Grup kelainan keganasan dari darah dan jaringan pembentuk darah yaitu: Sumsum tulang Sistem kelenjar limfe Limpa Dapat terjadi pada semua kelompok umur Merupakan akumulasi disfungsi sel karena hilangnya regulasi di distribusi sel Fatal jika tidak diobati Progresif Walaupun ditemukan sekitar 30% pada keganasan anak, dewasa 10 kali lebih banyak dari anak
Bukan agen penyebab Banyak sebab, kombinasi faktor Kontrol genetik dan lingkungan Leukemia : suatu penyakit darah putih oleh Bannet dan Virchoe (1845). Pada anak: transformasi keganasan >> dari sel progenitor limfoid, dan sedikit karena transformasi sel progenitor myeloid
Berhubungan dengan pembentukan leukemia Faktor kimiawi Faktor kemoterapi Virus Radiasi Defisiensi Imunologi
Leukemia dibagi: akut dan kronik kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi penyakit yg sampai sekarang belum dapat diobati dg hasil yg memuaskan. Pengobatan thd leukemia: untuk mencapai remisi mempertahankan remisi itu selama mungkin
Akut vs kronik Maturitas sel akut: proliferasi klonal dari sel hematopoietik imatur (formasi darah atau sel darah) Kronik: bentuk matang dari sel darah putih, onset bervariasi Onset perjalanan alamiah
Tipe sel darah putih: Leukemia limfositik akut (LLA) Leukemia mielogenous akut (LMA) atau leukemia akut nonlimfoblastik (ANLL) Leukemia mielogenous kronik (LMK) Leukemia limfositik kronik (LLK) AML ALL Tidak diketahui pasti, Faktor predisposisi yg diduga memegang peranan: Faktor instrinsik (host) faktor ekstrinsik (lingkungan) 1. Keturunan dan Kelainan Kromosom: Leukemia tidak diwariskan, faktor predisposisi: Risiko terjadinya leukemia pada kembar identik penderita leukemia akut, demikian pula pada saudara lainnya (jarang). pasien kelainan fragilitas kromosom (Anemia Fanconi) atau pasien dengan jumlah kromosom abnormal : Sindrom Down, Klinefelter, dan Turner. 2. Defisiensi Imun dan Defisiensi Sumsum Tulang: Sistem imunitas tubuh kita mampu mengidentifikasi sel yg berubah mjd ganas. Gangguan pada sistem imunitas: beberapa sel ganas lolos dan selanjutnya berproliferasi hingga menimbulkan penyakit. Hipoplasia sumsum tulang mungkin sebagai penyebab leukemia 1. Radiasi efek leukemogenik & ionisasi radiasi insidensi leukemia pd ahli radiologi (sebelum ditemukan alat pelindung), penderita dengan pembesaran kelenjar timus, Ankylosing Spondilitis dan penyakit Hodgkin yang mendapat terapi radiasi. Sekitar 10 % penderita leukemia memiliki latar belakang radiasi Penduduk Hiroshima dan Nagasaki yang hidup sesudah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai >20 x insidensi LMA dan LMK 2. Bahan Kimia dan Obat-obatan Bahan kimia terutama Hydrokarbon berhubungan dengan leukemia akut pd binatang & manusia. Paparan Benzen >> dan berlangsung lama leukemia. Penelitian Akroy et al (1976) :pekerja pabrik sepatu di Turki yg kontak lama dg benzen dosis tinggi LMA. Kloramfenikol & fenilbutazon diketahui menyebabkan anemia aplastik berat, tidak jarang diketahui diakhiri dg leukemia Arsen dan obat imunosupresif. 3. Infeksi Virus Virus menyebabkan leukemia pd beberapa percobaan di laboratorium. Peranan virus dalam timbulnya leukemia ?? . Human T-cell leukemia virus (HTLV-1) diduga berhubungan dengan leukemia : virus RNA dengan enzim RNA transkriptase yang bersifat karsinogenik Di USA : 12.000 kasus/tahun Rata2 umur 65 th >80% kasus leukemia akut Faktor risiko: radiasi, kemoterapi, merokok, benzen, instabilitas kromosom, defisiensi imunologis Di USA : 4000 kasus/th Usia rata2: 10 th, insidens tertinggi usia 2-5 tahun Laki-laki> perempuan Berhub dg: Sindrom Down, Klinefelter, Anemia Fanconi, Sindrom Bloom, defisiensi imunologis, lingkungan, virus
Sitopenia: Fatique (anemia), infeksi (netropenia), perdarahan (trombositopenia) Sering pd AML: Lekostasis (blast >50.000/uL) sefalgia, gangguan penglihatan, TIA, CVD DIC Infiltrasi ke kulit, ginggiva Sering pd ALL: Nyeri tulang, limfadenopati, hepatosplenomegali, gangguan SSP, sindrom lisis tumor Gambaran darah tepi: Anemia, trombositopenia, sel blast >> Sumsum tulang: Hiperselular dg blast >20% Sindrom lisis tumor (as urat, LDH m) Pemeriksaan hemostasis lengkap DIC
Proliferasi sel-sel mieloid, akibat gagalnya sel-sel ganas untuk matang lebih dari tahap mieloblastik atau promielosit Klasifikasi FAB : M0 - Undifferentiated leukemia M1 - Myeloblastic without differentiation M2 - Myeloblastic with differentiation M3 - Promyelocytic M4 - Myelomonocytic M4eo - Myelomonocytic with eosinophilia M5 - Monoblastic leukemia M5a - Monoblastic without differentiation M5b - Monocytic with differentiation M6 - Erythroleukemia M7 - Megakaryoblastic leukemia
WHO: Precursor B-cell Precursor T-cell B-cell FAB: L1,L2,L3 Morfologi: tanpa granula Sitokimia: terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT) pada 95% pasien ALL Sitogenetik : t(9;22) = kromosom philadelphia Imunohistokimia: membedakan 3 fenotipe Demam, perdarahan nyeri tulang, limfadenopati Non spesifik (paling sering) kelemahan Nyeri tulang (21-33%) karena infiltrasi ke periosteum dan osteonekrotik aseptik Nyeri muskuloskeletal Ukuran: besar jika > 10 mm, nodul epitroklear > 5mm, nodul inguinal > 15 mm Tidak nyeri Konsistensi : keras, kenyal, tidak dapat digerakkan Limfadenopati (sekitar 50%) SSP Sefalgia < 5% kasus P TIK: sakit kepala, muntah, lemah, udem papil Gangguan nervus kranialis Pembesaran testis Tidak nyeri Unilateral Masa mediastinum Kompresi trakea, efusi pleura Vena cava superior syndrome : nyeri, sulit menelan, sulit bersuara, bengkak di wajah, leher, dan ekstremitas atas Anemia Trombositopenia 75% trombosit < 100.000/L 50% datang dengan perdarahan Variasi leukosit 50% dengan leukosit < 10.000/L 20% diawali dengan leukosit > 50.000/L Juvenile Rheumatoid Arthirits (JRA) Osteomielitis Virus Epstein-Barr Pertusis Parapertusis Anemia Aplastik Infeksi limfositosis akut Limfoma Non-Hodgkins Keganasan lain dengan keterlibatan sumsum tulang: neuroblastoma, retinoblastoma, rhabdomyosarcoma, dan sarkoma Ewings Sindrom hipereosinofilik Kemoterapi induksi: Kombinasi : siklofosfamid, doxorubicin, vinkristin, mtx, steroid + asparaginase, kortikosteroid Profilaksis SSP: Mtx/sitarabin intratekal + radiasi kranial Toksik karena kemoterapi Tumor lysis syndrome Trombosis: intrakranial Perdarahan: Trombositopenia Vit K dependent coagulophaty Infeksi Mucositis Pankreatitis Hiperglikemia
Dilepaskan dari intrasel: asam urat, Na, dan P dari pembelahan hebat sel ganas Biasanya dipercepat kemoterapi, tetapi dapat terjadi sebelumnya Paling sering pada tumor yang bereplikasi tinggi atau T- cell leukemia Komponen tumor lisis: Hiperurisemia: precipitation di ginjal GGA Hiperkalemia: progress aritmia yang fatal Hiperfosfatemia/hipokalsemia: fosfat kalsium GGA
Hidrasi dan pantau diuresis menghindari suplemen mengandung Natrium Terapi hiperkalemia emergency jika diperlukan Turunkan asam urat dengan allopurinol atau urate oxidase Consider oral phosphate binders GGA dialisis Rujuk segera kepada dr spesialis anak onkologi Remisi komplet: >90% anak2, 80% dewasa Prognosis baik: Usia muda, lekosit <30.000/ul, imunofenotipe T- cell, kromosom philadelphia (-) atau t(4;11) (-)
Disregulasi terjadi pada proses diferensiasi Kegagalan sumsum tulang karena inefektif hematopoiesis 3-9% keganasan hematologi anak (jarang pada anak) Insidens 0,5-4 per juta populasi Mutasi pada ras onkogenik 20-30% Apoptosis berlebihan hematopoiesis terganggu anemia, neutropenia, atau trombositopenia atau multipel sitopenia Sitopenia pansitopenia dalam minggu sd bulan Mekanisme biologi, instabilitas genomik, perubahan epigenetik, ab N apoptosis, abN jalur signal- transduksi , disregulasi imun dan peran sumsum tulang, abN kromosom 5,7 dan 8
Gambaran klinis: anemia, mudah terinfeksi, perdarahan Lab: perifer (anemia, neutropenia, dan atau trombositopenia) Lab: sitogenetik (kariotype, fluorescence in situ), BMP aspirasi dan biopsi
Refrakter sitopeni jika ditemukan > 2 % blast di darah perifer, > 5% di sumsum tulang Terapi transplantasi sumsum tulang dan sebelumnya dapat dilakukan kemoterapi