TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang
disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.(Rukmini R. Mangun
kusumo 1973. Patologi 318-319 )
Mioma uteri adalah neooplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehngga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma fibrimioma
atau farid.(Kapita Selekta Kedoktera, jilid 3)
B. Etiologi
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti
(idiopatik) , namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell
Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
Faktor yang diduga berperan dalam terjadinya mioma uteri dalah:
1. Umur
Perdarahan diantara wanita haid pada seorang wanita berusia 44 tahun
lebih berbahaya dari pada gadis berumur 22 tahun, kemungkinan penyakit
jauh lebih tinggi selain itu pada tahun ini ada peningkatan pertumbuhan
fibrosit rahim.
2. Hormonal
Mioma uteri berasal dari sel otot yang normal dari otot imatur yang dalam
mioma uteri / dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Benih
ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahan) dibawah pengaruh
estrogen. Tumor ini sensitif terhadap estrogen karena pertumbuhannya
didalam otot rahim tergantung dari siklus indung telur.
3. Keturunan
Pada wanita yang ibunya menderita tumor, maka keturunannya mempunyai
penyakit yang sama
D. Klasifikasi
Menurut letaknya, mioma dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus
melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam
ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang
cukup besar akan mengisi rongga peritoneal, sebagai suatu massa.
Perlekatan dengan omentum disekitarnya menyebabkan sistem peredaran
darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin
mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa
tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal
sebagai mioma jenis parasitik. Apabila terjadi putaran pada tangkai yang
diikuti dengan bangunan di sekitarnya, maka akan timbul rasa sakit yang
sangat dan mendadak (abdomen akut) sehingga penderita dapat syok.
Putaran yang terjadi tidak lengkap, bisa menyebabkan obstruksi pembuluh
darah sehingga terjadi asites.
F. Penatalaksanaan
Jika miom tidak menyebabkan gejala, biasanya dokter akan menyarankan
pendekatan “wait and see”, dengan pemeriksaan ulangan dilakukan secara rutin
dan kadangkala membutuhkan pemeriksaan USG untuk melihat ukuran miom.
Jika terdapat gejala-gejala, dokter mungkin menyarankan pengobatan berikut ini:
C. Pemeriksaan Fisik
(1) Secara umum: tinggi badan berat badan bentuk, system pernafasan,
system kardiovaskuler, sistem persarafan.
(2) Secara khusus:
a. Pemerikasaan payudara: ukuran, kesimetrisan, massa, retraksi
jaringan parut, kondisi puting susu.
b. Pemeriksan abdomen : adanya masa abdominopelvic
c. Genetalia eksterna : inpeksi dan palpasi dengan posisi litotomi
bertujuan mengkaji kesesuaian umur dengan perkembangan sistem
reproduksi, kondisi rambut pada simpisis pubis dan vulva, kulit dan
mukosa vulva, tanda-tanda peradangan, bengkak dan pengeluaran
cairan vagina.
d. Pelvis : dengan mengunakan spekulum dilakukan inpeksi servik
yaitu warna, bentuk, dilatasi servik, erosi, nodul, masa, cairan
pervaginam, perdarahan, lesi atau luka. Setelah spekulum dilepas
dapat dilakukan pemeriksaan bimanual yaitu : memasukan dua jari
kedalam vagina untuk pemeriksaan dinding posterior vagina
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infiltrasi sel Tumor ke
saraf
b) Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik /
motorik.
c) Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
akibat pada hubungan seksual.
d) Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya
perdarahan yang berulang-ulang.
3. Intervensi Keperawatan
a) Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
infiltrasi sel Tumor ke saraf.
Intervensi
a. Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat
verbal dan non verbal
R : Membantu membedakan karakteristik khusus dan nyeri
b. Latih dan berikan informasi cara untuk mengatasi nyeri
R : Meningkatkan pemecahan masalah sehingga membantu
mengurangi nyeri
c. Atur posisi tidur senyaman mungkin
R : Meningkatkan kenyamanan
d. Anjurkan penggunaan relaksasi nafas dalam dan distraksi
R : Relaksasi otot dan mengalihkan perhatian sehingga dapat
mengurangi nyeri.
e. Anjurkan untuk menggunakan kompres hangat
R : Membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien
Intervensi
4. Implementasi
Pada tahap ini perawat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
perencanaan yang sudah disusun. Setelah melakukan tindakan keperawatan
kemudian perawat mendokumentasikan semua tindakan keperawatan sesuai
dengan waktu, tempat, dan ditanda tangani. Hal ini sebagai pertanggungjawaban
dan pertanggung gugatan perawat untuk menghindari liabilitas.
5. Evaluasi
Mengukur sejauh mana klien mencapai tujuan yang spesifik dari rencana
keperawatan , identifikasi faktor-faktor posisif dan negatif yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan, revisi rencana perawatan dilakukan secara
berkesinambungan, adanya modifikasi atau terminasi perawatan.
1. Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. (1993). Ginekologi. Elstar. Bandung
2. Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
8. Staf pengajar Bagian Patologik Anatomik (FKUI). (1973) Patologi FKUI .Jakarta