Anda di halaman 1dari 5

SUGENG SANTOSO (13311008)

Kuliah Kapita Selekta Teknik Fisika ITB


Jumat, 13 September 2013
Topik : Instrumentasi dan Kontrol
Pembicara : Imam Dermawan , alumni TF angkatan 97, bekerja di Conocco Philips

Introduction To Subsea Production Control System and
Troubleshooting

Gambaran Singkat Teknologi Subsea
Eksplorasi minyak dan gas alam sering kita jumpai dilakukan di daratan. Di sisi lain,
keberadaan minyak dan gas alam persebarannya tidak hanya terdapat di daratan saja tetapi juga
banyak terdapat di bawah laut. Tepatnya, ladang minyak dan gas alam banyak ditemukan di
perairan pedalaman dan daerah lepas pantai. Subsea Development secara umun dikelompokkan
menjadi 2 yaitu kategori Shallow Water dan Deep Water. Hal ini dimaksudkan untuk
membedakan fasilitas yang akan digunakan dan pendekatan terhadap sistem. Shallow Water
diklasifikasikan sebagai daerah perairan dangkal, fasilitas yang banyak ditemukan seperti jackup
rig dan fixed offshore structure, dan daerah penyelaman yang masih layak. Deep Water
diklasifikasikan sebagai daerah perairan dalam yaitu kedalaman lebih dari 600 kaki, fasilitas
yang dijumpai seperti floating drilling vessels dan floating oil platform.
Teknologi Subsea menjadi bidang yang sangat khusus dalam aplikasi dengan tuntutan
khusus pada teknik dan simulasi. Pengembangan teknologi ini menetapkan persyaratan yang
ketat untuk verifikasi fungsi sebagai sistem dan kepatuhan terhadap kebutuhan saat ini dan
terlebih lagi spesifikasi alat.

Mengapa Menggunakan Subsea Well ?????
Penggunaan Teknologi Subsea dapat diperoleh keuntungan sebagai berikut :
1. Pengontrolan produksi minyak dan gas dari sumur mudah dilakukan
2. Produksi minyak dan gas dari sumur dapat terdistribusikan / terdesentralisasi dengan
cepat keluar melalui pipa pipa yang terhubung ke sumur.
3. Pembangunan Subsea system dapat berlangsung lebih cepat
4. Teknologi maintenance sehingga memperpanjang aging dari platform yang sudah lama
5. Pembangunan Subsea bersifat scalable

Sistem Intrumentasi dan Kontrol Teknologi Subsea
Subsea control system bertujuan untuk mengatur pengambilan pendistribusian minyak
mentah dari sumur bawah laut atau pengaturan sistem dalam proses pengolahan minyak yang
sedang berlangsung. Secara umum Subsea control dibagi menjadi 2 komponen utama yaitu
Topside ( Platform)

1. HPU ( Hydraulic Power Unit )
2. SPS ( Subsea Power Unit )
3. SCU (Subsea Control Unit )
4. Topside Umbilical Termination Unit ( TUTU )

Subsea System

1. SCM ( Subsea Control Module )
2. Umbilical Termination Assembly ( UTA )
3. Electrical distribution box
4. Jumper
5. X-Mass Tree- Subsea Wellhead ( TREE )

Cara Kerja Sistem
Sumur bawah laut atau Well ( bisa dari kumpulan Well) yang telah terpasang X-Mass
Tree menghisap minyak mentah dari bawah tanah. Penghisapan tersebut disuplai daya listrik dari
Subsea Power Supply ( Topside) dan suplai hidrolik dari Hydraulic Power Unit (Topside )
berupa tekanan tinggi dan tekanan rendah (untuk masing- masing valve berbeda jenis tekanan
yang diberikan ) untuk mengatur valve- valve pada X-Mass Tree terkait dengan mass flow rate.
Daya listrik dan daya hidrolik dalam pendistribusiannya dilakukan oleh Umbilical Termination
Assembly. Umbilical terdiri dari beberapa jumper sesuai dengan fungsi. Tidak menutup
kemungkinan bahwa penghisapan tersebut tidak murni mengangkut minyak dan kebanyakan
berupa campuran minyak, air, dan pasir. Oleh karena itu diperlukan separator unit untuk
memisahkan campuran tersebut sebelum akhirnya diperoleh minyak dan disalurkan ke Topside.
Keseluruhan keberjalanan sistem diatur oleh Subsea Control Module.

Potensi Subsea di Indonesia ????
Indonesia merupakan negara maritim sehingga sudah jelas bahwa potensi Subsea ini
sangat besar untuk diterapkan. Daerah Subsea di Indonesia terutama di perairan dalam daerah
timur Indonesia yaitu Laut Banda, Laut Seno Barat, Laut Gendalo, Laut Maha, Laut Gandang,
dan Laut Gehem. Daerah Laut Arafuru saat ini sedang dalam proyek perancangan Subsea.
Sayang sekali, dengan potensi yang begitu besar tetap saja terdapat permasalahan Subsea di
Indonesia yaitu :
1. Instrument unit untuk Subsea dibutuhkan banyak dan itu pun harus mendatangkan dari
luar Indonesia
2. Resiko tinggi dalam instalasi instrument unit dan membutuhkan waktu yang lama
3. Minimnya expert Subsea di Indonesia sehingga harus mendatangkan dari luar negeri dan
terlebih lagi bergaji sangat mahal.
Walaupun terdapat permasalahan tersebut, kita sebagai bangsa Indonesia harus pandai bersyukur
dengan potensi yang diberikan di negera tercinta ini dan memanfaatkan sumber daya sebaik-
baiknya tanpa merusak lingkungan demi kemajuan bangsa.

Permasalahan Umum dalam Teknologi Subsea
1. Hydraulic Control Line Leak
Penyebab permasalahan ini bersumber dari kebocoran pada UTA (Umberical
Termination Assembly) sehingga hidrolik harus di top-up 2 drum sehari. Pelaksanaan ini
membutuhkan dana yang sangat besar dan jika dibiarkan bocor terus menerus, proses
control sistem akan semakin sulit. Untuk menghindari hal tersebut dilakukan injeksi
sealmaker pump atau sealtite dengan ROV ( Robot) diving sebagai bantuan pengamatan
dan perawatan.

2. Low Insulation Resistance Electric Power Line
Insulasi kabel transmisi daya tidak bagus akan berpotensi terjadi kebocoran arus atau
short. Kebocoran arus ini akan membahayakan nelayan yang melaut di sekitar nya dan
kehidupan laut. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pendiagnosaan letak koebocoran
insulasi pada EFL dari semua SCM ( Subsea Control Modul ) dan UTA setelah
ditemukan kebocoran langsung dilakukan tindakan penggantian komponen dengan yang
baru.

3. Subsea Control Module Problem
Permasalahan untuk yang satu ini menjadi sangat vital bila terjadi kerusakan atau
gangguan karena komponen inilah yang sejatinya mengatur seluruh proses control yang
berlangsung. Jika komponen ini rusak maka, sistem tidak akan berfungsi sehingga
produksi berhenti maka dari itu SCM harus diganti.









---------------------------------- Salam Sugeng -------------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai