Asifiksia merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyatakan
berhentinya respirasi yang efektif (cessation of effective respiration) atau ketiadaan kembang kempis. Namun pengertian asfiksia dan anoksia (atau lebih tepatnya hipoksia) sering dicampuradukkan. Oleh sebab itu sebelum membahas masalah asfiksia lebih lanjut, perlu dipahami lebih dulu tentang anoksia. Anoksia adalah suatu keadaan di mana tubuh sangat kekurangan oksigen, yang berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 4 golongan yaitu: 1. Anoksia anoksik (anoxic anoxia), yaitu keadaan anoksia yang disebabkan karena oksigen tidak dapat mencapai darah sebagai akibat kurangnya oksigen yang masuk paru-paru. 2. Anoksia anemik (anemic anoxia), yaitu keadaan anoksia yang disebabkan karena darah tidak dapat menyerap oksigen, seperti pada keracunan karbon monoksida. 3. Anoksia stagnan (stagnant anoxia), yaitu keadaan anoksia yang disebabkan karena darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan, seperti pada heart failure atau embolism. 4. Anoksia histotoksik (histotoxic anoxia), yaitu keadaan anoksia yang disebabkan karena jaringan tidak mampu menyerap oksigen, seperti pada keracunan cyanida. Ketiga jenis anoksia yang terakhir (yaitu anoksia anemik, stagnan dan histotoksik) disebabkan oleh penyakit atau keracunan, sedang anoksida yang pertama (yaitu anoksia anoksik) disebabkan kekurangan oksigen atau obstruksi mekanik pada jalan nafas. Yang disebut asfiksia sebenarnya adalah anoksia anoksik, atau sering juga disebut asfiksia mekanik (mechanical asphixia).
JENIS-JENIS ASFIKSIA Ada beberapa jenis kejadian yang dapat digolongkan sebagai asfiksia, yaitu: 1. Strangulasi, antara lain: - Gantung hanging) - Penjeratan (strangulation by ligature) - Cekikan (manual strangulation) 2. Sufokasi 3. Pembengkapan (smothering) 4. Penyumpalan (gaging) 5. Tenggelam (drowning) 6. Crush asphyxia: Tekanan pada dada oleh benda berat Berdesakan
GEJALA KLINIK ASFIKSIA Jika tubuh kekurangan oksigen maka gejala klinik yang akan terjadi bergantung pada tingkat kekurangan zat tersebut. Gejala klinik tersebut ialah: 1. Dyspneu Pada stadium ini gerakan pernapasan menjadi lebih cepat dan berat, denyut nadi lebih cepat, tekanan darah naik serta cyanosis. Gejala-gejala tersebut terjadi akibat rangsangan pusat pernapasan di medulla oleh kurangnya oksigen pada sel-sel darah merah disertai penumpukan kadar CO2 2. Konvulsi Mula-mula terjadi konvulsi klonik, diikuti konvulsi tonik dan terakhir terjadi spasme opistotonik. Pada stadium ini pupil melebar dan jantung menjadi lebi lambat. Hal ini disebabkan adanya paralyse pada pusat syaraf yang letaknya lebih tinggi. 3. Apneu Pada stadium ini pusat pernapasan mengaami depresi yang berlebihan sehingga gerakan napas menjadi sangat lemah atau berhenti. Penderita menjadi tidak sadar dan dalam keadaan ini dapat terjadi pengeluaran sperma, urine atau faeces. 4. Stadium akhir (final stage) Pada stadium ini terjadi paralyse secara komplit dari pusat pernapasan. Sebelum pernapasan berhenti sama sekalidapay terlihat gerakan napas oleh otot-otot pernapasan sekunder.pada jaringan longgar, seperti misalnya jaringan bawah kelopak mata. Penekanan pada vena di leher (misalnya akibat strangulasi) akan
TANDA-TANDA UMUM PADA JENAZAH Pada jenazah yang meninggal dunia akibat asfiksia akan dapat ditemukan tanda-tanda umum sebagai berikut: 1. Cyanosis. Kurangnya oksigen akan menyebabkan darah menjadi lebih encer dan lebih gelap. Warna kulit dan mukosa terlihat lebih gelap, demikian juga lebam mayat.Perlu diketahui bahwa pada setiap proses kematian pada akhirnya akan terjadi juga keadaan anoksia jaringan. 2. Kongesti vena (venous congestion). Kongesti yang terjadi di paru-paru pada kematian karena asfiksia bukan merupakan tanda yang khas. Kongesti yang khas yaitu kongesti sistemik yang terjadi di kulit dan organ selain paru-paru. Sebagai akibat dari kongesti vena ini akan terlihat adanya bintik-bintik pendarahan (petechial haemorrhages atau sering juga disebut Tardieu Spot). 3. Edema Kekurangan oksigen yang berlangsung lama akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler sehingga probabilitasnya meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan timbulnya edema, terutama edema paru-paru. Pada strangulasi juga dapat terlihat adanya edema pada mulut, lidah dan faring.
GANTUNG Yang disebut peristiwa gantung (hanging) adalah peristiwa di mana seluruh atau sebagian dari berat tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh sesuatu benda dengan permukaan yang relatif sempit dan panjang (biasanya tali) sehingga daerah tersebut mengalami tekanan. Dengan definisi seperti itu berarti pada peristiwa gantung tidak harus seluruh tubuh berada di atas lantai, sebab dengan tekanan berkekuatan 10 pon pada leher sudah cukup untuk menghentikan aliran darah di daerah itu. Oleh sebab itu tindakan gantung diri dapat dilakukan dengan sebagian tubuh tetap berada di lantai. Ciri-ciri yang dapat dilihat pada jenazah akibat gantung diri yang sebagian tubuhnya menyentuh lantai agak berbeda dengan ciri-ciri peristiwa gantung yang seluruh tubuhnya berada di atas lantai yaitu : - Jejas jerat tidak begitu nyata - Letak jejas jerat di leher lebih rendah - Arah jejas jerat lebih mendekati horizontal - Karena efek tali hanya menekan vena maka tanda-tanda lain yang dapat dilihat adanya muka menjadi sembab, warna merah kebiruan dan ditemukan bintik-bintik pendarahan. Gantung diri juga dapat dilakukan dengan cara meletakkan leher pada suatu benda (misalnya tangan kursi, tangga, atau tali yang terbentang) guna menahan sebagian atau seluruh berat tubuhnya. Jejas yang terlihat pada leher tidak jelas dan tidak khas, bahkan mungkin tidak terihat sama sekali. PENYEBAB KEMATIAN Kematian yang terjadi pada peristiwa gantung dapat disebabkan oleh karena: - Asfiksia - Gangguan sirkulasi darah ke otak - Syok karena vagal reflex - Kerusakan medulla spinalis akibat dislokasi dari sendi atlantoaxial, misalnya pada pelaksanaan hukum gantung (judical hanging). Tanda- tanda yang dapat dilihat pada tubuh jenazah dengan sendirinya tergantung dari penyebab kematiannya. KELAINAN POS MORTEM Jika sebab kematiannya karena asfiksia maka akan dapat ditemukan tanda- tanda sebagai berikut: 1. Tanda-tanda umum - Cyanosis - Bintik-bintik perdarahan dan pelebaran pembuluh darah - Kongesti di daerah kepala, leher, dan otak - Darah lebih gelap dan lebih encer
2. Tanda-tanda khusus a. Tanda khusus pada leher berupa: Jejas jerat, yaitu berupa lekukan melingkari leher (secara penuh atau sebagian) dan disekitarnya kadang terihat adanya bendungan. Arah jejas tidak melingkar secara horizontal, melainkan mengarah ke atas menuju ke arah simpul dan membentuk sudut atau jika jejas diteruskan (pada jejas yang tak melingkar secara penuh) akan membentuk sudut yang semu. Warna jejas coklat kemerahan (karena lecet akibat tali yang kasar), perabaan keras seperti kertas perkamen. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan adanya pelepasan (deskuamasi) epitil serta reaksi jaringan. Resapan darah pada jaringan bawah kulit dan otot Patah tulang, yaitu os hyoid (biasanya pada comumayus) atau cartilago cricoid Lebam mayat Jika sesudah mati tetap dalam keadaan tergantung cukup lama maka lebam mayat dapat ditemukan pada tubuh bagian bawah, anggota badan bagian distal serta alat genetika bagian distal. Lidah. Jika posisi tali di bawah cartilago thyroida maka lidah akan terlihat menjulur keluar dan berwarna lebih gelap akibat proses pengeringan.
CARA KEMATIAN Jika pada suatu waktu ditemukan seseorang meninggal dunia dalam keadaan tergantung harus dilakukan penyelidikan yang teliti sebab peristiwa gantung dapat terjadi karena: 1. Bunuh diri Kejadian ini yang paling banyak dijumpai 2. Pembunuhan 3. Kecelakaan
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ditempat kejadian adalah: 1. Keadaan lokasi 2. Posisi korban 3. Keadaan tali 4. Keadaan korban
JERAT
Kekuatan jeratan dengan tali kekuatan jeratannya berasal dari kedua ujungnya. Dengan kekuatan tersebut pembuluh darah balik atau jalan nafas dapat tersumbat. Tali yang dipakai sering disilangkan dan sering dijumpai adanya simpul. Jeratan pada bagian leher hamper selalu melewati membrane yang menghubungan tulang rawan hyoid dan tulan rawan thyroid.
SEBAB KEMATIAN 1. Tertutupnya jalan nafas sehingga menimbulkan anoksia atau hipoksia 2. Tertutupnya vena sehingga menyebabkan anoksia pada otal 3. Vagal reflex 4. Tertutupnya pembuluh darah karotis sehingga jaringan otak kekurangan darah, kecuali pada bunuh diri yang kekuatan jeratnya diragukan mampu menutup pembuluh darah karotis.
KELAINAN POST MORTEM 1. Leher a. Jejas jerat Tidak sejelas jejas gantung Arah horizontal Kedalaman regular Tinggi kedua ujung jejas tidak sama b. Lecet/memar 2. Kepala a. Tanda asfiksia b. Kongesti atau bintik perdarahan 3. Tubuh bagian dalam a. Leher bagian dalam terdapat : Resapan darah pada otot dan jaringan ikat Fraktur dan tulang rawan Kongesti pada jaringan ikat b. Paru paru Sering ditemukan edema paru Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas
CARA KEMATIAN 1. Pembunuhan 2. Bunuh diri 3. Kecelakaan
Untuk menentukan cara kematian tersebut perlu diperiksa dengan teliti. Biasanya pada pembunuhan ditemukan lecet-lecet atau memar-memar disekitar jejas karena korban berusaha melepas jeratannya. Pada bunuh diri biasanya terdapat simpul atau posisi tali disilangkan agar jeratan dapat terkunci dan berlangsung terus.