setela pemberian obat. -olongan obat ini dapat diberikan dalam jangka (aktu lama dan belum ada bukti"bukti terjadinya intoleransi dan takipilaksis sampai pemberian ;"$2 bulan. *ibandingkan dengan inibitor #C reduktase, golongan antagonis adrenergik"C lebi e!ekti! dalam memperbaiki gejala miksi yang ditunjukkan dalam peningkatan skor 4P77, dan laju pancaran urine. *ibuktikan pula ba(a pemberian kombinasi antagonis adrenergik"C dengan !inasteride tidak berbeda jika dibandingkan dengan pemberian antagonis adrenergik"C saja. 7ebelum pemberian antagonis adrenergik"C tidak perlu memperatikan ukuran prostat serta memperatikan kadar P7A) lain alnya dengan sebelum pemberian inibitor #"C reduktase. 8erbagai jenis antagonis adrenergik C menunjukkan e!ek yang ampir sama dalam memperbaiki gejala 8P:. 'eskipun mempunyai e!ekti!itas yang ampir sama, namun masing"masing mempunyai tolerabilitas dan e!ek teradap sistem kardiovaskuler yang berbeda. 2!ek teradap sistem kardiovaskuler terliat sebagai ipotensi postural, di++ines, dan astenia yang seringkali menyebabkan pasien mengentikan pengobatan. *oksa+osin dan tera+osin yang pada mulanya adala suatu obat antiipertensi terbukti dapat memperbaiki gejala 8P: dan menurunkan tekanan dara pasien 8P: dengan ipertensi. 7ebanyak #"200 pasien mengelu di++iness setela pemberian doksa+osin maupun tera+osin, J #0 setela pemberian tamsulosin, dan 3"$00 setela pemberian plasebo. :ipotensi postural terjadi pada 2"=0 setela pemberian doksa+osin atau tera+osin dan kurang lebi $0 setela pemberian tamsulosin atau plasebo. *apat dipaami ba(a penyulit teradap sistem kardiovasuler tidak tampak nyata pada tamsulosin karena obat ini merupakan anta" gonis adrenergi C yang superselekti!, yaitu anya bekerja pada reseptor adrenergik" C$A. Penyulit lain yang dapat timbul adala ejakulasi retrograd yang dilaporkan banyak terjadi setela pemakaian tamsulosin, yaitu 4,#"$00 dibandingkan dengan plasebo 0" $0. &epor menyebutkan ba(a e!ekti!itas obat golongan antagonis adrenergik"C tergantung pada dosis yang diberikan, yaitu makin tinggi dosis, e!ek yang diinginkan makin nyata, namun disamping itu komplikasi yang timbul pada sistem kardiovaskuler semakin besar. Dntuk itu sebelum dilakukan terapi jangka panjang, dosis obat yang akan diberikan arus disesuaikan daulu dengan cara meningkat" kannya secara perlaan"laan ,titrasi. seingga diperole dosis yang aman dan e!ekti!. 18 *ikatakan ba(a sala satu kelebian dari golongan antagonis adrenergik"C$A ,tamsulosin. adala tidak perlu melakukan titrasi seperti golongan obat yang lain. Eamsulosin masi tetap aman dan e!ekti! (alaupun diberikan ingga ; taun. In,i7itor " 65-ed'&stase 3inasteride adala obat inibitor #"C reduktase pertama yang dipakai untuk mengobati 8P:. 9bat ini bekerja dengan cara mengambat pembentukan diidrotestosteron ,*:E. dari testosteron, yang dikatalisis ole en+im # C" redukstase di dalam sel"sel prostat. 8eberapa uji klinik menunjukkan ba(a obat ini mampu menurunkan ukuran prostat ingga 20"300, meningkatkan skor gejala sampai $#0 atau skor ADA ingga 3 poin, dan meningkatkan pancaran urine. 2!ek maksimum !inasteride dapat terliat setela ; bulan. Pada penelitian yang dilakukan ole 'cAonnell et al ,$<<=. tentang e!ek !inasteride teradap pasien 8P: bergejala, didapatkan ba(a pemberian !inasteride # mg per ari selama 4 taun ternyata mampu menurunkan volume prostat, meningkatkan pancaran urine, menurunkan kejadian retensi urine akut, dan menekan kemungkinan tindakan pembedaan ingga #00. 3inasteride digunakan bila volume prostat K40 cm3. 2!ek samping yang terjadi pada pemberian !inasteride ini minimal, di antaranya dapat terjadi impotensia, penurunan libido, ginekomastia, atau timbul bercak"bercak kemeraan di kulit. 3inasteride dapat menurunkan kadar P7A sampai #00 dari arga yang semestinya seingga perlu diperitungkan pada deteksi dini kanker prostat. Fitofarma&a 8eberapa ekstrak tumbu"tumbuan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data"data !armakologik tentang kandungan +at akti! yang mendukung mekanisme kerja obat !itoterapi sampai saat inibelum diketaui dengan pasti. Kemungkinan !itoterapi bekerja sebagai% anti"estrogen, antiandrogen, menurunkan kadar Se, Hormone Binding 1lobulin ,7:8-., inibisi Basic Fibroblast 1rowth Factor ,b3-3. dan Epidermal 1rowth Factor ,2-3., mengacaukan metabolisme prostaglandin, e!ek anti"in!lam"masi, menurunkan out!lo( resistance, dan memperkecil volume prostat. *i antara !itoterapi yang banyak dipasarkan adala% Pygeum africanum# Serenoa repens# Hypo,is rooperi# "adi, urtica dan masi banyak lainnya. Terai Inter8ensi Eerapi intervensi dibagi dalam 2 golongan, yakni teknik ablasi jaringan prostat atau pembedaan dan teknik instrumentasi alternati!. Eermasuk ablasi jaringan prostat adala% pembedaan terbuka, ED@P, ED4P, EDLP, laser prostatektomi. 7edangkan teknik instrumentasi alternati! adala interstitial laser coagulation, EDBA, ED'E, dilatasi balon, dan stent uretra. 19 Pem7eda,an 'ungkin sampai saat ini solusi terbaik pada 8P: yang tela mengganggu adala pembedaan, yakni mengangkat bagian kelenjar prostat yang menyebabkan obstruksi. Aara ini memberikan perbaikan skor 4P77 dan secara obyekti! meningkatkan laju pancaran urine. :anya saja pembedaan ini dapat menimbulkan berbagai macam penyulit pada saat operasi maupun pasca beda. 4ndikasi pembedaan yaitu pada 8P: yang suda menimbulkan komplikasi, diantaranya adala% ,$. retensi urine karena 8P9, ,2. in!eksi saluran kemi berulang karena 8P9, ,3. ematuria makroskopik karena 8P2, ,4. batu buli"buli karena 8P9, ,#. gagal ginjal yang disebabkan ole 8P9, dan ,;. divertikulum bulibuli yang cukup besar karena 8P9. -uidelines di beberapa negara juga menyebutkan ba(a terapi pembedaan diindikasikan pada 8P: yang tela menimbulkan keluan sedang ingga berat, tidak menunjukkan perbaikan setela pemberian terapi non beda, dan pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa. Eerdapat tiga macam teknik pembedaan yang direkomendasikan di berbagai negara, yaitu prostatektomi terbuka, insisi prostat transuretra ,ED4P., dan reseksi prostat transuretra ,ED@P.. Prostate&tomi ter7'&a merupakan cara yang paling tua, paling invasi!, dan paling e!isien di antara tindakan pada 8P: yang lain dan memberikan perbaikan gejala 8P: <=0. Pembedaan terbuka ini dikerjakan melalui pendekatan transvesikal yang mula"mula diperkenalkan ole :ryntscack dan pendekatan retropubik yang dipopulerkan ole 'illin. Pendekatan transvesika ingga saat ini sering dipakai pada 8P: yang cukup besar disertai dengan batu buli"buli multipel, divertikula yang besar, dan ernia inguinalis. Pembedaan terbuka dianjurkan pada prostat volumenya diperkirakan lebi dari =0"$00 cm3. *ilaporkan ba(a prostatektomi terbuka menimbulkan komplikasi striktura uretra dan inkontinensia urine yang lebi sering dibandingkan dengan ED@P ataupun ED4P. TU-P merupakan <00 dari semua tindakan pembedaan prostat pada pasien 8P:. 'enurut >asson et al ,$<<#.pada pasien dengan keluan derajat sedang, ED@P lebi berman!aat daripada (atc!ul (aiting. ED@P lebi sedikit menimbulkan trauma dibandingkan prosedur beda terbuka dan memerlukan masa pemulian yang lebi singkat. 7ecara umum ED@P dapat memper"baiki gejala 8P: ingga <00, meningkatkan laju pancaran urine ingga $000. Komplikasi dini yang terjadi pada saat operasi sebanyak $="230, dan yang paling sering adala perdaraan seingga membutukan trans!usi. Eimbulnya penyulit biasanya pada reseksi prostat yang beratnya lebi dari 4# gram, usia lebi dari =0 taun, A7A 44"4L, dan lama reseksi lebi dari <0 menit. 7indroma ED@ terjadi kurang dari $0. Penyulit yang timbul di kemudian ari adala% inkontinensia stress J$0 maupun inkontinensia urge $,#0, striktura uretra 0,#" ;,30, kontraktur leer buli"buli yang lebi sering terjadi pada 20 prostat yang berukuran kecil 0,<" 3,20, dan dis!ungsi ereksi. Angka kematian akibat ED@P pada 30 ari pertama adala 0,40 pada pasien kelompok usia ;#";< taun dan $,<0 pada kelompok usia =0"=4 taun. *engan teknik operasi yang baik dan manajemen perioperati! ,termasuk anestesi. yang lebi baik pada dekade terakir, angka morbiditas, mortalitas, dan jumla pemberian trans!usi berangsur"angsur menurun. TUIP atau insisi leer buli"buli ,bladder neck insicion. direkomendasikan pada prostat yang ukurannya kecil ,kurang dari 30 cm3., tidak dijumpai pembesaran lobus medius, dan tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat. Eeknik ini dipopulerkan ole 9randi pada taun $<13, dengan melakukan mono insisiatau bilateral insisi mempergunakan pisau Aolling mulai dari muara ureter, leer buli"buli" sampai ke verumontanum. 4nsisi diperdalam ingga kapsula prostat. >aktu yang dibutukan lebi cepat, dan lebi sedikit menimbulkan komplikasi dibandingkan dengan ED@P. ED4P mampu memperbaiki keluan akibat 8P: dan meningkatkan F max meskipun tidak sebaik ED@P. Aara elektrovaporisasi prostat ampir mirip dengan ED@P, anya saja teknik ini memakai roller ball yang spesi!ik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat, seingga mampu membuat vaporisisai kelenjar prostat. Eeknik ini cukup aman, tidak banyak menimbulkan perdaraan pada saat operasi, dan masa ra(at inap di ruma sakit lebi singkat. 9aser Prostate&tomi. 2nergi laser mulai dipakai sebagai terapi 8P: sejak taun $<=;, yang dari taun ke taun mengalami penyempurnaan. Eerdapat 4 jenis energi yang dipakai, yaitu% Bd%MA-, :olmium% MA-, KEP% MA-, dan diode yang dapat dipancarkan melalui bare !ibre, rigt angle !ibre, atau intersitial !ibre. Kelenjar prostat pada suu ;0";#NA akan mengalami koagulasi dan pada suu yang lebi dari $00NA mengalami vaporisasi. ?ika dibandingkan dengan pembedaan, pemakaian &aser ternyata lebi sedikit menimbulkan komplikasi dan penyembuan lebi cepat, tetapi kemampuan dalam meningkatkan perbaikan gejala miksi maupun Fmax tidak sebaik ED@P. *isamping itu terapi ini membutukan terapi ulang 20 setiap taun. Kekurangannya adala% tidak dapat diperole jaringan untuk pemeriksaan patologi ,kecuali pada :o%MA-., sering banyak menimbulkan disuria pasca beda yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setela operasi, dan peak !lo( rate lebi renda dari pada pasca ED@P. Penggunaan pembedaan dengan energi &aser tela berkembang dengan pesat akir"akir ini. Penelitian klinis memakai Bd%MA- menunjukkan asil yang ampir sama dengan cara desobstruksi ED@P, terutama dalam perbaikan skor miksi dan pancaran urine. 'eskipun demikian e!ek lebi lanjut dari &aser masi belum banyak diketaui. Eeknik ini dianjurkan pada pasien yang memakai terapi antikoagulan dalam jangka (aktu lama atau tidak mungkin dilakukan tindakan ED@P karena keseatannya. 21 Tinda&an In8asif $inimal Termoterai kelenjar prostat adala pemanasan K 4# N A seingga menimbulkan nekrosis koagulasi jaringan prostat. -elombang panas diasilkan dari berbagai cara, antara lain adala% ,$. ED'E ,Transurethral 2icrowa3e Thermotherapy., ,2. EDBA ,Transurethral *eedle Ablation., ,3. :43D ,High ntensity Focused 'ltrasound., dan ,4. &aser. 'akin tinggi suu di dalam jaringan prostat makin baik asil klinik yang didapatkan, tetapi makin banyak menimbulkan e!ek samping. Eeknik termoterapi ini seringkali tidak memerlukan menginap di ruma sakit, namun masi arus memakai kateter dalam jangka (aktu lama. 7ering kali diperlukan (aktu 3"; minggu untuk menilai kepuasan pasien teradap terapi ini. Pada umumnya terapi ini lebi e!ekti! daripada terapi medikamnetosa tetapi kurang e!ekti! dibandingkan dengan ED@P. Eidak banyak menimbulkan perdaraan seingga cocok diindikasikan pada pasien yang memakai terapi antikoagulansia. TU$T. 2nergi yang diasilkan ole ED'E berasal dari gelombang mikro yang disalurkan melalui kateter ke dalam kelenjar prostat seingga dapat merusak kelenjar prostat yang diinginkan. ?aringan lain dilindungi ole sistem pendingin guna mengindari dari kerusakan selama proses pemanasan berlangsung. 'orbiditasnya renda dan dapat dikerjakan tanpa pembiusan. ED'E terdiri atas energi renda dan energi tinggi. ED'E energi renda diperuntukkan bagi adenoma yang kecil dan obstruksi ringan, sedangkan ED'E energi tinggi untuk prostat yang besar dan obstruksi yang lebi berat. ED'E energi tinggi mengasilkan respon terapi yang lebi baik, tetapi menimbulkan morbiditas yang lebi besar daripada yang energi renda. TUNA. Eeknik EDBA memakai energi dari !rekuensi radio yang menimbulkan panas sampai mencapai $00NA, seingga menyebabkan nekrosis jaringan prostat. 7istem ini terdiri atas kateter EDBA yang diubungkan dengan generator yang dapat membangkitkan energi pada !rekuensi radio 4<0 k:+. Kateter dimasukkan ke dalam uretra melalui sistoskopi dengan pemberian anestesi topikal xylocaine seingga jarum yang terletak pada ujung kateter terletak pada kelenjar prostat. EDBA dapat memperbaiki gejala ingga #0";00 dan meningkatkan F max ingga 40"#00 Pasien sering kali masi mengelu ematuria, disuria, kadang"kadang retensi urine,dan epididimoorkitis. 1IFU. 2nergi panas yang ditujukan untuk menimbulkan nekrosis prostat pada :43D berasal dari gelombang ultrasonogra!i dari transduser pie+okeramik yang mempunyai !rekuensi 0,#"$0 ':+. 2nergi dipancarkan melalui alat yang diletakkan transrektal dan di!okuskan ke kelenjar prostat. Eeknik ini memerlukan anestesi umum. *ata klinis menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis #0O;00 dan Fmax rata"rata meningkat 40O#00. 2!ek lebi lanjut dari :43D belum diketaui, dan sementara tercatat ba(a kegagalan terapi terjadi sebanyak $00 setiap taun. 22 Stent rostat dipasang pada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena pembesaran prostat. 7tent dipasang intraluminal di antara leer buli"buli dan di sebela proksimal verumontanum seingga urine dapat leluasa mele(ati lumen uretra prostatika. 7tent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Mang temporer dipasang selama ;"3; bulan dan terbuat dari baan yang tidak diserap dan tidak mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang dan dilepas kembali secara endoskopi. 7tent yang tela terpasang bisa mengalami enkrustasi, obstruksi, menyebabkan nyeri perineal, dan disuria. Penga:asan 7er&ala 7emua pasien 8P: setela mendapatkan terapi atau petunjuk (atc!ul (aiting perlu mendapatkan penga(asan berkala ,Follow up. untuk mengetaui asil terapi serta perjalanan penyakitnya seingga mungkin perlu dilakukan pemilian terapi lain atau dilakukan terapi ulang jika dijumpai adanya kegagalan dari terapi itu. 7ecara rutin dilakukan pemeriksaan 4P77, uro!lometri, atau pengukuran volume residu urine pasca miksi. Pasien yang menjalani tindakan intervensi perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine untuk meliat kemungkinan penyulit in!eksi saluran kemi akibat tindakan itu. -EFE-ENSI $. Lan *e -raa!!, 'arsall K. 'ale @eproductive 7ystem 4n :uman Anatomy, ;t 2dition. D7A. 'c"-ra(":ill. 2002. p. 10="10<. 2. 'escer A&. Ee 'ale @eproductive 7ystem 4n ?unPueiraQs 8asic :istology Eext and Atlas, $2t 2dition. D7A. 'c"-ra(":ill. 20$0. p. 3=3"3=#. 23 3. 7er(ood &. Ee @eproductive 7ystem 4n :uman Pysiology 3rom Aells to 7ystem, 1t 2dition. D7A. 'c"-ra(":ill. 20$0. p. 1#;"1#1. 4. American Drological Association. *e!inition and Eerminology 4n American Drological Association -uideline% 'anagement o! 8enign Prostatic :yperplasia ,8P:.. D7A. American Drological Association 2ducation and @esearc 4nc. 20$0. p. 3"4. RAited % ; April 20$4S Available !rom % ttp%II(((.auanet.org. #. Presti ?A. Beoplasm o! Ee Prostate -lands 4n% Eanago 2mil A, 'cAninc ?ack >, editors. 7mitQs -eneral Drology, $1t 2dition. D7A. 'c"-ra(":ill Pro!essional. 2001. p. 3;1"314. ;. 4katan Ali Drologi 4ndonesia. Pedoman Penatalaksanaan 8P: di 4ndonesia. ?akarta. Persatuan Drologi 4ndonesia. Rcited % ; April 20$4S Available !rom % tttp%II(((.iaui.or.id. 1. 'eng, 'L, 7troller '&, >als E. Drologic *isorder % 8enign Prostatic :yperplasia 4n% 'cPee 7?, Papapadakis 'A, editors. 20$0 Aurrent 'edical *iagnosis and Ereatment. D7A. 'c"-ra(":ill. 20$0. p. =;;"=1$ 24