Anda di halaman 1dari 13

Latar Belakang

Depresi setelah stroke merupakan masalah yang dapat membuat seseorang menjadi
sangat sedih dan dapat berdampak negative untuk kesehatan.
Tujuan
Untuk mengetahui perjalanan, prediksi dan akibat yang timbul pada depresi setelah
stroke.
Metode
Studi yang diterbitkan sampai dengan tanggal 31 Agustus 2011 mengenai pencarian
dan ulasan sesuain dengan kriteria yang berlaku.
Hasil
Dari 13.558 referensi, didapatkan 50 penelitian mengatakan prevalensi depresi
sebanyak 29% (95% Cl 25-32), dan tetap stabil hingga 10 tahun setelah stroke.
Tingkat pemulihan depresi beberapa bulan setelah stroke berkisar 15-57% 1 tahun
setelah stroke. Penyebab utama dari depresi adalah kecacatan, depresi pra-stroke,
gangguan kognitif dan kecemasan. Kualitas hidup yang rendah, mortalitas dan
kecacatan adalah outcome dari depresi setelah stroke.
Kesimpulan
Intervensi untuk depresi dan ini merupakan potensi outcome yang diperlukan.










Dalam beberapa decade terakhir ini, para peneliti telah menemukan hasil
apasaja yang menjadi insiden, prevalensi dan prediksi depresi yang terjadi setelah
stroke. Sebelumnya juga telah terbukti mengenai topic yang sama yakni pada tahun
2001 sampai dengan tahun 2004. Baru-baru ini, Kouwenhoven et al juga mengulas
mengenai prevalensi, prediksi dan hasil dari depresi yang terjadi beberapa bulan pada
stroke.
Namun, dalam penelitian ini mempunyai beberapa kekurangan seperti ukuran
sampel yang kecil, tindak lanjut yang kurang, dan analisis yang kurang. Penelitian ini
secara sistematis dan metaanalisis merangkum hasil bukti yang ada pada kejadian,
prevalensi dan prediksi yang berkaitan dengan depresi yang terjadi setelah stroke baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Metode
Kriteria MOOSE (Meta-analysis Of Observational Studies in Epidemiology)
digunakan untuk melakukan review dan meta-analisis ini.
Studi observasional yang melaporkan prevalensi, insiden, insiden kumulatif, durasi,
prediktor atau keluaran dari kejadian depresi setelah stroke dicari dalam database
berikut: EMBASE (1947 - Agustus 2011), MEDLINE (1948 - Agustus 2011),
PsycINFO (1806 - Agustus 2011) dan ISI Web of Science (1900 - Agustus 2011).
Strategi pencarian disajikan dalam lampiran online. Daftar referensi dari semua
tinjauan sistematis yang teridentifikasi ditinjau ulang demi studi yang relevan.
Hanya studi yang mendefinisikan depresi sebagai diagnosis berdasarkan
kriteria DSM-IV, dengan skor di atas titik cut-off dalam skala tervalidasi, atau metode
diagnosis lain yang tervalidasi yang diikutsertakan. Tidak ada pembatasan atas dasar
bahasa, ukuran sampel atau durasi tindak lanjut. Studi tidak diikutsertakan jika
mereka memiliki salah satu dari berikut: studi terbatas pada karakteristik klinis
tertentu (misalnya stroke di lokasi tertentu, stroke dari subtipe tertentu); studi terbatas
pada karakteristik pasien tertentu (misalnya pasien dari kelompok umur tertentu);
studi populasi campuran (misalnya stroke dan cedera kepala) kecuali terdapat hasil
terpisah untuk pasien stroke; convenience sampling; penilaian mood yang tidak
terstruktur; mood dilaporkan hanya sebagai variabel kontinu (tidak mengkategorikan
pasien sebagai depresi atau tidak depresi); studi dengan perekrutan retrospektif; dan
studi yang hanya menggunakan analisis univariat.
Dalam beberapa kasus, kesamaan antara beberapa studi menunjukkan
kemungkinan beberapa publikasi dari kelompok yang sama. Apabila tidak terdapat
adanya referensi silang yang jelas, kami menganggap artikel berasal dari kelompok
yang sama jika ada bukti situs rekrutmen yang tumpang tindih, tanggal studi dan
nomor pendanaan, atau ada ciri-ciri pasien yang sama dilaporkan dalam studi. Jika
ada beberapa artikel melaporkan hasil dari populasi yang sama, maka data diambil
dari publikasi dengan tindak lanjut terpanjang. Bila lebih dari satu metode penilaian
untuk depresi digunakan, hasil dari penilaian yang dibahas lebih mendalam oleh
penulis dimasukkan dalam meta-analisis. Ketika prevalensi depresi mayor dan
depresi minor dilaporkan secara terpisah, mereka dikelompokkan sebagai depresi.
Studi mengenai prediktor depresi yang disertakan menggunakan depresi
sebagai variabel terikat dalam model statistik di mana prediktor potensial adalah
variabel bebas. Studi mengenai keluaran depresi yang disertakan menggunakan
keluaran sebagai variabel terikat dalam model di mana depresi adalah variabel bebas.
Studi yang hanya menggunakan analisis univariat tidak dimasukkan karena hasil
mereka bisa sangat rancu. Untuk studi prediktor atau keluaran, informasi
dikumpulkan pada semua variabel yang dianalisis sebagai penaksir potensial,
keluaran dan pembaur. Hanya studi yang melaporkan keluaran diukur pada suatu titik
waktu dari depresi yang dimasukkan. Informasi dikumpulkan pada semua variabel
yang dianalisis sebagai penaksir potensial, keluaran dan pembaur. Kualitas studi
dinilai sesuai dengan kriteria diterima yang disajikan dalam review sistematis
sebelumnya. Penulis studi dihubungi ketika ada pertanyaan-pertanyaan tentang
apakah laporan memenuhi kriteria inklusi dan juga untuk memverifikasi metode dan
hasil yang mungkin tidak dilaporkan.

Metode Statistik
Sebuah meta-analisis dilakukan untuk mendapatkan penyatuan perkiraan dari
prevalensi depresi. Studi diklasifikasikan ke dalam empat kategori: fase akut (dalam
waktu 1 bulan stroke); fase jangka menengah (1-6 bulan); fase jangka panjang (6
bulan sampai 1 tahun); fase jangka sangat panjang (lebih dari 1 tahun setelah stroke).
Meta-analisis kedua dilakukan di mana penelitian digolongkan berdasarkan studi
populasi, rumah sakit atau rehabilitasi. Untuk studi dengan tindak lanjut penilaian
pada lebih dari satu titik waktu, hanya hasil dari tindak lanjut terakhir yang
dimasukkan dalam meta-analisis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan penyatuan
perkiraan dari prevalensi dalam jangka panjang setelah stroke untuk menghindari bias
yang dapat terjadi dengan memasukkan perkiraan berulang studi yang sama dalam
meta-analisis. Namun, data dari pengukuran pada semua titik waktu juga dicatat dan
disajikan dalam tabel berikut. Studi dengan waktu tindak lanjut dilaporkan sebagai
interval (misalnya 1-24 bulan) termasuk dalam kategori titik waktu paling awal
karena dianggap menjadi yang paling sedikit terpengaruh oleh drop-out karena
kematian. Kategorisasi studi berdasarkan tindak lanjut pada titik waktu pertengahan
juga dicoba namun perbedaan dari perkiraan menggunakan titik waktu paling awal
dan titik waktu pertengahan dapat diabaikan. Sebuah plot corong/funnel plot
digunakan untuk menyelidiki kemungkinan bias publikasi.
Jumlah studi yang melaporkan perkiraan perjalanan alamiah depresi setelah
stroke selain prevalensi (misalnya insiden) hanya sedikit. Penilaian untuk depresi
telah dilakukan pada titik-titik waktu yang berbeda pada masing-masing studi ini.
Oleh karena itu, meta-analisis untuk mendapatkan penyatuan perkiraan pengukuran-
pengukuran lain dari perjalanan alamiah tidak dilakukan. Hasil yang disajikan oleh
studi individual dilaporkan secara terpisah.




HASIL

Lima puluh studi yang dilakukan antara 1983 sampai 2011, yang melaporkan
insidensi, prevalensi, insidensi kumulatif, durasi, pengukur atau hasil yang terkait
dengan depresi pasca stroke diikutsertakan dalam review ini. Semuanya dianalisa
berdasarkan hasil assessment untuk depresi yang dilakukan setelah stroke, tanpa
memperhatikan apakah onset depresi terjadi sebelum atau setelah stroke table 1, table
2, table online DS1).

Riwayat Alamiah Depresi Pasca Stroke
Dari total 43 studi, termasuk 20.293 pasien dilaporkan depresi setelah stroke
(table DS1). Keseluruhan, 6 merupakan penelitian berdasarkan populasi,
8-13
15
merupakan penelitian di rumah sakit
14-28
, dan 22 adalah studi rehabilitasi.
29-50
Jumlah
pasien yang diteliti untuk depresi dalam tiap penelitian berkisar antara 14 hingga
13.999. Hanya Sembilan studi yang meneliti lebih dari 200 pasien
8,9,11-13,18,27,38,43
dan
hanya satu studi yang meneliti lebih dari 1000 pasien.
18
Diantara 43 studi, 29 studi menggunakan skala yang tervalidasi, 12 studi
menggunakan kriteria DSM, dan 2 studi menggunakan pertanyaan tervalidasi.
Keseluruhan, 11 metode berbeda digunakan untuk meneliti depresi. Penyetaraan nilai
untuk skala yang sama yang digunakan unutk studi berbeda tidak konsisten.
Hanya 8 studi melaporkan prevalensi depresi lebih dari 1 tahun setelah stroke,
dan hanya 13 studi meneliti pasien pada lebih dari 1 waktu. Prevalensi depresi yang
diobservasi pada waktu yang tidak ditentukan adalah sebesar 29% (95% CI 25-32),
dengan prevalensi 28% (95%CI 23-34) dalam satu bulan setelah stroke, 31% (95% CI
24-39) pada 1-6 bulan, 33% (95% CI 23-43) pada 6 bulan sampai 1 tahun, dan 25%
(95% CI 19-32) lebih dari satu tahun. Prevalensi depresi pada studi populasi adalah
22% (95% CI 17-28), pada studi rumah sakit 30% (95% CI 24-36), dan 30% (95%
25-36) pada studi rehabilitasi (fig.3). tingat prevalensi tidak berubah secara signifikan
seiring waktu atau pada studi dengan setting berbeda. Heterogenitas signifikan untuk
semua kategori yang diinvestigasi. Studi dengan sampel kecil cenderung melaporkan
prevalensi yang lebih besar.
Lima studi melaporkan pengukuran riwayat alamiah depresi pasca stroke yang
lain, termasuk insidensi, insidensi kumulatif, dan durasi depresi (tabel1).
10,12,30,37,51

Insidensi pada tahun pertama berkisar antara 10 sampai 15% pada dua studi yang
melaporkannya. Insidensi kumulatif berkisar antara 39 sampai 52% pada tiga studi
dengan periode follow up antara 1 dan 5 tahun. Tiga studi melaporkan bahwa 15-50%
pasien dengan depresi dalam 3 bulan pasca stroke dapat pulih satu tahun kemudian.
Proporsi pasien dengan depresi berkisar dari 6% sampai 36% pada empat studi,
dengan follow up antara 1 dan 5 tahun. Semua studi longitudinal menunjukan riwayat
alamiah yang dinamis, dengan kasus baru dan pemulihan setelah depresi yang terjadi
seiring waktu.
10,12,30,37,51

Prediktor Depresi Setelah Stroke
Total 16.045 pasien diteliti dalam 10 studi untuk melaporkan prediktor
depresi. Jumlah pasien yang diteliti pada tiap penelitian berkisar antara 40 hingga
13.999. Tujuh studi meneliti lebih dari 100 pasien ,
16,18,19,25,37,51,52
dimana hanya dua
studi meneliti lebih dari 1000 pasien. Delapan studi dilakukan di rumah
sakit,
15,16,18,19,25,28,52,53
hanya satu yang berdasar populasi
51
dan rehabilitasi.
37
hanya
empat studi yang meneliti pasien lebih dari 1 tahun setelah stroke.
25,37,51,53
Pengamatan untuk depresi dilakukan menggunakan skala dalam tujuh studi,
kriteria DSM pada dua studi dan pertanyaan tervalidasi pada studi lainnya. Waktu
pelaksanaan pengamatan ini berjarak dari fase akut hingga 5 tahun setelah stroke.
Enam studi tidak melaporkan adanya potensi perancu diikutsertakan dalam
rancangan. Dalam lima studi, depresi dan prediktornya diukur dalam waktu yang
bersamaan, membuat rancangannya lebih sulit diprediksi.
Banyak prediktor berbeda diinvestigasi diantara sepuluh penelitian (tabel
online DS2). Hendaya diinvestigasi di lima penelitian. Dua penelitian melaporkan
hendaya sebagai prediktor depresi.
51,53
Dua penelitian yang lain melaporkan hendaya
berhubungan dengan depresi pada saat follow up.
18,25
Akhirnya studi lain menemukan
bahwa hendaya pasca stroke tidak berhubungan dengan depresi.
52
Riwayat medis
kelainan psikiatri diperiksa dengan cara yang berbeda pada lima studi: depresi pre-
stroke dilaporkan sebagai prediktor depresi pasca stroke pada sebuah studi;
16
studi
yang lain melaporkan preawatan pre-stroke untuk depresi sebagai prediktor depresi
post-stroke;
51
dan tiga studi meneliti riwayat gangguan psikiatri,
15,19,28
dua
diantaranya menemukan hubungan yang signifikan dengan depresi pasca stroke.
19,28
Gangguan kognitif setelah stroke menyebabkan depresi pada dua studi yang
meneliti hubungan ini.
19,51
Di keduanya, gangguan kognitif telah didefinisikan dengan
skor diatas rata-rata dalam skala, dibanding dengan penilaian klinis, sehingga tidak
ada rinician yang diberikan mengenai apakah hubungannya antara depresi dengan
domain eksekutif atau dengan domain lain untuk fungsi kognitif. Tiga studi
melaporkan keparahan stroke tidak mempengaruhi stroke pasca stroke.
15,25,53
Akan
tetapi studi berdasarkan populasi jumlah besar melaporkan pengukuran independen
untuk keparahan stroke seperti Glasgow coma scale, disfagi dan inkontinensia
berhubungan dengan depresi.
51
Studi lain melaporkan hemiparesis dikaitkan dengan
depresi.
19
Kecemasan menyebabkan depresi pada dua studi
52,53
dan dihubungkan
dengan depresi pada saat follow up di studi ketiga.
25
Isolasi social saat follow up
dihubungkan dengan depresi pada satu studi
51
dan yang lain melaporkan hubungan
antara hidup seorang diri setelah stroke dengan depresi.
18
Umur dan jenis kelamin
tidak menjadi prediksi depresi dalam enam dari tujuh studi yang meneliti
hubungannya. Prediktor potensial lain yang diteliti, termasuk komorbiditas, riwayat
stroke, edukasi, atau tipe keluarga, disebutkan pada tabel DS2.

Outcomedepresi pasca stroke
Sejumlah 5 penelitian melaporkan Outcome kesehatan yang berkaitan dengan
depresi pasca stroke (Tabel 3): 3 diantaranya merupakan penelitian pada rumah sakit
dan 2 diantaranya merupakan penelitian di bagian rehabilitasi medik. Jumlah pasien
yang diteliti outcome-nya berjumlah antara 84 293. Depresi diteliti selama fase akut
dan 3 bulan pasca stroke. Sejumlah 3 penelitian melaporkan outcome yang
diobservasi selama lebih dari satu tahun pasca stroke. Hanya satu penelitian yang
mendiskripsikan model statistic yang digunakan dalam analisis. Disabilitas
merupakan outcome dari depresi pada sebuah penelitian dengan odds ratio 2,68 (95%
CI 1,50 sampai 4,78). Kualitas hidup lebih rendah ditemukan sebagai outcome dari
depresi pada dua penelitian yang menyelidiki kasus ini. Kedua penelitian tersebut
menggunakan metode regresi linear. Salah satu dari penelitian tersebut melaporkan
koefisien dari kualitas hidup yaitu -0,52 (95% CI -0,70 sampai -0,33) dan pada
penelitian yang lain mempresentasikan koefisien yang terpisah untuk domain fisik (-
26, 95% CI -2,4 sampai -2,8), domain sosial (-1,2, 95% CI -0,8 sampai -1,6) dan
domain lingkungan (-2,0, 95% CI -1,6 sampai -2,4) dari kualitas hidup. Kasus
kematian yang lebih tinggi ditemukan sebagai outcome dari depresi pada dua dari tiga
penelitian yang menyelidiki tentang kasus ini.


Diskusi
Riwayat alamiah dari depresi pasca stroke
Depresi memiliki insidensi kumulatif sampai 52% dalam 5 tahun stroke,
dengan prevalensi 29% yang tetap stabil selama 10 tahun pertama pasca stroke antar
penelitian dengan pengaturan yang berbeda. Penelitian yang menilai pasien lebih dari
sekali mengesankan bahwa sebagian besar pasien yang mengalami depresi pasca
stroke menjadi depresi segera pasca kejadian akut, sejumlah pasien pulih dari depresi
pada penilaian lanjutan, dan kasus baru membuat prevalensi depresi keseluruhan
stabil. Riwayat alami dari depresi lebih dari 5 tahun pasca stroke masih belum
diketahui. Faktor yang mempengaruhi variasi dari prevalensi depresi dilaporkan oleh
penelitian individu termasuk perbedaan metode yang digunakan untuk mendiagnosis
depresi, sumber pengambilan sampel pasien, dan waktu penilaian, bersama dengan
perbedaan pengaturan penelitian. Tanpa adanya homogenitas yang tinggi dari
metodologi, masih sulit untuk membedakan apakah heterogenitas pada hasil
penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata pada karakter populasi atau hanya
sebuah artefak yang disebabkan karena bias dari pengukuran dan error yang lain.
Perkiraan ini masih belum akurat karena ada potensi dari abnormal mood yang belum
dilaporkan, khususnya pada pasien dengan gangguan dalam komunikasi dan
kemungkinan adanya laporan yang berlebihan dari depresi karena penggunaan
skrining dengan kuesioner.
Pada review sistematis sebelumnya yang dilaporkan pada tahun 2005,
dilaporkan adanya kestabilan prevalensi depresi pasca stroke dibandingkan dengan
penelitian yang diadakan pada waktu yang berbeda dan dengan pengaturan yang
berbeda, dengan total prevalensi 33% (95% CI 29-36). Pada review sistematis
termasuk 15 penelitian baru, dengan 7 penelitian diadakan di Eropa, 3 penelitian
diadakan di Oceania, 3 pada Asia, 1 pada Karibia, dan 1 pada Afrika. Bagaimanapun,
prevalensi yang diobservasi pada penelitian ini dan penelitian yang dilaporkan
sebelumnya sangat mirip, menunjukkan adanya tumpang tindih dari interval
kepercayaan. Hasil penelitian kami menunjukkan bagusnya stabilitas prevalensi dari
depresi pada penelitian yang menilai pasien pada waktu dan area yang berbeda di
dunia.
Hanya satu penelitian yang berbasis populasi dalam mengambil sampel
control yang diperbolehkan untuk memperkirakan risiko relatif dari depresi pasca
stroke. Penulis melaporkan bahwa prevalensi depresi pada orang yang selamat dari
kasus stroke adalah 2 kali daripada yang ditemukan pada control, meskipun
perbedaan ini hanya signifikan selama 6 bulan penilaian follow up. Penelitian yang
lain mengenai risiko relative pada kasus depresi pada orang yang selamat dari kasus
stroke diambil di Framingham, yang melaporkan signifikannya kebanyakan orang
yang selamat dari kasus stroke mengalami depresi dibandingkan dengan control yang
sesuai dengan usia dan gender.

Prediktor pada depresi pasca stroke
Disabilitas pasca stroke dan riwayat depresi pre-stroke merupakan prediktor
dari depresi pasca stroke yang paling sering dilaporkan, dengan 4 penelitian
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Prediktor yang lain merupakan
gangguan kognitif, keparahan stroke, kurangnya dukungan sosial atau keluarga, dan
kecemasan. Depresi pre-stroke dan ansietas tidak dilaporkan sebagai predictor pada
review yang sebelumnya. Faktor risiko depresi tidak berhubungan dengan stroke
(seperti faktor keluarga) dapat menjelaskan hubungan yang kuat antara depresi
sebelum dan sesudah stroke. Hubungan antara keparahan stroke dengan depresi tidak
sepernuhnya konsisten. Hubungan antara keparahan stroke dengan disabilitas
mungkin merupakan penjelasan untuk ketidakkonsistenan hubungan antara keparahan
stroke dengan depresi yang diobservasi pada penelitian kami. Seperti hubungan
antara keparahan stroke dengan depresi masih independen atau separuh atau
sepenuhnya dijelaskan dengan hubungan antara keparahan dan disabilitas yang masih
belum diketahui. Hubungan yang diobservasi pada review ini antara stroke dan
gangguan kognitif masih kompleks yang keduanya bisa disebabkan atau efek dari
satu sama lain dan juga masing-masing memiliki faktor risiko yang umum. Pasien
dengan gangguan kognitif membutuhkan perhatian yang khusus pada semua kasus,
karena risiko depresi yang meningkat dan mereka mungkin tidak dapat melaporkan
gejala mereka. Tidak ada hubungan yang ditemukan antara depresi dan variabel yang
lain yang menunjukkan kerusakan neurologis, seperti subtype stroke, lesi atau lokasi
atau lateralisasi dari stroke. Pada review sistematis sebelumnya mengenai depresi dan
lokasi lesi stroke disimpulkan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa risiko
depresi pasca stroke dipengaruhi oleh lokasi dari lesi pada otak. Pentingnya
kerusakan neurologis pada depresi pasca stroke tampaknya terbatas pada gangguan
kognitif dan keparahan stroke. Kondisi medis yang lain tidak memprediksi depresi
pasca stroke. Hasil dari review ini mengesankan bahwa depresi pasca stroke paling
berhubungan dengan pengalaman dan konsekuensi dari stroke itu sendiri.
Prediktor dari depresi pasca stroke yang diobservasi pada review ini dapat
dipertimbangkan pada praktik di klinik. Klinisi seharusnya memperhatikan dengan
teliti pada pasien dengan disabilitas dan riwayat depresi, sebagai faktor risiko depresi
pasca stroke yang tampaknya menjadi lebih tinggi kasusnya pada kelompok ini.
Pasien dengan gangguan kognitif, stroke parah, kecemasan, dan tinggal terisolasi juga
membutuhkan monitoring yang ketat dan pertimbangan untuk intervensi preventif
untuk mengurangi risiko depresi dan memperbaiki outcome dari stroke.

Outcomedari depresi setelah stroke
Bukti pada outcome dari depresi setelah stroke masih terbatas, dengan hanya
lima studi yang menyelidiki tentang hal ini. Penjelasan yang sangat singkat mengenai
model statistik yang dilaporkan dalam kebanyakan studi menyebabkan sulitnya
menilai validitas hasil. Tanpa informasi tentang semua variabel yang termasuk dalam
model, tidak mungkin untuk membedakan antara outcome dari depresi, dan outcome
dari stroke atau semua komorbiditas lain yang mungkin datang dengan kombinasi
gangguan. Rendahnya kualitas hidup
54, 56
dan mortalitas
54, 56
adalah outcome dari
depresi yang paling sering diidentifikasi. Dalam upaya untuk menyelidiki asosiasi
kausal antara depresi dan outcome-nya, hanya studi dimana outcome yang telah
dinilai setelah depresi yang dimasukkan dalam tinjauan ini. Sebuah tinjauan
sistematis sebelumnya melaporkan banyak kemungkinan outcome dari depresi setelah
stroke, termasuk tingkat disabilitas yang lebih tinggi, mortalitas yang lebih tinggi,
keterlibatan yang buruk dalam rehabilitasi, perawatan di rumah sakit yang lebih lama,
dan fungsi kognitif yang buruk.
1
Namun, dalam tinjauan tersebut, penulis
memasukkan studi dimana depresi dan outcome potensialnya telah dinilai pada waktu
yang sama. Hal ini menyebabkan sulitnya mengetahui apakah sebenarrya depresi
adalah sebuah penyebab atau sebuah konsekuensi dari variabel yang diteliti sebagai
outcome potensial.
1
Kami menemukan bukti yang lemah atau tidak ada sama sekali
bahwa variabel selain disabilitas, kualitas hidup yang rendah, dan mortalitas
kemungkinan outcome dari depresi pada pasien stroke.

Kekuatan dan keterbatasan
Pencarian yang komprehensif dan penilaian kritis dari studi mengenai pasien
stroke yang tidak terpilih yang dilakukan dalam tinjauan ini memungkinkan perkiraan
riwayat alamiah dari prediktor dan outcome dari depresi setelah stroke diperoleh
dengan jumlah pasien yang banyak. Beberapa penelitian dengan sampel yang lebih
kecil melaporkan perkiraan prevalensi yang lebih besar dari rata-rata, sementara tidak
ada studi yang melaporkan prevalensi di bawah 10% (online Fig. DS1). Meskipun hal
ini dapat diartikan sebagai bias publikasi, itu bisa tetap diartikan sebagai prevalensi
asli dari depresi yang tidak kurang dari 10%. Keragaman metode yang digunakan
dalam studi mungkin memiliki efek pada validitas eksternalnya. Dalam tinjauan ini,
efek ini diminimalkan dengan melakukan pencarian yang komprehensif, dan
kategorisasi dari studi dengan menetapkan dan memperlama follow up. Ringkasan
hasil studi individual memberikan perkiraan yang dapat digunakan dalam praktik
klinis dan dalam pengembangan penelitian lebih lanjut. Meskipun pedoman untuk
pelaporan meta-analisis dari studi observasional digunakan sebagai referensi,
5
tinjauan ini memiliki beberapa keterbatasan. Hanya satu orang yang mengekstraksi
sebagian besar data (L.A.). Meski begitu, semua data diperiksa untuk akurasi pada
beberapa kesempatan dan semua analisis dilakukan beberapa kali dan diperiksa oleh
seorang ahli statistik senior (S.A.). Akhirnya, memungkinkan bahwa beberapa
'publikasi multipel' telah disalahartikan atau terlewatkan sama sekali. Perhatian
khusus diberikan untuk mengatasi sumber bias publikasi ini, karena kurangnya
referensi silang data dari beberapa penelitian kohort yang telah menyesatkan
komunitas penelitian, khususnya di bidang depresi setelah stroke.

Implikasi klinis dan penelitian
Depresi setelah stroke memerlukan perhatian klinis periodik dalam jangka
panjang yang harus fokus pada pasien dengan risiko tinggi. Riwayat alamiah,
prediktor dan outcome dari depresi setelah stroke memerlukan penelitian lebih lanjut.
Hal ini idealnya harus dilakukan dalam studi berbasis populasi dengan ukuran sampel
yang besar dan follow up yang lama. Pada beberapa studi yang sedang berjalan,
dalam jangka panjang, insidensi dan prevalensi depresi pada waktu yang berbeda,
onset depresi dan pemulihan, dan pola kekambuhan, sangat dibutuhkan. Kesesuaian
studi masa depan mengenai prediktor untuk metode standar yang diterima untuk
model prognostik
7
dalam penelitian kohort stroke diperlukan untuk membuat hasilnya
mudah untuk diinterpretasi dan berlaku di praktik klinis. Identifikasi prediktor dari
depresi setelah stroke akan membantu dokter untuk mengidentifikasi pasien yang
berisiko tinggi akan masalah ini, sebuah fokus yang sangat dibutuhkan untuk uji
klinis dari intervensi pencegahan untuk depresi pasca stroke. Akhirnya, dalam rangka
untuk memahami dampak depresi khususnya pada pasien stroke, hubungan antara
depresi setelah stroke dan outcome kesehatan lainnya harus diselidiki lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai