Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL KOMUNIKASI

HASIL TES ITU BAGAIKAN TAMPARAN DI TELINGA SANG IBU







Disusun oleh :
MUHAMMAD KHABIB IDRIS
NPM. 0813000339






PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN EKSTENSI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2014
HASIL TES ITU BAGAIKAN TAMPARAN DI TELINGA SANG IBU
Penulis : Muhammad Khabib Idris

Sore itu tepatnya pukul 14.35 WIB di sebuah klinik balai pengobatan di desa kecil di
daerah bilangan Bogor, seperti biasa ramai pasien yang hendak berobat. Di depan klinik itu
terpampang sebuah papan nama klinik yang bertuliskan Balai Pengobatan IBU THERESA
. Sore itu ada seorang dokter yang sedang memeriksa pasien-pasiennya, di bagian sudut
depan ruangan ada seorang pemuda yang bertugas mendaftar pasien-pasien yang ingin
berobat, sedangkan diruangan lain di sebelah ruang periksa ada seorang perawat yang sedang
merawat pasien yang pada saat itu sedang kontrol luka.
Di ruang tunggu klinik itu terdapat beberapa pasien yang sedang menunggu antrian
untuk diperiksa, diantara deretan pasien-pasien itu ada seorang pasien remaja perempuan
yang ditemani seorang perempuan separuh baya, remaja itu kira-kira berumur belasan tahun,
dia menggunakan celana panjang olah raga yang disamping kanan kirinya terdapat tulisan
nama sekolah menengah atas, mungkin itu nama sekolah tempat dia belajar. Remaja
perempuan itu terlihat pucat, kondisi badan terlihat lemas dengan wajah yang sembab, seperti
orang yang habis menangis. Sedangkan wanita separuh baya yang duduk disebelahnya
terlihat begitu cemas karena terlalu lama menunggu gilirannya dipanggil untuk masuk ruang
periksa. Setelah beberapa lama kemudian nama remaja itu dipanggil dari ruang periksa.
Dina (nama disamarkan) nama itu terdengar dari arah ruang periksa. Ternyata
dokter yang ada didalam ruang periksa memanggil nama itu.
iya dok perempuan separuh baya itu menjawab panggilan itu.
silahkan masuk bu kata dokter itu.
permisi dok kembali wanita separuh baya itu berucap.
silahkan duduk bu dokter mempersilahkan pasien dan perempuan itu duduk diruang
periksa.
makasih dok kata sang ibu. Kemudian remaja dan wanita separuh baya itu duduk di kursi
yang ada diruang periksa.
anaknya kenapa bu ? tanya sang dokter kepada ibu itu.
ini dok, udah 3 hari ini anak saya muntah-muntah terus dok, perutnya mual katanya, udah
gitu dia bilang pusing kepalanya, tapi badannya mah nggak panas dok, dia emang suka
begini kalau dia telat makan, anaknya susah dok disuruh makan. Biasanya kalau sudah
begini saya beliin obat maagh di warung, tapi udah 3x minum obat maagh kok muntahnya
nggak ilang-ilang, bahkan seminggu sebelum ini juga dia sakit seperti ini dok, dia udah saya
bawa berobat ke puskesmas tapi sepertinya nggak ada perubahan, eh malah 3 hari ini
tambah mual-mula aja dok cerita panjang lebar sang ibu.
oh begitu, coba tiduran biar saya periksa kata sang dokter sambil menunjuk tempat tidur
periksa yang ada disudut ruang periksa itu.
Kemudian Dina beranjak ke arah tempat tidur yang ditunjukkan dokter. Dengan berbaring
kemudian sang dokter memeriksa si Dina dengan memakai stetoskop ditelinganya. Setelah
memeriksa menggunakan stetoskop kemudian dokter itu memeriksa bagian perut remaja itu.
apa ini sakit? tanya dokter.
Enggak dok, tapi mual banget dok jawab Dina.
sudah berapa hari keluhannya ? kembali dokter bertanya.
sebenernya sudah ada satu mingguan dok, tapi muntah-muntanya baru 3 hari ini dok
kata Dina.
bisa makan minum nggak ? tanya dokter.
nggak bisa dok, paling bisanya minum teh aja dok, itupun dimuntahin lagi dok keluh
Dina.
oke, sudah periksanya, silahkan duduk lagi kata sang dokter.
iya dok makasih kata Dina sambil bangun dari tempat tidur dan kembali duduk disamping
sang ibu.
anak saya gimana dok ? tanya sang ibu dengan raut muka cemas.
jadi begini bu, apa anak ibu ini suka makan makanan yang pedas-pedas, atau makanan
instan ? tanya sang dokter.
iya dok , dia emang hobi makan mie instan sama bakso pakai sambel dok, sudah saya
bilangin tapi anaknya bandel dok cerita sang ibu dengan raut muka kesal sambil melihat ke
arah Dina anaknya itu.
oh begitu, dari cerita ibu dan setelah saya periksa kondisi anak ibu, hasil sementara anak
ibu memang sakit lambung jelas sang dokter.
tapi dok, kenapa sudah berapa kali minum obat maagh kok mual-mualnya nggak ilang-
ilang ya dok, justru malah parah pake muntah-muntah segala, sampai dia nggak bisa makan
sama sekali dok bantah sang ibu. Sedangkan Dina hanya diam.
ini kan baru dugaan sementara bu , apa ada keluhan laen selain ini kembali dokter
bertanya.
oh iya dok , kata anak saya bulan ini dia tidak menstruasi dok, apa mungkin karena terlalu
banyak kegiatan di sekolah ya dok ? karena di sekolahnya emang belakangan ini banyak les
dok jadi mungkin anak saya kecapean. kembali sang ibu berkeluh.
apa benar Din bulan ini telat menstruasi ? biasanya tanggal berapa Dina menstruasi ?
tanya sang dokter.
iya dok, biasanya sih antara tanggal 3 atau tanggal 5, tapi bulan kemarin saya juga tidak
menstruasi dok jawab Dina.
loh jadi bulan kemarin kamu juga nggak datang bulan Din ? sang ibu bertanya kepada
anaknya memotong pembicaraan dengan nada suara agak tinggi. Dina hanya mengangguk
isyarat pertanyaan ibunya itu benar.
kok kamu nggak bilang sama ibu sih ? si ibu kembali bersuara sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya.
jadi Dina sudah 2 bula tidak menstruasi ? kembali dokter bertanya kepada Dina.
iya dok jawab remaja itu dengan nada lemah. Tersirat raut muka anak itu memerah pucat
seperti orang yang sedang khawatir dan ketakutan.
oke bu, sekarang saya sarankan anak ibu untuk periksa air kencingnya ? sang dokter
menyarankan.
loh dok kenapa harus periksa air kencing ? maksud dokter buat periksa hamil atau nggak
gitu dok ? mana mungkin anak saya hamil dok, orang dia masih sekolah dan belum punya
suami tanya sang ibu dengan raut muka keheranan dan dengan sedikit nada tinggi.
ibu maaf sebelumnya, tidak ada salahnya kita periksa dulu, saya tidak bermaksud untuk
menuduh anak ibu melakukan hubungan suami istri diluar nikah, tetapi itu tidak menutup
kemungkinan... bagaimana bu? Apa ibu setuju ? tanya dokter kepada sang ibu sekaligus
kepada Dina anaknya.
Disebelah sang ibu, Dina terlihat cemas, mukanya memucat.
yaudah dok ga apa-apa periksa aja jawab ibu separuh baya itu.
sebentar ya bu saya panggil petugasnya dulu kata sang dokter sembari beranjak dari
tempat duduknya dan keluar dari ruang periksa sambil memanggil nama seseorang.
Setelah beberapa saat kemudian dokter itu kembali masuk ke dalam ruangan bersama dengan
seorang laki-laki. Laki-laki itu adalah seorang perawat yang bekerja diklinik itu.
Dina ikut sama mas ini ya ,nanti mas ini yang akan memeriksa air seni Dina kata sang
dokter sambil menunjuk seorang perawat.
iya dok kata sang ibu. sana Din ikut mas ini sang ibu menyuruh anaknya ikut bersam
perawat yang sudah berdiri di samping dokter.
Kemudian Dina beranjak dari duduknya dan ikut bersama dengan perawat itu keluar dari
ruang periksa.
Sambil menunggu Dina periksa air seninya, di dalam ruang periksa itu terjadi perbincangan
antara sang ibu dengan dokter.
apa mungkin dok anak saya hamil, dia kan masih kecil dok, dia juga belum nikah ? tanya
samg ibu kepada dokter dengan nada sedikit cemas dan agak keheranan.
sekarang begini bu, apa ibu sudah pasti mengawasi anak ibu setiap saat diluar rumah?
Apakah anak ibu selalu lapor apa yang dia lakukan di luar rumah kepada ibu ? sekarang ini
banyak hal yang bisa dilakukan anak muda diluar sana, tidak menutup kemungkinan
melakukan hal yang tidak semestinya mereka lakukan, karena anak jaman sekarang mudah
masuk ke dalam pergaulan bebas bu jelas sang dokter.
iya sih dok, tapi yang saya lihat anak saya itu nggak pernah berbuat yang aneh-aneh dok
sang ibu mencoba membela perilaku anaknya.
ya sudah nanti kita lihat bagaiman hasil tes air seni anak ibu, mudah-mudahan negatif
hasilnya sang dokter mencoba menenangkan peremppuan separuh baya itu.
Tidak berapa lama kemudian masuk seorang perawat bersama Dina ke dalam ruangan dimana
sang ibu dan dokter itu berada.
ini dok hasilnya kata seorang perawat sambil memberikan hasil tes air seni berupa stik
kecil panjang yang ada di tangannya itu.
oke, terima kasih ya mas kata dokter sambil menerima stik itu dari tangan perawat.
Dina silahkan duduk kata sang dokter.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Dina kembali duduk ditempat duduknya di sebelah
sang ibu.
Dengan menghela nafas panjang, dokter itu berkata :
ibu perhatikan tanda garis merah yang ada di stik ini sambil menunjukkan stik yang dia
pegang kepada perempuan separuh baya yang duduk di depannya itu.
kenapa dok ? saya nggak ngerti tanda yang mana dok, 2 garis merah itu bukan dok ? apa
hasilnya dok 2 garis merah itu ? tanya sang ibu bertubi-tubi sambil memicingkan matanya
dengan serius ke arah stik yang dokter pegang.
jadi begini bu, 2 garis merah ini artinya positif, kalau garis merahnya hanya satu berarti
negatif jelas sang dokter.
jadi anak saya hamil dok ? sang ibu kembali bertanya dengan nada pertanyaan penuh
harap akan jawaban sang dokter.
sesuai dengan pemeriksaan ini , anak ibu positif hamil, akan tetapi saya sarankan besok
untuk periksa ke dokter spesialis kandungan untuk memastikannya, nanti disana Dina bisa
diperiksa menggunakan alat USG, supaya lebih pasti jelas sang dokter.
ya Allah dok ,,,, ucap sang ibu, tidak terasa tetesan air bening keluar dari kedua matanya.
Sedangkan di samping sang ibu, Dina hanya tertunduk.
Sejenak tidak ada kata-kata yang terdengar diruangan itu.
oke bu, sekarang saya kasih resep obat untuk keluhan anak ibu, obat ini nanti akan sedikit
mengurangi rasa mual yang anak ibu keluhkan, dan untuk selanjutnya saya sarankan untuk
memeriksakan anak ibu ke dokter spesialis kandungan untuk meyakinkan kondisi anak ibu,
nanti disana anak ibu bisa diperiksa USG kembali dokter menjelaskan sambil
menyerahkan secarik kertas yang berisi resep obat.
adalagi yang ingin ibu tanyakan ? dokter bertanya kepada sang ibu.
tidak dok, terima kasih ya dok, saya permisi kata sang ibu dengan nada lemah.
Setelah itu dengan lemas sang ibu dengan anaknya keluar dari ruang periksa tanpa
mengucapkan kata-kata lagi. Tepat azan magrib sang ibu dan anaknya meninggalkan klinik
itu.
Dari peristiwa di atas kita bisa petik pelajaran berharga, dimana orang yang seharusnya bisa
menjadi kebanggaan kita bisa menghancurkan sebagian dari harapan kita. Sebaik-baik kita
menjaga seseorang yang nantinya bisa menjadi harapan kita, tidak setiap saat juga kita bisa
mengawasinya untuk tidak melakukan hal diluar batas kewajaran mereka, karena mereka
lebih banyak berhubungan dengan banyak orang yang belum tentu memberikan dampak yang
positif bagi mereka sendiri. Dengan bagaimanapun juga akhirnya kita hanya bisa menerima
apa yang sudah terjadi dan mencegah agar tidak terjadi peristiwa yang lebih tidak kita
inginkan lagi dikemudian hari.
Dalam peristiwa yang terjadi di atas menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan dan
perhatian dari pihak keluarga, oleh karena itu keluarga adalah tempat dimana anak
seharusnya mendapatkan kasih sayang, perhatian, pengawasan, dan juga pendidikan mental
maupun budi pekerti yang nantinya berguna bagi anak untuk mengahadapi dan membentengi
segala pengaruh yang tidak baik yang datangnya dari pergaulan diluar keluarga.

Anda mungkin juga menyukai